Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH SEJARAH INDONESIA

KERAJAAN ISLAM DI PULAU SUMATERA

Guru Pembimbing : Novi Ariani

Kelompok 2

1. Fadlan Navid Al Lutfi

2. Faeyza Sumayyah Zahirah

3. Fairuz Rifki Endricho

4. Hania Khairunnisa Widoni

5. Ilham Agusman

6. Indah Ilsya Lestari

7. Jellyta Pratiwi

8. Jihadani Fillah

9. Kaisar Yudha Prawira

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bengkulu

Sekolah Menengah Atas Negeri 02

Tahun Pelajaran 2022/2023

i
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan atas


kehadiran Allah SWT, tak lupa sholawat serta salam tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. sehingga kami bisa menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Kerajaan Islam di Pulau Sumatera“ ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Dalam pembuatan makalah kami tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan
serta kekurangan dalam mencari bahan untuk melengkapi pembahasan ini.

Atas dukungan moral yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Apandi, S.Pd. M.Pd. selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Kota
Bengkulu yang telah memberikan bimbingan, saran, ide dan juga
kesempatan untuk menggunakan fasilitas sekolah untuk menunjang
pembuatan makalah.
2. Ibu Novi Ariani selaku guru pembimbing kami, yang memberikan
dorongan, masukan kepada penulis.
3. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah yang turut
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam
waktu yang tepat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dari itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari Ibu Novi Ariani
dan semua pihak. Akhir kata kami mengucakan terima kasih, semoga makalah ini
bisa bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi kami. Aamiin.

Bengkulu, 13 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II ISI...........................................................................................................................4
2.1 Kerajaan Samudera Pasai..................................................................................4
2.2 Kesultanan Aceh Darussalam............................................................................5
2.3 Kerajaan Riau....................................................................................................5
2.4 Kerajaan Jambi..................................................................................................6
2.5 Kerajaan Sumatera Selatan................................................................................6
2.6 Kerajaan Sumatera Barat...................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
3.2 Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10
LAMPIRAN........................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara


abad ke-12 sampai dengan abad ke-13. Berkembangnya kerajaan-kerajaan
tersebut salah satunya dikarenakan maraknya lalu lintas perdagangan laut yang
terjadi. Pedagang-pedagang islam dari Arab, India Persia, Tiongkok, berbaur
dengan masyarakat Indonesia yang menyebabkan menyebarnya agama Islam di
Indonesia. Kerajaan tersebut tersebar pesat di beberapa daerah di Indonesia yaitu
di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Masuknya Islam di Indonesia
menandai munculnya era baru dalam berbagai aspek kehidupan yang berkembang
di masyarakat. Aturan-aturan hidup yang mulai menjadi bagian yang tidak
terpisahkan mulai dipraktekkan atau diimplemantasikan dalam setiap aspek
kehidupan. Aturan-aturan hidup tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek
legalitas formal yang bernuansa hukum melainkan pula nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran agama Islam yang berkaitan dengan aspek
kehidupan ekonomi, budaya, sosial kemasyarakatan bahkan politik yang menjadi
bagian dari bagaimana Islam mendekatkan diri pada masyarakat Nusantara.

Awal masuknya Islam ke Indonesia tidak bersamaan, karena ada beberapa


daerah yang sejak dini telah dimasuki oleh Islam dan ada belum pernah dimasuki
Islam. Sejarawan Islam berpendapat bahwa Islam pertama kali masuk ke
Indonesia adalah di daerah pulau Sumatera (sekitar abad ke-7 dan 8 M).
Sedangkan, Islam masuk ke Jawa pada waktu dikuburkan Fatimah binti Maimun
di Laren (Gresik) sekitar tahun 475 H (1082 M). Kedatangan Islam ke belahan
Indonesia bagian Timur ke Maluku juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan, yang diperkirakan masuk pada abad ke 14 Masehi. Di
Kalimantan khususnya di daerah Banjarmasin, proses Islamisasi di daerah ini
terjadi kira-kira pada 1550 M. Adapun di pulau Sulawesi terutama di bagian
selatan telah didatangi pedagang muslim pada abad ke-15 M.

