Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

THAHARAH
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Fiqih

Dosen Pengampuh :
Nurus Amzana, M. Pd.I
NIDN : 2104098801

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Nasrum Najib NIM : 2021.02.10.018
2. Emilda Novita NIM : 2021.02.10.010
3. A.fikri NIM : 2021.02.10.037

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( MPI )


FAKULTAS TARBIYAH
INSITUT AGAMA ISLAM ( IAI ) AL-AZHAR
KOTA LUBUK LINGGAU
TAHUN 2021/2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Thaharah............................................................................. 2
B.    Syarat wajib Thaharah.......................................................................... 3
D.    Bentuk Thaharah.................................................................................. 3
E.    Pengertian hadas dan najis .................................................................. 11
F.     Fungsi Thaharah ................................................................................. 8
G.    Manfaat Thaharah................................................................................ 8

BAB III KESIMPULAN............................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani.
Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum
mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah
agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga
secara sadar atau tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa
bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci
lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu
“Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas
dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya
seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut
sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah
sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk
memaparkan penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana fungsi
thaharah dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta menjelaskan manfaat thaharah yang
dapat umat muslim peroleh. Dengan demikian umat muslim akan lebih tahu makna bersuci
dan mulai mengamalkannya untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik.

B.     Rumusan Masalah


1.     Apa pengertian thaharah secara bahasa dan istilah?

2 .   Apa saja sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah?


3.     Apa saja macam-macam bentuk thaharah?
4.     Apa pengertian hadas dan najis dan cara mensucikannya?
5.     Bagaimana fungsi thaharah dalam kehidupan sehari-hari?

1
BAB II
ISI

1.         Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’
thaharah adalah bersih dari hadas  dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan
mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan
menghilangkan najis.[1]
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi
SAW juga bersabda:

‫ َوتَ ْح ِريْ ُم َه ا‬،ُ‫الص اَل ِة َألطََّ َه َارة‬


َّ ‫اح‬ ِ
ُ َ‫ م ْفت‬:‫ق ال علي ه الص الة والس الم‬
‫َّسلِ ْي ُم‬ ِ ِ
ْ ‫ َوتَ ْحل ْيلُ َها الت‬،‫التَّ ْكب ْي ُر‬
Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
perhiasannya adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam
hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita
senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :

ِ ‫ِّس اءَ يِف الْ َم ِح‬


‫يض َوال‬ َ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫وا‬‫ل‬
ُ ِ َ‫اعت‬
‫ز‬ ْ ‫ف‬
َ ‫ى‬ ‫ذ‬
ً ‫َأ‬ ‫و‬ ‫ه‬
ُ
َ ْ ‫ل‬ ‫ق‬
ُ ِ
‫يض‬ ِ ‫ك ع ِن الْم‬
‫ح‬ َ َ َ َ‫َويَ ْس َألُون‬

ُ ‫وه َّن ِم ْن َحْي‬


َ‫ث ََأم َر ُك ُم اللَّهُ ِإ َّن اللَّه‬ ُ ُ‫وه َّن َحىَّت يَطْ ُه ْر َن فَِإ َذا تَطَ َّه ْر َن فَْأت‬
ُ ُ‫َت ْقَرب‬

ُّ ِ‫ني َوحُي‬
َ ‫ب الْ ُمتَطَ ِّه ِر‬
)٢٢٢( ‫ين‬ ُّ ِ‫حُي‬
َ ِ‫ب الت ََّّواب‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang
yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222) 
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

)‫النظافة من االميان (رواه مسلم‬

[1]H. Moch. Anwar, Fiqih Islam  Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), h. 9.

2
Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)[2]

2.         Syarat Wajib Thaharah


Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal
yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah
Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1.      Islam
2.      Berakal
3.      Baligh
4.      Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5.      Tidak lupa
6.      Tidak dipaksa
7.      Berhenti darah haid dan nifas
8.      Ada air atau debu tanah yang suci.
9.      Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

3.         Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah
taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci
menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa
dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan
ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk
yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.
1)        Wudhu
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh anggota
badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan
menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al
Maidah ayat 6.

