Oleh :
Kelompok 7
Dosen Pengampu :
H. Agus Mukmin, Lc.M.Hum
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( MPI )
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI ) AL- AZHAAR
LUBUK LINGGAU
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................. ...............3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................. ................................4
C. Tujuan Pembahasan Masalah.................................................................................4
D. Batasan Masalah ................................................................... ................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Penanggung Jawab Pendidikan Islam dalam Keluarga......... ...............................5
B. Penanggung Jawab Pendidikan Islam dalam Lembaga Pendidikan....................6
C. Penanggung Jawab Pendidikan Islam dalam Media Massa...................................8
D. Penanggung Jawab Pendidikan Islam dalam Pemerintahan..................................9
E. Penanggung Jawab Pendidikan Islam dalam Diri Sendiri..... ..............................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ ............................11
B. Saran...................................................................................... ..........................11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggung jawab pendidikan dalam islam adalah dengan dilaksanakannya kewajiban
mendidik .Pengertian mendidik atau pendidikan dalam pengertian yang umum adalah
menumbuhkan dan mengembangkan potensi jasmaniah dan rohaniyah anak didik atau
seseorang untuk mendapatkan nilai – nilai atau norma – norma tertentu.Kegiatan pendidikan
tersebut dapat berlangsung di dalam keluarga, sekolah , media massa, pemerintah dan diri
sendiri. Lembaga – lembaga tersebut yang ikut bertanggung jawab memberi pertolongan
kepada anak didik atau seseorang dalam perkembangan rohani dan jasmaniyah agar tercapai
tingkat kedewasaan dan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhuk Allah ,
makhluk sosial dan sebagai individu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tanggung jawab pendidikan islam dalam keluarga ?
2. Bagaimana tanggung jawab pendidikan islam dalam lembaga pendidikan?
3. Bagaimana tanggung jawab pendidikan islam dalam media massa ?
4. Bagaimana tanggung jawab pendidikan islam dalam pemerintah ?
5. Bagaimana tanggung jawab pendidikan islam dalam diri sendiri?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Menjelaskan tanggung jawab pendidikan islam dalam keluarga.
2. Menjelaskan tanggung jawab pendidikan islam dalam lembaga pendidikan.
3. Mendiskripsikan tanggung jawab pendidikan islam dalam media massa.
4. Menjelaskan tanggung jawab pendidikan islam dalam pemerintah.
5. Menjelaskan tanggung jawab pendidikan islam dalam diri sendiri.
D. Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang tanggung jawab pendidikan islam dalam keluarga,
lembaga pendidikan, media massa, pemerintah, dan diri sendiri
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tanggung jawab pendidikan islam yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus
dilaksanakan dalam rangka :
5
f. Pendidik dalam segi – segi emosional
2. Peranan Ayah terhadap Pendidikan Anak – Anak dalam Keluarga
Fungsi dan tanggung jawab seorang ayah terhadap pendidikan anak – anak sebagai
berikut :
a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga
b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
c. Pemberi rasa aman bagi seluruh anggaota keluarga
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar
e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
f. Pendidik dalam segi – segi rasional
Dalam tarikh Bukhari di sebutkan bahwa Nabi Muhammad saw pernah menerangkan :
)مانحل والدولده من ادب حسن (روه الترمذي
Tidak ada pemberian yang lebih baik dari ayah kepada anaknya selain budi pekerti yang
baik. (HR. al-Turmudzi) [3]
Ajaran islam memberikan tuntunan atau bimbingan dalam pendidikan keluarga muslim, yaitu
1. Sewaktu anak baru lahir hendaklah disuapi dengan sesuatu yang manis, karena Raslullah saw
pernah menyuapi anak yang baru lahir dengan kurma
2. Sewaktu lahir dibacakan adzan di dekat telinganya yang kanan dan iqamat di dekat
telinganya yang kiri
3. Memilih nama yang baik bagi anak
4. Menyembelih kambing untuk aqiqah pada hari yang ketujuh dari kelahiran bayi tersebut
5. Perlakuan yang baik dari orang tua terhadap anak-anaknya dengan sikap yang bijaksana
dalam mengasuh, menyuruh dan mendidik mereka sesuai dengan kemampuan
6. Perhatian, pemeliharaan dan pencurahan kasih sayang orang tua terhadap anak – anaknya
7. Perintah orang tua kepada anaknya – anaknya untuk mendirikan shalat ketika usia mereka
telah mencapai 7 tahun
8. Perhatian orang tua untuk mendidik dan mengajari anak – anak karena takut akan siksaan api
neraka
9. Membiasakan anak untuk minta izin kepada orang tua bila hendak masuk kamar dalam
waktu-waktu tertentu, sebelum shubuh, ketika membuka pakaian tengah hari, dan sesudah
shalat isya’, inilah tiga aurat bagimu ( Q.S. al-Nur : 58 )
10. Larangan bagi orang tua mengkutuki anak – anaknya
11. Menyebarkan rasa kasih sayang dan menciptakan, melaksanakan kerukunan antar sesama
saudara di dalam rumah [4]
6
Sekolah atau madrasah adalah adalah lembaga lembaga yang penting setelah keluarga.
