Anda di halaman 1dari 13

Dasar-dasar pendidikan Islam

Makalah

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah dasar-dasar pendidikan Islam

Disusun oleh:

Irsalil Siddiq

Siti rifqah

Dosen pembimbing

Mujiburahman

Prodi managemen pendidikan Islam

Fakultas tarbiyah dan keguruan

Universitas Islam negeri Ar-Raniry 2019


Daftar isi

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan perumusan masalah

Bab II pembahasan

A. Tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan


B. Tanggung jawab guru terhadap pendidikan
C. Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan
D. Tanggung jawab pemerintah terhadap pendidikan

Bab III penutup

A. Kesimpulan
B. saran

Daftar pustaka

Kata pengantar
Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Taufik dan rahmatnya
serta nikmat sehat dan kesempatan sehingga penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Dasar-dasar pendidikan Islam ini dapat terselesaikan sesuai harapan.

Shalawat beriringan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam Baginda Nabi besar
Muhammad Saw, dan semoga kita senantiasa berpegang teguh pada Sunnah nya.

Dalam penyusunan makalah ini tentu masalah dan hambatan selalu mengiringi namun atas
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, teman-teman, kerabat terdekat yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu Alhamdulillah akhirnya segala masalah dan hambatan dapat teratasi.

Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan
tentang dasar-dasar pendidikan Islam secara mendalam.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, dan tidak lupa juga kami mohon
maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan baik dalam penyusunan
kosa kata maupun isi dari keseluruhan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk kebaikan kedepannya.

Banda Aceh, 1 November 2019

Penyusun

Bab I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Soal pertumbuhan pendidikan nasional yang mengalami akselerasi terutama pada dekade
1990-an, Indonesia perlu berbangga. Laporan studi Missi Bank Dunia (World Bank
Report) dalam pelaksanaan Education for All (Pendidikan Bagi Semua), terutama
menyangkut Pemberantasan Buta Aksara dan Universalisasi Sekolah Dasar menyebutkan
bahwa Indonesia termasuk satu di antara 30 negara dari 150 negara berkembang yang
dipandang telah berhasil mencapai sasaran pelaksanaan program Universalisasi Sekolah
Dasar dengan capaian 95 % anak usia 7-12 tahun bersekolah (Bank Dunia, 1996).
Keberhasilan itulah yang mendorong pemerintah mencanangkan perpanjangan waktu
belajar, dari 6 tahun sekolah dasar menjadi 9 tahun pendidikan dasar (Wajar 9 tahun)
yang meliputi 6 tahun Sekolah Dasar (SD) dan 3 tahun Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP). Namun pendidikan bukan soal pertumbuhan, pemerataan dan akselerasi
semata. Mutu hasil belajar dan efisiensi pelaksanaan pendidikan nasional hingga kini
belum menunjukkan tingkat percapaian yang menggembirakan. Masih rendahnya mutu
hasil belajar, tingginya tingkat drop out di SD dan SLTP, kesenjangan antara sekolah dan
realitas dunia kerja, dan kurikulum yang sentralistik dan “serba sama” dari Jakarta hingga
Papua merupakan contoh bahwa pendidikan nasional belum mendapat perhatian serius.
Ditambah lagi dengan model pengajaran selama ini yang konservatif dan verbalistik di
mana anak-anak hanya disuapi dengan seperangkat informasi dari otak ke otak (transfer
of head) tanpa membangun karakter (character building) yang bersendikan nilai-nilai
agama, budaya dan susila.Secara para ahli memberikan definisi tentang pendidikan yang
pada substansinya menurut terwujudnya program berjenjang, gradual dan terarah melalui
peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran yang membawa peserta didik dari suatu
perkembangan ke perkembangan lainnya.
Pendidikan akan berjalan dengan baik jika para penanggungjawab pendidikan
melaksanakan dan memahami status, peran dan fungsinya dalam dunia pendidikan.
Penanggungjawab pendidikan memiliki peran utama dalam melangsungkan proses
pembelajaran, baik di sektor formal, informal maupun nonformal.Siapa saja yang
termasuk dalam penanggungjawab pendidikan?
B. Rumusan Masalah
a) Siapa saja yang bertanggung jawab atas pendidikan
b) Apa saja peran mereka dalam tanggung jawab pendidikan
c) Apa saja fungsi mereka dalam tanggung jawab pendidikan

C. Tujuan perumusan masalah


a) Untuk mengetahui siapa saja yang bertanggung jawab atas pendidikan
b) Untuk mengetahui peran para petanggung jawab pendidikan
c) Untuk mengetahui pentingnya tanggung jawab dalam pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggungjawab Keluarga Terhadap Pendidikan