[2]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

3
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka
basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah
kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
Syarat Wudu :
Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
a.       Beragama Islam
b.      Sudah mumayiz
c.       Tidak berhadas besar dan kecil
d.      memakai air suci lagi mensucikan
e.       Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat, getah
dsb.
Rukun Wudu:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
a.       Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
b.      Membasuh seluruh muka
c.       Membasuh kedua tangan sampai siku
d.      Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e.       Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f.       Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir
Sunah Wudu:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal yang
disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.
a.       Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
b.      Membaca ta’awuz dan basmalah
c.       Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
d.      Membasuh dan membersihkan lubang hidung
e.       Menyapu seluruh kepala
f.       Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
g.      Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
h.      Membasuh anggota wudu tiga kali.
i.        Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
j.        Membaca do’a sesudah wudu.

4
Hal yang membatalkan wudu:
  Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal seperti
berikut.
  Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik
berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan
sebagainya)
  Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
  Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
  Tidur dengan nyenyak
  Hilang akal
2)      Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci
karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah
menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan
memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak
adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu
sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib
mengulang sekalipun waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah
sebagai berikut.
Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a.       Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum.
b.      Sudah masuk waktu salat
c.       Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d.      Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e.       Menggunakan tanah atau debu yang suci.
Rukun Tayamum:

5
        Niat
        Mengusap debu ke muka
        Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
        Tertib
Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah
tayamum sebagai berikut.
a.       Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b.      Membaca ta’awuz dan basmalah
c.       Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d.      Merenggangkan jari-jari tangan
e.       Menghadap kiblat
f.       Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g.      Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu)
Hal yang membatalkan Tayamum:
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
o   Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
o   Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
o   Murtad (keluar dari agama Islam)[3]
3)      Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi
wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :

)٦( ‫َوِإ ْن ُكْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّ َّهُروا‬


   

Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :

‫نويت غسل اجلنابة لرفع احلدث الكرب فرضا هلل تعا ىل‬
[3]Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf,
(Surabaya: Mutiara Ilmu, 2013), h. 64

6
.

Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah   Ta’ala.’
Rukun mandi wajib:
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya
sebagai berikut :
         Niat mandi wajib
         Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
         Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke badan.
Sunah Mandi Wajib:
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :
        Menghadap kiblat
        Membaca basmalah
        Berwudu sebelum mandi
        Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
        Menggosok badan dengan tangan.
Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:
       Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur maupun dalam
keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai keluarnya mani, maka ia
tidak wajib mandi.
       Selesainya haid bagi perempuan.
       Selesai melahirkan.
       Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
       Meninggalnya seseorang (jenazah).
4)      Istinja’
Pengertian  istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan
qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari keduanya.
Istinja’ hukumnya wajib.
Hal-hal yang dilarang ketika buang air:
o   Dilarang menjawab suara adzan

7
o   Dilarang menjawab salam
o   Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab dengan suara
keras
o   Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir
o   Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya
Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:
        Air
        Batu (jika tidak ada air)
        Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
        Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)
Tata cara istinja’:
  Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh tempat
keluarnya najis dengan air hingga bersih
  Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika tidak ada
batu dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

4.         Fungsi Thaharah

Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki  fungsi yaitu :


a)      Membiasakan hidup bersih dan sehat
b)      Membiasakan hidup yang selektif
c)      Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat
d)     Sebagai sarana untuk menuju surga
e)      Menjadikan kita dicintai oleh Allah SWT[4]
5.       Manfaat Thaharah
Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.
a.       Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh orang
lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.
b.      Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-
harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
c.       Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah
terjangkit penyakit.

8
[4] http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

d.      Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun


lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.[5]

6.      Empat Keadaan Air Dalam Thaharah


Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait dengan hukumnya
untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di dalam kitab fiqh,  mereka
membaginya menjadi 4 macam, yaitu :
a)     Air Mutlaq
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses apapun. Air itu masih
asli, dalam arti belum digunakan untuk bersuci, tidak tercampur benda suci atau pun benda
najis. Air mutlaq ini hukumnya suci dan sah untuk  digunakan bersuci, yaitu untuk
berwudhu’ dan mandi janabah. Air yang suci itu banyak sekali, namun tidak semua air
yang suci itu bisa digunakan untuk mensucikan. Diantara air-air yang termasuk dalam
kelompok suci dan mensucikan ini antara lain adalah :
         Air Hujan
         Salju
         Embun
         Air Laut
         Air Zam-zam
         Air Sumur atau Mata Air
         Air Sungai
b)      Air Musta’mal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk bersuci.
Baik air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh seseorang, atau sisa juga air bekas
mandi janabah. Air bekas dipakai bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam
penampungan. Para ulama seringkali menyebut air jenis ini air musta'mal.
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu (‫ يستعمل‬- ‫ )استعمل‬yang bermakna
menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya adalah air yang sudah digunakan untuk
melakukan thaharah, yaitu berwudhu atau mandi janabah.

9
[5]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau membasuh muka atau
bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa
bekas cuci tangan, cuci muka, cuci kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah,
statusnya tetap air mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai
air musta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau mandi janabah. Perbedaan
pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah SAW yang kita terima dari
Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu antara lain :
Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah sekali-kali
seorang kamu mandi di air yang diam dalam keadaan junub. (HR. Muslim)
”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir, kemudian
dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”. Dalam riwayat Abu
Daud,”Janganlah mandi janabah di dalam air itu. (HR. Muslim)
Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah SAW melarang
seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah laki-laki. Dan melarang
laki-laki mandi janabah dengan air bekas mandi janabah perempuan. Hendaklah mereka
masing-masing menciduk air. (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air bekas Maimunah ra. (HR.
Muslim)
Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah satu isteri Nabi telah mandi dalam satu
ember kemudian datang Nabi dan mandi dari padanya lalu berkata isterinya, ”saya tadi
mandi janabat, maka jawab Nabi SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut berjanabat”.
c)       Air Yang Tercampur Dengan Barang Yang Suci
Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci atau barang yang
bukan najis. Hukumnya tetap suci. Seperti air yang tercampur dengan sabun, kapur barus,
tepung dan lainnya. Selama nama air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah
keluar dari karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun tidak
mensucikan. Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu suci dan susu juga benda
suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah menghilangkan sifat utama air murni
menjadi larutan susu. Air yang seperti ini tidak lagi bisa dikatakan air mutlak, sehingga
secara hukum tidak sah kalau digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun
masih tetap suci.

10
d)      Air Mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau benda yang najis.
Air yang tercampur dengan benda najis itu bisa memiliki dua kemungkinan hukum, bisa
ikut menjadi najis juga atau bisa juga  sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya
tergantung dari apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda
yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan jumlah air dan
besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar mandi, secara logika
bila kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akan mengatakan bahwa air itu
menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis juga. Karena air itu sudah tercemar dengan
perbandingan benda najis yang besar dan jumlah volume air yang kecil.
Agar kita bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan benda najis itu ikut
berubah menjadi najis atau tidak, maka para ulama membuat indikator, yaitu rasa, warna
atau aromanya.
დ     Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air terkena atau kemasukan
barang najis, maka hukum air itu iut menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnul
Munzir dan Ibnul Mulaqqin.
დ     Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan
mensucikan. Baik air itu sedikit atau pun banyak.[6]
7.      Pengertian hadas dan najis
a. Hadas
Pengertian Hadas:
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah sesuatu
yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah
untuk melaksanakan ibadah.
Bermacam hadas dan cara mensucikannya:
Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu :

[6]http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqh-ibadah-thaharah.html

11
1)       Hadas kecil
Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang berwudu
apabila hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :
o   Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
o   Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.
o   Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.
o   Hilang akal karena sakit atau mabuk.
2)       Hadas besar
Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi besar
atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :
o   Bersetubuh (hubungan suami istri)
o   Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
o   Keluar darah haid
o   Nifas
o   Meninggal dunia
2. Najis
Pengertian Najis:
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu
yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan, karena menjadikan tidak
sahnya melaksanakan suatu Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya:
Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut adalah
Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.
-            Najis Mukhafafah
Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air kencing
bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-apa kecuali air
susu ibunya. Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan mnegusapkan/
memercikkan air pada benda yang terkena najis.
-            Najis Mutawasitah
Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain air
kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi dua
bagian, yaitu :

12
დ     Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan rasanya tidak
nyata. Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara mensucikannya cukup dengan
mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.
დ     Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara mensucikannya
dengan menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya.
-            Najis Mugalazah
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang
mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis sampai
tujuh kali. Kali yang pertama dicampur dengan tanah atau debu sehingga hilang zat,
warna, rasa, dan baunya.

13
BAB III
PENUTUP

   Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang (kotoran)
yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda
yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum
taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah  yang paling utama adalah beragama Islam dan
sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah,
debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan
berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air,
sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.

14
DAFTAR PUSTAKA

H. Moch. Anwar, Fiqih Islam  Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987.


Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2013.
http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqh-ibadah-thaharah.html

15

Anda mungkin juga menyukai