Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA

GURU PEMBIMBING
Ibu Mega Suci

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:


1. Fairul Fahmi
2. Fitri Handayani
3. Karmila
4. Marvel Ananda Rizi
5. Keren Reyrey Brenda
6. Mia Asmiranda
7. Rafif Hibrizi Dody Sitepu
8. Silfia Febrianti
9. Yosua Armando Simanjutak

SMA NEGERI 18
BATAM
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan kegiatan tentang
“Makalah Kerajaan Islam di Nusantara”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan lapora kegiatan ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki laporan kegiatan ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Batam, 6 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
1. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara ............................................................. 2
1.1 Kerajaan Samudera Pasai ................................................................................ 2
1.2 Kerajaan Malaka ............................................................................................. 3
1.3 Kerajaan Aceh ................................................................................................. 3
1.4 Kerajaan Demak.............................................................................................. 4
1.5 Kerajaan Banten .............................................................................................. 5
1.6 Kerajaan Cirebon ............................................................................................ 6
1.7 Kerajaan Mataram ........................................................................................... 6
1.8 Kerajaan Gowa................................................................................................ 7
1.9 Kerajaan Ternate ............................................................................................. 8
1.10 Kesultanan Banjar ........................................................................................... 8
2. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Islam di Nusantara .................................. 9
2.1 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai ........................................................... 9
2.2 Peninggalan Kerajaan Malaka ...................................................................... 10
2.3 Peninggalan Kerajaan Aceh .......................................................................... 12
2.4 Peninggalan Kerajaan Demak ....................................................................... 14
2.5 Peninggalan Kerajaan Banten ....................................................................... 16
2.6 Peninggalan Kerajaan Cirebon...................................................................... 18
2.7 Peninggalan Kerajaan Mataram .................................................................... 21
2.8 Peninggalan Kerajaan Gowa ......................................................................... 25
2.9 Peninggalan Kerajaan Ternate ...................................................................... 27
2.10 Peninggalan Kerajaan Banjar ........................................................................ 28
BAB III............................................................................................................................. 31
KESIMPULAN ............................................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Agama islam masuk pertama kali ke nusantara sekitar abad ke 6 Masehi. Saat
kerajaan-kerajaan islam masuk ke tanah air pada abad ke 13, berbagai kerajaan
Hindu Budha juga telah mengakhiri masa kejayaannya. Kerajaan Islam di Indonesia
yang berkembang saat itu turut menjadi bagian terbentuknya berbagai kebudayaan
di Indonesia. Salah satu faktor yang menjadikan kerajaan-kerajaan Islam makin
Berjaya ialah karena dipengaruhi oleh adanya jalur perdagangan yang berasal dari
Timur Tengah, India, dan negara lainnya.

Munculnya berbagai kerjaan-kerajaan bercorak Islam yang tersebar di nusantara


menjadi pertanda awal terjadinya perubahan sistem pemerintahan dan budaya di
Indonesia. Keterlibatan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia juga turut berperan
dalam tersebarnya agama Islam hingga ke seluruh penjuru tanah air.

Tujuan
1. Mengetahui apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang ada di nusantara.
2. Mengetahui apa saja peninggalan kerajaan Islam yang ada di nusantara.

Rumusan Masalah
1. Kerajaan Islam di nusantara
2. Peninggalan kerajaan Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara


1.1 Kerajaan Samudera Pasai
Letak Geografis
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di
Indonesia. Kerajaan Samudera Pasai berada di wilayah yang strategis yaitu di
pesisir utara Sumatera di wilayah Aceh tepatnya di dekat Kota Lhokseumawe,
berada di Selat Malaka yang merupakan wilayah jalur perdagangan rempah –
rempah pada masanya. Hal ini menyebabkan Samudera Pasai menjadi salah
satu pusat perdagangan di Indonesia.

Kehidupan Ekonomi
Samudera Pasai berkembang pesat sebagai bandar transito dan perdagangan
internasional. Samudera Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di wilayah
Selat Malaka. Komoditas penjualan di Samudera Pasai diantaranya lada, sutra,
kapur, beras, dan emas dalam jumlah besar. Samudera Pasai menjalin
hubungan perdagangan dengan kerajaan di Arab dan India. Mata uang yang
digunakan dalam perdagangan adalah uang emas bernama dirham sebagai
mata uang resmi dari kerajaan Samudera Pasai. Selain berkembang sebagai
pusat perdagangan, Samudera Pasai pada masa kejayaannya juga merupakan
pusat perkembangan agama Islam.

Kehidupan Politik
Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada tahun 1267 M setelah raja Meurah Silu
masuk ke agama Islam dan berganti nama menjadi Sultan Malik Al Saleh.
Sultan Malik Al Saleh memerintah Samudera Pasai pada tahun 1285-1297 M.
Kerajaan Samudera Pasai berhasil mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir atau Sultan Malik al Tahir
(1326-1345).

Silsilah Raja-Raja Samudera Pasai


1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1346-1383)
4. Sultan Malik Az-Zahir (?-1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din (1402-?)
9. Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1455-1477)
11. Sultan Zain Al-‘Abidin (1477-1500)
12. Sultan Abdullah Malik Az-Zahir (1501-1513)
13. Sultan Zain Al-‘Abidin (1513-1524)

2
1.2 Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka adalah salah satu kerajaan Islam terbesar di Asia Tenggara
yang berdiri pada abad ke-15. Kerajaan ini menguasai jalur pelayaran dan
perdagangan antara Timur dan Barat, serta menyebarkan pengaruh budaya dan
agama Islam ke berbagai daerah di Nusantara.

Perkembangan Kerajaan Malaka


Kerajaan Malaka berkembang pesat berkat letak geografisnya yang
menguntungkan sebagai pelabuhan persinggahan bagi para pedagang dari
Timur dan Barat. Melaka juga menjalin hubungan diplomatik dengan negara-
negara tetangga seperti Siam, Jawa, Sumatera, India, Cina, dan Arab. Kerajaan
ini mendapat perlindungan dari Cina yang mengirimkan armada lautnya untuk
menjaga keamanan Melaka dari serangan musuh.

Kejayaan Kerajaan Malaka


Puncak kejayaan Kerajaan Malaka dicapai pada masa pemerintahan Sultan
Mansur Syah yang berkuasa antara tahun 1459-1477. Ia berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya hingga mencakup Pahang, Kedah, Trengganu, dan
sejumlah daerah di Sumatera. Kerajaan Malaka menjadi pusat perdagangan
dan penyebaran Islam di Asia Tenggara. Banyak pedagang, ulama, sastrawan,
dan seniman yang datang ke Melaka untuk berdagang atau belajar. Budaya
Melayu berkembang pesat dengan munculnya karya-karya sastra seperti
Hikayat Hang Tuah, Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu), dan Undang-undang
Melaka.

Runtuhnya Kerajaan Malaka


Kerajaan Malaka mengalami kemunduran setelah kematian Sultan Mansur
Syah. Para penerusnya tidak mampu mempertahankan kestabilan dan
kemakmuran kerajaan. Dengan runtuhnya Kerajaan Malaka, berakhir pula
kejayaan Melayu di Asia Tenggara. Tetapi, warisan budaya dan agama Islam
yang ditinggalkan oleh Kerajaan Malaka tetap hidup dan berkembang di
berbagai daerah di Nusantara hingga saat ini.

1.3 Kerajaan Aceh


Kerajaan aceh adalah Kerjaan Islam di Sumatera yang didirikan oleh Sultan
Ali Mughayat Syah pada 1496 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Sejarah Kerajaan Aceh


Berdirinya Kerajaan Aceh bermula ketika kekuatan Barat telah tiba di Malaka.
Untuk membangun kerajaan yang besar dan kokoh, Sultan Ali Mughayat Syah
membentuk angkatan darat dan laut yang kuat.

Kehidupan Politik Kerajaan Aceh


Pada periode awal, konsentrasi politik lebih tercurah untuk pembentukan
kekuatan militer dalam upaya mempertahankan keberadaannya dari ancaman
yang datang dari dalam ataupun luar. Ketika Sultan Iskandar Muda berkuasa,
ia tidak hanya melanjutkan kegiatan ekspansi wilayah seperti para
pendahulunya. Sultan Iskandar Muda juga berusaha menata rapi sistem politik
dalam kerajaan, terutama yang berkaitan dengan konsolidasi dan peletakan
pengawasan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasainya.

Puncak Kejayaan Kerajaan Aceh

3
Setelah Sultan Iskandar Muda naik takhta, Kesultanan Aceh mengalami
perkembangan pesat hingga mencapai puncak kejayaannya. Sultan Iskandar
Muda juga meneruskan perjuangan Aceh dengan menyerang Portugis dan
Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya supaya bisa menguasai jalur
perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah-daerah penghasil lada. Di
samping itu, Kerajaan Aceh memiliki kekuasaan yang sangat luas, meliputi
daerah Aru, Pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri.

Masa Keruntuhan Kerajaan Aceh


Pada 1641, atau sepeninggal Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami
kemunduran. Faktor kejatuhan Kerajaan Aceh paling utama adalah adanya
perebutan kekuasaan di antara para pewaris takhta. Pada masa pemerintahan
raja terakhir Kerajaan Aceh, Belanda terus melancarkan perang terhadap Aceh.
Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh akhirnya
jatuh ke pangkuan kolonial Belanda.

1.4 Kerajaan Demak


Kerajaan Demak atau Kasultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama
di Jawa. Kerajaan yang berdiri pada awal abad ke-16 ini didirikan oleh Raden
Patah dan mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan
Trenggono. Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah
kepemimpinan Raden Patah dengan adanya peran sentral Wali Songo. Periode
kepemimpinan Raden Patah adalah fase awal semakin berkembangnya
ajaran Islam di Jawa.

Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi
utama masyarakat Demak adalah perdagangan laut. Pada masa kejayaannya,
Kerajaan Demak menguasai pelabuhan utama seperti Surabaya, Madura,
Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu, kadipaten-
kadipaten di pedalaman seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga
merupakan sumber utama pertanian dan peternakan sebagai komoditas dagang

Kehidupan Politik
Kerajaan Demak merupakan kekuasaan terbesar di Jawa. Mengakhiri dominasi
panjang Majapahit, dan eksistensi penguasa Sunda yang secara konsisten
berdiri sejak abad ke-6 Masehi. Berdirinya Demak pada abad ke-16 kemudian
dilanjutkan dengan pendudukan Portugis di Malaka. Direbutnya Sunda Kelapa
pada tahun 1527 adalah salah satu upaya untuk menguasai seluruh pesisir utara
dan menangkal kedatangan Portugis di Jawa.

