Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS BEBAN OPERASIONAL PERPENDAPATAN

OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH


INDONESSIA

Disusun Oleh:
M. ADAM SAPUTRA SABIR
NIM: 18620031

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
2022
ANALISIS BEBAN OPERASIONAL PERPENDAPATAN
OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH
INDONESIA

M. ADAM SAPUTRA SABIR


NIM: 18620031

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi/Teknik
pada
Universitas Muhammadiah Berau

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
2022
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Analisis Beban Operasional Perpendapatan


Operasional Terhadap Profitabilitas Bank Syariah
Indonesia
Nama Mahasiswa : M. Adam Saputra Sabir
NIM : 18620031
Jurusan/Program Studi : AKUTANSI

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Asmawati, SE, M.Si H. Dawami Buchori, S.H.I, M.Sh


NIDK. 116058201 NIDN. 1125058002

Mengesahkan :
Rektor Universitas Muhammadiyah Berau

Dr. H. Syarifuddin, M.Pd


NIDK. 8886310016

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : M. ADAM SAPUTRA SABIR
NIM : 18620031
Jurusan : AKUTANSI
Perguruan : Universitas Muhammadiyah Berau

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi :


Judul : Analisis Beban Operasional Perpendapatan
Operasional Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah Indonesia
Adalah merupakan hasil penelitian yang telah saya lakukan. Segala kutipan
dan bantuan dari berbagai sumber telah diungkapkan sebagaimana mestinya.
Skripsi ini belum pernah dipublikasikan untuk keperluan lain dan oleh
siapapun juga. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi dari ketidak benaran pernyataan
tersebut.

Tanjung Redeb, 12 Juli 2022


Yang membuat pernyataan,

M. ADAM SAPUTRA SABIR


NIM: 18620031

iii
RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBDAI
1. Nama Penulis : M. ADAM SAPUTRA SABIR
2. Tempat/Tgl. Lahir : Lagego, 6 Desember 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Jl. Durian 2 RT.02, RW 035
7. Riwayat Pendidikan : 1. Tamat SD Tahun 2009
2. Tamat SMP Tahun 2012
3. Tamat SMA Tahun 2015
4. Kuliah di Universitas
Muhammadiyah Berau Tahun 2018
8. Riwayat Pekerjaan :-
B. Data Orang Tua
9. Nama Ayah : M. SABIR
10. Nama Ibu : MURTIANA
C. Data Keluarga
11. Nama Istri : NURLINAYUDDIN
12. Nama Anak : ASLAM HUSEIN SABIR

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Skripsi dengan judul “ Analisis Beban Operasional Perpendapatan

Operasional Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Indonesia “ merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan

Akutansi pada Universitas Muhammadiyah Berau.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Univesitas Muhammadiyah Berau beserta seluruh staf pengajar

dan staf Akademik yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama dibangku kuliah.

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Berau.

3. Ketua Jurusan Akutansi Universitas Muhammadiyah Berau

4. Ibu Asmawati, SE, M.Si dan Bapak H. Dawami Buchori, S.H.I, M.Sh

sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

5. Kepada Bapak dan Ibu, dan adik-adik serta seluruh keluarga tercinta

yang telah memberikan bantuan baik berupa materil maupun moril yang

berupa do’a dan restunya.

v
6. Kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan serta dorongan

kepada penulis untuk menyelesaikan panduan skripsi ini.

Akhirnya penulis memanjatkan do’a kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

semoga amal baik dan segala bantuan yang diberikan kepada penulis

mendapat balasan-Nya. Amin.

Tanjung Redeb, 12 Juli 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................... 8
E. Sistematika Penulisan .............................................. 9
BAB II : LANDASAN TEORI ..................................................... 11
A. Kajian Teori ............................................................. 11
B. Kajian Empiris ......................................................... 20
C. Kerangka Pemikiran ................................................. 22
D. Hipotesis ................................................................... 22
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................... 24
A. Definisi Operasional ................................................ 24
B. Unit Analisis, Populasi dan Sampel ........................ 25
C. Jenis Sumber Data .................................................... 26
D. Metode Pengumpulan Data ...................................... 27
E. Alat Analisis ............................................................. 27
BAB IV : HASIL PENELITIAN .................................................... 31
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................... 31
B. Data Hasil Penelitian ................................................ 36
1. Beban Oprasional Per Pendapatan Oprasional .. 37
2. Return On Asset .................................................. 49
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................... 61
A. Analisis ...................................................................... 61
1. Uji Asumsi Klasik ............................................... 61
a. Uji Normalitas ................................................ 61
b. Uji Autokorelasi ............................................. 62
c. Uji Heteroskedastisitas .................................. 63
2. Analisis Regresi Linier Sederhana ...................... 64
3. Uji t ...................................................................... 66
4. Uji R2 ................................................................... 67
B. Pembahasan ............................................................... 67

vii
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 72
A. Kesimpulan ............................................................... 72
B. Saran .......................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Data BOPO Bank Syariah Indonesia ....................... 42


2. Data ROA Bank Syariah Indonesia ......................... 54
3. Hasil Uji Normalitas ................................................. 62
4. Hasil Uji Autokorelasi .............................................. 63
5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................... 64
6. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ......................... 65
7. Hasil R2 ..................................................................... 67

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

8. Kerangka Pemikiran ................................................. 22

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian suatu Negara dapat tumbuh dan bersaing dengan

Negara lainnya apabila didukung dengan kontribusi segala unit bisnis

yang dimiliki negara tersebut, salah satunya adalah perbankan milik

pemerintah (Tenriola, 2019). Aktivitas ekonomi mudah terpengaruh oleh

adanya kontribusi sektor perbankan di negaranya. Kontribusi perbankan

menjadi kriteria kemakmuran bangsa. Baiknya keadaan perbankan suatu

bangsa maka bertambah positif keadaan perekonomian pada bangsa.

Perekonomian mempunyai bagian perbankan yang bermanfaat sehingga

bisa menunda gejolak dari resesi maupun berguna untuk menstabilkan

sistem perekonomian (Utomo, 2021). Keberadaan perbankan memegang

peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena

itu, bank harus mampu menjadi motor penggerak perekonomian dengan

cara meningkatkan kinerja bank secara baik (Santoso, 2021).

Aktivitas perbankan ialah menghimpun dana dari masyarakat, agar

masyarakat mau menyimpan uangnya di bank maka pihak perbankan

memberikan imbalan balas jasa yang berupa bunga, bagi hasil, hadiah,

pelayanan dan lainnya. Setelah memperoleh dana dalam bentuk

simpanan dari masyarakat, maka dana tersebut diputarkan kembali ke

masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (Fauziyyah &


2

Nurismalatri, 2021). Karena tujuan dari perbankan adalah menunjang

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat

banyak (Kartikasari, 2018).

Perkembangan sistem keuangan, khususnya industri perbankan

dalam dekade terakhir dapat dikatakan cukup dramatis. Krisis perbankan

beberapa waktu lalu yang disebabkan oleh kelangkaan dana pada

perbankan dalam jumlah besar sebagai akibat penarikan dana secara

besar-besaran oleh masyarakat ditambah melemahnya nilai rupiah

terhadap dolar, menyisakan trauma bagi para pelaku ekonomi dalam

menjalankan kegiatan bisnisnya. Undang-Undang No. 10 tahun 1998

tentang perubahan Undang– Undang No. 7 tahun 1992 tentang

perbankan telah memberikan amanat kepada Bank Indonesia untuk

mengakomodasi pengaturan dan pengawasan perbankan berdasarkan

prinsip syariah. Keberadaan Dual Banking System atau Sistem

Perbankan Ganda, yaitu: perbankan berdasar konvensional dan

syariah. Undang Undang tersebut memberikan arahan bagi bank–bank

konvensional untuk membuka cabang syariah atau mungkin

mengkonversi diri secara total bank syariah (Joned C. Saksana, 2018).

Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah

terletak pada prinsip yang digunakan. Bank syariah beroperasi

menggunakan prinsip bagi hasil untuk menghindari riba, sedangkan bank


3

konvensional menggunakan bunga dalam operasi dan berprinsip meraih

untung sebesar-besarnya.