1
Sedangkan sekitar abad ke-12 masyarakat muslim tersebut selanjutnya
menumbuhkan kerajaan Islam dan tercatatlah sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di
nusantara seperti Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Pagaruyung, Kepaksian Sekala
Brak, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya. Tercatat pula
kerajaan Gowa, Tallo, Bone di Sulawesi, Ternate, dan Tidore di Maluku.

Dari berbagai kerajaan Islam yang ada di Indonesia, kerajaan Samudera


Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang muncul pada abad pertengahan yaitu
pada tahun 1267 M, bukti bahwa kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan
Islam dapat dilihat dari salah satu pendapat petualang muslim asal Maroko yang
bernama Abu Abdullah Ibnu Batuthah pada tahun 1304 M–1368 M yang
melakukan perjalanan ke Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai menjadi
salah satu penyebar agama Islam pada abad ke 11-12 yang dapat membuat jumlah
penganut agama Islam melampaui jumlah penganut agama Corak Hindu dan
Buddha yang sebelumnya merupakan agama yang paling dominan di Jawa,
sebagian di Sumatera, serta Bali dan pulau-pulau Timur Indonesia. Kerajaan
Samudera Pasai juga menjadi salah satu pusat studi Islam di Indonesia karena
adanya campur tangan atau kerja keras dari tokoh atau pemimpin yang ada di
kerajaan Samudera Pasai itu sendiri. Tokoh atau pemimpin kerajaan Samudera
Pasai yang terkenal dalam penyebaran agama Islam adalah Sultan Malik Al–
Shaleh. Sultan Malik Al- Shaleh merupakan putra Gayo, bekas prajurit kesultanan
Daya Pasai, pada mulanya ia bernama Meurah Silu dan belum menganut agama
Islam.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Kerajaan Samudera Pasai.
2. Kesultanan Aceh Darussalam.
3. Kerajaan Riau.
4. Kerajaan Jambi.
5. Kerajaan Sumatera Selatan.
6. Kerajaan Sumatera Barat.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Kerajaan Samudera Pasai.
2. Mengetahui Kesultanan Aceh Darussalam.
3. Mengetahui Kerajaan Riau.
4. Mengetahui Kerajaan Jambi.
5. Mengetahui Kerajaan Sumatera Selatan
6. Mengetahui Kerajaan Sumatera Barat

3
BAB II

ISI

2.1 Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan
Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada
tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah
ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara.
Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan
Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah
timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama
Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama
baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam
pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M).
Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan
Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat


mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia
di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang,
sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin
datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga
menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India
Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi
yang cukup luas dengan kerajaan luar

4
2.2 Kesultanan Aceh Darussalam
Puncak Kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam bermula dari pemerintahan
Sultan Iskandar Muda. Pada saat itu, agama dan kebudayaan Islam begitu
berkembang di kehidupan masyarakat. Dari situlah Aceh mendapat julukan
sebagai daerah Serambi Mekkah. Ketika agama dan kebudayaan Islam
berkembang di Aceh, banyak masyarakat yang ingin menjalankan ibadah haji
ke tanah suci Mekah. Dari Acehlah sebagai awal mula keberangkatan haji
dimulai. Ini karena perjalanan menuju Makkah dulunya hanya melalui
transportasi laut saja. Masyarakat Aceh sangat taat dengan ajaran Islam dari
dulu sampai sekarang. Sistem pemerintahan di Aceh sangat ketat mengikuti
ajaran Islam.
2.3 Kerajaan Riau
Kerajaan Riau Lingga memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa
Melayu hingga menjadi bentuknya sekarang sebagai bahasa Indonesia. Pada
masa Kerajaan Riau Lingga, bahasa Melayu menjadi bahasa standar yang
sejajar dengan bahasa-bahasa besar lain di dunia, yang kaya dengan sastra
dan memiliki kamus ekabahasa. Tokoh besar di belakang perkembangan
pesat bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang pujangga dan
sejarawan keturunan Melayu-Bugis. Sebelumnya Riau Lingga merupakan
wilayah dari Kerajaan Johor-Riau atau juga dikenal Kerajaan Johor-Pahang-
Riau-Lingga yang berdiri sekitar tahun 1528-1824 M yang merupakan
penerusan dari Kerajaan Malaka, terbentuknya Kerajaan Riau Lingga
diakibatkan perebutan kekuasaan antara kedua putra Raja Johor-Riau dan
pengaruh Belanda-Inggris, pada tahun 1824 Belanda dan Inggris menyetujui
Perjanjian Traktat London, yang isinya bahwa semenanjung Malaya
merupakan dalam pengaruh Inggris dan Sumatra serta pulau-pulau
disekitarnya merupakan dalam pengaruh Belanda.

