DI INDONESIA
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh:
CONNI COLINDION
Kelas : X IPA 2
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menunjukkan kepada
kita semua jalan yang benar. Amin.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sejarah tentang
Kerajaan Islam di Indonesia. Selain itu tujuan penulis menyusun Makalah ini
adalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai Kerajaan Islam di Nusantara.
Dalam penyelesaian Makalah ini, penulis banyak menemui kesulitan.
Namun berkat bimbingan dari beberapa pihak, akhirnya Makalah ini dapat
terselesaikan walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya
jika penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis juga sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun agar tugas ini menjadi lebih baik dan berguna di masa depan.
Mudah-mudahan Makalah ini dapat membuktikan bahwa penulis dapat
melaksanakan tugas ini dengan semaksimal mungkin dan dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan rekan-rekan pada umumnya.
Conni Colindion
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5
A. Kerajaan Islam di Sumatera...............................................................5
1. Kerajaan Jeumpa (777 M)...........................................................6
2. Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)....................................6
3. Aceh Darussalam.........................................................................7
4. Kesultanan Peureulak (840-1292)...............................................8
B. Kerajaan Islam di Jawa......................................................................8
1. Demak..........................................................................................9
2. Pajang........................................................................................10
3. Mataram.....................................................................................10
4. Cirebon......................................................................................10
5. Banten........................................................................................11
C. Kerajaan Islam di Kalimantan.........................................................11
1. Kerajaan Selimbau.....................................................................12
2. Kerajaan Mempawah.................................................................13
3. Kerajaan Tanjungpura...............................................................13
4. Kerajaan Landak........................................................................13
5. Kerajaan Tayan..........................................................................14
6. Kesultanan Paser.......................................................................14
D. Kerajaan Islam di Sulawesi.............................................................15
1. Kesultanan Buton......................................................................15
2. Kesultanan Banggai...................................................................16
3. Kerajaan Gowa Tallo.................................................................16
iii
4. Kerajaan Bone...........................................................................17
5. Kerajaan Konawe......................................................................17
E. Kerajaan Islam di Maluku Utara.....................................................18
1. Kerajaan Jailolo.........................................................................19
2. Kerajaan Ternate.......................................................................19
3. Kerajaan Tidore.........................................................................19
4. Kerajaan Bacan..........................................................................20
F. Kerajaan Islam di Papua..................................................................20
1. Kerajaan Namatota....................................................................20
2. Kerajaan Komisi........................................................................21
3. Kerajaan Fatagar........................................................................21
4. Kerajaan Ati-Ati........................................................................22
5. Kerajaan Rumbati......................................................................22
6. Kerajaan Pattipi.........................................................................22
7. Kerajaan Sekar...........................................................................23
8. KerajaanWertuar........................................................................23
BAB III PENUTUP.............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena
disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan
nuansa baru dalam keberIslamannya di negara-negara Islam lain. Islam di
Indonesia ternyata mampu berinteraksi dengan budaya lokal, seperti bentuk
masjid dan tata cara yang mengiringi ritual keagamaan. Ketika Islam datang,
sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang
bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budha dari India,
yang penyebaran pengaruhnya tidak merata. Di Jawa telah mendalam, di
Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi.
Walaupun demikikan, Islam dapat cepat menyebar. Hal itu disebabkan Islam
yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i dan ulama’, mereka
semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang
lebih maju dari pada peradaban yang ada. Dalam bidang kehidupan
masyarakat tanpa kasta, juga dalam dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih
mendasar dari pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu- Budha.
Namun, terjadi pertentangan di antara para sejarawan mengenai waktu
masuknya Islam ke Indonesia. Menurut teori Mekkah yang didukung oleh
beberapa ahli berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia diperkirakan
sekitar abad ke-7 M dan pembawanya berasal dari Arab. Hal ini dibuktikan
dengan adanya perkampungan para pedagang Arab yang sudah menjalankan
syariat Islam dan berada di bawah pihak muslim di pesisir Sumatera bagian
Barat pada tahun 674 M. Para pedagang dari Arab datang ke Indonesia
kebanyakan dari jalan laut dari India dan Asia Tenggara mengikuti angin
musim, dan menetap di sepanjang jalur perlintasan dagang di Asia Tenggara.