Beberapa tahun terakhir, keuangan sayriah di indonesia telah

menunjukan perkembangan yang signifikan. Posisi indonesia pada

industri keuangan syariah di pasar worldwide juga meningkat sebagai

Negara yang diakui di antara negara-negara lainnya seperti negara Gulf

collaboration chamber (GCC) dan Malaysia (Asmara, 2019). Peran bank

syariah sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan

pembangunan nasional mempunyai kegiatan utama yaitu penghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada kegiatan masyarakat.

Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun

1992 tentang perbankan disebutkan bahwa bank Islam adalah bank

umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip islam

yang dalam menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Pada operasionalnya, dana yang disalurkan atau di

investasikan oleh perbankan tentunya tidak dapat terlepas dari resiko.

Setiap pembiayaan yang diberikan kepada nasabah memiliki potensi

untuk bermasalah atau macet. Resiko pembiayaan merupakan

kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan

tidak dapat kembali (Ismail, 2011).

Profitabilitas adalah aspek penting bagi perusahaan bank karena

menjadi tujuan utama bank tersebut didirikan. Masalah profitabilitas


4

bank merupakan masalah penting, karena profitabilitas menjadi kunci

utama untuk mendapatkan kepercayaan dari para investor dan nasabah

sehingga mendukung keberlanjutan usaha bank. Semakin tinggi tingkat

profitabilitas dan terus menerus memperoleh profitabilitas, maka

semakin baik kinerja perbankan dan kelangsungan hidup perbankan

tersebut akan terjamin (Junianto, 2018). Profitabilitas digunakan untuk

menilai sejauh mana bank dapat secara efektif dan efisien menghasilkan

laba atau keuntungan. Jika bank mampu mempertahankan kinerjanya

dengan baik, apalagi profitabilitasnya tinggi kemungkinan besar dana

yang dihimpun dari pihak ketiga juga akan bertambah. Profitabilitas

merupakan kunci utama untuk mendukung stabilitas dan perkembangan

bank (Santoso, 2021).

Profitabilitas suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan bank.

Indikator profitabilitas bank dapat bermacam-macam. Adapun dalam

penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return On Asset.

Return On Asset adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah

aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selainitu, ROA memberikan

ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan

efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh

pendapatan (Priatna, 2016).

Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva diukur dari

penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti
5

bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Rasio ini

merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rasio ini

menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur

dari nilai asetnya. semakin besar rasionya semakin bagus karena

perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya

secara efektif untuk menghasilkan laba (Priatna, 2016).

Profitabilitas pada sektor perbankan dasarnya dipengaruhi oleh fator

internal yaitu berasal dari kegiatan operasional bank termasuk kebijakan

dan strategi yang ditempuh pihak bank terkait pemberian pembiayaan

yang tertuang dalam laporan keuangan dan annual report bank (Asmara,

2019). Faktor internal yang mempengaruhi Return On Asset pada

penelitian ini yaitu Beban Oprasional Per Pendapatan Oprasional.

Dalam mengetahui seberapa efektif penyaluran pembiayaan bank,

yang salah satunya merupakan kegiatan operasional bank, maka

digunakan rasio BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan

Operasional). Rasio yang besar mencerminkan bank tersebut tidak

mampu mengontrol penggunaan biaya operasional. Jika pendapatan non

bunga seperti keuntungan perdagangan tidak berkorelasi sempurna

dengan pendapatan bunga, maka diversifikasi sumber pendapatan akan

memberi bank pendapatan operasional yang lebih stabil (Laili Isnaini,

2021).
6

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan hasil dari

faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yang diketahui melalui

signifikan atau tidaknya terhadap profitabilitas bank syariah di BUMN

Indonesia. Profitabilitas secara signifikan dipengaruhi oleh variable

BOPO yang didukung oleh penelitian Habibah dan Nurismalatri (2021),

Ratih (2019) dan Iqbal (2018), hal ini berarti semakin meningkatnya

BOPO akan menyebabkan ROA atau profitabilitas yang didapatkan

suatu bank menurun karena manajemen bank dalam mengelola sumber

daya yang dimiliki tidak efisien. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

bertambahnya biaya operasional yang tak seimbang dengan peningkatan

pendapatan operasional, sehingga bank dalam mengelola pendapatan

operasional tidak efisien, sebab biaya operasional bank memiliki

pengaruh langsung terhadap kegiatan usaha bank. Dengan rasio BOPO

yang rendah artinya bank mampu meminimalisasi resiko-resiko

operasional yang diperoleh dari besarnya nilai pendapatan operasional

(Aji, 2021).

Sedangkan variable dependen dalam mengukur kinerja bank dalam

penelitian ini menggunakan variable ROA. ROA adalah rasio yang

digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan

laba di masa lalu. Analisis ROA dapat digunakan sebagai gambaran ke

masa mendatang untuk melihat kemampuan bank dalam menghasilkan

profit. Menurut Bank Indonesia, dalam menilai kesehatan bank, bank


7

akan memperoleh skor maksimum 100 jika bank memiliki nilai ROA

sebesar 1,5%. Jika rasio ROA suatu bank meningkat, maka meningkat

pula tingkat laba yang akan diraih bank tersebut dan semakin baik posisi

bank tersebut dari segi pengamanan asset (Permatasari & Yulianto,

2018). Maka Rasio ini untuk digunakan untuk mengukur kemampuan

bank untuk memperoleh earning dalam operasi bank. Pada dasarnya

ROA merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total asset.

Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik,

karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Apabila ROA

meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat (Harun, 2016).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitia sebelumnya yaitu,

penelitian ini menggunakan objek penelitian Bank Syariah Indonesia

agar dapat mengetahui kinerja keuangan Bank Syariah Indonesia ditinjau

dari Profitabilitas pada tahun 2021 sampai 2022 agar mendapatkan hasil

terbaru dari penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian yang lebih

akurat.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian bertujuan untuk

mengetahui bagaimana pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas pada

Bank Syariah Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi koseptual terhadap Profitabilitas, khususnya mengenai objek

penelitian yaitu Bank Syariah Indonesai dan periode penelitian yang


8

terbaru yaitu tahun triwulan 1 tahun 2021 sampai triwulan 1 tahun 2022

yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

peneliti sebagai berikut Apakah Biaya Operasional Per Pendapatan

Operasional berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional Per Pendapatan

Operasional terhadap Profitabilitas Bank Syariah Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu kajian dalam

mempertimbangkan bagaimana Profitabilitas dapat diukur dengan

rasio kinerja bank yang hasilnya berpengaruh terhadap Profitabilitas

Bank Syariah Indonesia untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Secara Praktisi

a. Bagi instansi atau organisasi, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kualitas perbankan


9

Syariah dalam melakukan pembiayaan dengan memperhatikan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Profitabilitas.

b. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu pelatihan berfikir

secara ilmiah dengan menganalisa data yang akan di teliti.

c. Bagi para akademisi dan pembaca, diharapkan akan mendapat

penambahan ilmu pengetahuan dan memberikan satu informasi

dalam upaya pemenuhan harapan yang di inginkan, lebih kritis dan

bijak dalam memilih sesuatu.

d. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri atas 5 bab, dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab satu pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Pada bagian ini peneliti akan menentukan arah tulisan guna

mempermudah dalam kelanjutan bab atau pembahasan selanjutnya.

Bab dua landasan teori, bab ini sebagai awal pembahasan, yakni

menurut teori-teori serta telaah pustaka yang berhubungan dengan

permasalahan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab tiga metode penelitian yang meliputi jenis peneliti, populasi dan

sampel, definisi operasional, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data.
10

Bab empat gambaran umum objek penelitian dan Data Hasil

penelitian dalam bab ini peneliti akan membahas gambaran objek

penelitian dan data hasil penelitian BOPO terhadap Profitabilitas Bank

Syariah Indonesia.

Bab lima analisis dan pembahasan yang meliputi penguraian hasil

analisis secara sistematis disertai pembahasan yang sistematis pengaruh

BOPO terhadap Profitabilitas Bank Syariah Indonesia.