Keluarga adalah tempat titik tolak perkembangan anak. Peran keluarga sangat dominan
untuk menjadikan anak yang cerdas, sehat, dan memiliki penyesuaian social yang baik. Keluarga
merupakan salah satu factor penentu utama dalam perkembangan kepribadian anak, di samping
faktor-faktor yang lain. Dikutip oleh Lazarus, Freud mengatakan bahwa pengaruh lingkungan
keluarga terhadap perkembangan anak merupakan titik tolak perkembangan kemampuan atau
ketidakmampuan penyesuaian social anak. Menurutnya pula, periode ini sangat menentukan dan
tidak dapat diabaikan oleh keluarga. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat esensial dalam
kehidupan manusia untuk membentuk insan yang dapat memecahkan permasalahannya dalam
kehidupannya. William J. Goode (1995) mengemukakan bahwa keberhasilan atau prestasi yang
dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperhatikan mutu dari institusi
pendidikan saja, tetapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam memberikan anak-anak
mareka persiapan yang baik untuk pendidikan yang dijalani. Keluarga adalah institusi social
yang ada dalam setiap masyarakat oleh karena itu, keluarga menjadi institisi yang terkuat yang
dimiliki oleh masyarakat manusia karena melalui keluargalah seseorang memperoleh
kemanusiaannya.

Pendidikan dalam keluarga juga disebut sebagai lembaga pendidikan informal.


Dijelaskan dalam pasal 27 bahwa kegiatan penddikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pendidik dalam pendidikan informal ada
dibawah tanggungjawab oaring tua. Orang tua merupakan pendiddik pertama dan utama bagi
anak-Anak mareka, karena dari marekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan
demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Keluarga sebagai
lingkungan pendidikan yang pertama sangat berpengaruh dalam membentuk pola kepribadian
anak. Didalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Pendidikan
keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama dan kepercayaan, nilai-nilai
moral, norma social dan pandangan hidup yang diperlukan anak.

Allah SWT. telah memerintahkan kepada setiap orang tua untuk mendidik anak-anak
mareka, dan bertanggungjawab dalam didikannya, sebagai firman-Nya: “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mareka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan (Q.S Al-Tahrim[66]:6).

Sekali lagi diuraikan bahwa keberhasilan anak menjadi manusia yang manusiawi
tergantung dari seberapa banyak pengetahuan pendidikan dan ketekunan orang tua membimbing
mareka. Seberapa banyakkah keyakinan (nilai-nila agama) yang telah ditanamkan pada anak-
anaknya. Oleh karena itu, setiap orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup. Minimal
untuk dapat mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia yang berakhlak baik, berilmu, dan
memiliki keterampilan (life skills) untuk dapat bertahan hidup. Jika orang tua memiliki
pengetahuan yang memadai untuk mendidik anak-anaknya tentu akan terbentuk anak yang
beriman dan bertaqwa, berakhlak baik, mandiri, dan bertanggungjawab. Namun jika sebaliknya,
maka orang tua sebagai pendidik akan gagal dalam membenuk anak menjadi manusia yang
berhasil. Anak akan tumbuh menjadi manusia yang tidak berakhlak, mengandalkan segala
kebutuhan hidupnya pada orang tua, serta kurang bertanggungjawab baik terhadap diri sendiri
maupun lingkungannya. Jelaslah bahwa tujuan hakiki pendidikan dalam keluarga adalah agar
setiap anggota mampu meraih kebahagiaan du/nia dan akhirat.1

B. Tanggungjawab Guru Terhadap Pendidikan

Guru sekolah yang tugas atau pekerjaannya selain mengajar adalah memberikan macam-
macam ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak dan juga mendidik. Banyak
diantara para guru yang merasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah rendah dan hina jika
dibandingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja disuatu PT, umpamanya. Hal ini mungsin
disebabkan pandangan masyarakat terhadap guru masih sempit dan picik. Suatu pandangan yang
umumnya bersifat materialistis, hanya bertendens kepada keduniawian belaka pandangan seperti
itu adalah pandangan yang salah. Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia,
baik ditinjau dari sudut masyarakat dan Negara maupun ditinjau dari suduk keagamaan. Guru
sebagai pendidik adalah seseorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara. Tinggi
atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu
masyarakat dan Negara, sebagian besar bergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang
diberikan oleh guru-guru.

Makin tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang
diterima anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus
berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu. Guru hendaklah berusaha
menjalankan tugas kewajiban sebaik-baiknya sehingga dengan demikian masyarakat menginsapi
dengan sunguh-sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru.2

C. Tanggungjawab Mayarakat Terhadap Pendidikan

1
Helmawati, Pendidikan Keluarga, 2014, PT. Remaja Rosdakarya, hal 50-52
2
Fristiana Irianan, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, 2016, hal 293-295
Masyarakat bila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat
tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan . setiap
anggota masyarakat secara tidak langsung telah mengadakan kerjasama dan saling
mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Bila dilihat dari konsep
pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri
mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Dilihat dari
lingkungan pendidikan., Masyarakat disebut lingkungan non formal yang memberikan
pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggota nya tetapi tidak sistematis.
Secara fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang pluralistik (majemuk) itu dan
mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para
anggota nya yaitu kesejahteraan mental spiritual dan fisikal atau kesejahteraan lahir batin yang
dalam GBHN disebut Masyarakat adil dan makmur di bawah lindungan Allah SWT. Secara
fungsional struktural, masyarakat ikut mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya,
melalui berbagai pengalaman yang berulang kali. Mengingat pengalaman yang beraneka ragam
pula.