Selain itu, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 H (13M) ketika unsur-unsur India mencapai
Sumatera. Menurut mereka, Islam masuk ke Indonesia tidak dibawa olah para
1
pedagang Arab, melainkan para pedagang Gujarat, India. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya nisan pada makam Sultan Malik As-Saleh, Sultan yang
pertama memerintah Kerajaan Samudera Pasai, di Timur laut Sumatera,
berangka tahun 1297 M (Ramadhan 696 H).
Ketika agama Islam mulai disebarkan, masyarakat Indonesia telah
menganut agama Hindu-Buddha yang hidup saling berdampingan. Para
pendatang yang tiba di wilayah Nusantara umumnya telah menganut agama
Islam, selain berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam. Dalam
menyampaikan ajaran agama Islam mereka relatif damai sehingga dapat
diterima oleh sebagian masyarakat Indonesia, terutama kalangan bangsawan
dan pedagang. Melalui pendekatan budaya, pengenalan Islam sebagai agama
baru diterima oleh masyarakat. Dengan masuknya agama Islam ke Indonesia,
otomatis membawa kebudayaan Islam itu sendiri yang berpengaruh pula
terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Islam ikut mewarnai kehidupan
budaya dan tradisi-tradisi masyarakat Indonesia, segala aktivitas kehidupan
masyarakat yang ber-agama Islam, bersumber pada ajaran agama Islam.
Islam telah mewarnai seluruh aspek kehidupan masyarakat baik secara
ideologi, politik, sosial, budaya dan ekonomi. Pengaruh Islam secara sosial
budaya yang begitu kuat membawa perubahan yang sangat signifikan pada
kebudayaan dan penghidupan masyarakat. Adapun contohnya adalah
masyarakat sudah mulai meninggalkan tradisi anisme dan dinamisme sehingga
lebih mempercayai kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penyebaran agama Islam merupakan salah satu proses yang sangat
penting dalam sejarah Indonesia. Secara umum ada dua proses yang terjadi
dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, yakni: (1) masyarakat Indonesia
melakukan hubungan dengan orang-orang yang telah mengenut agama Islam.
(2) Orang- orang Timur Asing (Arab, India, Cina, dll) yang telah memeluk
agama Islam tinggal menetap di wilayah Indonesia, kemudian menikah
dengan penduduk lokal, serta mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa
sehingga mereka berbaur dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
2
Agama Islam pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang di
wilayah pesisir Sumatera sekitar abad ke-13. Hal ini dipertegas oleh
Ricklefs(2008:4) yang menyatakan bahwa “ Di pemakaman Lamreh di
temukan nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin Al-Basir, yang wafat pada
tahun 608H/1211 M, ini merupakan petunjuk pertama tentang keberadaan
kerajaan Islam di Indonesia. “. Sumatera Utara memiiki letak geografis yang
sangat strategis. Hal ini membuat Sumatera Utara menjadi destinasi para
pedagang, serta menjadi tempat persinggahan saudagar-saudagar muslim Arab
dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu. Sebelum masuk
agama Islam ke Sumatera Utara, masyarakat setempat telah menganut agama
Hindu.
Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah
berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti : Samudera Pasai dan Aceh Darussalam
(Sumatera), Pajang, Demak, Mataram, Cirebon, dan Banten (Jawa), Banjar
dan Kutai (Kalimantan), Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa
(Sulawesi).
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai
yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut
Aceh. Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama
Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu
diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat,
Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke 15 M, di atas puing-puing kerajaan
Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497).
Sedangkan di Pulau Jawa juga berdiri kerajaan Demak yang dipimpin
oleh Raden Patah, kemudian berdiri pula Kesultanan Pajang yang dipandang
sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan Cirebon adalah kerajaan
Islam pertama di jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung Jati.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
penulis tertarik untuk membuat suatu makalah dengan judul “Kerajaan-
Kerajaan Islam di Indonesia”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka
yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :
1. Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera
2. Sejarah Kerajaan Islam di Jawa
3. Sejarah Kerajaan Islam di Kalimantan
4. Sejarah Kerajaan Islam di Sulawesi
5. Sejarah Kerajaan Islam di Maluku Utara
6. Sejarah Kerajaan Islam di Papua
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
1. Kerajaan Jeumpa (777 M)
Kerajaan Jeumpa merupakan salah satu kerajaan Islam di nusantara
yang muncul sekitar abad ke 7 M. Adapun pendiri dari kerajaan Jeumpa
ini ialah Salman Al Parsi. Kerajaan Jeumpa menjadi tempat penyebaran
pertama Islam untuk pertama kalinya di wilayah nusantara kala itu.
Penyebaran agama Islam di Kerajaan Jeumpa kala itu dipengaruhi
oleh para pedagang muslim yang berasal dari Persia. Secara perlahan
Kerajaan Jeumpa hingga para masyarakat pun memeluk Islam. Sekitar
tahun 777 Masehi, kerajaan secara sepenuhnya menjadi kerajaan yang
bercorak Islam.
Daerah cakupan Kerajaan Jeumpa mencakup Kabupaten Beureun.
Masa keruntuhan Jeumpa terjadi sekitar tahun 880 M. Secara umum
kerajaan Jeumpa menjadi kerajaan yang memiliki ramai penduduk.
Adapun pusat pemerintahan dari Kerajaan Jeumpa ialah kota Pelabuhan.
Kota ini termasuk sebagai tempat persinggahan dan perdagangan
strategis di pulau Sumatera. Kerajaan Jeumpa juga masuk dalam jalur
perdagangan dan pelayaran yang strategis di wilayah Selat Malaka.
Wilayahnya yang strategis tersebut menjadikan masyarakat Kerajaan
Jeumpa memilih berdagang.
Kawasan perdagangan Kerajaan Jeumpa terletak di wilayah pesisir
utara Pulau Sumatera. Kerajaan Jeumpa juga telah menjalin hubungan
kerja sama perdagangan dengan berbagai kerajaan-kerajaan yang ada di
seluruh pulau Sumatera.
Selain dengan kerajaan-kerajaan di nusantara, Kerajaan Jeumpa
juga telah memiliki kerja sama perdagangan dengan berbagai kerajaan dari
wilayah Persia, Arab, India bahkan Tiongkok.
3. Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan
nama Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu
diketahui kapan kerajaan ini muncul atau berdiri. Anas Machmud
berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, diatas puing-puing
kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang
membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya pada masa
pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam
bidang perdagangan karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumya
berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh,
setelah Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511 M. sebagai akibat
penaklukan Malaka Utara melalaui selat Karimata dari Portugis itu, jalan
dagang yang sebelumaya dari laut Jawa ke Sunda dan menyusur pantai
7
Barat Sumatera, kemudian ke Aceh. Dengan demikian Aceh ramai
dikunjungi saudagar dari berbagai negeri.
8
penyebar agama Islam di Jawa. Di samping kewibawaan rohaniah, para wali
juga berpengaruh dalam bidang politik, bahkan ada yang memegang
pemerintahan. Otoritas karismatik mereka merupakan ancaman bagi raja-raja
Hindu di pedalaman.
1. Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan
ini muncul ketika melemahnya Raja Majapahit. Di bawah pimpinan Sunan
Ampel Denta, Walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi
Raja pertama kerajaan Demak. Gelar Raden Fatah adalah Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Demak
sebelumnya adalah Bintoro yang merupakan daerah vasal Majapahit yang
diberikan oleh Raja Majapahit kepada Raden Patah.
Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-
15 hingga awal abad ke-16 M. Dikatakan, ia adalah seorang anak Raja
Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Ia digantikan
anaknya yang bernama Sambrang Lor, dikenal juga dengan julukan Pati
Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika
menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507. Menurutnya tidak lama setelah
naik tahta, ia merencanakan suatu rencana serangan terhadap Malaka.
Semangat perangnya memuncak ketika Malaka ditaklukkan Portugis pada
tahun 1511. Akan tetapi, sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentaranya
mengalami kekalahan besar.
Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai Sultan
oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia
memulai pemerintahan pada tahun 1524-1546. Pada masa Sultan Demak
yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa, bahkan
sampai ke Kalimantan Selatan. Penaklukan Sunda Kelapa berakhir tahun
1527 yang dilakukan oleh gabungan Demak dan Cirebon di bawah
pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan
Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga.
9
2. Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris
kerajaan Islam di Demak. Kesultanan yang terletak di Kartasura sekarang
itu merupakan kerajaan Islam yang pertama yang terletak di pedalaman
pulau Jawa. Usia kesultanan ini tidak panjang, kekuasaaan dan
kebesarannya kemudian diambil oleh kerajaan Mataram.
Sultan atau Raja yang pertama adalah Jaka Tingkir yang berasal
dari Pengging, lereng gunung Merapi. Oleh Raja Demak ketiga yaitu
Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangklat sebagai Raja pajang setelah
sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya.
3. Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari
Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah
pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria
Penangsang. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan
daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan Raja-raja
Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan menempati Istana
barunya di Mataram. Dia digantikan putranya, Senopati, pada tahun 1584
dan dikukuhkan sebagai Raja Mataram oleh Sultan Pajang.
4. Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam yang pertama di Jawa
Barat. Kerajaan ini didirikan oleh salah satu anggota Walisongo, yaitu
Sunan Gunung Jati.
Diawal abad ke-16, Cirebon merupkan daerah kecil dibawah
kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang
juru labuhan disana yang bernama Pangeran Walangsungsang, seorang
tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan Raja Pajajaran.
10
5. Banten
Kerajaan di Banten merupakan perluasan Islam yang dilakukan
oleh kerajaan Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung jati. Perluasan
wilayah itu dimulai dengan pendudukan Sunda oleh Sunan Gunung Jati
pada tahun 1527 M.
2. Kerajaan Mempawah
Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam yang berlokasi sekitar
wilayah Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Nama Mempawah ini
sendiri diambil dari istilah Mempauh yang berarti nama pohon yang
tumbuh di hulu sungai yang kemudian dikenal dengan sebutan Sungai
Mempawah.
Di masa perkembangannya, pemerintahaan kerajaan dibagi
menjadi dua periode yang pertama ialah masa kerajaan Suku Dayak yang
bercorak Hindu lalu masa Kesultanan yang bercorak Islam.
3. Kerajaan Tanjungpura
Salah satu kerajaan tertua di Kalimantan Barat ialah Kerajaan
Tanjungpura atau sering juga disebut dengan Tanjompura. Kerajaan ini
telah mengalami beberapa kali perpindahan ibu kota kerajaan.
Awalnya ibu kota kerajaan terletak di Negeri Baru atau di
Kabupaten Ketapang saat ini, setelah itu berpindah lagi ke wilayah
Sukadana yang menjadi Kabupaten Kayong Utara. Kemudian, di abad ke
15 Masehi berubah nama menjadi Kerajaan Matan ketika Rajanya Sorgi
atau Giri Kesuma masuk Islam.
4. Kerajaan Landak
Kerajaan Landak atau dikenal juga dengan Kerajaan Ismahayana
landak ialah sebuah kerajaan yang berada di Kabupaten Landak,
Kalimantan Barat. Kerajaan Landak ini sendiri memiliki kronik sejarah
yang cukup panjang.
13
Beberapa sumber tertulis mengenai kerajaan ini memang cukup
terbatas. Namun, berbagai bukti arkeologis berupa bangunan istana
kerajaan atau keraton hingga berbagai atribut-atribut kerajaan yang masih
bisa dilihat hingga saat ini menjadi bukti eksisnya kerajaan ini.
Menurut sejarah kerajaan Landak ini juga terbagi menjadi dua fase
yang bertema ialah masa kerajaan bercorak Hindu dan kemudian menjadi
kerajaan bercorak Islam yang telah dimulai sekitar tahun 1257 M.
5. Kerajaan Tayan
Kerajaan Islam ini terletak di kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten
Tayan, Provinsi Kapuas Raya. Pendiri dari kerajaan Tayan ialah Putra
Brawijaya yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Beliau bernama Gusti
Likar atau sering juga disebut dengan Lekar.
Gusti Lekar ini sendiri merupakan anak kedua dari Panembahan
Dikiri yang merupakan Raja Matan. Anak pertama dari Panembahan
Dikiri bernama Duli Maulana Sultan Muhammad Syarifuidin yang
kemudian menggantikan ayahnya sebagai Raja Matan.
Sultan Muhammad Syarifudin ini sendiri merupakan Raja pertama
yang masuk Islam berkat jasa tuan Syech Syamsuddin. Beliau kemudian
mendapatkan hadiah berupa sebuah Qur’an kecil serta sebentuk cincin
bermata jamrud merah yang didapatkan langsung dari Raja Mekkah.
6. Kesultanan Paser
Sebelumnya Kesultanan Paser disebut sebagai Kerajaan
Sadurangas yang merupakan sebuah kerajaan yang berdiri sekitar tahun
1516. Saat itu kerajaan dipimpin oleh seorang Ratu yang bernama Putri Di
Dalam Petung.
Sebelum Ratu menikah dengan Abu Mansyur Indra Jaya, Putri
Petong masih menganut ajaran animisme atau kepercayaan menyembah
roh-roh halus. Lewat jalur perkawinan antara Ratu Petong dan Abu
Mansyur Indra Jaya, Kesultanan Panser mulai memeluk Islam. Selain itu,
14
jalur perdagangan yang berasal dari berbagai pedagang muslim juga
berperan besar tersiarnya agama Islam di Kesultanan Paser.
1. Kesultanan Buton
Kerajaan Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang
terletak di Sulawesi Tenggara. Menurut sejarah, kerajaan ini telah lama
15
berdiri bahkan sebelum agama Islam masuk ke wilayah Sulawesi.
Kerajaan ini muncul pada awal ke 14 Masehi.
Kerajaan Kesultanan Buton ini sendiri awalnya memiliki corak
agama Hindu Budha, akan tetapi seiring semakin berkembangnya agama
Islam di wilayah Sulawesi, kerajaan ini pun kemudian berubah menjadi
kerajaan bercorak Islam.
Kerajaan Buton menguasai banyak wilayah di kepulauan Buton
termasuk di kawasan perairannya. Nama Buton memang sudah terkenal
sejak zaman Majapahit. Bahkan dalam kitab Negarakertagama dan dalam
Sumpah Palapa dari Gajah Mada, nama Buton sering sekali disebutkan.
Hingga hari ini Kesultanan Buton tetap masih ada dan menjadi tempat
yang sering dikunjungi oleh banyak pelancong.
2. Kesultanan Banggai
Kerajaan Islam di wilayah Sulawesi selanjutnya ialah kerajaan
Banggai. Kerajaan Banggai ini terletak di wilayah Semenanjung Timur
pulau Sulawesi dan Kepulauan Banggai. Kesultanan Banggai telah lama
berdiri yaitu sekitar abad ke 16 Masehi.
Hingga hari, Kerajaan Banggai masih tetap eksis dan selalu
didatangi banyak pengunjung. Sebenarnya, Kerajaan ini juga pernah
mengalami masa-masa keterpurukan akibat kalah dari kerajaan Majapahit.
Namun, setelah keruntuhan kerajaan Majapahit, Kerajaan Banggai kembali
bangkit dan menjadi kerajaan independen kembali serta telah bercorak
Islam.