Bab enam kesimpulan dan saran, yang terdiri atas kesimpulan dari

penelitian dan saran-saran yang bersifat konstruktif atau bersifat

membangun terhadap objek penelitian maupun penelitian lainnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Teori Agensi/Keagenan

Teori keagenan merupakan hal dasar yang digunakan untuk

memahami hubungan antara prinsip dan agen dalam hal ini hubungan

keagenan adalah kontrak antara satu orang atau lebih yang

mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan kemudian

mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Rika

Lidyah, 2018). Teori keagenan muncul akibat adanya penyerahan

wewenang dari pemegang saham (head) kepada manajer (specialist)

dalam menjalankan operasional perusahaan (Hidayati & Diyanty, 2018).

Teori ini berpendapat bahwa hubungan keagenan muncul ketika ada satu

orang atau lebih,yang disebut prinsipal, mempekerjakan orang lain, yang

disebut sebagai agen, untuk melakukan layanan dan mendelegasikan

wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Pemisahan kepemilikan

dan pengendalian di perusahaan besar menyebabkan masalah dalam

penyelarasan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen, yang

mengarah pada masalah keagenan (Santasyacitta, 2020).

Teori ini berpendapat bahwa hubungan keagenan muncul ketika

ada satu orang atau lebih, yang disebut prinsipal, mempekerjakan orang

lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan layanan dan


12

mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen.

Pemisahan kepemilikan dan pengendalian di perusahaan besar

menyebabkan masalah dalam penyelarasan kepentingan antara

pemegang saham dan manajemen, yang mengarah pada masalah

keagenan. Benturan kepentingan dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan di masa mendatang. Pengaplikasian teori agensi menjadi

unik dalam sektor perbankan karena sektor ini berbeda dengan

industri yang lain. Pada perusahaan perbankan selain adanya

hubungan agen dengan pemilik, juga terdapat hubungan antara agen

dengan debitur dan agen dengan regulator.

a. Hubungan dengan principal

Tidak sedikit para profesional atau manajemen bank

cenderung meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Manajemen

bank memiliki kecenderungan untuk memperoleh keuntungan

sebesar-besarnya dengan biaya yang ditanggung oleh prinsipal.

Perilaku ini sering disebut sebagai keterbatasan rasional atau

bounded rationality dan tidak suka menanggung resiko atau risk

adverse.

b. Hubungan dengan debitur/kreditur

Kontrol dalam perbankan tidak hanya melibatkan prinsipal

semata, namun juga kreditor atau deposan. Dalam istilah

perbankan disebut sebagai market discipline, dalam perspektif


13

keagenan dapat dijelaskan melalui hubungan keagenan utang.

Penggunaan utang menjadi sebuah alat insentif bagi manajer untuk

lebih berhati-hati guna mengindari ancaman kebangkrutan.

Penggunaan utang atau dana masyarakat dapat menimbulkan

masalah keagenan pada saat manajer memutuskan untuk

melakukan investasi yang berisiko tinggi. Keputusan semacam itu

bila berjalan baik akan sangat menguntungkan bagi bank, namun

jika gagal akan sangat merugikan bagi deposan. Disisi lain utang

juga akan mendorong manajemen untuk menyerahkan arus kas

bebas kepada pemegang saham yang selanjutnya digunakan untuk

membayar kembali kewajiban atau untuk reinvestasi. Penggunaan

utang menjadi sebuah alat insentif bagi manajer untuk lebih

berhati-hati guna mengindari ancaman kebangkrutan.

c. Hubungan dengan Regulator

Adanya regulasi yang sangat ketat mengakibatkan

penerapan teori agensi dalam akuntansi perbankan dapat berbeda

dengan akuntansi untuk perusahaan non perbankan. Dengan

adanya regulasi tersebut maka ada pihak lain yang terlibat dalam

hubungan keagenan, yaitu regulator dalam hal ini pemerintah

melalui lembaga Negara yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang

berperan untuk mengawasi kegiatan dan kinerja perbankan di

Indonesia. Regulasi mengarahkan manajemen bank untuk


14

mengelola bank secara hati-hati. Prinsip kehati-hatian

mengindikasikan adanya pencegahan terhadap moral hazard.

Manajer lebih cenderung memaksimalkan utilitas daripada profit

karena adanya regulator. Keberadaan regulator manajemen bank.

Hubungan antara pemilik modal dengan bank dan juga bank dengan

nasabah yang dibiayai dalam suatu kerjasama bisnis akan terbentuk baik

bersifat eksplisit maupun implisit, dimana satu atau lebih orang (yang

disebut prinsipal) meminta orang lain (yang disebut agen) untuk

mengambil tindakan atas nama principal (Bacruddin, 2008). Hubungan

keagenan merupakan sebuah kontrak dimana satu atau lebih orang-orang

(prinsipal) menunjuk orang lain (agen) untuk melaksanakan tugas

termasuk mendelegasikan dalam pengambilan keptutusan. Masalah

keagenan dapat muncul karena adanya dua unsur penyebab yaitu moral

hazard (tidak amanah) dan adverse selection (kekaburan informasi)

(Didi & Kusuma, 2018).

Pihak nasabah atau pemilik dana memiliki peranan yang sangat

penting, karena dengan adanya kepercayaan kepada perbankan maka

para nasabah akan dengan mudah memilih bank syariah untuk

menitipkan dana mereka dan para investor juga akan meningkatkan

minat untuk kepemilikan yang lebih untuk perbankan yang mampu

menjaga likuiditasnya dengan baik. Dengan demikian maka pihak Bank

Syariah dapat menjaga serta mengembangkan perusahaannya melalui


15

kepercayaan dan juga dana yang masuk dari para nasabahnya untuk

dikelola atau dimanfaatkan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya

sehari-hari.

Biaya operasional terhadap pendapatan operasional adalah

penghimpunan dana dan penyaluran dana. Rasio BOPO ini berkaitan erat

dengan kegiatan operasional bank syariah (Asmara, 2019). BOPO yaitu

rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan menajemen

mengontrol biaya operasionalnya yang disebut rasio efisiensi. Setiap

ipeningkatan ibiaya ioperasional iakan iberakibat ipada iberkurangnya

ilaba isebelum ipajak idan iakhirnya iakan imenurunkan ilaba iatau

iprofitabilitas iBank iyang ibersangkutan (Apriyani et al., 2021).

Adanya penurunan pada rasio ini menunjukkan bahwa semakin

baiknya tingkat efisiensi pengelolaan biaya operasional yang dijalankan

oleh bank sehingga dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi.

Dengan semakin tingginya keuntungan yang diperoleh bank maka

semakin tinggi juga pendapatan perbankan sehingga kinerja keuangan

bank akan semakin baik karena didukung oleh bank yang mampu

melakukan efisiensi biaya dalam mengelola usahanya (Purnamasari &

Musdholifah, 2016). Biaya operasional bank syariah yang terlalu tinggi

tidak akan mendatangkan keuntungan bagi bank syariah. Pendapatan

bank syariah yang tinggi dengan biaya operasional yang rendah dapat

menekan rasio BOPO sehingga bank syariah berada pada posisi sehat,
16

yang artinya kecenderungan terjadinya pembiayaan bermasalah pun akan

rendah dapat menekan rasio BOPO sehingga bank syariah berada pada

posisi sehat, yang artinya kecenderungan terjadinya pembiyaan

bermasalah pun akan rendah (Auliani & Syaichu, 2016).

Return on Asset adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan bank dalam menghasilkan laba di masa lalu. Analisis ROA

dapat digunakan sebagai gambaran ke masa mendatang untuk melihat

kemampuan bank dalam menghasilkan profit. Menurut Bank Indonesia,

dalam menilai kesehatan bank, bank akan memperoleh skor maksimum

100 jika bank memiliki nilai ROA sebesar 1,5%. Jika rasio ROA suatu

bank meningkat, maka meningkat pula tingkat laba yang akan diraih

bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi

pengamanan aset (Dendawijaya, 2003).

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk

memperoleh earning dalam operasi bank. Pada dasarnya Return On Asset

merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total asset. Semakin

besar Return On Asset menunjukkan kinerja keuangan yang semakin

baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Apabila

Return On Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat,

sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan yang

dinikmati oleh pemegang saham (Harun, 2016).


17

B. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara investor

yang menginvestasikan dananya di bank kemudian bank syariah

menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana.

Investor yang menempatkan dana akan mendapatkan hadiah dari

bank dalam bentuk bagi hasil atau bentuk lain yang dilegalkan dalam

syariah Islam. Bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak yang

membutuhkan secara umum dalam kontrak jual beli dan kerjasama

bisnis. Imbalan yang diperoleh di margin keuntungan, bagi hasil, atau

lainnya sesuai dengan syariat Islam.

2. Dasar Hukum Bank Syariah

Dari adanya larangan riba di dalam al-quran dan hadis menjadi

sumber dasar terbentuknya bank syariah. Berikut ayat dan hadis yang

melarang riba yaitu :

a. Surah An-Nisa ayat 161

َُ ‫اط ُِلُۚ َوأ َْعتَ ْد َُن لِلْ َكافِ ِر‬


ُ‫ين ِمْن ه ْم‬ ِ ‫َّاس ِبلْب‬
َ ُِ ‫ال الن‬َُ ‫الرَُب َوقَ ُْد ُنوا َعْنهُ َوأَ ْكلِ ِه ُْم أ َْم َو‬
ِ ُ‫َخ ِذ ِهم‬
ْ ‫َوأ‬

ُ‫يما‬ِ ُ ‫ع َذ‬
ً ‫اب أَل‬
ً َ

Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal

Sesungguhnya mereka Telah dilarang daripadanya, dan Karena


18

mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. kami

Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara

mereka itu siksa yang pedih. (Q.S. An- Nisa : 161)

b. Surah Al-Luqman ayat 34

ُِ ‫ف ْٱْل َْر َح‬


ُ‫امُۖ َوَما تَ ْد ِرى نَ ْفس‬ َُ ‫اع ُِة َوي نَ ِزلُ ٱلْغَْي‬
ُ ِ ‫ث َويَ ْعلَ ُم َما‬ َّ ُ‫ندهۥ عِلْم‬
َ ‫ٱلس‬ َ ِ‫ٱّللَ ع‬
َُّ ‫إِ َُّن‬

‫ٱّللَ َعلِيمُ َخبِ ُي‬


َُّ ‫وتُۚ إِ َُّن‬ ِ ‫َّماذَا تَك‬
ُِ ‫ْسبُ غَ ًداُۖ َوَما تَ ْد ِرى نَ ْفسُ ِِب‬
ُ ‫َى أ َْرضُ ََت‬

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah

pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan

hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada

seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan

diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat

mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al-Luqman : 34)

c. Hadis dari Abdillah bin Mas’ud

ِ ‫ُعلَْي ِه َُو َسلَّ َمُلَ َع َنُآكِل‬ َّ َّ‫ُصل‬ َِّ ‫ول‬ َِّ ‫عنُعب ِد‬
ُ‫ُالرَب‬ َ َ ‫ىُاّلل‬ َ ‫ُاّلل‬ َ ‫َن َُرس‬ َ ‫ُاّللُبْ ِن‬
َّ ‫ُم ْسعودُأ‬ َْ ْ َ

‫اه ِد ِيه َُوَكاتِبَُه‬


ِ ‫وم ْؤكِلَهُو َش‬
َ َ

Dari Abdillah bin Mas’ud: “Rasulullah SAW melaknat orang

yang memakan (mengambil) riba, memberikan, dua orang yang


19

menyaksikan, dan orang yang menuliskannya.” (HR. Ibn Majah-

2268)

Dari beberapa ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan

bahwa, jelaslah riba itu dilarang dan tidak hanya menimpa para

pemakan yang dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga

semua pihak yang terlibat dalam transaksi riba ini bersalah. Hal

ini menunjukkan bahwa riba merupakan perbuatan yang tidak

disukai oleh Allah SWT, bahkan riba merupakan salah satu dosa

utama yang harus dihindari oleh umat Islam.

3. Fungsi Utama Bank Syariah

Adapun fungsi utama bank syariah sebagai lembaga keuangan

syariah yaitu sebagai berikut :

a. Penghimpun dana masyarakat

Fungsi pertama bank syariah adalah menghimpun dana dari

masyarakat yang kelebihan dana. Bank Islam mengumpulkan

dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan

akad al-Wadiah berupa investasi dengan menggunakan akad al-

Mudharabah, serta investasi syariah lainnya yang diizinkan sesuai

dengan sistem operasional bank syariah.

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat

Fungsi kedua bank syariah adalah menyalurkan dana kepada

orang-orang yang membutuhkan (pengguna dana). Masyarakat


20

bisa memperoleh pembiayaan dari bank syariah selama dapat

memenuhi semua syarat dan ketentuan berlaku. Mendistribusikan

dana adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi bank syariah.

Bank syariah akan mendapatkan keuntungan atas dana yang

disalurkan. Pendapatan yang diperoleh bank atas Distribusi dana

ini tergantung pada kontrak. Bank menyalurkan dana kepada

masyarakat dengan menggunakan berbagai akad, termasuk akad

jual beli dan akad kemitraan atau kerjasama lainnya.

c. Pelayanan Jasa Bank

Bank syariah, selain menghimpun dana dan menyalurkan dana

ke masyarakat juga menyediakan layanan perbankan. Melayani

Layanan bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Berbagai

jenis produk layanan yang dapat disediakan oleh bank syariah

antara lain: jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan,

penagihan surat berharga, penagihan pembiayaan, garansi bank,

dan layanan bank lainnya.

C. Kajian Empiris

Kajian empiris adalah deskriptif tentang kajian atau penelitian yang

sudah pernah dilakukan seputar masalah yang diteliti. Dalam kajian

empiris ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa karya yang ada

kaitannya dengan judul jurnal. Berikut adalah karya ilmiah dalam bentuk
21

jurnal yang berkaitan dengan beban oprasional per pendapatan

oprasional, antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Habibah S. Fauziyyah dan

Nurismalatri dengan judul Pengaruh NPL dan BOPO Terhadap ROA

Sektor Bank BUMN Periode 2015-2020. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh Non-Performing Loan (NPL) dan Biaya

Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap profitabilitas

bank BUMN di Indonesia yang diproksikan dengan Return On Assets

(ROA). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank

BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-

2020.

Sampel dalam penelitian ini laporan perusahaan berupa neraca

dan laba rugi dari bank BUMN periode 2015-2020. Teknik analisis

yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh terhadap ROA

sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA

dengan koefisien determinasi sebesar 93,35%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Septianingsih dengan judul

Analisis Profitabilitas Bank BUMN Syariah Di Indonesia Tahun

2011-2018. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profitabilitas

perbankan syariah tahun 2011-2018. Metode penelitian dalam

penelitian ini adalah Common Effect Model, sedangkan metode


22

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least

Square (OLS). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank BUMN

Syariah di Indonesia yaitu BNI Syariah, BTN Syariah, BRI Syariah

dan Bank Syariah Mandiri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy

Ratio (CAR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).

Sedangkan Market Share (MS), Indeks Herfindahl Hirschman (IHH)

dan Non Performing Finance (NPF) tidak berpengaruh terhadap

profitabilitas (ROA).

3. Iqbal Ramadhani dengan judul Analisis Pengaruh FDR, CAR, NPF

dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia (Studi

kasus Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2017). Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap

profitabilitas Bank Syariah Mandiri (BSM) di Indonesia.

Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR),

Non Performing Financing (NPF), dan Beban Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), serta Return On Asset (ROA).

