Anda di halaman 1dari 32

HALAMAN JUDUL

PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL BERBASIS


AGROINDUSTRI DI PEDESAAN

KARYA TULIS

Diajukan guna melengkapi tugas – tugas dan memenuhi

syarat – syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Redeb

Disusun oleh :

ERWANSYAH
Nis : 5596

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1


TANJUNG REDEB

2006
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL BERBASIS

AGRO INDUSTRI DI PEDESAAN

NAMA : ERWANSYAH

NIS : 5596

KELAS : IPS 2

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

Disahkan di Tanjung Redeb

Pada Tanggal, Maret 2006

Mengetahui

Kepala SMAN I Tanjung Redeb Guru Pembimbing

Sudirman. M, S.Pd Drs. Sumardi

NIP : 131280269 NIP : 132116974

ii
MOTTO

1. Lakukan apa yang dapat kamu lakukan sekarang.

2. Jangan pernah iri dan dengki atas keberhasilan orang lain tapi bersyukurlah pada

apa yang tela kamu lakukan

3. Prestasi – prestasi tercapai jika tiap tugas jangan dianggap sebagai beban, tetapi

anggaplah sebagai kegemaran.

4. Pengalaman adalah guru terbaik.

5. Keramahan itu akan selalu lebih berkuasa dari pada kemarahan dan paksaan.

6. Kesadaran adalah dasar dari pada segala moral dan kebajikan yang umum dari

pada manusia, tanpa kesederhanaan manusia tidak ada bedanya dengan hewan

buas.

7. Lakukan semua karena ikhlas hanya karena Tuhan, bukan karena pujian orang

lain.

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rakhamt dan karuniaNya sehingga dapat tersusunnya karya tulis ini, dan

berarti pula tugas penyusunan Karya Tulis ini telah dapat penulis selesaikan.

Karya Tulis ini disusun sebagai kewajiban bagi siswa / Siswa Kelas III sebagai

persyaratan untuk mendapatkan nilai Bahasa Indonesia.

Dalam penulisannya Karya Tulis ini penulis menyadari bahwa masih ada

kekurangan – kekurangan yang mana hal tersebut disebabkan karena keterbatasan

pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu diperlukan adanya saran – saran ataupun

kritikan yang bersifat membangun untuk lebih sempurnanya pada penulisan Karya

Tulis yang akan datang.

Dan tak lupa juga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak / Ibu Guru beserta staf Tata Usaha SMA 1 Negeri Tanjung Redeb.

2. Bapak Drs. Sunardi selaku Guru Pembimbing.

3. Rekan – rekan yang telah membantu penulisan Karya Tulis ini.

Dan akhirnya semoga Karya Tulis yang sederhana ini berguna sebagaimana

yang diharapkan.

Tanjung Redeb, Maret 2006

Penulis

ERWANSYAH

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL----------------------------------------------------------------------- i

HALAMAN PENGESAHAN------------------------------------------------------------ ii

MOTTO -------------------------------------------------------------------------- iii

KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------------- iv

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang------------------------------------------------------------ 1

B. Tujuan---------------------------------------------------------------------- 3

C. Ruang Lingkup Penelitian----------------------------------------------- 3

D. Sistematika Laporan Keuangan----------------------------------------- 4

BAB II METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian-------------------------------------------------------- 6

1. Konsep Pemberdayaan---------------------------------------------- 6

2. Konsep Industri Berbasis Agro Industri-------------------------- 7

3. Sampel dan Populasi------------------------------------------------- 9

4. Tehnik Penelitian----------------------------------------------------- 11

BAB III HASIL – HASIL PENELITIAN

A. MOTIVASI---------------------------------------------------------------- 12

B. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN--------------------------- 12

A. Diagnosis Industri Kecil Berbasis Agroindustri----------------- 16

B. Program Kemitraan.------------------------------------------------- 17

C. Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif------------------------- 19

v
BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN----------------------------------------------------------- 24

B. SARAN-------------------------------------------------------------------- 24

DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------- 26

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai penduduk Indonesia berdomisili di pedesaan, dan sebagian besar

adalah petani. Maka untuk itu pembangunan ekonomi petani pedesaan sebagai satu

kesatuan antara pembangunan sektor pertanian dan industri kecil diarahkan pada

upaya pemberdayaan agroindustri ini sekaligus akan dapat menyediakan lapangan

kerja bagi penduduk pedesaan sejalan dengan berkembangnya kegiatan sektor

pertanian (on farm) dan diluar pertanian (out farm) melalui proses pengolahan jasa

perdagangan komoditas primer, angkatan kerja di sektor pertanian masih dominan ±

46,1 %. Berkembangnya kegiatan tersebut akan meningkatkan nilai tambah di

pedesaan, perluasan diversifikasi produksi pedesaan, pendapatan petani dan

mempercepat akumulasi kapital pedesaan.

Dalam perkembangannya, industri kecil pedesaan dalam hal ini agro industri

dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi karena dapat menyerap tenaga

kerja dalam jumlah yang besar (padat karya) (Huneis, 1997). Selanjutnya Saragih,

mengatakan perlu dikembangkan strategi dan kebijaksanaan yang menempatkan

agroindustri (dan agrobisinis) sebagai salah satu sektor unggulan, apabila sasaran

pembangunan adalah sebagian besar penduduk berpendapatan rendah atau miskin

yang terutama terkonsentrasi di sektor pertanian dan pedesaan. Pertumbuhan

ekonomi, di satu pihak, dan pertumbuhan employment (kesempatan kerja) di sektor

pertanian dan pedesaan yang menyerap sebagian besar angkatan kerja di lain pihak,

bisa saja sebagai dua sisi mata uang yang sama. Perbaikan kesejahteraan itu sendiri

sebagai upaya untuk menekankan kesenjangan merupakan sumber pertumbuhan yang


cukup potensial. Itulah hakikat dari demand approach.

Melihat perjalanan industri kecil sebagai salah satu “bagian” yang digeluti

masyarakat kecil (masyarakat lapisan bawah), yang mempunyai peranan dalam

pembangunan masyarakat, yang mempunyai prosek untuk dikembangkan, maka

sangat perlu untuk mendapat sentuhan pembangunan lebih baik lagi agar menjadikan

mereka lebih memiliki daya untuk mewujudkan tujuannya. Sebab pada kenyataanya

sektor yang sangat dekat dengan wong cilik ini masih terlalu jauh dari

“profesionalisme” dan kontinyuitas usahanya masih tersendat – sendat dan sangat

disayangkan kalau sampai putus di tengah jalan (pailit).

Menyadari realitas yang ada pada petani pemberdayaan terhadap agro industri

sangat dibutuhkan. Dasar proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan

masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemampuan

mereka untuk menjadi lebih baik. Proses pemberdayaan ini bertitik tolak untuk

memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan

sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya

manusia. Lebih lanjut, harapan dari proses pemberdayaann adalah terwujudnya

masyarakat yang bermartabat. Dan dalam proses pembangunan ini harus dapat

meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban masyarakat, dengan memegang

teguh aturan – aturan mengenai apa yang menjadi hak dan mana yang bukan, apa

yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, termasuk menumbuh kembangkan

perilaku yang berbudaya.

Menurut Saragih, prekonomian Indonesia tidak bisa berbasis teknologi tinggi,

tetapi industrialisasi dengan landasan sektor pertanian. Agroindustri merupakan

jawaban paling tepat, karena mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage)

dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang panjang. Keterkaitan kebelakang ke

2
sektor pertanian akan memacu pertumbuhan perekonomian pedesaan, sehingga

lambat laun bisa menyelesaikan persoalan – persoalan di desa. Secara tidak langsung

hal itu akan menggairahkan lagi kegiatan masyarakat desa, sehingga mengurangi arus

urbanisasi.

B. Tujuan

adapun tujuan penelitian yang paling utama dari hasil dan bahasan pada

penulisan karya tulis ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan nilai UAN / UAS pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam pemberdayaan industri

kecil berbasis Agroindustri di pedesaan.

3. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang pentingnya peranan

pemberdayaan industri kecil yang berbasis agroindustri di pedesaan yang

dilakukan oleh aktor pembangunan yang terdiri dari petani (Masyarakat), industri

kecil, institusi bisnis, perguruan tinggi dan pemerintah.

4. Untuk memberdayakan agroindustri sebagai salah satu penggerak pembangunan

ekonomi petani desa.

5. Sebagai sumbangan saran – saran kepada pemerintah daerah tentang

pemberdayaan industri kecil / agroindustri di pedesaan.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup ini membahas mengenai pemberdayaan industri kecil berbasis

agroindustri di pedesaan. Dimana petani pedesaan memperoleh data kualitatif yang

3
dijelaskan penulis berdasarkan penelitiannya, apakah akan terjadi perkembangan di

daerah pedesaan bila hal tersebut terlaksana.

Adapun ruang lingkup penelitian yang akan penulis kemukakan dalam karya

tulis ini adalah :

1. Mengkaji tentang keadaan pedesaan yang akan dilakukan Pemberdayaan Industri

Kecil berbasis agroindustri.

2. Yang akan menjadi populasi sekaligus sampel adalah industri kecil pemerintah,

BUMN dan swasta, lembaga pendidikan serta lembaga keuangan.

D. Sistematika Laporan Keuangan

Sistematika laporan penelitian dalam pembuatan karya tulis ini, agar dapat

dengan mudah dimengerti dan dipahami, maka dalam pembahasan karya tulis ini

terbagi menjadi 4 (empat) bab dengan pembahasan per babnya sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Penelitian

C. Sistematika Laporan Penelitian.

BAB II Metode dan Prosedur Penelitian

A. Metodelogi Penelitian

B. Populasi

C. Sampel

D. Teknik Penelitian

BAB III Hasil – Hasil Penelitian

A. Penyelenggaraan Penghijauan

B. Peyemaian

4
C. Cara Pemeliharaan

D. Penanaman

E. Pembebasan

F. Motivasi

G. Hambatan dan Masalah

H. Cara Penanggulangannya

BAB IV Penutup

A. Penutup

B. Saran – Saran

Kepustakaan

5
BAB II

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata empowerment, yang berasal

dari kata empower yang mengandung dua pengertian : (i) to give power to

(memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas pada

pihak lain). (ii) to give abilty to, eneble (usaha untuk memberi kemampuan)

(Oxfort English Dictionary). Secara tersirat, makna tersebut menyatakan bahwa

konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan

model industri yang kurang memihak pada rakyat mayoritas.