5
Hal ini memperparah situasi Kerajaan Johor-Riau, dan akhirnya pada tahun
1824 Kerajaan Johor-Riau terbagi menjadi 2 Kerajaan, Kerajaan Johor
dengan raja pertamanya Tengku Hussain bergelar Sultan Hussain Syah (1819-
1835) putra tertua Sultan Mahmud Syah lll Yang Dipertuan Besar Johor-
Pahang-Riau-Lingga ke XVl (1761-1812), sedangkan Sultan Abdul Rahman
Muazzam Syah Yang Dipertuan besar Johor Pahang Riau Lingga ke XVII
yang merupakan adik Tengku Hussain, menjadi Sultan pertama Kerajaan
Riau Lingga bergelar Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah Yang Dipertuan
Besar Riau Lingga ke l (1812-1832).
2.4 Kerajaan Jambi
Kesultanan Jambi adalah sebuah kerajaan melayu Islam yang pernah berdiri
di provinsi Jambi, Indonesia. Kesultanan ini sebelumnya bernama kerajaan
Melayu Jambi yang didirikan oleh Datuk Paduko Berhalo bersama istrinya,
Putri Selaras Pinang Masak di Kota Jambi, pada tahun 1460. Dalam
perkembangannya, pada tahun 1615 kerajaan ini resmi menjadi kesultanan
setelah Pangeran Kedah naik takhta dan menggunakan gelar Sultan Abdul
Kahar. Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1906 dengan sultan terakhirnya Sultan Thaha Syaifuddin.
2.5 Kerajaan Sumatera Selatan
Kesultanan Palembang adalah kerajaan bercorak Islam yang pernah berdiri di
Palembang, Sumatra Selatan, antara abad ke-17 hingga abad ke-19. Pada
masa jayanya, wilayah kekuasaannya pernah mencakup Provinsi Sumatra
Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Jambi, dan Lampung. Pada 1823,
kesultanan ini dihapus oleh Belanda, setelah keduanya terlibat dalam
pertempuran panjang. Kemudian pada 2003, Kesultanan Palembang
Darussalam dihidupkan kembali, tetapi hanya sebagai simbol kebudayaan di
Sumatra Selatan. Sultan Palembang sekarang adalah Sultan Mahmud
Badaruddin IV Fauwaz Diradja, yang naik takhta pada 2017.

6
Sejarah Kesultanan Palembang Ketika terjadi kemelut di Kesultanan Demak,
banyak keluarga kerajaan yang melarikan diri ke Palembang. Salah satunya
adalah Ki Gede Sedo Ing Lautan, yang kemudian mendirikan kerajaan di
Palembang pada sekitar pertengahan abad ke-16. Ki Gede Sedo Ing Lautan
inilah yang nantinya menurunkan raja-raja di Kesultanan Palembang. Namun,
kerajaannya saat itu masih menjadi bawahan Kesultanan Mataram, yang
dianggap sebagai pelindung dari Kesultanan Banten. Barulah pada masa Ki
Mas Hindi (1659-1706), Kerajaan Palembang memutuskan segala hubungan
dengan Kesultanan Mataram. Ki Mas Hindi kemudian menyatakan dirinya
sebagai sultan, yang kedudukannya setara dengan penguasa Mataram. Oleh
karena itu, Ki Mas Hindi dikenal sebagai pendiri dan raja pertama Kesultanan
Palembang, yang kemudian bergelar Sultan Abdurrahman.