16
Kerajaan Gowa sendiri menguasai wilayah dataran tinggi, adapun
untuk wilayah Tallo menguasai daratan pesisir. Pengaruh yang cukup kuat
menjadikan dua persekutuan kerajaan ini sebagai kerajaan yang sangat
berpengaruh pada jalur perdagangan di wilayah timur tanah air. Sejarah
juga menyebutkan jika kerajaan Gowa Tallo ini telah berdiri sejak sebelum
Islam masuk ke wilayah Sulawesi atau lebih tepatnya sekitar tahun 13
Masehi.
Kerajaan ini akhirnya bergabung menjadi bagian dari NKRI pada
tahun 1946 dengan Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan
Muhammad Abdul Kadir Aidudin sebagai raja terakhirnya.
4. Kerajaan Bone
Bila dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di
wilayah Sulawesi, kerajaan Bone termasuk kerajaan yang cukup kecil.
Karena posisinya sebagai kerajaan kecil maka saat itu kerajaan Bone
sangat dipengaruhi oleh Kerajaan Gowa dan Tallo.
Kekuatan kerajaan Gowa Tallo memang sangat besar pada setiap
kerajaan-kerajaan kecil kala itu. Oleh sebab itu, karena pengaruh dari
kerajaan Gowa Tallo ini maka kerajaan Bone pun akhirnya menjadikan
kerajaannya sebagai kerajaan yang bercorak Islam.
Agama Islam ini sendiri masuk ke kerajaan Bone pada masa
pemerintahan Raja Bone XI atau sekitar tahun 1611 Masehi. Setelah itu,
agama Islam pun makin tersebar karena dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat di wilayah kekuasaan kerajaan Bone.
5. Kerajaan Konawe
Kerajaan Konawe berada di wilayah Sulawesi Tenggara. Sebelum
bercorak Islam, kerajaan ini awal mulanya merupakan kerajaan bercorak
Hindu. Akan tetapi, seiring berkembangnya agama Islam di Konawe,
sekitar tahun 18 Masehi, kerajaan Konawe pun secara perlahan mulai
17
mengalami perubahan sistem pemerintahan dan pada akhirnya juga masuk
menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beberapa kerajaan yang telah disebutkan di atas merupakan
sejumlah kerajaan Islam yang paling Berjaya di wilayah Sulawesi di masa
lalu. Meskipun beberapa di antaranya ada yang telah runtuh akan tetapi
beberapa kerajaan juga telah menjadi peninggalan budaya yang patut
untuk tetap dijaga.
Sejumlah kerajaan Islam di wilayah Sulawesi ini menjadi bukti
yang kuat bahwa pengaruh Islam di Sulawesi memang sangat berkembang
dengan pesat. Ketika beberapa kerajaan masih memegang corak Hindu
Budha, secara pelan tapi pasti, penyebaran agama Islam di Sulawesi
mengambil alih corak Hindu Budha menjadi kerajaan yang bercorak
Islam.
18
kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara. Kerajaan bercorak Islam yang ada
di Maluku Utara yakni kerajaan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
1. Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo terletak di bagian pesisir utara pulau Seram dan
sebagian Halmahera. Kerajaan ini termasuk ke dalam kerajaan tertua di
wilayah Maluku. Menurut sejarah kerajaan Jailolo berdiri sejak tahun 1321
dan mulai masuk Islam setelah kedatangan mubaligh dari Malaka.
2. Kerajaan Ternate
Menurut sejarah kerajaan Ternate telah berdiri sekitar abad ke 13
Masehi. Kerajaan ini berada di Maluku Utara dan beribukotakan di
Simpalu. Penyebaran Islam di kerajaan Ternate dipengaruhi oleh ulama-
ulama dari Jawa, Arab dan Melayu.
Kemudian, kerajaan ini pun resmi memeluk Islam setelah raja
Zainal Abidin belajar tentang Islam dari Sunan Giri pada tahun 1486
Masehi. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, maka banyak
pedagang dari berbagai penjuru dunia yang singgah di wilayah Ternate.
3. Kerajaan Tidore
Kerajaan ini terletak di sebagian pulau Halmahera dan sebagian
lagi di pulau Seram. Kerajaan Tidore memeluk Islam sekitar abad ke 15
Masehi. Cirali Lijitu merupakan sultan Tidore yang pertama kali memeluk
agama Islam dan memiliki gelar Sultan Jamaludin.