Menurut Ife (1995), "empowerment means providing people with the

resources, opportunities, knowledge and skills to increase their capacity to

determ;nc their own future, and to participate in and affect the life of their

community. Empowerment should be aim of all community development".

Lebih lanjut mengatakan bahwa "a complete strategy of empowerment requires

the barries to people exercising power be understood, addressed and overcome.

These include the structures of oppression (class, gender and rase / ethnicity),

language, education, personal mobility, and the domination by elites of power

structures of society. Understood in these theme, then, empowering is a form of

radical change, whing would overturn exiting strucutres of domination".

Pemberdayaan masyarakat (Community Empowerement) adalah

perwujudan capacity building masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan

6
sumberdaya manusia melalui pengembangan kelembagaan pembangunan mulai

dari tingkat pusat sampai tingkat pedesaan seiring dengan pembangunan sistem

sosial ekonomi rakyat, prasarana dan sarana, serta pengembangan Tiga-P;

Pendampingan yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat,

Penyuluhan dapat merespon dan memantau ubahan-ubahan yang terjadi di

masyarakat dan Pelayanan yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketepatan

distribusi aset sumberdaya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat.

(Vitayala, 2000).

Menurut kaidah ekonomi, pemberdayaan masyarakat adalah proses

perolehan pelaku ekonomi untuk mendapatkan surplus value sebagai hak

manusia yang terlibat dalam kegiatan produksi. Upaya ini dilakukan melalui

distribusi penguasaan faktor – faktor produksi (melalui kebijakan politik

ekonomi yang tepat dalam kondisi dan tingkatan sosial budaya).

2. Konsep Industri Berbasis Agro Industri

Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi

untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilhat dari sifat

dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan: (1) berbasis pada sumber daya

lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat

kemandirian (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga

mampu mengembangkan sumberdaya manusia (3) menerapkan teknologi lokal

(indigenous technology) sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh

tenaga lokal dan (4) tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan

alat pemerataan pembangunan yang efektif (Bantacut dalam Haeruman, 2001).

Departemen Perindustrian dalam Pelita VI menetapkan kriteria prioritas

bagi Industri kecil yang akan dikembangkan sebagai berikut:

7
1. Industri yang ketersediaan bahan bakunya terjamin dan teknologi dasar

untuk memproduksi telah dikuasai serta nilai tambahnya dapat ditingkatkan.

2. Industri yang menunjang ekspor

3. Industri yang mempunyai keterkaitan luas, baik dengan industri

besar/menengah maupun dengan sektor ekonomi lain.

4. Industri yang padat karya.

5. Industri yang dapat menunjang pengembangan/pemerataan kegiatan ekonomi

wilayah.

6. Industri yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya.

Adapun undang-undang yang mengatur industri kecil di Indonesia:

1. UU No.5 tahun 1984 tentang Perindustrian menyebutkan bahwa (1)

Pemerintah menetapkan bidang usaha industri yang masuk ke dalam

kelompok industri kecil yang dapat diusahakan hanya oleh WNI dan (2)

Pemerintah menetapkan jenis industri yang khusus dicadangkan bagi

kegiatan industri kecil yang dijalankanoleh masayarakat pengusaha dari

golongan ekonomi lemah.

2. UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha industri kecil memberikan dasar

hukum bagi pemberian fasilitas kemudahan dana, keringanan tarif, tempat

usaha, bidang dan kegiatan usaha- dan pen4adaan barang dan jasa untuk

usaha industri kecil.

Sedangkan arah pengembangan industri agro menurut Direktorat jendral

Industri Kimia, Agro dari Hasil Hutan, Departemen Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia adalah :

 Sinkronisasi pengembangan agroindustri dan produk hasil pertanian dalam

menghadapi pasaran internasional

8
 Meningkatkan pendapatan daerah melalui pengembangan wilayah produksi

bahan baku agroindustri

 Meningkatkan partisipasi aktif dalam mendorong berputarnya kembali roda

perekonomian nasional yang mengakar di masyarakat

 Mengupayakan ketersediaan kebutuhan pokok yang terjangkau daya bell

masyarakat

Agroindustri merupakan solusi penting untuk menjembatani keinginan

konsumen dan karakteristik produk pertanian yang variatif dan tidak bisa

disimpan. Agroindustri mempunyai rentang pengertian yang amat lebar. Dari

yang sangat soft berupa pengolahan pasca-panen seperti pembuatan ikan asin

yang cuma perlu teknologi pengawetan, sampai yang punya value added tinggi

di mana produk pertanian diekstrak dan dikombinasi dengan produk lain seperti

pada industri parfum (Joewono.H.H, 2001)

Dari konsep industri kecil berbasis agro industri di atas, secara jelas

menunjukkan keberadaan industri kecil sebagai pelaku ekonomi di pedesaan

yang perlu mendapat perhatian pemerintah untuk diberdayakan dan

dikembangkan.

3. Sampel dan Populasi

Jika dilihat dari peran strategis industri kecil agro industri dalam

embangunan ekonomi pedesaan, maka sudah sepantasnyalah jika pelaku

pembangunan atama terlibat dalam proses perencanaan, implementasi dan

evaluasi program pemberdayaan industri kecil. Aktor tersebut adalah

a. Industri kecil dalam hal ini agro industri sebagai anggota masyarakat yang

menjadi sasaran proses perubahan sangat diharapkan keterlibatannya

dalam proses pemberdayaan sangat dibutuhkan karena :

9
b. Industri kecil / agro industri sebagai sasaran pembangunan memiliki

informasi yang sangat penting untuk merencanakan perogram yang

berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan, serta pengalaman mereka

dengan teknologi dan struktur sosial masyarakat mereka.

c. Akan lebih termotivasi untuk bekerjasama dalam program pembangunan

jika ikut bertanggung jawab didalamnya.

d. Dalam masyarakat yang demokratis, mereka berhak terlibat dalam

keputusan mengenai tujuan yang ingin mereka capai.

e. Banyaknya persoalan pembangunan yang tidak mungkin dilakukan

dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi masyarakat

sebagai kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.

f. Pemerintah (Departeman Teknis Terkait) Pemerintah dalam hal ini adalah

Deptan dan Deperindag sebagai fasilitator dengan sistem Bottom Up yang

memperhatikan keinginan industri kecil/agro-industri, dengan kata lain

masyarakat yang selama ini dianggap sebagai objek pembangunan, maka

sekarang diikutsertakan dalam menentukan apa yang menurut mereka baik dan

sesuai dengan keadaan mereka

g. Perusahaan Besar (BUMN dan Swasta), berfungsi sebagai mitra usaha

dalam kegiatan: pola inti plasma, pola subkontrak, franchise dan

keagenan.

h. Lembaga keuangan perbankan dan non perbankan memberikan fasilitas

pendanaan yang berupa layanan jasa: leasing, factoring, modal ventura,

bursa saham dan pasar modal)

i. Lembaga Pendidikan (Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta) yang

berfungsi sebagai pakar, penyedia informasi IPTEK dan dukungan

10
pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (perwujudan Tri Dharma Perguruan

Tinggi).

4. Tehnik Penelitian

Teknik penelitian yang dilakukan penulis yaitu memperoleh data dari buku

– buku serta untuk mendapatkan data – data yang perlu untuk menyelesaikan

tugas, pembuatan karya tulis ini, dengan cara tanya jawab langsung yaitu

memberikan pertanyaan baik tertulis maupun tidak kepada pihak yang

bersangkutan.

Maka dengan cara demikian penulis dapat menyelesaikan pembuatan

karya tulis ini.

11
BAB III

HASIL – HASIL PENELITIAN

A. MOTIVASI

Motivasi pelaksanaan pemberdayaan terletak pada kesadaran akan manfaat

yang akan diperoleh, dodorong oleh keadaan yang berlaku di tempat, dapat pula

dibina melalui ketetapan – ketetapan dari pemerintah.

Ketetapan – ketetapan yang dikeluarkan karena adanya keyakinan akan

manfaat – manfaatnya, dengan memperhatikan atau mempertimbangkan keadaan

faktor – faktor alam setempat yang akan mendorong tercapainya tujuan sebagai

berikut :

- Kesadaran dan kesediaan penduduk di daerah setempat (Lurah / Kepala Adat) ikut

serta dalam pemberdayaan dimana kegiatan ini agar dapat bertahap dengan usaha

– usaha guna memajukan desa yang bersangkutan kearah perkembangan.

Demikian juga dengan penduduk sepanjang gerakan pekan pemberdayaan,

sepanjang itu pula tidak bertentangan dengan kepentingannya yang mendesak setiap

hari atai tahunnya yang harus mereka usahakan.

Oleh karenanya pelaksanaan dan perencanaan pemberdayaan dilaksanakan

secara bertahap.

Proyeksi pemberdayaan sesuai dengan lokasi yang diusahakan agar dapat

mengikuti tanda – tanda motivasi yang telah ada ditempat.

B. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Pada umumnya budaya petani di pedesaan pada saat ini, dalam

12
melakukan praktek pertanian masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan

keluarga (subsisten), jadi belum berorientasi pada pasar (market oriented)

Terdapat beberapa kendala utama dalam pengembangan agroindustri di

Indonesia. Yaitu kemampuan teknologi, kualitas sumberdaya manusia (SDM),

koordinasi dan sinkronisasi program kelembagaan, belum terciptanya iklim yang

kondusif dan infrastruktur pendukung pengembangan agrobisnis dan agroindustri

yang masih terbatas, masih langkanya SDM berkualitas yang tertarik menekuni

agroindustri terutama di perdesaan. Di bidang teknologi, masih dihadapkan pada

keterbatasan untuk menyediakan teknologi yang tepat guna dan memberikan nilai

tambah yang signifikan dan siap digunakan (instant). Hal demikian menyebabkan

masih tingginya ketergantungan teknologi luar negeri untuk pengolahan produk

pertanian. Hal ini berdampak pada masih rendahnya produktivitas, efisiensi dan

pendapatan relatif pelaku agrobisnis dan agroindustri.(Kurniawaty, 2002)

Tantangan pertanian di era industrialisasi dan perdagangan bebas

menuntut penguatan pertanian melalui model-model baru. Model pembangunan

pertanian dengan paradigma modernisasi yang secara praksis terlihat melalui

revolusi hijau ternyata hanya mampu mendongkrak tingkat produksi. Sementara

kesenjangan sosial ekonomi di pedesaan masih tampak besar. Paradigma

pertanian industrial yang dikembangkan dengan secara jeli mempertimbangkan

aspek budaya dan struktur sosial dapat menjadi alternatif bagi model pertanian

masa depan.(Satria).

Di balik tantangan yang dihadapi untuk pengembangan agroindustri

dalam kurun waktu 2000 – 2004 terdapat berbagai peluang yang sangat

menjanjikan untuk pengembangan agroindustri Perrama. memanfaatkan dampak

positif penunman nilai tukar rupiah; kedua, keinginan dunia usaha dan semakin

13
meningkat untuk menanamkan modal di bidang agrobisnis dan agroindustri.

Ketiga, kurang berpengaruhnya permintaan dunia produk pertanian dan

terjadinya krisis ekonomi. Keempat, meningkatnya semangat ilmuwan untuk

menemukan teknologi tepat guna dan kelima, terjadinya demokratisasi,

redistribusi aset, pemihakan kepada pelaku pertanian yang semakin tinggi, yang

didukung semangat, integritas, dan daya tahan pelaku pertanian yang sangat

tinggi.

Sebagian besar SDM yang terlibat dalam agro Industri adalah orang-

orang yang berasal dari lapisan bawah masyarakat di Indonesia Kelompok

masyarakat yang termarginalisasi ini mencari tempat bergantung pada usaha

kecil dengan penghasilan yang pas-pasan. SDM ini memiliki ketrampilan yang

rendah, skill yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah. Untuk itu

mereka sangat mengharapkan pembinaan untuk mengubah kemampuan

sehingga SDM agro industri ini lebih berkualitas dan memiliki kompetensi

yang tinggi. Sehingga mampu menjalankan usaha lebih baik dan meningkatkan

penghasilan, menjadikan mereka lebih bermartabat sebagai pekerja dan sebagai

manusia.

Keterbatasan informasi pasar akan berakibat pada banyak hal yaitu

tidak diserapnya produk oleh pasar dengan optimal karena pengusaha tidak

bisa: menggambarkan ukuran, struktur dan perilaku konsumen sasaran, rencana

posisi produk estimasi penjualan untuk beberapa tahun ke depan. beroperasi

dengan berorientasi pada produk sehingga di pasar, market share dan

kebanyakan pengusaha kecil mengabaikan aspek pasar.

Upaya untuk melakukan inovasi produk, memodifikasi dan

memperbaharui teknologi produksi (peralatan dan insfrastruktur) peningkatan

14
volume produksi, pembangunan SDM tentu membutuhkan tambahan modal.

Keterbatasan modal yang dimiliki tentu mengurangi peluang untuk menjadikan

mereka lebih berdaya hal ini disebabkan rendahnya aksesibilitas agro induatri

terhadap sumber pendanaan formal serta tingginya bunga bank bagi pengadaan

fasilitas dan peralatan usaha.

Agro Industri belum memiliki bentuk organisasi yang mampu

menghadapi perubahan dengan cepat, karena struktur organisasi internalnya masih

sederhana (mendekati organisasi lini) dan tidak memiliki job description yang jelas.

Seringkali tugas dan wewenang personilnya saling overlap misalnya manajer umum

(yang juga owner) merangkap jabatan sebagai controller dan kadang-kadang sebagai

pelaksana produksi. Bagian pemasaran. produksi atau keuangan diserahkan pada

anggota keluarga yang lain sehingga mengakibatkan tidak berfungsi internal audit

karena saling maklum (keluarga sendiri). Ini menjebak industri kecil masuk ke

dalam manajemen yang tidak profesional. Untuk memperbaiki kondisi tersebut perlu

peningkatan kemampuan personal (komunikasi dan kerjasama tim) serta

kemampuan manajerial (kepemimpinan dan manajemen yang bersifat fungsional

bukan lini) serta perbaikan iklim dan budaya kerja.

Secara umum permasalahan yang tersebut di atas dapat digambarkan

secara ringkas dalam tabel berikut ini :

Kondisi Sekarang Kondisi baru / yang diharapkan


Kurangnya budaya kewirausahaan Pertanian yang berorientasi pasar
Rendahnya kemampuan sumber daya Sumber daya manusia yang
manusia berkualitas dan memiliki kopetensi
yang tinggi
Kurangnya informasi / penguasaan pasar Peningkatan sistem manajemen
informasi dan perluasan pangsa pasar
Keterbatasan modal untuk investasi dan Kecukupan modal guna

15
modal kerja pengembangan usaha dan kelanjuta
usaha
Belum memiliki bentuk organisasi dan Terbentuknya organisasi yang mampu
manjemen yang mampu menghadapi menghadapi perubahan lingkungan
perubahan dengan dengan cepat dan manajemen yang
profesional
Masih dirasakan adanya budaya lebih Adanya budaya cinta produk
menyukai produk impor oleh sebagian
konsumen
Masih kurangya “political will” Adanya keberpihakan pemerintah
pemerintah terhadap petani.

A. Diagnosis Industri Kecil Berbasis Agroindustri

Upaya pengembangan bisnis industri kecil pada awalnya ditentukan oleh

kemampuan untuk mengidentifikasi / mendiagnosis faktor internal (kekuatan -

kelemahan) dan faktor eksternal (peluang-ancaman) yang digunakan sebagai

landasan untuk memformulasikan kegiatan dan menentukan standar keberhasilan

kegiatan (usaha). Faktor internal terdiri dari dimensi Structure. culture dan

resources. Dan faktor eksternal terdiri dari dimensi competitor. community, dan

government. (Wheelen and Hunger, 1986). Teknik identifikasi ini biasa disebut

SWOT analysis. Dalam konteks industri kecil, pendekatan diagnosis yang

komperhensif, terpadu dan dinamik dapat didekati dengan PRE-COM (pre-

commercialisation) atau refleksi pemasaran yang didukung oleh perangkat

analisis sistemik seperti analisis fungsional, analisis proses dan analisis strategi.

Program yang perlu dikembangkan, yaitu berupa pengembangan

komoditas unggulan dan andalan, peningkatan nilai tambah produk pertanian,

pengembangan sistem pemasaran yang tidak terdistorsi, penyediaan sarana

16
transportasi dan distribusi produk, pengembangan kemitraan dan restrukturisasi

sistem dan kelembagaan pertanian dan agroindustri.(Kurniawaty, 2002)

Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan nilai tambah produk

pertanian.menurut Joewono, pada dasarnya nilai tambah bukan diukur dari apa

yang sudah dilakukan termasuk segala biaya yang harus dikeluarkan, tetapi

diukur dari persepsi nilai di benak konsumen. Karena nilai tambah diukur

dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand menjadi

penting. Jadi kalau kita bisa memberi persepsi lebih tinggi melalui value creation

dan dilengkapi dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan

memberi sumbangan lebih besar. Selama ini komoditas pertanian sering didera

ginjang – ganjing anjloknya harga karena pasokan berlimpah. Agroindustri bisa

menjadikan sarana melepaskan diri dari situasi commodity-like-trap. Nilai

tambah bisa ditingkatkan melalui industri pengolahan. Hanya saja industri dalam

konteks masa kini tidak perlu memaksakan produksi barang yang sama secara

masal. Ketika konsumen sudah semakin demanding, industri harus bisa didesain

dan menyesuaikan tuntutan costomization konsumen. Industri zaman sekarang

harus sanggup menyediakan beragam produk sesuai permintaan sekelompok

kecil bahkan masing – masing konsumen.

B. Program Kemitraan.

Kemitraan adalah jalinan kerjasama dari dua atau lebih pelaku usaha

yang saling menguntungkan Kebijakan yang member, peluang berkembangnva

kelembagaan semacam ini telah ada. vaitu dengan diluncurkannya Gerakan

Kemitraan Nasional oleh Bapak Presiden Suharto. UU No 9 Tahun 1995

menyebutkan bahwa kemitraan kerjasama usaha kecil dan usaha mengah atau

besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha

17
menengah atau besar. Kemitraan didasarkan pada prinsip saling memperkuat.

Kegiatan ini meliputi:

 Pola Inti Plasma

Pola inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara

kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra.

Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis dan

manajemen, serta menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi,

disamping memproduksi kebutuhan perusahaan. Kelompok mitra usaha

memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah

disepakati.

 Pola Dagang Umum

Merupakan hubungan kemitraan dalam memasarkan hasil usaha

kelompok usaha yang dibutuhkan perusahaan. Beberapa kegaitan agribisnis

hortikultura menerapkan pola ini. Kelompok tani bermitra dengan Toko

Swalayan atau mitra usaha dagang lainnya. Pola yang sama dan disebut

“Contrack Farming” untuk komoditas hortikultura banyak berhasil

dikembangkan oleh para pengusaha di Thailand. Kiat tersebut secara nyata

dipraktekan dalam membina petani produsen mitra (contohnya bisnis

terong), oleh Bob Sadino.

 Pola Sub Kontrak

Pola hubungan kemitraan yang dibangun oleh perusahaan dengan

kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh

perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dlan

bentuk sub kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang

mencantumkan volume, harga dan waktu. Pola ini mempunyai keuntungan

18
yang dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal dan ketrampilan

serta menjamin produk kelompok mitra usahanya.

 Pola Keagenan

Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana industri

kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha

menengah atau usaha besar sebagai mitranya yang bertanggungjawab

terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan industri kecil diberi kewajiban

untuk memasarkan barang atau jasa tersebut, bahkan disertai dengan target

yang harus dipenuhi, sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

 Waralaba

Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan antara kelompok

mitra dengan perusahaan pemberi hak lisensi, merek dagang, saluran

distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima

waralaba yang disertaid engan bantuan manajemen. Pemilik waralaba

bertanggungjawab terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran,

merek dagang dan hal lainnya kepada mitra pemagang usaha.

Pemegang waralaba hanya mengikuti pola yang ditetapkan pemilik

serta memberikan sebagian pendapatan berupa royalti dan biaya yang terkait

dengan kegiatan usaha tersebut.

C. Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif

Diperlukan suatu kebijakan yang mendorong iklim usaha yang kondusif

bagi agroindustri. Kebiiakan tersebut berkaitan dengan penyederhanaan prosedur

perijinan melalui pendelegasian wewenang ke daerah (otonomi daerah), fasilitas

khusus bagi agroindustri pedesaan yang berkaitan dengan permodalan (kredit

lunak), penyebaran teknologi tepat guna / teknologi sederhana keseluruh

19
pedesaa, menyediakan informasi yang akurat, jelas dan berkesinambungan

mengenai peluang usaha, pemasaran dan teknologi.

Pengaturan tataniaga seyogyanya memihak pada petani/masyarakat

pedesaan, buakan mengarah pada konglomerasi atau pemusatan ekonomi.

Pengalaman terhadap pengaturan tataniaga cengkeh, jeruk dapat menjadi

pengalaman yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia, juga kacaunya

tataniaga cabe, bawang putih dan bawang merah. Intervensi pemerintah yang

memihak petani/masyarakat perlu dilakukan, antara lain dengan penyediaan

informasi yang akurat. Maka untuk itu harus ada strategi pengembangan "market

intelligence", sistem promosi dan penyebar-luasan informasi pasar yang akurat.

Pemerintah telah menerapkan kebijakan fiskal, moneter, administratif

dan rill berikut yang ditujukan untuk memberikan pelayanan terhadap industri

kecil (Bappenas, 1995)

 Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendorong pemakaian produk industri

kecil dalam rangka ekspor dan subkontrakting, mendorong pertumbuhan

bisnis inkubasi serta pengembangan “ancillary industries” melalui

keringanan perpajakan.

 Kebijakan moneter diarahkan untuk mendukung pembiayaan modal investasi

dan modal kerja melalui skema kredit khusus yang lebh fleksibel,

pengembangan lembaga pembiayaan (venture-capital, factoring dan lain-

lain) serta kebijaksanaan suku bunga yang lebih rendah dan jaminan

perkreditan. Dalam kaitan tersebut perlu optimalisasi pemanfaatan dana 1-5

% dari laba bersih BUMN bagi pengembangan industri kecil.

 Kebijakan sektor rill meliputi regulasi yang mendorong berkembangnya

usaha industri kecil, pertanahan, kelautan, perdagangan, ekspor, impor dan

20
ketenagakerjaan

 Kebijakan administratif terutama diarahkan untuk penyederhanaan prosedur

perijinan dan investasi, prosedur impor-ekspor, pengembangan patungan

dengan industri besar dalam negeri maupun luar negeri, pelaksanaan UU

Usaha Kecil, terutama dalam menata pola perdagangan dan pola pembayaran

melalui pencadangan pasar. Paket – paket deregulasi diarahkan secara lebih

adil bagi kepentingan kelompok industri kecil.

Dari hasil Content Analysis yang dilakukan terhadap program yang

berkaitan dengan kebijakan industri kecil di atas, terlihat bahwa secara umum

pengembangan industri kecil selama ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

Banyak intervensi pemerintah tidak mempunyai justifikasi ekonomi, seperti :

1. Pemerintah berusaha terlibat dalam berbagai permasalahan yang dihadapi

oleh IK-Agro Industri

2. Banyak intervensi pemerintah tidak mempunyai justifikasi ekonomi,

seperti : penyisihan laba BUMN untuk membina industri kecil, pemberian

fasilitas khusus bagi IK dengan argumen ' IK sebagai golongan lemah°,

himbauan bagi IB untuk menjual saham kepada koperasi.

3. Bantuan berupa subsidi, jaminan kredit atau penyertaan modal

merupakan intervensi pemerintah dalam perekonomian dan hanya efektif jika

pemerintah mempunyai kemampuan dalam menjalankannya.

4. Kebanyakan bantuan pemerintah adalah membantu mengkompensasi

kelemahan internal perusahaan IK, sedangkan masalah yang menyangkut

lingkungan usaha, seperti persaingan yang tidak sehat kurang diperhatikan.

(Setiana, 2001)

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia

21
Angkatan kerja di sektor pertanian masih dominan (46,1%), sebagian

besar (72%) tamat SD kebawah dan hanya 2,7% yang berpendidikan perguruan

tinggi. Sementara itu sentra produksi agroindustri umumnya berlokasi

dipedesaan, maka diperlukan suatu kebijakan yang kondusif dalam

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang akan berperan langsung dalam

pembangunan agroindustri. Sesuai denagan pendapat Kurniawati (2002) Untuk

memberdayakan SDM-agro hambatan utama yang dihadapi adalah rendahnya

pendidikan, kebervariasian kultur dan budaya, masih dominannya budaya

masyarakat agraris dan sebagian besar SDM-agro berada pada kelompok

masyarakat agraris yang lemah dalam berbagai hal, termasuk lemah dalam hal

akses terhadap faktor produksi, distribusi, teknologi dan pemasaran.

Strategi Sumber Daya Manusia Agroindustri (SSDM-Agro)

dikembangkan untuk dapat mengantisipasi perubahan tantangan yang dihadapi

serta mewujudkan sistem pertanian yang terintegrasi dalam bentuk pertanian

modern yang berbudaya industri untuk membangun industri pertanian berbasis

pedesaan. Permasalah utama dalam penyususnan pengembangan SDM-Agro,

pertama, bagaimana menggeser sistem dan pola SDM tradisional menjadi SDM

pertanian, yang selanjutnya menjadi SDM industri. Kedua, menentukan

pandangan pola pengembangan SDM agroindustri secara terpadu dan seimbang,

baik antar sektor, subsektor, maupun antar wilayah.d an ketiga, mengubah SDM

yang berwawasan mengeksploitasi sumber daya alam menjadi SDM mengelola

sumber daya alam berdasarkan mutu dan nilai tambah.

Pengembangan SDM-Agro lebih mudah diarahkan untuk mampu

mendorong pergeseran-pergeseran dalam pembangunan pertanian, yaitu

pergeseran dari usaha tani subsistem ke usaha tani komersial, selanjutnya dari

22
usaha tani tradisional ke arah usaha tani dengan teknologi modern, serta dari

sistem pertanian yang terpisah menjadi sistem pertanian yang terintegrasi

dengan industri pertanian. Sesuai dengan tantangan dan perkembangan yang

dihadapi, dibutuhkan suatu reorientasi pengembangan SDM yang

dititikberatkan pada pergeseran kultur budaya dari kultur pertanian ke kultur

budaya industri, peningkatan kemampuan untuk menguasai dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan penerapan nilai-nilai

industri dalam pengembangan agrobisnis.

Salah satu kebijakan dalam pengembangan SDM yang telah dijalankan

adalah pembentukan Forum Orietasi Pengkajian dan Penerapan Teknologi

untuk Pembangunan Daerah (FOPPTPD) yang merupakan kerjasama antara

BPPT dengan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah, Depdagri. Melalui

forum ini ditentukan komoditas andalan untuk tiap wilayah, diikuti dengan

pembinaan SDMnya.

Dari semua keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel

berikut:

Kondisi baru / yang diharapkan


Pertanian yang berorientasi pasar
Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kopetensi yang tinggi
Peningkatan ilmu dan penguasaan teknologi yang bisa mendukung inovasi
Peningkatan sistem manajemen informasi dan perluasan pangsa pasar
Kecukupan modal guan pengembangan usaha dan kelanjutan usaha
Terbentuknya organisasi yang mampu menghadapi perubahan lingkungan
dengan
Cepat dan manajemen yang profesional
Adanya budaya cinta produk nasional
Adanya kberpihakan pemerintah terhadap petani.

23
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembangunan ekonomi pedesaan terkait dengan upaya pemberdayaan

masyarakat. Oleh karena itu arah pembangunan pedesaan adalah penguatan

masyarakat pedesaan dalam mendapatkan hak ekonomi, sosial dan politik yang

dapat diarahkan untuk membangun kemampuan produksi masyarakat secara

tangguh, berdaya saing dan efisien.

Pembangunan ekonomi pedesaan dilakukan melalui industralisasi

pedesaan dalam kerangka pembangunan industri kecil dengan pemberdayaan

agroindustri berbasis sumber daya lokal yang dapat meningkatkan pendapatan,

pengentasan kemiskinan dan mengatasi masalah pengangguran.

Industri kecil agroindustri sebagai salah satu sektor yang berperan dalam

pembangunan ekonomi pedesaan perlu diberdayakan menjadi lebih profesional

dengan beberapa program, seperti: penyuluhan, kemitraan atau penciptaan iklim

usaha yang kondusif Yang mana semua stake holder terlibat dalam proses

pemberdayaan tersebut. Stake holder tersebut adalah: masyarakat industri kecil,

LSM, Perguruan Tinggi / lembaga pendidikan, BUMN, Swasta dan Pemerintah.

B. SARAN

Untuk mensukseskan pemberdayaan tersebut yang dilakukan oleh pemerintah

maka masyarakat dituntut untuk berpartisipasi dengan jalan penuh daya kreatif lewat

pembinaan dan bimbingan para pemimpinnya.

Maka pemerintah daerah harus mengadakan suatu penelitian terhadap masalah


24
ini dengan cara :

1. Tenaga kerja yang cepat, dan terampil sangat diperlukan dalam pelaksanaan hal

ini sehingga para pekerja dapat mempertanggungjawabkan semua pekerjaan yang

telah dilaksanakan

2. Hubungan kerja sama yang baik antara pimpinan dan bawahan maupun hubungan

dengan masyarakat yang ada di daerah tersebut harus baik pula.

3. Peralatan yang diperlukan serta bahan – bahannya harus efektif dan efesien tanpa

adanya masalah atau kendala.

Demikian saran yang dikemukanan penulis kepada para pembaca semoga

dapat dilaksanakan dan dipahami benar – benar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Joewono, H. H. 2001, Pemasaran Agroindustri. Kompas tanggal 2 Oktober

2001

Saragih, B., Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Nasional

Menghadapi abad ke 21. hhtp://202.159.18.43/jsi/jurnal.htm tgl (10 Oktober

2002)

Wijaya, Krisna, Analisis Pemberdayaan Usaha Kecil (Kumpulan Pemikiran),

2002, Pustaka Wirausaha Muda, Bogor.

26

Anda mungkin juga menyukai