2.6 Kerajaan Sumatera Barat


Kerajaan Pagaruyung termasuk salah satu kerajaan di nusantara yang pernah
mengalami masa Hindu-Buddha kemudian berubah menjadi bercorak Islam.
Ketika didirikan oleh Adityawarman pada sekitar 1347 M, kerajaan ini masih
bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan Pagaruyung kemudian resmi berubah
menjadi kesultanan Islam pada abad ke-17, pada masa pemerintahan Sultan
Alif. Letak Kerajaan Pagaruyung berada di Provinsi Sumatera Barat dan
sebagian Provinsi Raiu sekarang. Setelah hampir lima abad berkuasa,
kerajaan ini runtuh dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Padri.
Dari manuskrip yang terdapat pada bagian belakang arca Amoghapasa,
diketahui bahwa pada 1347 M Adityawarman menyatakan dirinya sebagai
raja di Malayapura. Meski nama Pagaruyung tidak ditemukan dalam berbagai
sumber sejarah, Adityawarman diduga kuat sebagai pendiri Kerajaan
Pagaruyung. Adityawarman adalah seorang keturunan Minangkabau-Jawa,
putra dari Adwayawarman (pemimpin Ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan
Kediri) dan Dara Jingga (putri Kerajaan Dharmasraya).

7
Namun, sebagian sejarawan berpendapat bahwa Adityawarman adalah putra
dari Raden Wijaya (pendiri Kerajaan Majapahit) dan Dara Jingga. Terlepas
dari perbedaan pendapat para ahli, Adityawarman adalah sepupu Raja
Jayanegara (raja kedua Majapahit) dari pihak ibu. Baca juga: Jayanegara,
Raja Majapahit yang Dibenci Sebelum mendirikan Kerajaan Pagaruyung, ia
pernah menaklukkan Bali dan Palembang bersama Mahapatih Gajah Mada.

Pasalnya, Adityawarman adalah raja bawahan (uparaja) dari Majapahit yang


dikirim untuk menundukkan daerah-daerah penting di Sumatera. Dalam
perjalanannya, ia berusaha melepaskan diri dari Majapahit hingga dikejar
oleh pasukan dari Jawa Timur. Setelah terlibat pertempuran dahsyat di daerah
Padang Sibusuk, Adityawarman akhirnya menang.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pengertian Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Aceh


Darussalam, Kerajaan Riau, Kerajaan Jambi, Kerajaan Sumatera Selatan,
Kerajaan Sumatera Barat, kita dapat mengetahui materi dasar dari judul
“Kerajaan Islam di Pulau Sumatera”. Kita juga mengatahui kerajaan Islam
tidak hanya di pulau Sumatera saja, tapi hampir ada di seluruh Indonesia.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan pembaca mengetahui lebih
tentang Kerajaan Islam di Pulau Sumatera. Dengan pembahasan
pengertian Samudera Pasai, Kesultanan Aceh Darussalam, Kerajaan Riau,
Kerajaan Jambi, Kerajaan Sumatera Selatan, dan Kerajaan Sumatera Barat,
pembaca diharapkan mengerti pembelajaran tentang Kerajaan Islam di
Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Daldjoeni, N.1992. Geografi kesejarahan II Indonesia. Bandung: Alumni.

Mustopo, M. Habib, dkk. 2010. Sejarah 1, Jakarta: Yudhistira.

Pane, Sanusi. 1965. Sejarah Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Poesponegoro, Marwati Djoened (dkk). 1993. Sejarah Nasional Indonesia


Jilid I, Jakarta: Balai Pustaka.

Ricklef, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta: PT


Serambi Ilmu Semesta.

https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-islam-di-sumatera/.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_era_kerajaan_Islam

10
LAMPIRAN

11

Anda mungkin juga menyukai