Oleh:
Nicky Putriyani, Absen 27
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Kerajaan Islam di Jawa ini tepat pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB II PENUTUP
A....Kesimpulan............................................................................................. 24
B....Saran........................................................................................................... 24
BAB I
Mengamati Lingkungan
1
B. Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau
Jalur Darat
Terkenal dengan juluran jalur Sutra (the silk route). Dengan jalur ini, para
pedagang Islam melintasi Jazirah Arab melewati Baghdad, Samarkand, kota-
kota di Uzbekistan, Tajkistan, Turkemistan, kemudian ke daratan Tiongkong.
Jalur laut
Jalur ini dimulai dari pesisir Jazirah Arab ke Teluk Persia melewati kota-kota
pelabuhan di pesisir Irak dan Iran menuju India. Dari India para pedagang Islam
ini berlanjut ke Selat Malaka dan menyebar ke berbagai wilayah atau
kepulauan di Indonesia.
2
Ada berbagai macam informasi yang didapat mengenai proses masuknya
Islam ke Indonesia dari berbagai sumber, baik itu sumber asing maupun
sumber di dalam negeri. Beberapa informasi tersebut antara lain:
3
C. Islam Masuk Istana Raja
4
Pada gambar tersebut merupakan Jejak Kesultanan Demak, salah satu pelopor
Kerajaan Islam pertama di Jawa.
Islam masuk di pulau Jawa melalui bandar-bandar di pesisir pantai utara Jawa
dengan aktivitas perdagangan. Pada perkembangannya, proses Islamisasi di
pulau Jawa mampu menggeser eksistensi kerajaan Hindu-Buddha seperti
Majapahit, Pajajaran dan Pasundan.
1. Kerajaan Demak
Penyebaran agama Islam yang diprakarsai pada masa kekuasaan Demak
dilakukan oleh sembilan orang wali atau biasa dikenal dengan sebutan Wali
Songo. Para wali tersebut memperkenalkan dan menanamkan ajaran-ajaran
Islam di daerah-daerah yang masih berada dalam sisa kekuasaan Hindu-
Buddha di Tanah Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478. Ia
adalah seorang bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati
kadipaten Bintara, Demak.
Pamor kesultanan yang Ia dapatkan ini berasal dari Walisanga, 9 ulama besar
pendakwah islam paling awal di Pulau Jawa. Melihat kondisi kerajaan
Majapahit yang mulai menurun, Raden Patah akhirnya memutuskan untuk
memisahkan diri dari Kerajaan Majapahit dan mendirikan sebuah kesultanan.
Kesultanan Demak secara geografis berada di daerah Jawa Tengah. Pada waktu
itu Kesultanan Demak berlokasi di Kampung Bintara (Baca: Bintoro) yang saat
ini menjadi bagian dari kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada
periode itu dikenal sebagai Demak Bintara yang merupakan bagian dari
Kerajaan Majapahit.
Letak Kesultanan Demak sangat strategis dari segi pertanian dan perdagangan.
Demak dulu terletak di tepi selat antara Pegunungan Muria dan Jawa.
Sebelumnya, selat itu lebar dan mampu dilayari kapal dagang Dari Semarang
menuju Rembang.
Kesultanan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada si
Nusantara dan juga memegang peran penting dalam aktivitas perekonomian
antarpulau. Selain itu, daerah pertanian yang luas juga sangat mendukung
peningkatan perdagangannya. Menurut catatan Tome Pires, kondisi ekonomi
Kesultanan Demak sangat makmur, pertaniannya menghasilkan beras yang
melimpah bahkan sebagian di impor ke Malaka melalui pelabuhan milik
mereka sendiri.
2. Kerajaan Mataram
Sutawijaya ternyata tidak puas menjadi bupati dan ingin menjadi raja yang
menguasai seluruh Jawa. Oleh karena itu, Sutawijaya mulai memperkuat
sistem pertahanan Mataram. Hal itu ternyata diketahui oleh Hadiwijaya
sehingga ia mengirim pasukan untuk menyerang Mataram. Peperangan sengit
terjadi pada tahun 1582. Prajurit Pajang menderita kekalahan. Keadaan Sultan
Hadiwijaya sendiri pada saat itu sedang sakit.
Kerajaan Mataram Islam sempat dimpin oleh 6 orang raja, yaitu sebagai
berikut :
1. Ki Ageng Pamanahan
Ki Ageng Pamanahan merupakan pendiri dari desa Mataram pada tahun
1556. Desa inilah yang nantinya akan menjadi Kerajaan Mataram yang
dipimpin oleh anaknya, Sutawijaya.Tanah ini awalnya hutan lebat yang lalu
dibuka oleh masyarakat sekitar dan diberi nama Alas Mentaok. Lalu Ki Ageng
Pamanahan menjadikan bekas hutan ini sebagai sebuah desa yang diberinama
Mataram. Ki Ageng Pamanahan wafat pada tahun 1584 dan dimakankan di
Kota Gede (Jogjakarta sekarang)
2. Panembahan Senapati
Setelah ki Ageng wafat pada tahun 1584, kekuasaan jatuh ke tangan anaknya
yaitu Sutawijaya. Ia adalah menantu dan anak angkat dari Sultan
Pajang.Sutawijaya tadinya merupakan senapati dari kerajaan Pajang. Karena
itu ia diberi gelar “Panembahan Senapati” karena masih dianggap sebagai
senapati utama Pajang dibawah Sultan Pajang.