Sekolah berfungsi untuk membantu keluarga menanamkan nilai – nilai pendidikan.[6]
Begitu tinggi nilai dan kewajiban yang diemban oleh seorang guru yang di bekali
dengan sifat-sifat kesucian dan kehormatan maka Imam Ghazali di dalam kitabnya
“Fathihatul Ulum” dan “Ihya Ulumuddin” menempatkan guru langsung sesudah kedudukan
para nabi, sebagaimana sabda Nabi saw :
ان مدادالعلماء لخيرمن دماء الشهداء
Tinta para ulama’ lebih baik dari darahnya para syuhada’
Penyair terkenal Ahmad Syauki melukiskan keutamaan seorang guru dalam syairnya :
قم للمعلم وفه التبجيال – كادالمعلم ان ينكون رسوال
Berdiri dan hormatilah guru serta berilah ia penghargaan, seorang guru itu hampir saja
merupakan seorang Rasul
Jadi, tugas dan tanggung jawab sekolah yang dikendalikan oleh kepala sekolah dan guru
bukanlah hanya menidik kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan lain sebagainya
tetapi lebih dari itu yakni menanamkan sikap yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Sifat-sifat kepribadian dan kewajiban guru adalah :
1. Taqwa kepada Allah swt
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Berilmu pengetahuan
4. Mencintai jabatannya sebagai guru
5. Berwibawa
6. Bersifat sabar dan ikhlas berkorban
7. Manusiawi dan bersifat pemaaf
8. Bersikap adil terhadap semua murid
9. Periang atau gembira
10. Dapat bekerja sama dengan orang lain dan masyarakat [7]
Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak
para orang tua. Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi guru
yang baik dan dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan le[adanya
hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmaniahnya, baik berakhlak,
bertanggung jawab dan berjiwa nasional.[8]
Menurut Syahinan Zaini , tanggung jawab sekolah ini ada dua macam yaitu :
a. Tanggung jawab yang dibebankan oleh karena pelimpahan sebagian tanggung jawab orang
tua kepada sekolah.
b. Tanggung jawab yang dibebankan oleh karena tanggung jawab guru sebagai seorang muslim
terhadap muslim lainnya. [9]
b) Pesantren
Pembangunan manusia, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau
masyarakat semata-mata, tetapi menjadi tanggung jawab semua komponen, termasuk dunia
pesantren. Pesantren yang telah memiliki nilai historis dalam membina dan mengembangkan
masyarakat.
Proses pengembangan dunia pesantren yang selain menjadi tanggung jawab internal
pesantren, juga harus didukung oleh perhatian yang serius dari proses pembangunan
pemerintah. Meningkatkan dan mengembangkan peran serta pesantren dalam proses
pembangunan merupakan langkah strategis dalam membangun masyarakat, daerah, bangsa,
7
dan negara. Terlebih, dalam kondisi yang tengah mengalami krisis (degradasi) moral.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai
moral, harus menjadi pelopor sekaligus inspirator pembangkit moral bangsa. Pesantren pada
umumnya bersifat mandiri, tidak tergantung kepada pemerintah atau kekuasaan yang ada.