Raja Kerajaan Demak


1. Raden Patah (berkuasa 1500-1518 M)
Raden Patah merupakan pendiri Kerajaan Demak. Raden Patah memimpin
Kerajaan Demak pada 1500 hingga 1518 M. Periode ini adalah fase awal
semakin berkembangnya ajaran Islam di Jawa.

2. Adi Pati Unus (berkuasa 1518-1521 M)


Setelah Raden Patah wafat pada 1518, takhta Demak dilanjutkan oleh
putranya, Adipati Unus (1488-1521). Pati Unus terkenal dengan
keberaniannya sebagai panglima perang hingga diberi julukan Pangeran
Sabrang Lor. pada 1521 Pati Unus memimpin penyerbuan kedua ke
Malaka melawan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran tersebut
kemudian digantikan Trenggana sebagai pemimpin ke-3 Kesultanan
Demak.

4
3. Sultan Trenggono (berkuasa 1521-1546 M)
Sultan Trenggana membawa Kesultanan Demak mencapai periode
kejayaannya. Pada 1527, pasukan Islam gabungan dari Demak dan
Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana berhasil
mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Saat menyerang Panarukan,
Situbondo, yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan (Banyuwangi),
pada 1546, terjadi insiden yang membuat Sultan Trenggana terbunuh.

4. Sunan Prawata (berkuasa 1546-1549 M)


Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggono. Ia hanya berkuasa
selama satu tahun, ketika Arya Penangsang putra dari Surowiyoto
melakukan pembunuhan terhadap Prawata pada 1547.

5. Arya Penangsang (berkuasa 1549-1554 M)


Arya Penangsang menduduki tahta Demak setelah membunuh Sunan
Prawata. Ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat penguasa
Jepara yang dianggap berbahaya bagi kekuasaannya. Arya Penangsang
berkuasa sampai dengan tahun 1554 ketika Hadiwijaya dibantu oleh Ki
Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan anaknya Sutawijaya memberontak
melawan Demak. Arya Penangsang tewas, dan Hadiwijaya menduduki
tahta dengan memindahkan kekuasaan ke Pajang, menandai berakhirnya
kekuasaan Kerajaan Demak.

1.5 Kerajaan Banten


Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah
menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan.

Sejarah Kerajaan Banten


Sebelum periode Islam, Banten adalah kota penting yang masih dalam
kekuasaan Pajajaran. Pada awalnya, penguasa Pajajaran bermaksud menjalin
kerjasama dengan Portugis untuk membantunya dalam menghadapi orang
Islam di Jawa Tengah yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-
raja bawahan Majapahit. Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada
1525-1526 M. Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari
misi Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari
nusantara. Setelah berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera
mengambil alih pemerintahan, tetapi tidak mengangkat dirinya sebagai raja.
Setelah berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera mengambil alih
pemerintahan, tetapi tidak mengangkat dirinya sebagai raja.
Pada 1552 M, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan menyerahkan
Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Sejak saat itu,
Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat sebagai raja pertama
Kerajaan Banten.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten


Sebelum menjadi kesultanan, Banten merupakan penghasil rempah-rempah
lada yang menjadi komoditas perdagangan. Pada masa pemerintahan Sultan
Maulana Hasanuddin, hal itu dimanfaatkan untuk mengembangkan Banten
menjadi bandar perdagangan yang lebih besar

5
Masa Kejayaan Kerajaan Banten
Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang
pendudukan VOC di Indonesia. Di bawah kekuasaannya, kekuatan politik dan
angkatan perang Banten maju pesat.

Kemunduran Kerajaan Banten


Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus
menyerahkan kekuasaannya kepada putranya. Penangkapan Sultan Ageng
Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC di Banten. Meski Sultan
Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji diangkat menjadi raja, tetapi
pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang tertuang dalam
Perjanjian Banten. Sejak saat itu, Kesultanan Banten tidak lagi memiliki
kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin berat.

1.6 Kerajaan Cirebon


Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berdiri antara abad
ke-15 hingga abad ke-17. Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Raden
Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari
Kerajaan Pajajaran.

Sejarah Kerajaan Cirebon


Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki
Gedeng Tapa. Dengan dukungan pelabuhan yang ramai, wilayahnya pun
berkembang menjadi kota besar di pesisir utara Jawa. Setelah Ki Gedeng Tapa
wafat, cucunya yang bernama Walangsungsang, mendirikan istana
Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian,
orang yang dianggap sebagai pendiri Kesultanan Cirebon adalah
Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana.

Keruntuhan Kejaraan Cirebon


Runtuhnya Kerajaan Cirebon dimulai pada 1666, pada masa pemerintahan
Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi. Penyebab keruntuhan
dilatarbelakangi oleh fitnah dari Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram yang
juga mertua Panembahan Ratu II. Setelah itu, Kesultanan Cirebon terpecah
menjadi tiga, yang masing-masing berkuasa dan menurunkan para sultan
berikutnya. Pecahnya kesultanan juga menandai runtuhnya Kerajaan Cirebon,
karena keadaan semakin diperkeruh dengan politik adu domba VOC.

1.7 Kerajaan Mataram


Kerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan yang dahulu pernah
berjaya dalam sejarah Indonesia. Kerajaan yang diperkirakan telah berdiri
semenjak abad ke-15 tersebut berpusat di Kota Gede, Yogyakarta.

Sejarah Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram Islam berawal dari sebidang tanah perdikan yang diberikan
oleh Sultan Adiwijaya dari Kesultanan Pajang kepada Ki Pemanahan Sebidang
tanah tersebut dulunya merupakan hutan atau alas bernama mentaok,
kemudian oleh Ki Pemanahan dilakukan pembabadan atau biasa disebut
dengan babad alas. Tidak kurang selama 7 tahun Ki Pemanahan membangun
Mataram dan menjadikannya sebagai pusat kekuasaan baru yang diberi nama
Kota Gede. Selanjutnya setelah Ki Pemanahan wafat pada tahun 1584 Masehi,

6
ia digantikan oleh putranya yang bernama Sutawijaya. Ternyata selama
dipimpin oleh Sutawijaya, Mataram berhasil berkembang dan mampu
mengalahkan Kerajaan Pajang. Pada saat itu wilayah Kerajaan Mataram hanya
hutan mentaok dan bekas Kerajaan Pajang.

Kejayaan Kerajaan Mataram


Di masa pemerintahan Sultan Agung Kerajaan Mataram Islam mengalami
puncak kejayaan. Pada masa itu Kerajaan Mataram Islam berhasil melakukan
perluasan wilayah dan menguasai daerah Jawa Tengah, sebagian besar Jawa
Timur, Jawa Barat, dan Madura. Kerajaan Mataram Islam juga berhasil
menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan sejumlah kerajaan lainnya di
Pulau Jawa seperti Kerajaan Banten dan Kerajaan Cirebon.

Keruntuhan Kerajaan Mataram


Masa-masa keruntuhan Kerajaan Mataram Islam sudah mulai terlihat ketika
pemerintahan Sultan Agung berakhir dan dilanjutkan oleh putranya yang
bergelar Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung atau biasa disebut
dengan Amangkurat I.
Amangkurat I meninggal dalam masa pelariannya di Tegal pada tahun 1677.
Kemudian digantikan oleh putra mahkota Kerajaan Mataram Islam dengan
gelar Amangkurat II dan diterima sebagai bangsawan Jawa di Tegal.
keruntuhan Kerajaan Mataram Islam ditandai dengan disepakatinya Perjanjian
Giyanti pada tahun 1755 yang membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi dua
bagian yakni Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

1.8 Kerajaan Gowa


Di Sulawesi Selatan terdapat salah satu kerajaan Islam terbesar, yaitu Kerajaan
Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar. Awal mula kejayaan kerajaan ini tidak
lepas dari peran Karaeng Patingalloang, seorang mangkubumi yang
menjalankan kekuasaan pada 1639-1654, mendampingi Sultan Malikussaid
yang kala itu masih kecil.

Sejarah Kerajaan Gowa


Di wilayah Gowa terdapat sembilan komunitas yang dikenal dengan nama
Bate Salapang atau Sembilan Bendera. Sembilan komunitas tersebut adalah
Tambolo, Lakiung, Saumata, Parang-parang, Data, Agangjene, Bisei, Kalili,
dan Sero. Kerajaan Gowa pernah terbelah menjadi dua setelah masa
pemerintahan Tonatangka Lopi pada abad ke-15. Dua putra Tonatangka Lopi,
Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero, berebut takhta sehingga terjadilah
perang saudara. Setelah Batara Gowa menang, Karaeng Loe ri Sero turun ke
muara Sungai Tallo dan mendirikan Kerajaan Tallo. Selama bertahun-tahun,
dua kerajaan bersaudara ini tidak pernah akur. Hingga pada akhirnya, Gowa
dan Tallo bersatu dalam kesepakatan "dua raja tetapi satu rakyat" pada 1565.

Kejayaan Kerajaan Gowa


Sultan Hasanuddin atau dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur yang naik
takhta pada 1653 berhasil membawa Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak
kejayaan. Pada masa kejayaannya, kerajaan ini dikenal sebagai negara maritim
yang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur. Sultan Hasanuddin
adalah sosok raja yang sangat anti terhadap dominasi asing.

Keruntuhan Kerajaan Gowa


Siasat politik adu domba yang dijalankan Belanda terbukti ampuh. Perang
inilah yang kemudian dikenal dengan nama Perang Makassar. Setelah

7
bertahun-tahun berperang, Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya
dan menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667. Dua hari setelah
perjanjian itu, Sultan Hasanuddin turun takhta dan menyerahkan kekuasaan
kepada Sultan Amir Hamzah. Perjanjian Bongaya menjadi awal keruntuhan
Kesultanan Gowa-Tallo.

1.9 Kerajaan Ternate


Kerajaan Ternate adalah kerajaan Islam di Maluku yang masih berdiri hingga
saat ini. Agama Islam mulai menyebar di Ternate pada abad ke-14 dan
keluarga kerajaan baru memeluk Islam pada masa pemerintahan Raja Marhum
(1432-1486 M). Meski sempat jatuh ke tangan VOC, Kerajaan Ternate masih
ada hingga saat ini. Sultan Ternate sekarang bernama Sultan Hidayatullah Syah
bin Mudaffar Syah, yang dinobatkan pada 18 Desember 2021.

Kejayaan Kerajaan Ternate


Pada abad ke-15, Kerajaan Ternate mengalami perkembangan pesat, terutama
di bidang perdagangan dan pelayaran, berkat kekayaan rempah-rempahnya.
tetapi, kestabilan kerajaan sempat terancam ketika bangsa Portugis mulai
menginjak tanah Ternate. Sejak awal abad ke-16, sultan Ternate mulai
melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang dirasa akan
memonopoli perdagangan di wilayahnya. Setelah peperangan selama beberapa
tahun, bangsa Portugis baru dapat dikalahkan dan diusir pada 1577 M, ketika
SultanSelain itu, Sultan Baabullah (1570–1583 M) juga mengantarkan
Kerajaan Ternate menuju puncak kejayaan. Di bawah pemerintahan Sultan
Baabullah, wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate membentang dari Maluku,
Sulawesi Utara, Sulawesi Timur, Sulawesi Tengah, bagian selatan Kepulauan
Filipina, dan Kepulauan Marshall di Pasifik.

Kemunduran Kerajaan Ternate


Kerajaan Ternate mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Baabullah
wafat pada 1583 M. Tidak lama kemudian, Spanyol berani melakukan
serangan dan berhasil merebut Benteng Gamulamu pada 1606 M. Sejak saat
itu, VOC memegang hak atas monopoli perdagangan dan mulai mendirikan
benteng di Ternate. Menjelang akhir abad ke-17, Kerajaan Ternate sepenuhnya
berada di bawah kendali VOC.

1.10 Kesultanan Banjar


Kerajaan Banja merupakan salah satu kerajaan Islam di Nusantara. Sejarah
Kerajaan Banjar diawali dengan perebutan tanah antara anggota
Kerajaan Negara Daha.

Sejarah Kerajaan Banjar


Pada tahun 1520, Pangeran Samudera mendapat kunjungan dari utusan
Kesultanan Demak dari Jawa, yang datang untuk menyebarkan agama Islam.
Utusan tersebut bernama Syekh Abdullah atau Sunan Gunung Jati, yang
merupakan salah satu dari Wali Songo. Syekh Abdullah berhasil
mengislamkan Pangeran Samudera dan memberinya gelar Sultan Suriansyah.
Sultan Suriansyah kemudian berusaha mengislamkan rakyatnya dengan
bantuan Syekh Abdullah dan para ulama lainnya. Ia juga mengubah nama
kerajaannya menjadi Kesultanan Banjar Darul-Ihsan. Sultan Suriansyah
meninggal pada tahun 1550 dan digantikan oleh putranya, Sultan
Rahmatullah. Sultan Rahmatullah melanjutkan usaha ayahnya dalam

8
mengembangkan agama Islam di wilayahnya. Sultan Rahmatullah meninggal
pada tahun 1570 dan digantikan oleh putranya, Sultan Hidayatullah. Sultan
Hidayatullah memindahkan ibu kotanya ke Sungai Pangeran di Banjarmasin.
Ia juga mempererat hubungan dengan Kesultanan Mataram di Jawa, yang saat
itu dipimpin oleh Panembahan Senopati. Sultan Hidayatullah meninggal pada
tahun 1595 dan digantikan oleh putranya, Sultan Mustain Billah. Sultan
Mustain Billah memindahkan ibu kotanya ke Kayu Tangi, yang kemudian
dikenal sebagai Martapura. Sultan Agung adalah sultan yang paling lama
memerintah Kesultanan Banjar, yaitu selama 50 tahun. Ia berhasil membawa
kerajaannya ke puncak kejayaan, baik dari segi politik, ekonomi, maupun
budaya. Ia juga dikenal sebagai sultan yang bijaksana, adil, dan religius.
Sultan Agung meninggal pada tahun 1692 dan digantikan oleh putranya,
Sultan Inayatullah. Sultan Inayatullah adalah sultan yang lemah dan tidak
mampu mengendalikan kerajaannya dengan baik. Ia menghadapi banyak
pemberontakan dari rakyatnya yang tidak puas dengan pemerintahannya.

Masa Kejayaan Kerajaan Banjar


Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama
abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya,
tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada
kerajaan Banjarmasin.

Masa Keruntuhan Kerajaan Banjar


Adanya polemik dengan VOC atau Belanda membuat Kerajaan Banjar kian
terpuruk.

2. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Islam di Nusantara


2.1 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
1. Artefak dan prasasti
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang pertama adalah artefak dan
prasasti yang ditemukan di sekitar wilayah Aceh. Artefak dan prasasti
tersebut memberikan wawasan tentang kehidupan sosial, politik, dan
agama Islam pada masa itu.

2. Makam-Makam Raja

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah ditemukannya


beberapa makam raja-raja yang pernah memimpin kerajaan tersebut.

9
3. Lonceng Cakra Donya

Lonceng Cakra Donya merupakan peninggalan Kerajaan Samudra Pasai


yang diperkirakan dibuat pada 1409 M. Lonceng ini merupakan hadiah
dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudra Pasai. Lonceng Cakra Donya
dengan memiliki tinggi 125 cm dan lebar 75 cm ini berupa mahkota besi
berbentuk stupa.

4. Dirham

Dirham merupakan alat pembayaran pada masa Kerajaan Samudra Pasai


yang terbuat dari emas. Dirham pertama kali dikeluarkan pada masa
pemerintahan raja kedua, yakni Sultan malik Al Zahir.

5. Relief

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah relief berupa


lampu yang berisikan kalimat tauhid dalam batu nisan. Peninggalan ini
sekaligus menandakan bahwa ajaran tauhid menjadi tugas utama pada
penguasa di lebih dari 3 abad Kerajaan Samudra Pasai.