Sultan Jamaludin memeluk Islam berkat seorang mubaligh
bernama Syekh Mansyur. Kerajaan ini sendiri terkenal karena ekonomi
perdagangan di sektor rempah-rempah. Menurut sumber sejarah, kerajaan
Tidore kala itu memiliki persekutuan yang disebut dengan Ulisiwa yang
terdiri atas wilayah Halmahera, Makyan, Kai, Jailolo serta pulau-pulau
lainnya di wilayah sebelah timur Maluku.
19
4. Kerajaan Bacan
Kekuasaan kerajaan Bacan telah meliputi seluruh kepulauan
Bacan, Obi, Waigeo, Solawati hingga di wilayah Irian Barat. Penyebaran
agama Islam di kerajaan Bacan ini sendiri bermula ketika seorang Mubalig
dari kerajaan Islam Maluku lainnya datang dan mulai menyebarkan Islam.
Adapun raja pertama dari kerajaan Bacan ini bernama Zainal
Abidin. Ketika memimpin Kerajaan Bacan, Zainal Abidin pun mulai
menerapkan ajaran dan aturan-aturan Islam di wilayah Kerajaan Bacan.
1. Kerajaan Namatota
Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota
pertama yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui
merupakan generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan
Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora
selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan
20
agama Islam dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta,
selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah
seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar
Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang pemerintah Belanda dengan
tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada mereka. Akibatnya dia
dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.
2. Kerajaan Komisi
Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad
Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di
Pulau Adi pada tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari
bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama
Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa
pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa
oleh Syarif Muaz yang mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang
menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu. Namun sambutan positif
lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade
Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi
Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin yang
merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan kerajaan Kaimana dan
bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang kemudian
dikenal dengan nama Raja Komisi.
3. Kerajaan Fatagar
Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas
1997, menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada
tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah
dari Rumbati (daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati,
disana Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-
puing bekas reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah
Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja
21
Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada
tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang
dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati.
4. Kerajaan Ati-Ati
Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada
empat raja yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan
Namatota (sekarang masuk dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-
masing raja tersebut mendirikan mesjid dan mesjid tersebut yang
digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi
mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat
dari kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya.
Satu-satunya mesjid yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah
mesjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh Raja ke-9.
5. Kerajaan Rumbati
Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi.
Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya
memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya.
Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah
memerintah di Patipi.
6. Kerajaan Pattipi
Masuknya Islam di Papua, khususnya di Teluk Patipi, memiliki
keterkaitan dengan masuknya agama Islam di Papua. Masuknya Islam di
tanah Papua terdiri dari tujuh versi, yaitu versi orang Papua, Aceh, Arab,
Jawa, Banda, Bacan, serta versi Tidore dan Ternate. Masing masing
dengan argumentasinya yang berbeda-beda. Menurut orang asli Papua
Fakfak, yang masih kuat dengan adat dan legendanya, Islam bukan dibawa
dan disebarkan oleh Kerajaan Tidore, Arab, Jawa, atau Sulawesi. Akan
tetapi, Islam sudah berada di Pulau Papua sejak pulau ini diciptakan oleh
Tuhan.
22
7. Kerajaan Sekar
Informasi atau tentang situs-situs khusus Kerajaan Sekar sulit
diperoleh, namun dapat diyakini bahwa Kerajaan Sekar merupakan salah
satu kerajaan dari 9 kerajaan Islam yang berada di Kepulauan Raja Empat.
8. KerajaanWertuar
Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama
Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao
ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga
bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari
susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja
ketujuh yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan
bahwa yang dilantik adalah Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe.
Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan saudara dan bukan
hubungan bapak anak, yang berarti mereka hidup dalam satu zaman. •
Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber
tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore
yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar
Lama. Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul
Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid.
23
BAB III
PENUTUP
24
DAFTAR PUSTAKA
25