Pendidikan pondok pesantren yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional
memiliki 3 unsur utama yaitu: 1) Kyai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para
santri; 2) Kurikulum pondok pesantren; dan 3) Sarana peribadatan dan pendidikan, seperti
masjid, rumah kyai, dan pondok, serta sebagian madrasah .Merujuk pada Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi dan keberadaan pesantren
sebenarnya memiliki tempat yang istimewa. Namun, kenyataan ini belum disadari oleh
mayoritas masyarakat muslim. Karena kelahiran Undang-undang ini masih amat belia dan
belum sebanding dengan usia perkembangan pesantren di Indonesia. [10]
8
Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat. (Q.S. Al-Hujurat:10)
Dari ayat tersebut amat jelas bahwa Islam menjunjung nilai persaudaraan, dimana ada
unsur saling mengingatkan, memberi contoh, agar tercipta lingkungan madani. Oleh karena
itu jelaslah bahwa Islam juga memandang bahwa sebuah masyarakat yang dijiwai nilai-nilai
Islam harus berperan dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan.[12]
Artinya : Hai oran-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul (Nya)dan ulil amri diantara
kamu.
Kadar manusia beriman diperoleh melalui pendidikan dan karena beriman mereka taat
kepada pemerintahan maka hal ini berarti tanggung jawab yang paling utama yang harus
ditangani oleh pemerintah ialah pendidikan Islam , sebab disinilah letak kunci hidup makmur
dan bahagia bagi seluruh rakyat.[14]
9
agama islam. Kalau dikaitkan dengan pendidikan , maka orang mukalaf berarti orang yang
sudah dewasa , sehingga sudah semestinya ia bertanggung jawab terhadap apa yang
dikerjakan termasuk apa yang harus ditinggalkan dan apa yang harus dikerjakan.
Petunjuk tentang itu banyak sekali dijumpai dalam AlQur’an yang berbunyi :
قواانفسكم واههليكم نارا
Artinya : Jagalah dirimu dan ahlimu dari api neraka.
وال تقف ما ليس لك به علم ان السمع والبصروالفؤادكل اولئك عنه مسىؤال
Artinya : Dan janganlah kamu turut apa apa yang tidak kamu ketahui, karena sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan fu’ad masing-masing akan dimintai pertanggung jawaban.
فسئلوااهل الذكر ان كنتم التعلمون
Artinya : Maka hendaklah kamu bertanya kepada orang-orang yang mengerti jika kamu tidak
tahu.
Dengan ditegaskan tanggung jawab diri sendiri ini tercegah adanya perlemparan
tanggung jawab kepada pihak – pihak lain lebih dari itu, penegasan itu juga mendorong setiap
individu untuk mengembangkan fitrah dan potensi atau sumber daya insaninya menuju
kesempurnaan. [15]
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak anak mereka,karena merekalah
anak mula – mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk tanggung jawab pertama
dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
2. Penanggung jawab pendidikan islam dalam lembaga pendidikan :
a. Sekolah
Sekolah adalah adalah lembaga lembaga yang penting setelah keluarga. Sekolah berfungsi
untuk membantu keluarga menanamkan nilai – nilai pendidikan.
b. Pesantren
Pembangunan manusia, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau masyarakat
semata-mata, tetapi menjadi tanggung jawab semua komponen, termasuk dunia pesantren.
3. Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan adalah bagaimana masing – masing
anggota masyarakat ikut menciptakan suatu sistem pendidikan dalam masyarakat sehingga
mendorong masing – masing anggota masyarakat untuk mendidik dirinya sendiri agar
bersedia mendidik anggota masyarakat lainya.
4. Tanggung jawab utama dari pemerintah terhadap pendidikan adalah menangani pendidikan
yang islami .
5. Dengan menggunakan qa’idah fiqih orang islam dewasa dan berakal sehat disebut mukalaf ,
ia dibebani syariat . Sehubungan dengan itu apabila manusia telah mencapai tingkat
mukallaf , maka ia bertanggung jawab sendiri dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran
agama islam.
A. Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi
pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan
pembaca
11
DAFTAR PUSTAKA
12