2.2 Peninggalan Kerajaan Malaka


1. Makam Hang Tuah

10
Makam Hang Tua ada di Tanjung Keling atau dikenal dengan Keramat
Keling. Warga setempat percaya bahwa kuburan panjang tersebut adalah
kuburan keramat dari pedagang Gujarat.

2. Benteng A Famosa

Benteng ini menjadi saksi runtuhnya kerajaan Malaka juga penjajahan


Portugis di Malaka. Benteng A Famosa dibangun di bukit dekat Sungai
Malaka sehingga bisa mengamati situasi sekitar.

3. Hikayat Hang Tuah dan Amir Hamzah

Laksamana Hang Tuah merupakan tokoh yang setia kepada Raja Malaka.
Sementara Amir Hamzah ialah sosok pejuang Islam yang juga ikut andil
dalam perjuangan melawan Portugis.

4. George Town
George Town adalah kota bersejarah di Selat Malaka yang menjadi
warisan multikultural. Kota ini ialah saksi perdagangan sekaligus
pertukaran budaya antara Barat dan Timur di Selat Malaka dahulu.

11
5. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada 1612 masehi dan merupakan


salah satu peninggalan Kerajaan Malaka. Menjadi simbol agama, budaya,
serta perjuangan masyarakat Aceh, masjid ini pernah dibakar pihak
Belanda pada 1873. Kemudian masjid ini dibangun kembali oleh Gubernur
Jenderal Van Lansberge untuk mengambil hati warga Aceh kala itu.
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Tengku Qadhi Malikul
Adil tahun 1897.

2.3 Peninggalan Kerajaan Aceh


1. Masjid Baiturrahman

Masjid Baiturrahman didirikan pada 1612 atau masa kekuasaan Sultan


Iskandar Muda. Namun sumber lain mengatakan bahwa pembangunan
dilakukan oleh Sultan Alaudin Mahmudsyah pada 1291.

2. Benteng Indra Patra

Benteng Indra Patra merupakan benteng yang digunakan untuk menahan


serangan Portugis yang ingin menguasai Aceh kala itu. Benteng ini
didirikan oleh Kerajaan Hindu pertama di Aceh, yakni Kerajaan Lamuri.

12
3. Taman Sari Gunongan

Peninggalan Kerajaan Aceh berikutnya adalah Taman Sari Gunongan


yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

4. Uang Emas Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh menggunakan dirham emas sebagai alat pembayaran pada


masa perkembangannya. Terdapat 300 keping dirham emas dari masa
Kesultanan Aceh Darussalam pernah ditemukan di Kecamatan Kutaraja,
Banda Aceh.

5. Makam Sultan Iskandar Muda

Letak makam Sultan Iskandar Muda berada di kawasan Krueng Daroy,


berdampingan dengan Museum Aceh.

6. Meriam Kesultanan Aceh

Meriam Kesultanan Aceh merupakan meriam yang berfungsi untuk


mempertahankan wilayah dari serangan para penjajah.

13
2.4 Peninggalan Kerajaan Demak
1. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden
Patah pada abad ke-15 Masehi. Masjid ini terletak di Kampung Kauman,
Kelurahan Bintoro, Demak, Jawa Tengah.

2. Saka Tatal

Saka Tatal atau Saka Guru merupakan empat tiang utama yang berada di
dalam Masjid Agung Demak. Seluruh tiang ini dibuat langsung oleh Wali
Sanga.

3. Pintu Bledeg

Pintu Bledeg atau pintu petir merupakan peninggalan Kerajaan Demak


yang berada di Masjid Agung Demak. Pintu Bledeg dipercaya sebagai
gambar petir yang ditangkap dan digambar oleh Ki Ageng Selo.

14
4. Dampar Kencana

Dampar Kencana merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang


berwujud singgasana. Kursi kuno ini merupakan singgasana raja-raja
Demak ketika mereka memerintahkan Kerajaan Demak.

5. Makam Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga merupakan salah satu Wali Sanga yang memiliki andil
besar dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga meninggal
pada tahun 1520 dan dimakamkan di Desa Kadilangu, Demak.

6. Situs Kolam Wudhu

Situs Kolam Wudhu merupakan situs peninggalan sejarah masa


Kasultanan Demak. Sesuai namanya, Situs Kolam Wudhu dahulu
digunakan sebagai tempat berwudhu Wali Sanga dan para
santri Raden Fatah.

15
2.5 Peninggalan Kerajaan Banten
1. Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk merupakan benteng yang didirikan pada masa


kepemimpinan Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar atau Sultan Haji.

2. Danau Tarikardi

Peninggalan Kerajaan Banten berikutnya adalah Danau Tasikardi. Danau


buatan ini diperkirakan dibuat pada masa pemerintahan Sultan Maulana
Yusuf.

3. Keraton Kaibon

Keraton Kaibon adalah peninggalan Kerajaan Banten yang dibangun pada


1815. Keraton ini merupakan bekas kediaman Sultan Syafiuddin, Sultan
Banten yang memerintah pada 1809-1815.

16
4. Keraton Surosowan

Berdiri sekitar abad ke-17, Keraton Surosowan diperkirakan didirikan


pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.

5. Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana


Hassanuddin. Keunikan masjid ini adalah bangunannya merupakan
akulturasi tiga budaya, Cina, Arab, dan Eropa.