Dengan data Time series periode 2008 – 2017 yang dianalisis dengan

regresi linier berganda didapatkan hasil bahwa FDR berpengaruh

signifikan positif terhadap ROA. Sedangkan CAR tidak berpengaruh


23

signifikan terhadap ROA. NPF dan BOPO berpengaruh signifikan

negatif terhadap ROA dengan koefisien determinasi sebesar 98,2%.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikirn adalah seluruh kegiatan penelitian, sejak dan

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaian dalam satu

kesatuan yang utuh. Kerangka pemikiran digunakan untuk memudahkan

arah dalam penelitian. Kerangka pikir dalam penelitian ini secara

sistematis dapat dilihat gambar sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

BOPO ROA

Sumber: Data diolah, 2022

E. Hipotesis

Beban Oprasional Per Pendapatan Oprasional berpengaruh secara

negatif terhadap profitabilitas Bank Syariah Indonesia.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Beban Operasional Per Pendapatan Operasional

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah

penghimpunan dana dan penyaluran dana. Biaya operasional bank

syariah yang terlalu tinggi tidak akan mendatangkan keuntungan bagi

bank syariah. Pendapatan bank syariah yang tinggi dengan biaya

operasional yang rendah dapat menekan rasio BOPO, sehingga

kecenderungan terjadinya pembiyaan bermasalah pun akan rendah.

2. Return On Asset

Return on Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam

analisis laporan keuangan rasio ini mampu menunjukkan keberhasilan

menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk

kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Aset atau aktiva

yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh

dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah

perusahaan menjadi aktivaaktiva perusahaan yang digunakan untuk

kelangsungan hidup perusahaan.


25

B. Unit Analisis, Populasi Dan Sampel

1. Unit Analisis

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif

dengan jenis penelitian Eksplanatoris Kausalitas. Peneliti

menggunakan penelitian korelasi dengan pengujian hipotesis yang

tujuannya untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel

independent dalam penelitian ini yaitu Biaya Operasional Per

Pendapatan Operasional terhadap variabel dependen yaitu Return On

Asset. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk

angka berupa laporan keuangan dan data lain yang dapat diukur dengan

data kuartal pada tahun 2021.

2. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Artinya, populasi merupakan objek dari keseluruhan

data penelitian yang memiliki karakteristik tertentu yang menarik bagi

seorang peneliti yang nantinya akan di ambil kesimpulan dari populasi

tersebut (Fajri, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank

Syariah Indonesia.
26

3. Sampel

Sampel adalah sekumpulan objek yang mewakili populasi.

Sampel digunakan apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan waktu,

dana, dan tenaga, maka peneliti mengambil sebagian kecil dari

populasi (Fajri, 2018).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Non Probability Sampling dengan jenis Sampling Jenuh yaitu

teknik pengumpulan sampel apabila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Maka penelitian ini mengambil sampel

Bank Syariah Indonesia.

C. Jenis Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data skunder yang mengacu pada

informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang ada. Dalam

penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan tahunan Bank Syariah

Indonesia yang telah diterbitkan melalui website resmi Bank dan website

OJK. Selain itu penelitian ini juga dapat memperoleh data dari

kepustakaan atau studi literatur dengan mempelajari dan mengkaji

berbagai literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti yaitu berupa jurnal.


27

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data dari laporan

keuangan Bank Syariah Indonesia yang telah tercatat atau dipublikasikan

secara resmi, bentuk Annual Report yang dikeluarkan oleh website resmi

Bank Syariah Indonesia.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk

mengetahui antara variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, agar

data yang diolah dapat berguna. Maka data tersebut diproses terlebih

dahulu sebagai bahan dalam pengambilan sebuah keputusan.

Alat uji analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana,

alat uji ini bertujuan untuk mengetahui variabel indevenden Biaya

Oprasional Per Pendapatan Oprasional dengan variabel dependen Return

On Asset yang akan dikenai prosedur analisis statistik regresi linier

sederhana apakah ada menunjukkan hubungan linier atau tidak.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linier sederhana yang berbasis ordinary least

square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak

memerlukan persyaratan asumsi klasik. Ada empat uji asumsi klasik

regresi linier sederhana yaitu uji normalitas, uji autokolerasi, uji


28

heteroskedastisitas, dan uji Linieritas (Ansofino, Jolianis dan Hagi,

2016).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data sampel

yang digunakan dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas dapat menggunakan uji Normalitas Kolmogorov-

Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 (Wiratna,

2016). Data dinyatakan terdistribusi normal jika signifikan lebih

besar dari 5% atau 0,05 (Wahana, 2017).

b. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Pada pengujian ini peneliti menggunakan uji Durbin

Watson. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi

dimana du < d (nilai durbin Watson) < 4-du (Suliyanto, 2011).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokodesitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik heterokodesitas, yaitu adanya

ketidaksamaan varians dari residual untuk semua pengamatan pada

model regresi. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan

uji Glejser dengan nilai signifikansi 0,05. Model regresi yang baik
29

adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas dimana nilai signifikan >

dari 5% (Suliyanto, 2011).

2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi sederhana adalah analisis untuk mengukur besarnya

pengaruh antara satu variabel independent terhadap satu variabel

dependent yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Adapun

persamaan regresi sederhana adalah sebagai berikut :

Y = 𝛼 + 𝛽X

Keterangan :

Y = ROA

α = Konstanta

X = BOPO

β = Besaran koefisien dari masing-masing variabel

Besaran konstanta α dan β dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus :

𝛼 = 𝑌 − 𝛽𝑋

𝑛 ∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝛽=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑𝑋)2

Keterangan :

n = Jumlah data
30

3. Uji t (Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel Independent

secara parsial terhadap variabel Dependent. Ada dua cara untuk

menguji hipotesis tersebut, yaitu :

1) Membandingkan thitung dengan ttabel :

Ho diterima jika t hitung < t tabel

Ho ditolak jika t hitung > t tabel

2) Menentukan kriteria pengujian hipotesis penelitian

Ho diterima jika Sig ≥ 0,05

Ho ditolak jika Sig < 0,05

4. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase

perubahan variabel Dependent yang disebabkan oleh variabel

Independent. dengan kriteria sebagai berikut (Wiratna, 2016) :

a. Jika R2 semakin besar, maka presentase perubahan variabel variabel

Dependent yang disebabkan oleh variabel Independent semakin

tinggi.

b. Jika R2 semakin kecil, maka presentase perubahan variabel variabel

Dependent yang disebabkan oleh variabel Independent semakin

rendah.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia

merupakan suatu proses yang terakumulasi selama kurun waktu yang

cukup panjang. Wacana lemabaga keuangan syariah merebak

ditengah masyarakat megikuti perbincangan mengenai pro dan kontra

mengenai hukum bunga bank. Semangat untuk terwujudnya bank

Islam di Indonesia dari waktu ke waktu semakin besar seiring dengan

semakin berkembangnya kesadaran beragama dikalangan umat Islam

itu sendiri.

Ide untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya

sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan

pada seminar nasional Hubungan Indonesia-Timur Tengah pada tahun

1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional yang

diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan

(LSIK) dan Yayasan Bhinneka Tunggal Ika.

Gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi sejak tahun

1988, disaat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober

(Pakto) yang berisi liberlisasi industri perbankan.Para ulama pada

waktu itu beerusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak

ada satupun perangkat hukum yangdapat dirujuk, kecuali bahwa


32

perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Setelah adanya

rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan

di Cisarua, Bogor tanggal 19-20 Agustus 1990, yang kemudian

dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional (Munas) IV

Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang berlangsung di Hotel Sahid

Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990 dibentuklah kelompok kerja untuk

mendirikan bank syariah di Indonesia.

Bank umum syariah pertama yang berhasil dibentuk oleh

kelompok kerja MUI adalah Bank Muamalah dengan modal awal Rp

106.126.382.000 sebagai realisasi dari lokakarya nasional tentang

“Bunga Bank dan Perbankan” pada tanggal 18-20 Agustus 1990.

Bank Muamalah Indonesia mulai beroperasi sejak 1 Mei 1992 setelah

mendapat izin prinsip yaitu surat Menteri Keuangan RI No

1223/MK.013/1991 (Yuliadi, 2009).

