Kelas : ..................................
Guru Pembimbing :
Fitriyanti, S. Pd.I
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Taa’ala yang telah
memberikan segala limpahan Rahmat, dan Hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari makalah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................................................
2.1 Kerajaan Samudera Pasai..........................................................................
2.2 Kerajaan Aceh.............................................................................................
2.3 Kerajaan Demak.........................................................................................
2.4 Kerajaan Pajang ( 1568-1586 )...................................................................
2.5 Kerajaan Mataram Islam ( abad 17-19 )...................................................
BAB 3. PENUTUP..............................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN
A. KERAJAAN SAMUDRA PASAI
Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7
dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam
pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina
zaman T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton
maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah
pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang
dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa
pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di
pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674
Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan
atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam
perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-
Kamil adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa.
Ia ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu,
ia mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah
merupakan dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu
Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar
Kanan dan Sampar Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti
Mamuluk yang bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai.
Selain untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai
pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir
Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya
dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail.
Setelah Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus
Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan
Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu “Al Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah
Silu. Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda
Rasulullah yang menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah Merah Silu
yang tanpa diajari siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas
dari itu, Malik As Saleh kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham Syafi’i.
Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang semula Syiah berubah menjadi paham
Syafi’I yang sunni.
C. KERAJAAN DEMAK
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai
utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan di
bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
2.1.1 Raden Fatah
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China
mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda
persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat
tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua
kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana
majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah
memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja),
masih kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidakcocokan dengan putri pemberian Kaisar
yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari
istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati
Pelembang, Arya Damar. Dari rahim putri cina inilah Raden Patah lahir. Nama
kecil Raden Patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah
memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20
tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali
ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki
usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar
di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M. Patah
sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim
ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu
laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo
Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya,
seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden
Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi
ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang,
Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara,
karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam
di Jawa.
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden
Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam
Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang
dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu.
Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak
meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng
menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam
sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa,
seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan
Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama
Tunggang Parangan.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan. Raden Fatah tampil
sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan
memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak.
Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan
Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis
dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah
memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang
Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh
lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat
julukan Pangeran Sabrang Lor.
2.1.2 Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan
Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih
muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia
pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka.
Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya
yang bergelar Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk
menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi
adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan
armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai
Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis
yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari
Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor
atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan
menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati
Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M.
2.1.3 Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada
tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan
untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada
Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
(berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M
itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana
memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil dikuasai,
seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang
Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan
kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal.
Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Di masa
jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar
Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia
berhasil mengalahkan Majapahit.
Raden Patah merupakan Sultan yang terkenal dari kerajaan Demak ini.
2.2 Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraris.
Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut
Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan
antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak
berfungsi sebagai pelabuhan transito. Penghubung penghubung daerah penghasil
rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.Demak
dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang
cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras,madu, dan lilin.
Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan jepara. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik. Sebagai negara maritim, Demak
menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transito antara daerah penghasil
rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka dan dari Malaka kemudian dibawa para
pedagang menuju kawasan barat. Berkembangnya perekonomian Demak di samping
faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6 Situs Kolam Wudlu
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs
ini dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir
yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs
tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat
sebagai benda peninggalan sejarah.
1.4.7 Maksurah
Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi
bangunan Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi,
tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun
tulisan dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
Gambar 7. Maksurah
1.4.8 Piring Campa
Piring Camapa merupakan pemberian dari seorang putri dari atau bisa
disebut juga ibu dari Raden Patah. Piring camapa jumlahnya ada 65 buah.
Sebagian di tempelkan sebagai hiasan di dinding masjid, dan sebagian lain di
tempelkan di tempat imam.
Berdirinya Kerajaan Pajang
Berdirinya kerajaan Pajang pada akhir abad ke XVI M, merupakan tanda berakhirnya
kerajaan Islam yang berpusat di pesisir Utara Jawa yang kemudian bergeser masuk ke daerah
pedalaman dengan corak agraris. Ketika berbicara mengenai kerajaan ini, maka erat
kaitannya dengan keruntuhan kerajaan Demak. Di akhir kekuasaan kerajaan Demak, terjadi
peperangan antara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu Sultan Trenggono).
Peperangan itu terjadi pada tahun 1546 M, ketika sultan Demak telah meninggal dunia.
Pertempuran tersebut kemudian dimenangkan oleh Jaka Tingkir. ketika terjadi konflik antara
Aria Penangsang dan Joko Tingkir (Hadiwijaya), sebenarnya sunan Kudus kurang setuju
dengan Hadiwijaya. Namun hal tersebut kandas, ketika Jaka Tingkir berhasil memindahkan
pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang. Pengesahan Joko Tingkir atau biasa disebut dengan
Hadiwijaya menjadi sultan pertama kerajaan ini dilakukan oleh Sunan Giri.
Sebelum resmi mendirikan kerajaan ini, Jaka Tingkir yang berasal dari daerah Pengging ini,
sudah memegang jabatan sebagai penguasa di daerah Pajang pada masa Sultan Trenggono.
Kerajaan ini juga dinilai sebagai pelanjut dan pewaris dari kerajaan Demak. Kerajaan Pajang
terletak di daerah Kertasura dan merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah
pedalaman pulau Jawa. Kerajaan Pajang ini tidak berusia lama, karena kemudian bertemu
dengan suatu kerajaan Islam besar yang juga terletak di Jawa Tengah yaitu kerajaan
Mataram.
Pada awal berdirinya, wilayah kekuasaan Pajang hanya meliputi daerah Jawa Tengah. Hal itu
disebabkan karena setelah kematian Sultan Trenggono, banyak wilayah jawa Timur yang
melepaskan diri. Namun pada tanggal 1568 M, Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa
Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam Kesempatan itu, para adipati
sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri – negeri Jawa Timur, maka secara sah
kerajaan Pajang telah berdiri. Selanjutnya, kerajaan Pajang mulai melakukan ekspansi ke
beberapa wilayah, meliputi juga wilayah Jawa Timur.
Peta Kerajaan Pajang Credit to: lokajaya.blog.uns.ac.id
Berpindahnya kerajaan Islam dari Demak ke Pajang merupakan kemenangan Islam Kejawen
atas Islam ortodoksi. Setelah berkuasa beberapa waktu, kerajaan ini akhirnya mencapai masa
kejayaan pada masa raja pertama mereka, yaitu sultan Hadiwijaya. Namun pada
perkembangannya, kerajaan ini kemudian mengalami masa disintegrasi setelah sultan
Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582 M.
Sementara itu, seorang anak dari sultan Hadiwijaya yang bernama Benawa, dijadikan
penguasa di Jipang. Pangeran Benawa merasa tidak puas dengan jabatan yang didapatnya.
Sehingga ia meminta bantuan kepada senopati Mataram, Sutawijaya, untuk menyingkirkan
Aria Pangiri.
Perang terjadi di kota Pajang. Pasukan Arya Pangiri yang terdiri atas 300 orang Pajang, 2000
orang Demak, dan 400 orang seberang dapat dikalahkan pasukan koalisi Benawa dan
Sutawijaya. Arya Pangiri sendiri tertangkap, tetapi diampuni nyawanya setelah Ratu
Pembayun, istrinya meminta ampunan.
Senopati tersebut kemudian meminta “Perhiasan emas intan kerajaan Pajang”. Dengan
demikian, pangeran Benawa dikukuhkan menjadi sultan di kerajaan Pajang, namun dibawah
kekuasaan Mataram. Sepeninggal sultan Benawa, terdapat beberapa orang sultan yang sempat
memerintah. Tetapi pada tahun 1617-1618 M, terjadi pemberontakan besar di Pajang yang
dipimpin oleh Sultan Agung. Pada tahun 1618 M, kerajaan Pajang mengalami kekalahan
melawan Mataram. Dengan demikian, runtuhlah kerajaan Pajang ini.
Raja-Raja Kerajaan Pajang
1. Jaka Tingkir/Hadiwijaya
Nama kecil Jaka Tingkir adalah Mas Krebet. Hal tersebut dikarenakan ketika kelahiran Jaka
Tingkir, sedang ada pertunjukan wayang beber di rumahnya. Saat remaja, ia memiliki nama
Jaka Tingkir. Nama itu dinisbatkan pada tempat dimana ia dibesarkan. Pada
perkembangannya, Jaka Tingkir menjadi menantu dari Sultan Trenggana (Sultan Kerajaan
Demak). Setelah berkuasa di Pajang, ia kemudian mendapat gelar “Hadiwijaya”. Jaka Tingkir
berasal dari daerah Pengging, di Lereng Gunung Merapi. Jaka Tingkir juga merupakan cucu
dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangun.
Melalui pemberontakan yang kemudian menjadi akhir dari kerajaan Demak, Jaka Tingkir
berhasil mendirikan kerajaan Islam baru. Meskipun tidak lama, namun bukan berarti kerajaan
ini tidak memberikan kontribusi apa-apa terhadap perkembangan Islam di Jawa Tengah,
tepatnya di daerah pedalam Jawa Tengah. Di bawah pimpinanya, kerajaan ini mengalami
beberapa kemajuan.
Salah satu kemajuannya adalah usaha ekspansi wilayah kekuasaan, seperti ekspansi ke daerah
Madiun. Selain itu, Pajang juga berhasil melakukan ekspansi ke daerah Blora pada tahun
1554 M dan daerah Kediri tahun 1577 M. Pada tahun 1581 M, Jaka Tingkir berhasil
mendapatkan pengakuan dari seluruh adipati di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masa
pemerintahannya jugalah mulai dikenal di daerah pesisir, yaitu kesusastraan dan kesenian
dari keraton yang sudah terkenal sebelumnya.
Kesusastraan dan kesenian keraton tersebut sebelumnya berkembang di Demak dan Jepara.
Selain itu, yang terpenting adalah pengaruh Islam yang kemudian menjalar cepat keseluruh
daerah pedalaman, dengan seorang tokoh pelopor yaitu Syekh Siti Jenar. Sedangkan di
daerah Selatan, Islam disebarkan oleh Sultan Tembayat.
Pada saat ini terdapat tulisan tentang sajak Monolistik Jawa yang dikenal dengan Nitti Sruti.
Diadakannya pesta Angka Wiyu. Selain itu, kesusastraan Jawa juga dihayati dan dihidupkan
di Jawa Tengah bagian Selatan. Dapat dikatakan bahwa pada masa inilah, kerajaan Pajang
mengalami masa kejayaan, sebelum akhirnya kerajaan ini mulai mengalami kemunduran
setelah kematian sultan Jaka Tingkir atau Hadiwijaya (1582 M).
2. Arya Pangiri
Arya Pangiri merupakan raja kedua setelah Jaka Tingkir. Arya Pangiri berasal dari Demak.
Ayahnya bernama Sultan Prawoto yang merupakan raja ke-empat kerajaan Demak. Arya
Pangiri pernah menjabat sebagai bupati di Demak. Namun setelah sultan Hadiwijaya
meninggal dunia, ia kemudian menjadi raja Pajang menggantika sultan Hadiwijaya. setelah
menjabat sebagai sultan di kerajaan ini, ia kemudian bergelar sultan Ngawantipura.
Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram daripada menciptakan
kesejahteraan rakyatnya. Dia melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak
membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran
dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram.
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-
orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga
tersisih oleh kedatangan penduduk Demak.
Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata
pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa. Hingga
akhirnya, ia berhasil dikalahkan oleh Benawa, yang kemudian akan menjadi sultan kerajaan
Pajang. Setelah ia kalah, ia dipulangkan ke Demak.
3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa merupakan anak dari Sultan Hadiwijaya. ia bergelar Sultan Prabuwijaya.
Sejak kecil, ia sudah dipersaudarakan dengan Sutawijaya yang nantinya akan mendirikan
kerajaan Mataram. Pada perkembangannya, melalui garis keturunannya-lah nantinya akan
dilahirkan orang-orang besar dan pujangga-pujanga besar. Setelah Sultan
Prabuwijaya meninggal pada tahun 1587, kerajaan Pajang menjadi negara yang tunduk
sepenuhnya terhadap Mataram. Hal ini disebabkan tidak adanya pengganti yang cukup cakap
untuk memegang kendali pemerintahan Pajang.
Keadaan tersebut mendukung kesuburan tanah wilayah Pajang dan menjadi faktor pendukung
berkembangnnya sistem Agraris di kerajaan ini. Disebutkan bahwa sekitar abad ke 16-17 M,
kerajaan ini menjadi salah satu lumbung padi terbesar dan sudah meng-ekspor beras keluar
wilayah mereka. Secara politik, kerajaan Pajang masih mendapat nasihat besar dari para wali.
Selain itu, kekuasaan di kerajaan ini didapatkan melalui kekerasan, pedang dan perang.
Kerajaan Mataram Islam (abad 17-19)
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada 1586 & raja pertamanya adalah Sutawijaya yang
bergelar ‘’Senopati Ingalaga Sayidin Panatagama’’ artinya Panglima Perang & Ulama
Pengatur Kehidupan Beragama. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni di Kota Gede.
Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan, & mengislamkan
para penduduk daerah kekuasaannya, hingga mengembangkan kebudayaan yang bercorak
Islam di Jawa. Pada masa Sultan Agung, banyak prestasi besar yang dicapai, antara lain
sebagai berikut;
2. Mengatur & mengawasi wilayahnya yang luas itu langsung dari pemerintahan
pusatnya (Kota Gede).
3. Melakukan kegiatan ekonomi yang bercorak agraris & maritim. Mataram adalah
pengekspor beras terbesar pada masa itu.
5. Mengubah perhitungan tahun Jawa Hindu (Saka) dengan tahun Islam (Hijriah) yang
berdasarkan peredaran bulan (sejak tahun 1633 M).
6. Menyusun karya sastra yang cukup terkenal, yakni Sastra Gending & Kitab Sulut.
Misal Suluk Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan Bonang kepada abdi raja
Majapahit yang bernama Wujil.
7. Menyusun kitab undang-undang baru yang merupakan perpaduan dari hukum Islam
dengan ada-istiadat Jawa yang disebut Surya Alam.