5. Amangkurat I
6. Amangkurat II
Amangkurat II atau Raden Mas Rahmat merupakan pendiri dan raja pertama
dari Kasunanan Kartasura. Kasunanan Kartasura merupakan lanjutan dari
Kerajaan Mataram Islam. Raden Mas Rahmat memerintah dari tahun 1677
sampai tahun 1703. Beliau merupakan raja Jawa pertama yang menggunakan
pakaian eropa sebagai pakaian dinas. Karena itu rakyat menjulukinya Sunan
Amral (Admiral).
3. Kerajaan Banten
Kehidupan politik yang ada di Kerajaan Banten sudah termasuk dalam kategori
mapan. Pemerintahan dengan sistem berdasarkan konsep ajaran islam
menjadi pilar utama dalam menjalankan pemerintahan. Seperti diketahui
bersama raja pertamanya merupakan seorang keturunan dari panglima
Demak yang juga Wali.
Dengan sistem politik yang banyak melakukan diplomasi, perluasan wilayah
bukan hak yang mustahil. Bahkan bisa dikatakan bahwa kemajuan daerahnya
sangatlah cepat serta pesat terjadi. Perluasan dan pemberdayaan terus
dilakukan hingga pada masanya menemukan keruntuhannya karena adu
domba dari Belanda.
Sebagai daerah yang memiliki kestabilan politik, secara ekonomi pun berlaku
sama. Menjadi pusat perdagangan. Transaksi internasional dan lokal terjadi di
sebagai salah satu sumber penghasil utama pendapatan daerah.
Pengaruh dari konsep ajaran Islam terlihat sangat kuat dalam sendi-sendi
kehidupan sosial masyarakat yang ada di Kerajaan Banten. Penyebarannya
yang begitu pesat mampu mendominasi kepercayaan sebelumnya. Bahkan
bisa dikatakan telah berhasil mengislamisasi hampir seluruh daerah Banten.
Saat dulu menjadi daerah kekuasaan Padjajaran pengaruh India dalam budaya
Hindu Budha lebih kental, hingga akhirnya pedagang Arab datang membawa
ajaran islam di dalamnya. Kemudian pengaruhnya melebar masuk dalam
sendir-sendi politk, sosial dan juga budayanya.
Raja Banten pertama yang merupakan anak dari panglima Demak bernama
syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Memerintah dan berkuasa atas
kerajaan tersebut selama kurun waktu 18 tahu, mulai dari tahun 1552-157.
Pencapaian yang dilakukan yaitu penguasaan atas rempah-rempah di daerah
Lampung.
Memerintah dari tahun 1570 sampai dengan 1580 M yaitu selama 10 tahun
jabatan. Pencapaian yang dilakukan yaitu penaklukan kerajaan Padjajaran yang
saat ini adalah daerah Bogor. Prabu Sedah juga berhasil dibuatnya bertekuk
lutut dan menyingkirkan dari kedudukannya saat itu.
Kedudukan dan gelar sultan diperolehnya sejak usia 5 bulan. Ujian terberat dai
kepemimpinannya adalah keberadaan Belanda yang pada saat itu
mendaratkan kakinya pertama di daerah Banten.Pertahanan dan perlawanan
dilakukan untuk melindungi wilayah kekuasaannya dibantu oleh seorang
mangkubumi.
Penolakan yang diterima oleh Belanda berujung pada upaya adu domba yang
ditujukan pada keluarga inti kerajaan. Hingga akhirnya mencapai puncak yang
memanas antar Sultan Ageng dan putranya dalam perebutan kekuasaan.
Sultan Haji yang saat itu ingin sekali menduduki posisi Sang Ayah,
berkompromi dengan Belanda dan dimanfaatkan oleh pihak sekutu.
Perang saudara akhirnya terjadi dalam tubuh Kerajaan Banten pada masa itu.
Tepat pada tahu 1682 Sultan Haji meminta bantuan persenjataan dari Inggris
dan melakukan perlawanan. Karena merasa terpojokkan dan tidak bisa
melakukan perlawanan lagi, akhirnya Sultan Ageng dipaksa untuk mundur dari
jabatannya. Diputuskan untuk berpindah ke wilayah Titayasan untuk
melarikan diri.