Perkembangan bank syariah di Indoensia tidak bisa dilepaskan

dari pasang surutnya perbahan lingkungan sosial, ekonomi, dna

politik bangsa yang terkait dengan aspek legal formal yang melandasi

operasionalisasi perbankan syariah. keberadaan bank syariah dalam

sisitem perbankan Indonesia sebenranya telah dikembangkan

semenjak tahun 1992, seiring dengan lahirnya Undang-Undang No 7

tahun 1992, tentang Perbankan kendati masih ertuang secara implisit

dengan istilah bank bagi hasi. Kemudian diiringi oleh Peraturan


33

Pemerintah No 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkn prinsip Bagi

Hasil, sebagai dasar operasionalnya. Dalam perkembangannya bank

syariah juga memiliki beberapa kelemahan seperti masih awamnya

sebagian masyarakat Indonesia terhadap sistem dan operasional bank

syariah, terbatasnya jaringan kantor perbankan syariah, kurangnya

sumberdaya manusia yang mneguasai operasional bank syariah.

Namun dalam perkembangan selanjutnya bahwa perbankan

syariah mulai banyak diminati kalangan masyarakat dan pengusaha

karena memiliki keunggulan yang tidak ada pada bank konvensional.

Kejadian yang menimpa masyarakat Indonesia yaitu krisi moneter

tahun 1998 yang menyebabkan rendahnya nilai mata uang rupiah

sehingga menyebabkan tingginya tingkat suku bunga kredit

perbankan menyebabkan krisisnya kepercayaan masyarakat terhadap

perbankan, tetapi krisis tersebut tidak dialami oleh perbankan syaraih

pada saat itu yaitu Bank 66 Muamalah Indonesia yang berbasis bebas

bunga. Mulai saat itulah lahirlah UU No 10 tahun 1998

menyempurnakan UU No 7 Tahun 1992.

Lahirnya UU No 10 Tahun 1998 tetntang Layanan Perbankan,

Perbankan Syariah semakin memliki landasan hukum yang lumayan

kuat, yakni adanya peluang bagi Bank Konvensional melakukan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah melalui Unit Usaha

Syariah (UUS). Lahirnya undang-undang tersebut juga menyebabkan


34

lahirnya sistem Dual BankingSystem di Indonesia. Lahirnya UU No

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah juga menyebabkan

pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki

landasan hukum yang memadai dan kan mendorong pertumbuhannya

secara lebih cepat lagi. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia

terbilang cukup pesat dibuktikan dengan jumlah perbankan syariah

yang semakin meningkat.

Pada akhirnya sistem perbankan syariah yang ingin

diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang

modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat

Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang

menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah

yang dirumuskan secara bijaksana, dalam kontes kekinian

permasalahn yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan dengan

tetap memperhatikan kondisi sosia kultural didalam masa bangsa ini

menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian,

maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa

dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai

bagian dari solusi permasalahn negeri.

Industri perbankan di Indonesia mencatat sejarah baru dengan

hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang secara resmi

lahir pada 1 Februari 2021 atau 19 Jumadil Akhir 1442 H. Presiden


35

Joko Widodo secara langsung meresmikan bank syariah terbesar di

Indonesia tersebut di Istana Negara.

BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRIsyariah

Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin merger tiga

usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat Nomor

SR-3/PB.1/2021. Selanjutnya, pada 1 Februari, Presiden Joko Widodo

meresmikan kehadiran BSI.

Komposisi pemegang saham BSI adalah: PT Bank Mandiri

(Persero ) Tbk 50,83%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

24,85%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,25%. Sisanya

adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5%.

Penggabungan ini menyatukan kelebihan dari ketiga bank

syariah, sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap,

jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih

baik. Didukung sinergi dengan perusahaan serta komitmen

pemerintah melalui Kementerian BUMN, Bank Syariah Indonesia

didorong untuk dapat bersaing di tingkat global.

BSI merupakan ikhtiar atas lahirnya bank syariah kebanggaan

umat, yang diharapkan menjadi energi baru pembangunan ekonomi

nasional serta berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat luas.

Keberadaan Bank Syariah Indonesia juga menjadi cermin wajah


36

perbankan syariah di Indonesia yang modern, universal, dan

memberikan kebaikan bagi segenap alam (Rahmatan Lil ‘Aalamiin).

Potensi BSI untuk terus berkembang dan menjadi bagian dari

kelompok bank syariah terkemuka di tingkat global sangat terbuka.

Selain kinerja yang tumbuh positif, dukungan iklim bahwa pemerintah

Indonesia memiliki misi lahirnya ekosistem industri halal dan

memiliki bank syariah nasional yang besar serta kuat, fakta bahwa

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia

ikut membuka peluang.

Dalam konteks inilah kehadiran BSI menjadi sangat penting.

Bukan hanya mampu memainkan peran penting sebagai fasilitator

pada seluruh aktivitas ekonomi dalam ekosistem industri halal, tetapi

juga sebuah ikhtiar mewujudkan harapan Negeri.

B. Data Hasil Penelitian

Objek penelitian yang dilakukan adalah Bank Syariah

Indonesia pada triwulan 1 2021 sampai triwulan 1 2022. Variabel

Independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Biaya

Operasional Per Pendapatan Operasional.

1. Beban Oprasional Per Pendapatan Oprasional

BOPO merupakan rasio efisiensi bank yang mengukur biaya

oprasional terhadap pendapatan oprasional. Semakin kecil nilai


37

BOPO maka akan semakin efisien oprasi bank. Berikut laporan

keuangan BOPO Bank Syariah Indonesia yaitu :

a. Triwulan 1 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


38

b. Triwulan 2 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


39

c. Triwulan 3 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


40

d. Triwulan 4 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


41

e. Triwulan 1 Tahun 2022

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2022

Sehingga didapatkan data BOPO Bank Syariah Indonesia

sebagai berikut :
42

Tabel 1. Data BOPO Bank Syariah Indonesia

No Tahun Triwulan Data BOPO


1 2021 Triwulan 1 79,90%
2 2021 Triwulan 2 79,92%
3 2021 Triwulan 3 79,84%
4 2021 Triwulan 4 80,46%
5 2022 Triwulan 1 75,35%
Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 1 perjalanan BOPO Bank Syariah Indonesia

dalam periode penelitian ini yaitu tahun 2021, puncak BOPO

tertinggi terletak pada triwulan 4 sebesar 80,46% dan paling

rendah pada triwulan 1 sebesar 79,90%.

Perhitungan laba rugi merupakan suatu gambaran yang

menunjukan suatu pendapatan dan jumlah pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Untuk

menentukan hasil dari perhitungan tersebut maka dibuatlah suatu

laporan untuk mengetahui apakah suatu usaha mengalami

kerugian atau mendapatkan laba. Perhitungan laba rugi suatu

perusahaan harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat

memberikan gambaran mengenai hasil usaha perusahaan dalam

suatu periode tertentu.

Pencatatan beban pada perusahaan mencakup semua kerugian

maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas


43

perusahaan. Beban operasional adalah beban yang terjadi dalam

rangka memperoleh pendapatan operasi.

Dalam pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK No. 23

Revisi tahun 2014 tentang akuntansi pendapatan yang meliputi

pengakuan dan pengukuran pendapatan dari sebuah peristiwa

ekonomi sebagai sumber utama dan sumber sampingan

pendapatan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu kecermatan

dalam menganalisa pendapatan yang seharusnya diakui oleh

perusahaan. Jika dalam menentukan pendapatan terdapat

kekeliruan maka akan mengakibatkan salah dalam pengambilan

keputusan.

Laporan Laba Rugi yang dibuat pada PT. Bank Syariah

Indonesia adalah merupakan hasil data dari laporan keuangan.

Berdasarkan laporan keuangan Rugi/ Laba yang diperoleh sebagai

berikut :
44

a. Triwulan 1 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


45

b. Triwulan 2 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


46

c. Triwulan 3 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


47

d. Triwulan 4 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


48

e. Triwulan 1 Tahun 2022

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2022


49

2. Return On Asset

Return on Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas.

Dalam analisis laporan keuangan rasio ini mampu menunjukkan

keberhasilan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa

lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.

Berikut laporan keuangan BOPO Bank Syariah Indonesia yaitu :

a. Triwulan 1 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


50

b. Triwulan 2 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


51

c. Triwulan 3 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


52

d. Triwulan 4 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


53

e. Triwulan 1 Tahun 2022

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2022

Sehingga didapatkan data BOPO Bank Syariah Indonesia

sebagai berikut :
54

Tabel 2. Data ROA Bank Syariah Indonesia

No Tahun Triwulan Data ROA


1 2021 Triwulan 1 1,72%
2 2021 Triwulan 2 1,70%
3 2021 Triwulan 3 1,70%
4 2021 Triwulan 4 1,61%
5 2022 Triwulan 1 1,93%
Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 2 perjalanan ROA Bank Syariah Indonesia

dalam periode penelitian ini yaitu tahun 2021, puncak ROA

tertinggi terletak pada triwulan 1 sebesar 1,93% dan paling rendah

pada triwulan 4 sebesar 1,61%.

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang

diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang

timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan

antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut.

Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima

atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon

dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.

Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan

jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang

diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan

antara nilaiwajar dan jumlah nominal, maka imbalan tersebut


55

diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan

sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau

suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan

berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, kemungkinan

kurang darijumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.

Neraca yang dibuat pada PT. Bank Syariah Indonesia adalah

merupakan hasil data dari laporan keuangan. Berdasarkan laporan

keuangan neraca yang diperoleh sebagai berikut :


56

a. Triwulan 1 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


57

b. Triwulan 2 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


58

c. Triwulan 3 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


59

d. Triwulan 4 Tahun 2021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2021


60

e. Triwulan 1 Tahun 2022

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia, 2022


BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus

dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis

ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak

berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data

sampel yang digunakan dalam penelitian terdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas dapat menggunakan uji Normalitas

Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan

0,05. Data dinyatakan terdistribusi normal jika signifikan lebih

besar dari 5% atau 0,05.


62

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 5
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .02983942
Most Extreme Differences Absolute .221
Positive .145
Negative -.221
Test Statistic .221
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan hasil uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

pada tabel VIII, diketahui bahwa nilai signifikan Asiymp.Sig (2-

taled) sebesar 0,200, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Pada pengujian ini peneliti menggunakan uji

Durbin Watson yang hasilnya adalah sebagai berikut :


63

Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

R Adjusted R Std. Error of the Durbin-


Model R Square Square Estimate Watson

1 .968a .937 .916 .03446 1.481

Sumber : Data diolah, 2022


Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Durbin

Watson (DW) sebesar 1,481. Nilai ini akan dibandingkan

dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5 persen

dan jumlah sampel 5 (n) serta jumlah variabel independen

yakni 1 (k=1), maka dasar pengambilan keputusan tidak terjadi

autokorelasi adalah du < DW < 4-du (du=1,400), sehingga

diperoleh 1,400 < 1,481 < 2,599 yakni tidak terjadi

autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians pada residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Salah satu cara yang bisa digunakan

adalah dengan uji Glejser dengan nilai signifikansi 0,05.

Asumsi yang baik dalam regresi adalah tidak terjadi

heterokedastisitas yaitu nilai sig lebih besar dari 0,05 dan hasil

dari uji heterokedastisitas dengan uji Glejser.


64

Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Model B Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.360 .317 -1.136 .339

BOPO .005 .004 .571 1.204 .315

Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa nilai sig variabel

BOPO yaitu 0,315 lebih besar dari 0,05 artinya data

disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.

2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Setelah hasil uji asumsi klasik dilakukan dan hasilnya secara

keseluruhan menunjukkan model regresi memenuhi asumsi klasik,

maka tahap berikutnya adalah melakukan evaluasi dan interpretasi

model regresi sederhana.

Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis tentang

pengaruh secara parsial dan secara simultan variabel bebas

terhadap variabel terikat. Model persamaan regresi yang baik

adalah yang memenuhi persyaratan asumsi klasik, antara lain

semua data berdistribusi normal, terbebas dari gejala autokorelasi

dan terbebas dari heterokedastisitas. Dari analisis sebelumnya


65

membuktikan bahwa penelitian ini sudah dianggap baik. Berikut

adalah hasil SPSS yang digunakan sebagai alat analisis :

Tabel 6. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 6.040 .647 9.340 .003

BOPO -.054 .008 -.968 -6.664 .007


Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 6, maka persamaan regresi yang terbentuk pada

uji regresi ini adalah :

Y = 6,040 – 0,054X

Hasil pengujian yang diperoleh diatas adalah sebagai berikut :

a. Nilai konstanta (𝛼) yang diperoleh sebesar 6,040, artinya jika

variabel BOPO bernilai 0 maka besarnya tingkat ROA yang

terjadi adalah 6,040.

b. Koefisien regresi X1 = -0,054, artinya jika BOPO naik sebesar 1

satuan, maka ROA akan menurun sebesar 0,029 satuan. Koefisien

bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara BOPO dan

ROA, semakin naik BOPO maka akan semakin menurunkan

ROA.
66

3. Uji t

Uji parsial digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian

dilakukan dengan uji t yaitu dengan melihat nilai thitung harus lebih

besar dari nilai ttabel dan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka

bisa di simpulkan terdapat pengaruh antara masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum menuju

tahap pengolahan SPSS, terlebih dahulu mencari nilai ttabel dengan

rumus sebagai berikut :

ttabel = (𝛼/2 ; n-k-1)

= ( 0,05/2 ; 5 – 1 – 1)

= 0,025 ; 3

= 3,182

Berdasarkan rumus diatas diketahui nilai ttabel adalah sebesar

3,182. Kemudian akan dibandingkan dengan nilai hasil

pengolahan SPSS tabel 6 di ketahui nilai sig. untuk variabel

BOPO adalah sebesar 0,007 dan nilai t hitung adalah sebesar -6,664.

Dan nilai sig. Dengan mengacu kepada rumusan masalah maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai signifikan variabel BOPO

adalah 0,007 kurang dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar -6,664 lebih

dari nilai ttabel yakni 3,182, maka Ho ditolak. Artinya variabel


67

BOPO berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap

variabel ROA.

4. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Uji R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk melihat berapa

persen pengaruh variabel BOPO berpengaruh terhadap variabel

ROA. Dalam hal ini kita mengacu pada nilai R square yang

terdapat dalam hasil analisis regresi linear berganda berikut ini:

Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .968a .937 .916 .03446

Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan table 7 diketahui nilai koefisien determinasi R

square sebesar 0,937 atau sama dengan 93,7%. Angka tersebut

membuktikan bahwa variabel BOPO mempunya besaran

pengaruh terhadap variabel ROA sebesar 68,2%.

B. Pembahasan

Pengujian pengaruh variabel Beban Oprasional Per Pendapatan

Oprasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Syariah

Indonesia dengan menggunakan uji statistik t diperoleh nilai t

hitung adalah -6,664 > t tabel 3,182 dengan Sig dari variabel
68

BOPO adalah 0,007 < 0,05, maka BOPO berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap Profitabilitas.

Dalam penelitian ini hasil perhitungan uji t menunjukkan

bahwa variabel BOPO berpengaruh terhadap Profitabilitas. Berarti

hipotesis yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif

terhadap Profitabilitas diterima. Artinya apabila BOPO

meningkat, maka ROA akan menurun, begitu juga sebaliknya. Hal

ini menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi pada rasio

BOPO bank menandakan adanya peningkatan proporsi beban

operasional terhadap pendapatan operasional yang diterima oleh

bank, dengan kata lain apabila biaya operasional mengalami

kenaikan maka akan menurunkan laba sebelum pajak yang pada

akhirnya akan menurunkan ROA pada bank yang bersangkutan,

dengan demikian semakin besar BOPO maka akan semakin kecil

ROA bank, karena laba yang diperoleh bank juga menjadi kecil.

Hal ini mencerminkan adanya atau terjadinya ketidakefisienan

kinerja operasional pada bank umum syariah.

Biaya operasional terhadap pendapatan operasional adalah

penghimpunan dana dan penyaluran dana. Rasio BOPO ini

berkaitan erat dengan kegiatan operasional bank syariah (Asmara,

2019). Biaya operasional bank syariah yang terlalu tinggi tidak

akan mendatangkan keuntungan bagi bank syariah. Pendapatan


69

bank syariah yang tinggi dengan biaya operasional yang rendah

dapat menekan rasio BOPO sehingga bank syariah berada pada

posisi sehat, yang artinya kecenderungan terjadinya pembiayaan

bermasalah pun akan rendah dapat menekan rasio BOPO sehingga

bank syariah berada pada posisi sehat, yang artinya kecenderungan

terjadinya pembiyaan bermasalah pun akan rendah (Auliani &

Syaichu, 2016).

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang

diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang

timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan

antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut.

Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima

atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon

dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.

Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan

jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang

diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan

antara nilaiwajar dan jumlah nominal, maka imbalan tersebut

diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan

sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau

suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan


70

berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, kemungkinan

kurang darijumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.

Pendapatan merupakan penentuan yang sangat penting

mengigat kesalahan dalam penentuan ini akan berakibat fatal pada

pengukuran pendapatan dan kelayakan laba yang akan

mempengaruhi mutu dari informasi keuangan yang diperoleh

dalam hal pengambilan keputusan oleh pemimpin perusahaan.

Pengakuan sebagai pencatatan suatu intern dalam perkiraan-

perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan,

beban keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk pengambaran

suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana

jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan

keuangan.

Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan

memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK Nomor 23 kriteria

pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah

kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah

perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada

komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah

dari transaksi agar mencerminkan subtansi dari sebuah transaksi.

Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat

ekonomi yang akan datang yang berkaitan dengan peningkatan


71

kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban

diakui atas dasar hubungan langsung antara biaya-biaya yang

timbul dan pos pendapatan yang diperoleh. Proses yang biasanya

disebut pengaitan biaya dengan pendapatan.

Pengakuan terhadap beban berdasarkan periode/tahun yang

sama dengan pengakuan pendapatan karena kedua pos tersebut

harus diperbandingkan ( maching) pada waktu dan saat yang sama

yaitu berdasarkan akrual basis. Jadi dalam mengakui saat

terjadinya suatu beban tersebut, perusahaan mengakui suatu beban

apabila beban tersebut sudah benar-benar terjadi.

Pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk mencatat dan

mengakui beban. Hal ini terlihat dari seluruh pengeluaran kas

yang dibayarkan untuk jangka waktu tertentu, walaupun masih

ada beban yang sudah menjadi beban untuk periode tersebut,

tetapi belum dibayarkan. adapun beban yang seharusnya

memerlukan penyesuaian

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Habibah dan Nurismalatri (2021), Ratih (2019) dan

Iqbal (2018) menyatakan bahwa variabel BOPO berpengaruh

negatif terhadap profitabilitas.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Beban Operasional

Per Pendapatan Operasional terhadap Profitabilitas Bank Syariah Indonesia.

Berdasarkan hasil uraian hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa Beban Oprasiona Per

Pendapatan Oprasional berpengaruh secara negatif signifikan

terhadap Profitabilitas bank syariah Indonesia. Hal ini diperoleh dari

hasil nilai t hitung BOPO sebesar -6,664 lebih besar dari nilai t tabel

sebesar 3,182 dan nilai signifikan BOPO sebesar 0,007 yang lebih

kecil dari 0,05.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,maka peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya agar menambah variabel independen yang

berkaitan dengan Profitabilitas, agar dapat diketahui lebih banyak

lagi faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas seperti CAR,

FDR, dan NOM, bisa juga menambahkan dari faktor makro

ekonomi seperti inflasi, GDP dan lainnya.

2. Bagi bank syariah Indonesia diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai perbankan syariah lebih lanjut kepada


73

masyarakat. Selain itu, perbankan syariah perlu lebih

meminimalkan dalam pengelolaan pembiayaan agar tidak

tingginya beban operasional per pendapatan operasional agar laba

yang dihasilkan oleh bank bisa lebih meningkat.


74

DAFTAR PUSTAKA
Aji, Y. dan T. S. (2021). Pengaruh Rasio NPL , LDR , NIM , BOPO , dan
CAR Terhadap Profitabilitas Bank BUMN di Indonesia. Jurnal Bisnis
Dan Ekonomi Islam, 6(2).

Apriyani, D., Mayasari, I., & Syarief, M. E. (2021). Pengaruh CAR, ROA,
FDR, dan BOPO terhadap Non Performing Financing pada Bank
Muamalat Indonesia. Journal of Applied Islamic Economics and
Finance, 1(3).

Asmara, K. (2019). Analisis Faktor Internal dan Eksternal terhadap Non


Performance Financing (NPF) Perbankan Syariah di Indonesia Periode
Tahun 2015 - 2018. OECONOMICUS Journal of Economics, 4(1).

Auliani, M. M., & Syaichu. (2016). Analisis Pengaruh Faktor Internal dan
Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2010-2014. Diponegoro
Journal of Management, 5(3).

Didi, D., & Kusuma, I. C. (2018). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh


Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai
Pemerintahan Daerah Kota Bogor. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia, 15(1).

Fauziyyah, H. S., & Nurismalatri, N. (2021). Pengaruh Npl Dan Bopo


Terhadap Roa Pada Sektor Bank Bumn Periode 2015-2020. Jurnal
Arastirma, 1(2).

Harun, U. (2016). Pengaruh Ratio-Ratio Keuangan CAR, LDR, NIM, BOPO,


NPL Terhadap ROA. Jurnal Riset Bisnis Dan Manajemen, 4(1).

Hidayati, W., & Diyanty, V. (2018). Pengaruh moderasi koneksi politik


terhadap kepemilikan keluarga dan agresivitas pajak. Jurnal Akuntansi
Dan Auditing Indionesia, 22(1).

Joned C. Saksana. (2018). Analisis Perbandingan Bank Umum Konvensional


Dan Bank Umum Syariah. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 2(1).

Junianto, R. D. (2018). BANK BUMN DI BEI 2013-2017 Rahmadika Dwi


Junianto Budhi Satrio SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
75

INDONESIA ( STIESIA ) SURABAYA. Jurnal Ilmu Dan Riset


Manajemen, 7(11).

Kartikasari, R. A. dan D. (2018). Analisis Pengaruh LDR, NPL Dan BOPO


Terhadap Profitabilitas Pada Bank BUMN Terbuka. Seminar Nasional.

Laili Isnaini, S. H. dan I. M. (2021). Pengaruh ROA , CAR , BOPO , FDR ,


Dan Inflasi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Kewirausahaan, 5(1).

Permatasari, D., & Yulianto, A. R. (2018). Analisis Kinerja Keuangan :


Kemampuan Bank Syariah Dalam Penyaluran Pembiayaan. Jurnal
Akuntansi Indonesia, 7(1).

Priatna, H. (2016). Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Rasio


Profitabilitas. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7(2).

Purnamasari, A. E. K. A., & Musdholifah. (2016). Amalia Eka Purnamasari


dan Musdholifah- Analisis Faktor Eksternal Dan Internal ... Jurnal
Bisnis Dan Manajemen, 9(1).

Rika Lidyah. (2018). Tata Kelola Perusahaan Islam , Indeks Kinerja


Keuangan Syariah Dan Penipuan Bank Syariah. XXII(03).

Santasyacitta, A. L. S. & I. G. (2020). Struktur Kepemilikan dan Kinerja


Keuangan Syariah Bank Di Indonesia. IJIEBMEM, 1(1).

Santoso, B. (2021). Determinan Profitabilitas Bank Badan Usaha Milik


Negara Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 26(1).

Tenriola, A. (2019). Anteseden Return on Asset (ROA) pada Bank BUMN


Indonesia. Bongaya Journal for Research in Management (BJRM), 2(1).

Utomo, A. H. I. dan B. (2021). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car) Dan


Non Performing Financing (Npf) Terhadap Profitabilitas (Roa) Dengan
Financing To Deposit Ratio (Fdr) Sebagai Variabel Intervening Pada
Bank Umum Syariah (Periode 2012-2016). Jurnal Akutansi, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai