MAKALAH
Disusun Oleh
Nama : Sri Marita H.
Kelas : X IPS 3
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Kerajaan Islam di Indonesia”
Penulis menyusun karya tulis ini dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu tugas dari guru mata pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam penyusunan karya
tulis ini penulis banyak mengalami tantangan dan hambatan. Akan tetapi, karena
berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan karya
tulis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semuanya yang telah membantau
dalam penyelesaian karya tulis ini.
Penulis sadari bahwa pembuatan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kekeliruan, baik
dalam penulisan maupun dalam penyajian. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, guna perbaikan pada masa yang akan
datang.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat, terutama bagi pembaca
dan semua pihak yang memerlukan karya tulis ini.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang proses masuknya Islam ke
Indonesia.
2. Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada
di Indonesia.
3. Agar pembaca dapat lebih memahami perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran
yaitu Al-Hallaj.
3. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk
tanda-tanda bunyi Harakat.
4. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5. Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam
salah satu pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
3
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk
memperkuat kerajaan Aceh.
1. Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan
dikuasainya kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai
barat dan timur Sumatera dikuasainya sampai ke Pariaman yang
merupakan jalur masuk Islam ke Minaangkabau.
2. Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja
sama dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang
mereka, yaitu VOC dan EIC untuk membuka kantor cabangnya di Aceh.
3. Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di
Pulau Bintan pada tahun 1614.
4. Mendirikan Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu
mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan
Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh
permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat
Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan
teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah.
Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur
perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai
dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan
ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli
tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin
ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi
juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada
masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra,
4
Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras,
emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
5
Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja
Majapahit yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah
memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan
dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam
Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak
berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas,
hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah
pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar,
dan Maluku.
2. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat
dan digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati
Unus, Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang
pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya,
dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada
tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik
takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya
portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak.
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki
Jawa Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil
menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan
demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada
pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di
Cirebon. Pasukan demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil
menundukkan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk memperkuat
kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik dengan
Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra
Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun
1546 M.
6
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat
di Demak. Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli
waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara
dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.
3. Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan
teratur. Pemerintahan diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan
norma-norma lama begitu saja. Hasil kebudayaan Demak merupakan
kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan
berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang.
Masjid Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai
kerajaan Islam.
4. Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena
mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil
bahan makanan, terutama beras. Selain itu, perdagangannya juga maju.
Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
5. Keruntuhan Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan
dendam yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan
Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua ingin
menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak
karena Aria Penansang telah membunuh suami dan adik suami dari Ratu
Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka berhasil meruntuhkan
pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah Aria Penansang.
Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu
pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan
Demak.
7
2.2.4 Kerajaan Mataram
1. Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng
Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas
keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya,
putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya.
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya
diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya
ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa,
sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang
menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan
kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran
Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari
Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra
Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian
memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M.
Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.
2. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram
banyak menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti
Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang
memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi,
Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan
Kerajaan Mataram berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari
Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh
putranya, Mas Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para bupati yang
memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura,
Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
8
Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung
mempersiapkan sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut
serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya
berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai
seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk
menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari
tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.
3. Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu
saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat
kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di
bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas
menjalankan pengadilan istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan
peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh
penduduk.
4. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan
Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor
agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi,
Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa
yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan
penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan
Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan
yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi
antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.
9
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan
memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra
Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat
istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
5. Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan
Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda.
Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena
sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.
10
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami
puncak kejayaan. Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan
masyarakatnya diperhatikan, seperti dengan dilaksanakannya
pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan membuat
saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah
mangkat, terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten.
Setelah peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad
yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan
perwalian Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun
1508-1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih
kanak-kanak didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran
Rana Menggala wafat, Banten mengalami kemunduran.
3. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang
ramai karena menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina,
India, gujarat, Persia, dan Arab banyak yang datang berlabuh di Banten.
Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh sistem
kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan
daerah perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.
4. Kemunduran Kerajaan Banten
Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya
Raja Besar Banten Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar
terjadilah perang saudara di Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan
pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten mulai hancur karena
terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti
Maulana Yusuf.
11
2.2.6 Kerajaan Makassar
1. Awal Perkembangan Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak
kerajaan, tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng,
dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari
Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan
rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan
lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari
Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang ramai akan
pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara Maluku,
Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.
2. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin
(1591-1639 M). Raja berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M)
dan dilanjutan oleh putranya, Hasanuddin (1654-1660 M). Sultan
Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan
menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk
Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu
cukup ramai dan banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan
untuk membuka hubungan dagang. Setelah sering datang ke Makassar,
VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu
Banda (pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi
konflik. Terlebih lagi setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu
para pembesar Makassar diundang untuk suatu perjamuan di atas kapal
VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan terjadilah perkelahian yang
menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan meruncing
12
sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering
mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar. Oleh karena itu,
VOC memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan
Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.
3. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil
perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan.
Pelabuhan Sombaupu ( Makassar ) banyak didatangi kapal-kapal dagang
sehingga menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan demikian,
masyarakatnya hidup aman dan makmur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu oleh Bate
Salapanga (Majelis Sembilan) yang diawasi oleh seorang paccalaya
(hakim). Sesudah sultan, jabatan tertinggi dibawahnya adalah
pabbicarabutta (mangkubumi) yang dibantu oleh tumailang matoa dan
malolo. Panglima tertinggi disebut anrong guru lompona
tumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali raten yang juga
bertugas mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri. Pejabat
bidang keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan
bilal.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar
adalah keahlian masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi
dan lambo.
4. Kemunduran Kerajaan Makassar
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena
permusuhannya dengan VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah
dengan taktik VOC yang memperalat Aru Palakka ( Raja Bone) untuk
mengalahkan Makassar. Kebetulan saat itu Kerajaan Makassar sedang
bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja
sama dengan VOC.
13
2.2.7 Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad
ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid
dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya
dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para
pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat
berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun,
kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol
datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara
kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada
tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun
benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521
menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate,
terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-
sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain
pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha
menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat
tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak
berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh
Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan
membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan
Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir
dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore.
Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai
ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh
14
Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di
Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan
beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan,
dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh
Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat
terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat
terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang
Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-
barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan
ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan
berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai
bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari.
2. Meski terdapat perbedaan teori tentang masuknya Islam ke Indonesia,
namun dapat diambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan
cara damai.
3. Kerajaan Islam merupakan salah satu bukti dari perkembangan Islam di
Indonesia begitu pesat.
3.2 Saran
1. Hendaknya kita lebih bersemangat dalam mempelajari sejarah.
2. Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari Sejarah Kerajaan Islam di
Indonesia.
Dengan mempelajari sejarah, selain wawasan kita bertambah kita juga
akan lebih memahami kebudayaan-kebudayaan tempo dulu dan mengambil
setiap pelajaran dari sejarah tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
17