2. Benteng Speelwijk
Jika Anda melakukan kunjungan ke tempat ini akan ditemukan sebuah meriam
tua yang berada tepat di bagian dalam bangunannya Selain itu juga terdapat
sebuah terowongan sebagai penghubung menuju ke Keraton Surosowan.
3. Vihara Avalokitesvara
Viraha ini hingga sekarang masih bisa dikunjungi dan berdiri kokoh sebagai
satu peninggalan bersejarah lainnya. Keindahan arsitektur dengan relief
hiasan pada tembok menambah daya tariknya. Selain menikmati keindahan
juga bisa sekaligus belajar tentang sejarah yang pernah berlangsung.
Namun sayang sekali saat ini nasibnya sama dengan keraton Kaibon yang
hanya tersisa dalam bentuk puing reruntuhan saja. Karena penyerangan yang
sempat menghancurkan bagian-bagian bangunannya sehingga kondisi
gedungnya tidak utuh lagi.
Peninggalan yang satu ini sudah pasti banyak di dengan oleh Anda
sebelumnya, pasalnya keberadaannya juga menjadi satu ikon yang banyak
mendapat kunjungan hingga saat ini. Bahkan masih tetap difungsikan
sebagaimana mestinya.
Didirikan tepat pada sekitar tahun 1652 dimana pada saat itu Sultan Maulana
Hasanuddin yang menduduki posisi kepemimpinan. Letaknya berada di Desa
Banten lama berada sekitar 10 Km dari ara utara Kota Serang. Corak yang
dimilikinya sangat unik dengar nilai historis yang kental.
7. Danau Tasikardi
Saat Sultan Maulana Yusuf menjabat dibuatlah sebuah danau yang diberi nama
Tasikardi. Luas yang dimilikinya berada pada ukuran 5 hektar dengan dilapisi
oleh ubin dan juga batu bata. Pembuatannya di awal difungsikan sebagai
sumber utama untuk pasokan air bagi keluarga Kerajaan Banten yang berada di
istana Kaibon. Namun selain itu juga digunakan untuk irigasi persawahan yang
ada di sekitarnya.
4. Kerajaan Cirebon
Awalnya, Cirebon merupakan daerah bernama Kebon Pesisir atau Tegal Alang-
Alang. Kerajaan Cirebon dirintis oleh Raden Walangsungsang (Pangeran
Cakrabuana), putra Raja Pajajaran dari Kerajaan Sunda Galuh, yakni Prabu
Siliwangi dengan permaisurinya, Nyai Subang Larang.
Dari pernikahan ini, Nyai Lara Santang melahirkan dua orang anak laki-laki
bernama Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah.
Sepulang dari tanah suci, dikutip dari Susilaningrat dalam Dalem Agung
Pakungwati Kraton Kasepuhan Cirebon (2013), Raden Walangsungsang
kembali ke pedukuhan dan mendirikan pemerintahan yang kemudian dikenal
dengan nama Kerajaan atau Kesultanan Cirebon pada 1430 Masehi.
Dalam bidang agama sangat jelas terlihat bahwa Islamisasi berjalan sangat
masif. Dakwah agama Islam ke berbagai wilayah terus-menerus dilakukan.
Sedangkan di sektor politik, perluasan daerah menjadi salah satu fokus yang
dijalankan. Bersama Demak, misalnya, Cirebon mampu merebut pelabuhan
Sunda Kelapa pada 1527 untuk membendung pengaruh Portugis.
Selain itu, tulis Heru Erwantoro dalam "Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon" di
jurnal Patanjala (2012), Sunan Gunung Jati menerapkan sistem politik yang
didasarkan atas asas desentralisasi yang berpola kerajaan pesisir.
Dikutip dari buku Sejarah Daerah Jawa Barat (1982) terbitan Tim Direktorat
Jenderal Kebudayaan RI, pada 1681 ditandatangani perjanjian antara para
pemegang otoritas Cirebon dengan Belanda.
Antara tahun 1906 hingga 1926, Belanda secara resmi menghapus kekuasaan
pemerintahan Kesultanan Cirebon. Cirebon terbebas dari cengkeraman
Belanda pada 1942 dan akhirnya menjadi bagian dari Republik Indonesia sejak
1945.
BAB II
A. Kesimpulan
Agama islam muncul di Indonesia karena dibawa oleh pedagang dari Gujarat
atau Cina, kemudian agama islam berkembang di Indonesia melalui berbagai
jalur seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan dan lain-lain. Dari sinilah
kemudian muncul berbagai macam kerajaan-kerajaan islam di Indonesia.
Setiap kerajaan pasti mengalami proses pertumbuhan, baik kemunduran
maupun kemajuan ( puncak kejayaan ). Begitu pula kerajaan-kerajaan
islam di Indonesia yang mengalami pertumbuhan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan
dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan
lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima
di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
21