6. Meriam Ki Amuk

Meriam Ki Amuk diperkirakan dibuat pada pertengahan abad ke-17.


Meriam ini memiliki panjang 341 cm, diameter belakang 66 cm, diameter
mulut 60 cm, dan bagian dalam 32 cm.

17
7. Vihara Avalokitesvara

Vihara Avalokitesvara dibangun oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1542,
letak vihara dekat dengan Masjid Agung Banten.

2.6 Peninggalan Kerajaan Cirebon


1. Keraton Kasepuhan

Kesultanan Cirebon didirikan di Dalem Agung Pakungwati sebagai pusat


pemerintahan negara Islam. Dalem Agung Pakungwati sekarang menjadi
Keraton Kasepuhan.

2. Keraton Kanoman

Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohammad Badridin atau


Pangeran Kertawijaya yang bergelar Sultan Anom I pada 1678. Keraton
Kanoman ini masih taat memegang adat istiadat dan pepakem. Seperti,
tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke
makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan
Gunungjati, Kabupaten Cirebon.

18
3. Keraton Kacirebonan

Keraton Kecirebonan berada di Pulasaren, Jalan Pulasaren, Kecamatan


Pekalipan, Kota Cirebon. Keraton yang berjarak sekitar 1 km sebelah barat
daya Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan
Keraton Kanoman ini, dibangun pada sekitar 1800-an.
Keraton yang merupakan bangunan tempat tinggal Sultan Kacirebonan
dan keluarganya ini menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti
keris, wayang, perlengkapan perang, gamelan, dan lain-lain.

4. Keraton Keprabonan

Berdirinya Keraton Keprabonan berawal saat Belanda menawarkan


perjanjian persahabatan kepada Kesultanan Cirebon pada 1681.

5. Kereta Singa Barong Kasepuhan Kasepuhan

Kereta Singa Barong Kasepuhan dibuat pada 1549. Kereta kencana ini
merupakan karya Panembahan Losari, cucu Sunan Gunung Jati. Depan
kereta Singa Barong berbentuk belalai gajah yang melambangkan
persahabatan Kesultanan Cirebon dengan India.

19
6. Masjid Sang Cipta Rasa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah utara Karaton


Kasepuhan. Masjid ini tertua di Cirebon, dibangun pada 1840. Konon
masjid ini dibangun dengan melibatkan 500 orang dari Majapahit, Demak,
dan Cirebon.

7. Makam Sunan Gunung Jati

Makam Sunan Gunung Jati terletak di Jl. Alun-Alun Ciledug Nomor 53,
Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Makam ini
berada di sebuah bukit kecil yang dikenal dengan nama Gunung Sembung.

8. Patung Macan Putih

Dua patung macan putih terletak di halaman depan Keraton Kasepuhan


yang merupakan peninggalan Kesultanan Cirebon. Patung macan putih
melambangkan Kesultanan Cirebon masih keluarga besar Kerajaan
Pajajaran dan keturunan Maharaja Prabu Siliwangi.

20
9. Alun-Alun Sangkala Buana

Alun-alun Sangkala Buana, peninggalan Kesultanan Cirebon yang saat ini


berada di areal kompleks Keraton Kasepuhan. Sultan Cirebon biasanya
menyaksikan acara yang digelar di alun-alun ini dari tempat duduknya di
Mande Malang Semirang kompleks Siti Hinggil.

10. Kutagara Wadasan dan Kuncung

Kutagara Wadasan adalah bangunan di Keraton Kasepuhan berbentuk


gapura bercat putih dengan gaya khas Cirebon. Gaya arsitektur Cirebon
tampak pada bagian bawah kaki gapura yang berukiran Wadasan dan
bagian atas dengan diukir dengan ukiran mega mendung.

2.7 Peninggalan Kerajaan Mataram


1. Prasasti Mantyasih

Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno adalah Prasasti


Mantyasih atau Kedu. Prasasti ini adalah peninggalan dari Dinasti Sanjaya
pada 907 Masehi.

21
2. Prasasti Kalasan

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno selanjutnya adalah Prasasti Kalasan.


Prasasti ini juga termasuk peninggalan Dinasti Sanjaya tahun 778 Masehi.
Tulisannya menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pranagari.

3. Prasasti Canggal

Prasasti Canggal juga termasuk sebagai peninggalan Kerajaan Mataram


Kuno. Letaknya di Desa Canggal, di halaman Candi Guning Wukir.
Prasasti ini dibuat pada 732 Masehi menggunakan bahasa Sanskerta dan
huruf Pallawa.

4. Prasasti Kelurak

Jenis peninggalan Kerajaan Mataram Kuno selanjutnya adalah prasasti


Kelurak yang menggunakan huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta.

22
Prasasti ini mengisahkan tentang pembuatan Arca Manjusri yang
dilakukan Raja Indra.

5. Candi Borobudur

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno lainnya adalah Candi Borobudur.


Bangunan bercorak Buddha ini dibangun pada masa Dinasti Syailendra
dan berada di kawasan Magelang, Jawa Tengah.

6. Candi Mendut

Candi Mendut juga termasuk sebagai peninggalan Dinasti Syailendra.


Bangunan ini dibuat di masa kepemimpinan Raja Indra dan berada di
Magelang, Jawa Tengah.

7. Candi Sewu

Jenis peninggalan Kerajaan Mataram Kuno berikutnya adalah Candi


Sewu. Bangunan ini berada di kawasan Candi Prambanan, Klaten, Jawa
Tengah.

23
8. Candi Pawon

Bangunan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno lainnya adalah Candi


Pawon. Candi ini berada di antara Candi Borobudur dan Candi Mendut.
Dalam bahasa Jawa, pawon mempunyai makna, yaitu dapur.

9. Candi Bima

Candi Bima juga termasuk sebagai peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.


Bangunan ini berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Balur,
Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi Bima diperkirakan dibangun sekitar
abad ke-7 sampai ke-8 Masehi.

24
10. Candi Arjuna

Jenis peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang terakhir adalah Candi


Arjuna. Letaknya berada di Dataran Tinggi Dieng atau di Kompleks
Percandian Arjuna.

2.8 Peninggalan Kerajaan Gowa


1. Masjid Katangka

Masjid Katangka atau Masjid Al-Hilal adalah masjid tertua di Sulawesi


Selatan yang terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa.

2. Istana Tamalate

Istana Tamalate adalah peninggalan Kerajaan Makassar lainnya. Istana


Tamalate adalah istana pertama dari Kerajaan Makassar, sebelum
dipindahkan ke dalam Benteng Somba Opu.

25
3. Kompleks Pemakaman Raja Gowa

Kompleks pemakaman raja-raja Gowa adalah situs pemakaman raja


kesultanan Gowa. Kompleks pemakaman ini berada di halaman Masjid
Katangka yang terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa.

4. Benteng Rotterdam

Benteng Rotterdam atau Fort Rotterdam merupakan salah satu


peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Nama asli benteng ini adalah Benteng
Jumpandang dan mulai digunakan sejak 1545.

5. Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu juga merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.


Benteng Somba Opu terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng
Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

26
6. Istana Balla Lampoa

Istana Balla Lompoa adalah rumah Sultan Gowa yang juga menjadi pusat
pemerintahan kerajaan. Istana Balla Lompoa dibangun oleh Raja I
Mengimingi Daeng Matutu pada 1936. Lokasi Istana Balla Lompoa saat
ini adalah Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota Sungguminasa,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

2.9 Peninggalan Kerajaan Ternate


1. Istana Sultan Ternate

Istana Sultan Ternate punya dua lantai yang menghadap ke arah laut.
Wilayah istana dikelilingi perbentengan yang letaknya satu kompleks
dengan masjid Ternate.

2. Masjid Ternate

Masjid Ternate didirikan oleh Sultan Hamzah. Keunikan masjid ini yaitu
memiliki atap bersusun tujuh. Masjid tersebut memiliki luas 22.40 X 39.30
m dengan tinggi keseluruhan 21.74 M.

27
3. Senjata Perang

Raja-raja Ternate punya beberapa koleksi kebanggaan, seperti halnya


senjata dan alat-alat perang. Peninggalan senjata tersebut seperti, tongkat
kebesaran pedang, baju besi, tombak, senapan, topi militer,
tameng, dan perisai.

2.10 Peninggalan Kerajaan Banjar


1. Makam Sultan Suriansyah

Sultan pertama Kerajaan Banjar adalah Raden Samudera yang


bergelar Sultan Suriansyah. Ia adalah orang pertama yang memeluk
Islam pada tahun 1526.

2. Makam Sultan Mustain Billah

Sultan Banjar ke-4 adalah Pangeran Senapati yang bergelar Sultan


Mustain Billah. Beliau adalah putra sulung dari Sultan Banjar ke-3,
Sultan Hidayatullah.

28
3. Makam Sultan Inayatullah

Sultan Inayatullah berkuasa di Banjar selama 5 tahun, yaitu mulai


1642 hingga 1647. Lokasi makam beliau ada di Desa Dalam Pagar,
Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

4. Makam Sultan Sulaiman Rahmatullah

Sultan Inayatullah berkuasa di Banjar selama 5 tahun, yaitu mulai


1642 hingga 1647. Lokasi makam beliau ada di Desa Dalam Pagar,
Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

5. Masjid Jami Banjarmasin

Masjid Jami Banjarmasin didirikan pada abad ke-18 ketika Sultan


Tahmidillah II berkuasa.

29
6. Masjid Kuin

Masjid satu ini adalah peninggalan Sultan Suriansyah dan menjadi


salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan. Letaknya ada di
kawasan Banjar Lama.

7. Kitab Sabilal Muhtadin

Saat Sultan Tahmidillah II berkuasa pada tahun 1761-1801, ia


meminta Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari untuk menulis kitab
hukum fikih, yaitu Kitab Sabilal Muhtadin.

30
BAB III
KESIMPULAN
Singgahnya pedagang-pedagang Islam di Pelabuhan Nusantara sumbernya
adalah dari berita luar negeri terutama Cina. Proses masuknya Islam di
Indonesia berkembang ada 6 yaitu perdagangan, perkawinan, tasawuf,
Pendidikan, kesenian dan politik, ditambah dengan adanya saluran dakwah
menurut referensi lain. Dari saluran di ataslah isalm bisa menjangkau
hamper ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui
sebagai kebudayaan Indonesia sampai sekarang. Seperti pengaruh basaha,
nama, ada-istiadat dan pengaruh kesenian. Sebab itulah, masuknya Islam
di Nusantara tidak merusak tatanan kebudayaan, melainkan
mengakomodir yang direnkontruksi formulasinya dalam ajaran Islam.

31

Anda mungkin juga menyukai