Kalau di lembaga pendidikan pendidikannya adalah guru maka timbul pertanyaan, siapakah
pendidik dalam masyarakat? Pendidik dalam masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab terhadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi lanjutan yang diletakkan dasar-dasar
oleh keluarga dan juga oleh sekolah sebelum mereka masuk ke dalam masyarakat. Melalui
sosialisasi lanjutan ini, maka kedewasaan pasial para anggotanya (rasa tanggung jawab terhadap
kepentingan orang banyak) akan terbentuk. Dengan demikian yang bersangkutan akan
melaksanakan fungsinya sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab kepada diri
sendiri dan kepada orang banyak. Pendidikan dalam masyarakat ini tidak saja terbatas kepada
yang muda akan tetapi yang tua pun perlu seperti pemberantasan buta aksara bagi orang tua
melalui kejar paket A dan B. Kepada masyarakat juga diadakan Penataran P-4 (pedoman
penghayatan dan pengamalan Pancasila) sebagaimana yang diamanatkan oleh Tap MPR
No.2/MPR /1978³. Penataran dengan berbagai jalur ini termasuk ke dalam tanggung jawab
pemimpin bangsa untuk menanamkan nilai-nilai luhur serta kultural bangsa, Karena Indonesia
pernah kecolongan yaitu peristiwa G-30-S/PKI yang telah menggoyangkan sendi-sendi persatuan
bangsa. Selain pembinaan masyarakat melalui pelestarian nilai-nilai luhur Pancasila, tidak kalah
pentingnya adalah pembinaan masyarakat melalui pendidikan keluarga berencana, sehingga
dewasa ini tampaknya telah dapat memberikan hasil yang menggembirakan.

Kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh pemimpin tidak resmi dalam
masyarakat Indonesia adalah pendidikan agama (Islam) dalam masyarakat adalah seperti ramah
agama melalui kuliah subuh, dengan menggunakan berbagai macam media (cetak, elektronik),
mesjid, majelis taklim dan pengajian keluarga. Kegiatan kuliah subuh dan ceramah ini
tampaknya hampir merata pelaksanaannya di seluruh Indonesia. Pendidikan agama dalam
masyarakat tampaknya mulai subur terbukti dengan banyaknya jemaah yang hadir pada waktu-
waktu shalat di masjid, begitu pula pada bulan Ramadhan selain pada bulan-bulan biasa.
Kenyataan sosial keagamaan ini merupakan hal yang menggembirakan, dan berarti tanggung
jawab pemimpin agama dalam masyarakat memang besar.

D. Tanggungjawab Pemerintah Terhadap Pendidikan

Pemerintah merupakan penanggungjawab pendidikan atas dasar pertimbangan;


1) Pancasila yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2) Bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara R.I than 1945 mengamanatkan agar
pemerintah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3) Bahwa UUD 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan undang-undang.
4) Undang-Undang R.I Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional(SISDIKNAS)
yang berisi ketentuan dan ketetapan serta kebijakan pemerintah yang mengatur seluruh sistem
dan komponen pendidikan yang paling terkait dan terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
(Peraturan Pemerintah RI No. 20, 2003:1-3).

Atas dasar pertimbangan di atas, sebagai penanggungjawab pendidikan, maka pemerintah


berkewajiban;
1. Menyediakan Infrastruktur Pendidikan yang meliputi;
a. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
b. Penyediaan tenaga pendidik
c. Pengalokasian dana yang sesuai dengan kebutuhan
2. Melakukan Standarisasi Nasional terhadap pendidikan yang meliputi:

a. Proses

b. Kompetensi Lulusan
c. Tenaga Kependidikan

d. Evaluasi Pendidikan
e. Kurikulum Dasar
3. Membuat Peraturan Perundang-undangan yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal maupun
nasional, juga perbahan zaman, sebagai payung hukum berjalannya proses pendidikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasaan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat
bangsa dan negara. Ide tersebut di atas hanya akan terlaksana jika pendidikan benar-benar
dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang diamanatkan untuk mengembankan
pendidikan tersebut antara lain; orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah. Kaitannya
dengan tanggung jawab pendidikan, maka orang tua harus bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan di rumah tangga, tenaga pendidik bertanggung jawab atas
berlangsungnya pendidikan di sekolah/universitas Masyarakat bertanggung jawab dalam
berlangsung nya pendidikan non formal dan merintah bertanggung jawab atas
terlaksanakannya proses pendidikan secara nasional.

B. Saran

Dalam penulisan dalam penulisan makalah ini, penyusun dari masih terlalu banyak
kesalahan yang penyusun lakukan dalam penyusunan makalah ini, dan materi yang tersajikan
pun belum lengkap, hal ini disebabkan karena keterbatasan referensi yang penyusun dapatkan.
Untuk itu harapan penyusun semoga di tahun berikutnya referensi yang didapatkan tentang
materi ini semakin banyak sehingga makalah tentang materi ini semakin lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai