Anda di halaman 1dari 38

Makalah

Kehadiran Islam Mendamaikan Bumi Nusantara

Disusun Oleh : Kelompok


1. Ajis Depran Utama
2. Diky Andreansyah
3. Puja Radina Wijaya
4. Maikel Saputra
5. Fatmana Alfaijunisa
6. Reva Sapitri
7. Lasri Juliana
8. Tania Dayangtri
9. Bunga citra Lestara
10. Sera Yulita
11. Selpia

Kelas : ..................................

Guru Pembimbing :
Fitriyanti, S. Pd.I

SMP NEGERI 1 RUPIT


KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Taa’ala yang telah
memberikan segala limpahan Rahmat, dan Hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.

Sebelumnya juga saya mengucapkan kepada rekan-rekan yang telah


menyukseskan terselesainya makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Dan
bermanfaat untuk kita semua.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari makalah ini.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Muara Rupit, 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................................................
2.1 Kerajaan Samudera Pasai..........................................................................
2.2 Kerajaan Aceh.............................................................................................
2.3 Kerajaan Demak.........................................................................................
2.4 Kerajaan Pajang ( 1568-1586 )...................................................................
2.5 Kerajaan Mataram Islam ( abad 17-19 )...................................................
BAB 3. PENUTUP..............................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini
didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden Patah adalah
bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak.
Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembilan orang ulama
besar, pendakwah islam paling awal di pulau jawa.
Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu
Kertabumi. Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Fatah menjadi Sultan
Demak Bintoro yang pertama.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti
Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan
ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi yang
sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan kemandirian Demak dan
mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Letak kerjaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan ini sering
dikunjungi pedagang-pedagang Islam dan pedagang asing untuk membeli beras,
madu,lilin dan lain-lain. Sampai abad ke 15, Demak di bawah kekuasaan Majapahit.
Akan tetapi setelah Majapahit mundur, Demak berkembang pesat sebagai tempat
penyebaran agama Islam dan tempat perdagangan yang ramai. Sebagai penguasa pertama
adalah Raden Fatah. Selain menjadi penguasa (bupati), Raden Fatah juga sebagai penyiar
agama Islam. Raden Fatah memisahkan diri dari Majapahit sekitar tahun 1500. Dengan
bantuan para wali, Raden Fatah mendirikan kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa
yaitu kerajaan Demak.
Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu pemerintahan
yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya
dengan menaklukan kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban,
Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.
Cepatnya kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta
pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah
para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang
dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa.
Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak
terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di Masjid
itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Demak?
2. Bagaimana kehidupan ekonomi Kerajaan Demak?
3. Bagaimana kehidupan sosial Kerajaan Demak?
4. Bagaimana kehidupan budaya Kerajaan Demak?
5. Bagaimana keruntuhan Kerajaan Demak?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas seputar Kerajaan
Demak dan menjawab rumusan masalah, diantaranya untuk mengetahui :
1. Kehidupan politik Kerjaaan Demak
2. Kehidupan ekonomi Kerajaan Demak
3. Kehidupan sosial Kerajaan Demak
4. Kehidupan budaya dan peninggalan Kerajaan Demak
5. Faktor keruntuhan Kerajaan Demak

BAB 2. PEMBAHASAN
A. KERAJAAN SAMUDRA PASAI
Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7
dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam
pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina
zaman T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton
maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah
pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang
dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa
pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di
pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674
Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan
atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam
perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-
Kamil adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa.
Ia ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu,
ia mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah
merupakan dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu
Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar
Kanan dan Sampar Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti
Mamuluk yang bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai.
Selain untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai
pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir
Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya
dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail.
Setelah Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus
Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan
Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu “Al Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah
Silu. Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda
Rasulullah yang menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah Merah Silu
yang tanpa diajari siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas
dari itu, Malik As Saleh kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham Syafi’i.
Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang semula Syiah berubah menjadi paham
Syafi’I yang sunni.

A. Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang


Dengan timbulnya Kerajaan Samudra Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami
kemunduran. Samudra Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra
Utara. Samudra Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga
sebagai pusat pengembangan agama Islam bermazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam mazhab
Syafi’i. Awalnya Sultan Malik Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari
pedagang-pedagang Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12. Pedagang-pedagang
Gujarat bersama-sama pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-
kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai Perlak dan
Kerajaan Samudra Pasai di muara Sungai Pasai. Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh
berpindah menjadi memeluk Islam bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang
merupakan utusan Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa
pemerintahan Sultan Malik Al Saleh juga Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Marco
Polo.
a. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar
sultan Malik al Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan
Sultan Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan
angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan
Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295, Sulthan malik
al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al
Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra pasai berhasail menaklukkan
kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan
ahmad laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
b. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk
terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :
 Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
 Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
 Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
 Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga
merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga
berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri dari
ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat,
sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya.
Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan
ke Bandar Malaka.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan
dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan
kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.

B. Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan Samudra Pasai ini merupakan kerajaan islam kedua sesudah Perlak.
Sumber-sumber sejarah mengenai kerajaan ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan
kerajaan pertama. Disamping Hikayat, berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga
meninggalkan peninggalan arkeologis berupa prasasti yang dapat menjadi saksi utama
mengenai telah berdirinya kerajaan ini.
Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al
Shaleh. Hal ini diketahui dengan pasti dari prasasti yang terdapat dari batu nisan makamnya
yang menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada bulan Ramadhan 676
tahun sesudah hijrah Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo ke negeri ini
dalam perjalanannya pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-Saleh.
Sebelum menjadi raja dan bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang marah dan bernama
Marahsilu. Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung. Putri
Betung mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu dibantun oleh
Marah Gajah keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu berhenti mengalir, maka
menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat Putri Betung ialah Raja
Muhammad. Raja Muhammad karena marah segera mengerahkan orang-orangnya untuk
mencari dan menangkap Marah Gajah. Marah Gajah yang takut karena kehilangan Putri
Betung menyingkir dan meminta perlindungan dari ayah angkatnya pula yang bernama Raja
Ahmad. Ternyata Raja Muhammad dan Raja Ahmad adalah dua orang bersaudara. Tetapi
karena peristiwa Putri Betung d atas, maka kedua orang bersaudara itu akhirnya berperang.
Keduanya tewas dan Marah Gajah sendiri juga tewas terbunuh dalam peperangan. Putri
Betung meninggalkan dua orang putra yaitu Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua
meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah Sum kemudian
menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu akhirnya dapat merebut rimba Jirun dan menjadi raja
di situ. Marah Slu mendirikan istana kerajaannya di atas bukit yang banyak didiami oleh
semut besar yang oleh rakyat di sekitarnya disebut Semut Dara (Samudra). Itulah sebabnya
maka negara itu kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita ketahui
bahwa agama Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada waktu itu adalah
agama Islam aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan pengaruh Syi’ah dan untuk kemudian mengembangkan Islam
mahzab Syafi’i di pantai timur Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang
beraliranmahzab Syafi’i pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra Utara
bersama Fakir Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh
Ismail berhasil menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk memeluk agama
Islam mahzab Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan Marah Silu sebagai Sultan
pertama di kerajaan Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut Marah Silu
yang bernama Sri Kaya dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab Syafi’i dan berganti nama
pula menjadi Sidi Ali Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.
Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh Ismail ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297
ia digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Al
Tahir yang memerintah sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad
Bahian Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra Pasai juga
mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah seorang dari Afrika Utara yang
bekerja pada Sultan Delhi di India. Ia mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah
ketika melakukan perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan
Ibnu Batutah kita dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika
perkembangannya. Sebagai bandar utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara,
Samudra Pasai banyak didatangi oleh kapal-kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah
lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal saling bertemu, transit, membongkar serta
memuat barang-barang dagangannya.
Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi dari India dan Persia.
Keraton dan Istana Kerajaan Samudra Pasai dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh
Persia dapat terlihat dari gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri
menggunakan gelar syah, sedang patihnya yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di
antara pembesar-pembesar kerajaan terdapat pula orang Persia.

C. Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai


Puncak Kejayaan Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini ditandai
dengan adanya perkembangan dibidang-bidang kehidupan kerajaan Samudra pasai, seperti ;
a. Di bidang perekonomian dan perdagangan
Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini ditandai dengan
sudah adanya mata uang yang diciptakan sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari
emas, uang ini dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan berkembangnya Kerajaan
Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan internasional pada masa pemerintahan Sultan
Malikul Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Saat itu Pasai
diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya, selain komoditas
lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan
hanya perdagangan ekspor-impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju. Hubungan
dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa
ditukar dengan lada. Pedagang -pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di
pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.
b. Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan–aturan
dan hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan
kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera Pasai
berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan
huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa
Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di
antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra
Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh
Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya. Selain itu juga berkembang
ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
c. Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan
hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama
Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan
kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja. Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai
yang cukup luas, sehingga penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
d. Di bidang politik
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik dengan
Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua orang
untuk dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din. Selain dengan
Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri Timur
Tengah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli agama mulai dari
berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran) yang bernama Qadi Sharif
Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan persahatan Kerajaan Samudra Pasai juga
terjalin dengan Malaka bahkan mengikat hubungan perkawinan.

D. Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


1. Faktor Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a. Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At
Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai
menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan
Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau
Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam
meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam
diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan
yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru
tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang
pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra
Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam
di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai.
Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-
benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa
Kesultanan Aceh Darussalam.
b. Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan
digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir.
Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya
menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa
terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina. Beberapa
faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang
dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan
Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan
Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan darah yang
sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu
hal yang bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan
meredam pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah
ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah menaklukan Malaka tahun 1511,
dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan
Aceh.
2. Faktor Eksteren kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a. Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan
Majapahit dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di
Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh
Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit
dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih
Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu bahwa Gajah
Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya
kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan
rencana penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang
serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam
Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada
perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada memulai aksinya
pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan
karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada
tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai
timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya dan
mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit Meutan
atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan
jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu
Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di
antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena
dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang dilakukan lewat
jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena
faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan
Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan
itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan
berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan sebelum akhirnya
perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat
mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan
luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi
mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum
kegiatan dagang internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting
dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan
dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka
segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan
Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera
dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan
Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi
kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah
kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu.
Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera Pasai.
b. Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah
satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera
bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan
Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke
dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat
perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke
Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang
lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
c. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang
lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan)
dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang
merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan
dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke Malaka, karena telah mengetahui bahwa pelabuhan
Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru
angin. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak masuk dan
keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15 dikunjungi oleh para
saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan saudagar-saudagar Indonesia. Hal
ini sangat menarik perhatian orang-orang Portugis.
Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan
melalui selat Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez de
Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-perjanjian
dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan untuk
memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi semboyan
orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya bermotif penyebaran
agama akan tetapi terutama motif ekonomi.

E. Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai


1. Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai diyakini pernah berjaya dibuktikan dengan beberapa
peninggalan dari kerajaan tersebut. Sayangnya, kerajaan Samudra Pasai tidak banyak
meninggalkan batu prasasti sebagai peninggalan bersejarah. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah setempat terhadap bukti- bukti peninggalan
sejarah. Peneliti independen dari pusat informasi Samudra Pasai Heritage Lhouksemawe,
Taqiyuddin mengungkapkan benda peninggalan bersejarah Kerajaan Samudera Pasai tersebar
di hampir seluruh wilayah Aceh, khususnya Aceh Utara. Namun, sampai saat ini belum ada
upaya untuk menggali dan meneliti peninggalan bersejarah tersebut. Umumnya peninggalan
bersejarah Samudera Pasai berupa nisan bertuliskan kaligrafi arab gundul yang khas.
(Mohamad Burhanuddin,2011).
Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh
agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian
disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut
adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun
1360 M. Hikayat Raja Pasai ini dapatlah dibagi menjadi tiga bagian yaitu mengenai asal usul
pembukaan negeri-negeri Pasai dan Samudera, pengislaman Merah Silau dan kejatuhan
kerajaan Pasai ke Majapahit. Hikayat Raja Pasai ini juga berisi kisah-kisah mitos seperti
kelahiran Puteri Buluh Betung, mitos pembukaan negeri Samudera (semut besar), silsilah
raja-raja Majapahit dan legenda tokoh-tokoh Tun Beraim Bapa, Sultan Ahmad dan Sultan
Malikul Saleh yang seharusnya dipercayai dalam wujud realiti sejarah Samudera-Pasai. HRP
menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.
Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas
permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas mencerminkan sekelumit peran yang telah
dimainkan oleh Samudra Pasai dalam posisinya sebagai pusat pertumbuhan Islam di Asia
Tenggarapada masa itu.
Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh
para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas
utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan
mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut.
Uang dirham juga menjadi peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang menandakan kekuatan
ekonomi pada saat itu. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad
Malik Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter
Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam. Banyak makam – makam para pemimpin kerajaan Samudra
Pasai yang merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra Pasai. Beberapa makam terseut
adalah :
a. Makam Sultan Malik AL-Saleh
Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17
km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.
b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai sejak
1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam
Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir,
cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November
1326.
c. Makam Nahriyah
Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang pucuk
pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia bertahta dengan sifat
keibuan dan penuh kasih sayang. Harkat dan martabat perempuan begitu mulia pada masanya
sehingga banyak yang menjadi penyiar agama pada masa tersebut. Makamnya terletak di
Gampông Kuta Krueng, Kecamatan Samudera ± 18 km sebelah timur Kota Lhokseumawe,
tidak jauh dari Makam Malikussaleh . Surat Yasin dengan kaligrafi yang indah terpahat
dengan lengkap pada nisannya. Tercantum pula ayat Qursi, Surat Ali Imran ayat 18 19, Surat
Al-Baqarah ayat 285 286, dan sebuah penjelasan dalam aksara Arab yang artinya, “Inilah
makam yang suci, Ratu yang mulia almarhumah Nahrisyah yang digelar dari bangsa chadiu
bin Sultan Haidar Ibnu Said Ibnu Zainal Ibnu Sultan Ahmad Ibnu Sultan Muhammad Ibnu
Sultan Malikussaleh, mangkat pada Senin 17 Zulhijjah 831 H” (1428 M).
d. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
Teungku Sidi Abdullah Tajul Milah berasal dari Dinasti Abbasiyah dan merupakan
cicit dari khalifah Al-Muntasir yang meninggalkan negerinya ( Irak ) karena diserang oleh
tentara Mongolia. Beliau berangkat dari Delhi menuju Samudera Pasai dan mangkat di Pasai
tahun 1407 M. Ia adalah pemangku jabatan Menteri Keuangan. Makamnya terletak di sebelah
timur Kota Lhokseumawe. Batu nisannya terbuat dari marmer berhiaskan ukiran kaligrafi,
ayat Qursi yang ditulis melingkar pada pinggiran nisan. Sedangkan di bagian atasnya tertera
kalimat Bismillah serta surat At-Taubah ayat 21-22.
e. Makam Naina Hasanuddin
Naina Hasamuddin wafat pada bulan Syawal 823 H ( 1420 M ). Makam beliau
terletak di Gampong Mns. Pie Kecamatan Samudera kabupaten Aceh Utara , dalam komplek
makam terdapat 12 batu pusara. Situs makam ini berhiaskan ornamen dan kaligrafi ayat Kursi
di atas batu pualam, ditambah dengan sepotong sajak berbahasa Parsi berisikan petuah mati
bagi yang hidup, Sajak tersebut ditulis penyair Iran Syech Muslim Al-Din Sa’di (1193-1292)
yang diterjemahkan oleh sejarawan Ibrahim Alfian: Tiada terhitung bilangan tahun melintasi
bumi, Laksana mata air mengalir dan semilir angin lalu, Bila kehidupan hanyalah separangkat
kumpulan hari-hari manusia, Mengapa penyinggah bumi ini menjadi angkuh? Oh, sahabat!
Jika kau lewat makam seorang musuh, Janganlah bersuka cita, sebab hal yang sama jua akan
menimpamu, Wahai yang bercelik mata dengan kesombongan, Debu-debu akan merasuki
tulang belulang Laksana pupur cetak memasuki kotak penyimpanannya. Barangsiapa
menyombongkan diri dengan hiasan bajunya, Esok hari jasadnya yang terkubur hanya tinggal
menguap.
Dunia sarat persaingan dan sedikit kasih sayang, Ketika tersadar ia terkapar tanpa daya.
Demikianlah sesungguhnya jasad yang kau lihat terbujur berkalang tanah Barang
siapa memenuhi peristiwa penting ini dari kehidupannya nanti, Kemanakah ia harus
menghindar? Tak ada yang mampu memberi pertolongan, kecuali amal shaleh. Saidi
bernaung dibawah bayang Allah yang maha pemurah Yaa Rabbi, janganlah siksa hambamu-
Mu yang malang dan tak berdaya ini Dosa senantiasa berasal dari kami, sedang engkau penuh
limpahan belas kasih.
f. Makam Perdana Menteri
Situs ini disebut juga Makam Teungku Yacob. Beliau adalah seorang Perdana Menteri
pada zaman Kerajaan Samudera Pasai sehingga makamnya digelar Makam Perdana Menteri.
Beliau mangkat pada bulan Muharram 630 H (Augustus 1252 M). Di lokasi ini terdapat 8
buah batu pusara dengan luas pertapakan 8 x 15 m. Nisannya bertuliskan kaligrafi indah surat
Al-Ma’aarij ayat 18-23 dan surat Yasin ayat 78-81.
g. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet
h. Makam Said Syarif
i.  Makam Teungku Diboih
Makam Teungku Di Iboih adalah milik Maulana Abdurrahman Al-Fasi. Sebagian
arkeolog berpendapat bahwa makam ini lebih tua daripada makam Malikussaleh. Makam ini
terletak di Gampông Mancang, Kecamatan Samudera ± 16 km sebelah Timur Kota
Lhokseumawe. Batu nisannya dihiasi dengan kaligrafi yang indah terdiri dari ayat Qursi,
surat Ali Imran ayat 18, dan surat At-Taubah ayat 21-22.
j. Makam Batte
Makam ini merupakan situs peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai. Tokoh
utama yang dimakamkan pada Situs Batee Balee ini adalah Tuhan Perbu yang mangkat tahun
1444 M.
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan ini juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai,
adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di
sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar
tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-
Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368),
musafir Marokoyang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya
runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.
Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh
Marah Silu, setelah sebelumnya ia menyingkirkan seorang raja yang bernama Sultan Malik
al-Nasser. Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut
dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat
pada tahun 696 H atau 1297 M.
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan
Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah
diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan
perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun
1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahirdan
memerintah sampai tahun 1345.
Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian
menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh
keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i.  Selanjutnya pada masa
pemerintahanSultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan Mahmud Malik az-Zahir, datang
serangan dari Majapahit antara tahun 1345 dan 1350, dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa
melarikan diri dari ibukota kerajaan.
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antaraKrueng Jambo Aye (Sungai
Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang
menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak
memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang
berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini
terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir,Kerajaan Perlak telah
menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya
yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan
Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di
Pasai.
Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa
pertikaian di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan
Sultan Pasai meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan
tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan
oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan
kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

B. Kerajaan Aceh Darussalam


Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di
provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota
Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang
dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.
Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya
dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam
mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang
imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan
pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan
diplomatik dengan negara lain.
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada
awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur.
Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan
Aceh diikuti dengan Aru. Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera
sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. kemudian
Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga
tahun 1568.
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda (1607 - 1636). Pada masa kepemimpinannya, Aceh telah berhasil memukul
mundur kekuatan Portugis dari selat Malaka. Kejadian ini dilukiskan dalam La Grand
Encyclopediebahwa pada tahun 1582, bangsa Aceh sudah meluaskan pengaruhnya atas
pulau-pulau Sunda (Sumatera, Jawa dan Kalimantan) serta atas sebagian tanah Semenanjung
Melayu. Selain itu Aceh juga melakukan hubungan diplomatik dengan semua bangsa yang
melayari Lautan Hindia. Pada tahun 1586, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap
Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000
tentara laut. Serangan ini dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malakadan
semenanjung Melayu. Walaupun Aceh telah berhasil mengepung Malaka dari segala penjuru,
namun penyerangan ini gagal dikarenakan adanya persekongkolan antara Portugis
dengan kesultanan Pahang.
Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan
beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang
masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U
Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-
Raniri dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam
bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil.
Kemunduran Kesultanan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan Iskandar Tsani pada
tahun 1641. Kemunduran Aceh disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah makin
menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka.

C. KERAJAAN DEMAK
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai
utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan di
bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
2.1.1 Raden Fatah
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China
mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda
persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat
tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua
kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana
majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah
memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja),
masih kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidakcocokan dengan putri pemberian Kaisar
yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari
istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati
Pelembang, Arya Damar. Dari rahim putri cina inilah Raden Patah lahir. Nama
kecil Raden Patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah
memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20
tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali
ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki
usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar
di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M. Patah
sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim
ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu
laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo
Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya,
seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden
Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi
ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang,
Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara,
karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam
di Jawa.
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden
Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam
Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang
dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu.
Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak
meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng
menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam
sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa,
seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan
Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama
Tunggang Parangan.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan. Raden Fatah tampil
sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan
memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak.
Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan
Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis
dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah
memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang
Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh
lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat
julukan Pangeran Sabrang Lor.
2.1.2 Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan
Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih
muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia
pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka.
Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya
yang bergelar Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk
menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi
adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan
armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai
Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis
yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari
Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor
atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan
menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati
Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M.
2.1.3 Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada
tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan
untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada
Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
(berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M
itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana
memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil dikuasai,
seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang
Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan
kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal.
Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Di masa
jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar
Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia
berhasil mengalahkan Majapahit.
Raden Patah merupakan Sultan yang terkenal dari kerajaan Demak ini.
2.2 Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraris.
Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut
Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan
antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak
berfungsi sebagai pelabuhan transito. Penghubung penghubung daerah penghasil
rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.Demak
dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang
cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras,madu, dan lilin.
Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan jepara. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik. Sebagai negara maritim, Demak
menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transito antara daerah penghasil
rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka dan dari Malaka kemudian dibawa para
pedagang menuju kawasan barat. Berkembangnya perekonomian Demak di samping
faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.

2.3 Kehidupan Sosial


Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan
diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak
ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan
yang berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai
sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu merupakan
lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung Demak selain kaya
dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu
tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang
disatukan (tatal).
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga
meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan itu
digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam.
Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai
sekarang.

1.4 Kehidupan Budaya dan Peninggalan Kerajaan Demak


Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan
dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai sekarang masih
tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran
Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran
bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari
kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal).
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga
meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan itu
digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam.
Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai
sekarang.

Peninggalan Kerajaan Demak diantaranya :


2.4.1 Masjid Agung Demak
Peninggalan Kerajaan Demak yang paling besar dan masih ada sampai
sekarang adalah Masjid Agung Demak. Masjid Demak ini dibangun dan
diprakarsai oleh beberapa anggota dari Walisongo terutama Sunan Kalijogo.
Lokasi Masjid Demak ini berada di tengah pusat kota Demak. Sampai saat ini,
ada banyak sekali para peziarah yang datang untuk menyaksikan sisa-sisa
sejarah Kejayaan Kerajaan Islam Demak. Di Masjid Agung Demak ini selain
menyaksikan keindahan arsitektur bangunan Masjid Demak, juga bisa melihat
dan berziarah di beberapa makam para tokoh termasuk raja Kerajaan Demak.

Gambar 1. Masjid Agung Demak

2.4.2 Makam Sunan Kalijogo


Di Demak juga ada makam salah satu anggota Walisongo yaitu Sunan Kalijogo.
Sunan Kalijogo dikenal sebagai seorang penyebar agama Islam di tanah Jawa
yang menggunakan dan memaksimalkan seni tradisional. Beliau dikenal juga
menggubah beberapa cerita Wayang Kulit, selain juga menggubah tembang
Jawa lainnya. Dan konon kabarnya Sunan Kalijogo juga yang menciptakan baju
koko yang sering kita pakai saat ini.
Gambar 2. Makam Sunan Kalijaga

2.4.3 Pintu Bledeg


Pintu Bledeg ini adalah karya dari Ki Ageng Selo, untuk saat ini Pintu
Bledeg yang asli masih tersimpan di musium Masjid Agung Demak. Ada cerita
unik di balik pembuatan pintu bledeg tersebut. Konon kabarnya Pintu Bledeg
tersebut terbuat dari kilat atau petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo.

Gambar 3. Pintu Bledeg

2.4.4 Bedug dan Kentongan di Masjid


Bedug dan kentongan yang ada di Masjid ini sebelum adanya syiar
Walisongo di tanah Jawa, tidak lumrah digunakan. Namun kemudian bedug dan
kentongan ini digunakan di Masjid oleh Walinsongo difungsikan untuk
memanggil masyarakat untuk datang berjamaah. Karena pada waktu itu bedug
dan kentongan adalah alat musik tradisional yang digemari oleh rakyat.

Gambar 4. Bedug dan Kentongan Kerajaan Demak

2.4.5 Soko Tatal dan Soko Guru


Soko tatal dan soko guru adalah termasuk juga sebagai peninggalan
Kerajaan Demak yang sekaligus bisa dijadikan sebagai sumber berita sejarah
Kerajaan Demak. Menurut ceritanya, soko tatal adalah soko masjid Demak yang
terbuat dari sobekan kayu sisa pembuatan Masjid Demak. Soko tatal adalah
karya dari Sunan Kalijogo dengan daya kelebihan magisnya. Banyak yang
menganggap karena kesaktian Sunan Kalijogo kemudian soko tatal ini bisa
dibuat, namun ada juga yang menganggap bahwa soko tatal adalah sebuah
simbol persatuan masyarakat yang begitu kuat.

Gambar 5. Soko Tatal dan Soko Guru

1.1
1.2
1.3
1.4
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6 Situs Kolam Wudlu
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs
ini dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir
yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs
tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat
sebagai benda peninggalan sejarah.

Gambar 6. Situs Kolam Wudhu

1.4.7 Maksurah
Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi
bangunan Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi,
tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun
tulisan dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.

Gambar 7. Maksurah
1.4.8 Piring Campa
Piring Camapa merupakan pemberian dari seorang putri dari atau bisa
disebut juga ibu dari Raden Patah. Piring camapa jumlahnya ada 65 buah.
Sebagian di tempelkan sebagai hiasan di dinding masjid, dan sebagian lain di
tempelkan di tempat imam.

Gambar 8. Piring Campa

1.4.9 Dampar Kencana


Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana.
Dampar Kencana merupakan singgasana untuk para Sultan Demak yang
kemudian digunakan sebagai mimbar khotbah pada Masjid Agung Demak.
Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan disimpan pada museum Masjid
Agung Demak agar terhindar dari kerusakan.
Upacara Sekaten
Perayaan maulud disebut Sekaten. Istilah ini bersal dari kata shahadatain,
pengakuan percaya pada agama Islam, “Tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah rasulnya”. Konon dimulai pada saat maulud diperkenalkan
oleh Raden Patah di Demak pada awal abad ke-16, ribuan orang Jawa beralih
agama Islam dengan mengucapkan syahadatain. Oleh karena itu penggunaan
nama sekaten pada perayaan tersebut menjadi terkenal. Perayaan tersebut
diteruskan oleh sultan-sultan berikutnya sehingga kemudian menjadi perayaan
tahunan. Sekaten juga menjadi lambang kekuatan dan keberanian pendiri
kerajaan mataram.

Gambar 10. Upacara Sekaten

1.4.10 Upacara Syawalan


Upacara syawalan merupakan upacara terdisional masyarakat demak yang
tinggal di sekitar pantai, yaitu berupa upacara sedekah laut. Penyelenggaraan
upacara syawalan ini dilakukan pada tanggal 7 Syawal atau 7 hari setelah hari
raya Idul Fitri dan bertempat di sekitar muara sungai Gerebeg Besar, acara
syawalan ini belum masuk dalam agenda pariwisata Jawa Tengah. Sebagian
besar yang datang pada peringatan acara syawalan ini adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar muara sungai tuntang dan daerah-daerah lainnya di kabupaten
Demak. Ada pula yang datang dari daerah di luar kabupaten Demak misalnya
Semarang, Kudus , dan daerah lainnya. Acara syawalan ini tidak semeriah acara
Grebeg Besar.

Gambar 11. Upacara Syawalan


1.4.11 Upacara Grebeg Besar
Perayaan grebeg besar dirayakan setiap satu tahun satu kali, yaitu pada
tanggal 10 bulan Zulhijah atau bulan haji. Seminggu sebelum acara pokok
dimulai, di alun-alun Demak diadakan pasar malam. Acara persiapan dilakukan
9 Zulhijah atau malam tanggal 10 Zulhijah, yaitu berupa acara persiapan untuk
acara puncak pada tanggal 10 Zulhijah di siang hari. Upacara persiapan tersebut
dilakukan di Masjid Agung Demak dan di Kadilangu.

Gambar 12. Upacara Grebeg Besar

Acara persiapan yang dilakukan di Masjid Agung Demak adalah berupa


iring-iringan tumpeng yang berjumlah Sembilan (sebagai simbol Wali Sanga),
dari pendopo kabupaten ke Masjid Agung Demak tumpeng sembilan tersebut
diiringi oleh tabuhan rebana dan salawatan. Acara iring-iringan tumpeng
sembilan ini diselenggarakan sejak tahun 1974 oleh Pemerintah daerah
Kabupaten Demak.
1.5 Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauaan politik yang
hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melpaskan diri dan
tidak menngakui lagikekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertengkaran antara
para waris yang saling berebut tahta. Orang yng seharusnya menggantikan kedudukan
Sultan Trenggana adalah pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, id dibunuh oleh
pangeran Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Arya Panangsang anak
laki-laki pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa lebih
berhak mewarisi tahta Demak. Pangeran prawoto dengan beberapa pendukungnya
berhasil dibunuh oleh Arya panagsang dan Arya Panangsan berhasil naik tahta. Akan
tetapi, Arya Panangsaang tidak berkuasa lama yang kemudian direbut atau dikalahkan
oleh Jaka Tingkir yang dibantu oleh Ki Gede Pamanahan dan putrannya Sutawijaya,
serta Ki Gede Pamanahan naik tahta dan penobatan dilakuan oleh Sunan Giri. Setelah
menjadi raja, ia bergelar Sultan Hadiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya
dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.
Sultan Hadiwijaya sangat menghormati oarang-orang yang telah berjasa.
Terutama orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawa Arya Panangsang .
Kyai Ageng Pemanahan mendapat tanah Mataram dn Kyai Penjawi diberi tanah di Pati.
Keduanya menjadi bupati di daerah tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pamanahan diangkat menjadi putra angkat karena
jasanya dalam menaklukan Arya Panangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan.
Setelah Kyai Ageng Pamanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya di angkat menjadi
penggantinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang beranama Pangeran
Benowo diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh
Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia marasa mempunyai hak atas tahta Pajang.
Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benowo.
Pangeran Benawa menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mampu
mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati
yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatanya,
Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat sebagai bupati
Mataram, sehigga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram
D. Kerajaan Pajang (1568-1587)
Perkembangan Islam di Jawa salah satunya dipelopori oleh kerajaan Islam pertama yang ada
di Jawa, yaitu Kesultanan Demak. Setelah Demak runtuh, maka bergantilah kerajaan Demak
tersebut dengan kerajaan Pajang. Kerajaan Pajang ini didirikan oleh Jaka Tingkir yang
berhasil menyingkirkan saingannya untuk kemudian memindahkan pusat kerajaan Demak ke
daerah Pajang.
Secara geografis, kerajaan Pajang terletak di daerah pedalaman. Kerajaan ini tidak berkuasa
lama, hal tersebut disebabkan beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstern. Namun
meskipun demikian, kerajaan ini nantinya juga akan  menghasilkan kemajuan-kemajuan yang
signifikan terhadap perkembangan Islam di sekitar wilayah kekuasaanya.
Jika ditinjau dari periode eksistensinya, kerajaan ini terhimpit oleh dua kerajaan Islam besar
yang letak mereka tidak begitu berjauhan, yaitu periode akhir kerajaan Demak dan juga awal
kerajaan Mataram Islam. Berangkat dari hal tersebut, penting kiranya untuk kita bahas lebih
lanjut hal-hal yang berkaitan dengan kerajaan ini.

Berdirinya Kerajaan Pajang
Berdirinya kerajaan Pajang pada akhir abad ke XVI M, merupakan tanda berakhirnya
kerajaan Islam yang berpusat di pesisir Utara Jawa yang kemudian bergeser masuk ke daerah
pedalaman dengan corak agraris. Ketika berbicara mengenai kerajaan ini, maka erat
kaitannya dengan keruntuhan kerajaan Demak. Di akhir kekuasaan kerajaan Demak, terjadi
peperangan antara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu Sultan Trenggono).
Peperangan itu terjadi pada tahun 1546 M, ketika sultan Demak telah meninggal dunia.

Pertempuran tersebut kemudian dimenangkan oleh Jaka Tingkir. ketika terjadi konflik antara
Aria Penangsang dan Joko Tingkir (Hadiwijaya), sebenarnya sunan Kudus kurang setuju
dengan Hadiwijaya. Namun hal tersebut kandas, ketika Jaka Tingkir berhasil memindahkan
pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang. Pengesahan Joko Tingkir atau biasa disebut dengan
Hadiwijaya menjadi sultan pertama kerajaan ini dilakukan oleh Sunan Giri.

Sebelum resmi mendirikan kerajaan ini, Jaka Tingkir yang berasal dari daerah Pengging ini,
sudah memegang jabatan sebagai penguasa di daerah Pajang pada masa Sultan Trenggono.
Kerajaan ini juga dinilai sebagai pelanjut dan pewaris dari kerajaan Demak. Kerajaan Pajang
terletak di daerah Kertasura dan merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah
pedalaman pulau Jawa. Kerajaan Pajang ini tidak berusia lama, karena kemudian bertemu
dengan suatu kerajaan Islam besar yang juga terletak di Jawa Tengah yaitu kerajaan
Mataram.

Pada awal berdirinya, wilayah kekuasaan Pajang hanya meliputi daerah Jawa Tengah. Hal itu
disebabkan karena setelah kematian Sultan Trenggono, banyak wilayah jawa Timur yang
melepaskan diri. Namun pada tanggal 1568 M, Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa
Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam Kesempatan itu, para adipati
sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri – negeri Jawa Timur, maka secara sah
kerajaan Pajang telah berdiri. Selanjutnya, kerajaan Pajang mulai melakukan ekspansi ke
beberapa wilayah, meliputi juga wilayah Jawa Timur.
Peta Kerajaan Pajang Credit to: lokajaya.blog.uns.ac.id
Berpindahnya kerajaan Islam dari Demak ke Pajang merupakan kemenangan Islam Kejawen
atas Islam ortodoksi. Setelah berkuasa beberapa waktu, kerajaan ini akhirnya mencapai masa
kejayaan pada masa raja pertama mereka, yaitu sultan Hadiwijaya. Namun pada
perkembangannya, kerajaan ini kemudian mengalami masa disintegrasi setelah sultan
Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582 M.

Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Pajang

Setelah sultan Hadiwijaya meninggal, terjadi perebutan kekuasaan antara penerus-


penerusnya. Kemudian ia digantikan oleh Aria Pangiri yang berasal dari Demak. Aria Pangiri
kemudian bertempat tinggal di keraton Pajang. Dalam menjalankan roda pemerntahannya,
Arya Pangiri banyak didampingi oleh orang-orang dari Demak. Selain itu, tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh Arya Pangiri juga banyak yang merugikan rakyat, sehingga
menimbulkan rasa tidak senang dari rakyat.

Sementara itu, seorang anak dari sultan Hadiwijaya yang bernama Benawa, dijadikan
penguasa di Jipang. Pangeran Benawa merasa tidak puas dengan jabatan yang didapatnya.
Sehingga ia meminta bantuan kepada senopati Mataram, Sutawijaya, untuk menyingkirkan
Aria Pangiri.

Pada tahun 1586, Pangeran Benawa yang telah bersekutu dengan Sutawijaya, mengambil


keputusan untuk menyerbu Pajang. Gabungan pasukan Mataram dan Jipang berangkat untuk
menurunkan Arya Pangiri dari takhtanya.

Perang terjadi di kota Pajang. Pasukan Arya Pangiri yang terdiri atas 300 orang Pajang, 2000
orang Demak, dan 400 orang seberang dapat dikalahkan pasukan koalisi Benawa dan
Sutawijaya. Arya Pangiri sendiri tertangkap, tetapi diampuni nyawanya setelah Ratu
Pembayun, istrinya meminta ampunan.

Sutawijaya mengembalikan Arya Pangiri ke Demak, serta mengangkat Pangeran


Benawa sebagai raja baru di Pajang. Benawa kemudian berinisiatif untuk membalas budi
kepada kesultanan Mataram, ia kemudian berinisiatif untuk menyerahkan hak atas warisan
ayahnya kepada Senopati Mataram tersebut. Namun, senopati menolak.

Senopati tersebut kemudian meminta “Perhiasan emas intan kerajaan Pajang”. Dengan
demikian, pangeran Benawa dikukuhkan menjadi sultan di kerajaan Pajang, namun dibawah
kekuasaan Mataram. Sepeninggal sultan Benawa, terdapat beberapa orang sultan yang sempat
memerintah. Tetapi pada tahun 1617-1618 M, terjadi pemberontakan besar di Pajang yang
dipimpin oleh Sultan Agung. Pada tahun 1618 M, kerajaan Pajang mengalami kekalahan
melawan Mataram. Dengan demikian, runtuhlah kerajaan Pajang ini.

Raja-Raja Kerajaan Pajang
1. Jaka Tingkir/Hadiwijaya
Nama kecil Jaka Tingkir adalah Mas Krebet. Hal tersebut dikarenakan ketika kelahiran Jaka
Tingkir, sedang ada pertunjukan wayang beber di rumahnya. Saat remaja, ia memiliki nama
Jaka Tingkir. Nama itu dinisbatkan pada tempat dimana ia dibesarkan. Pada
perkembangannya, Jaka Tingkir menjadi menantu dari Sultan Trenggana (Sultan Kerajaan
Demak). Setelah berkuasa di Pajang, ia kemudian mendapat gelar “Hadiwijaya”. Jaka Tingkir
berasal dari daerah Pengging, di Lereng Gunung Merapi. Jaka Tingkir juga merupakan cucu
dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangun.

Melalui pemberontakan yang kemudian menjadi akhir dari kerajaan Demak, Jaka Tingkir
berhasil mendirikan kerajaan Islam baru. Meskipun tidak lama, namun bukan berarti kerajaan
ini tidak memberikan kontribusi apa-apa terhadap perkembangan Islam di Jawa Tengah,
tepatnya di daerah pedalam Jawa Tengah. Di bawah pimpinanya, kerajaan ini mengalami
beberapa kemajuan.

Salah satu kemajuannya adalah usaha ekspansi wilayah kekuasaan, seperti ekspansi ke daerah
Madiun. Selain itu, Pajang juga berhasil melakukan ekspansi ke daerah Blora pada tahun
1554 M dan daerah Kediri tahun 1577 M. Pada tahun 1581 M, Jaka Tingkir berhasil
mendapatkan pengakuan dari seluruh adipati di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masa
pemerintahannya jugalah mulai dikenal di daerah pesisir, yaitu kesusastraan dan kesenian
dari keraton yang sudah terkenal sebelumnya.

Kesusastraan dan kesenian keraton tersebut sebelumnya berkembang di Demak dan Jepara.
Selain itu, yang terpenting adalah pengaruh Islam yang kemudian menjalar cepat keseluruh
daerah pedalaman, dengan seorang tokoh pelopor yaitu Syekh Siti Jenar. Sedangkan di
daerah Selatan, Islam disebarkan oleh Sultan Tembayat.

Pada saat ini terdapat tulisan tentang sajak Monolistik Jawa yang dikenal dengan Nitti Sruti.
Diadakannya pesta Angka Wiyu. Selain itu, kesusastraan Jawa juga dihayati dan dihidupkan
di Jawa Tengah bagian Selatan. Dapat dikatakan bahwa pada masa inilah, kerajaan Pajang
mengalami masa kejayaan, sebelum akhirnya kerajaan ini mulai mengalami kemunduran
setelah kematian sultan Jaka Tingkir  atau Hadiwijaya (1582 M).
2. Arya Pangiri
Arya Pangiri merupakan raja kedua setelah Jaka Tingkir. Arya Pangiri berasal dari Demak.
Ayahnya bernama Sultan Prawoto yang merupakan raja ke-empat kerajaan Demak. Arya
Pangiri pernah menjabat sebagai bupati di Demak. Namun setelah sultan Hadiwijaya
meninggal dunia, ia kemudian menjadi raja Pajang menggantika sultan Hadiwijaya. setelah
menjabat sebagai sultan di kerajaan ini, ia kemudian bergelar sultan Ngawantipura.

Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram daripada menciptakan
kesejahteraan rakyatnya. Dia melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak
membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran
dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram.
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-
orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga
tersisih oleh kedatangan penduduk Demak.

Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata
pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa. Hingga
akhirnya, ia berhasil dikalahkan oleh Benawa, yang kemudian akan menjadi sultan kerajaan
Pajang. Setelah ia kalah, ia dipulangkan ke Demak.

3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa merupakan anak dari Sultan Hadiwijaya. ia bergelar Sultan Prabuwijaya.
Sejak kecil, ia sudah dipersaudarakan dengan Sutawijaya yang nantinya akan mendirikan
kerajaan Mataram. Pada perkembangannya, melalui garis keturunannya-lah nantinya akan
dilahirkan orang-orang besar dan pujangga-pujanga besar. Setelah Sultan
Prabuwijaya  meninggal pada tahun 1587, kerajaan Pajang menjadi negara yang tunduk
sepenuhnya terhadap Mataram. Hal ini disebabkan tidak adanya pengganti yang cukup cakap
untuk memegang kendali pemerintahan Pajang.

Keadaan Kerajaan Pajang Ditinjau dari Berbagai Aspek


Telah disebutkan sebelumnya bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan agraris. Sehingga
penghasilan utama masyarakatnya merupakan aspek-aspek pertanian. Selain itu, disebutkan
pula dalam sistem ekonomi, mereka sudah menggunakan uang dalam proses jual beli. Letak
geografis kerajaan ini, berada diantara 2 aliran sungai, yaitu sungai pepe dan dengke.

Keadaan tersebut mendukung kesuburan tanah wilayah Pajang dan menjadi faktor pendukung
berkembangnnya sistem Agraris di kerajaan ini.  Disebutkan bahwa sekitar abad ke 16-17 M,
kerajaan ini menjadi salah satu lumbung padi terbesar dan sudah meng-ekspor beras keluar
wilayah mereka. Secara politik, kerajaan Pajang masih mendapat nasihat besar dari para wali.
Selain itu, kekuasaan di kerajaan ini didapatkan melalui kekerasan, pedang dan perang.
Kerajaan Mataram Islam (abad 17-19)

Kerajaan Mataram Islam berdiri pada 1586 & raja pertamanya adalah Sutawijaya yang
bergelar ‘’Senopati Ingalaga Sayidin Panatagama’’ artinya Panglima Perang & Ulama
Pengatur Kehidupan Beragama. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni di Kota Gede.

Source: Pihak Ketiga


Kerajaan Mataram mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Agung
Hanyakrakusuma (1613-1645 M). Hal itu merupakan cerminan dari kebesaran jiwa,
keberanian, keuletan, & kecakapan serta kuatnya kepribadian Sultan Agung, Ia adalah
seorang militer yang ulung, organisator yang berhasil, ahli politik, ahli sastra, ahli filsafat, &
sangat mementingkan urusan agama. Dalam sejarah Islam, Kesultanan Mataram memiliki
peran yang penting dalam perjalanan sejarah kerajaan Islam di Nusantara.

Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan, & mengislamkan
para penduduk daerah kekuasaannya, hingga mengembangkan kebudayaan yang bercorak
Islam di Jawa. Pada masa Sultan Agung, banyak prestasi besar yang dicapai, antara lain
sebagai berikut;

1. Memperluas daerah kekuasaannya meliputi Jawa-Madura (kecuali Banten & Batavia),


Palembang, Jambi, & Banjarmasin).

2. Mengatur & mengawasi wilayahnya yang luas itu langsung dari pemerintahan
pusatnya (Kota Gede).

3. Melakukan kegiatan ekonomi yang bercorak agraris & maritim. Mataram adalah
pengekspor beras terbesar pada masa itu.

4. Melakukan mobilisasi militer secara besar-besaran sehingga mampu menundukkan


daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa & mampu menyerang Belanda di Batavia
sampai dua kali. Seandainya Batavia tidak dibentengi dengan tembok-tembok yang
tinggi, benteng-benteng yang kuat, & persenjataan yang modern, sudah pasti Batavia
jatuh ke tangan Mataram.

5. Mengubah perhitungan tahun Jawa Hindu (Saka) dengan tahun Islam (Hijriah) yang
berdasarkan peredaran bulan (sejak tahun 1633 M).

6. Menyusun karya sastra yang cukup terkenal, yakni Sastra Gending & Kitab Sulut.
Misal Suluk Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan Bonang kepada abdi raja
Majapahit yang bernama Wujil.

7. Menyusun kitab undang-undang baru yang merupakan perpaduan dari hukum Islam
dengan ada-istiadat Jawa yang disebut Surya Alam.

Anda mungkin juga menyukai