Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HOMESCHOOLING
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang terstruktur pada mata kuliah
Kapita Selekta Pendidikan Islam

Disusun Oleh:
Kelompok 11
PAI 5 F

Fratiwi maulia putri : 2121217


Aulia rahmadani : 2121222

Dosen Pengampu:
Ade Febrianti

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kepada Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dan maha
menentukan setiap detail takdir sekaligus mengantarkan segala hikmah dibaliknya.
Semata-mata demi kebaikan dan keadilan hamba-hamba-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan lancar.
Sholawat dan salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,
manusia terbaik sepanjang zaman, sang Khotamal Anbiya, beserta keluarga,
sahabat dan seluruh umat manusia senantiasa istiqomah menapaki risalahnya yang
paripurna hingga akhir zaman.
Bersyukurlah, sepahit apapun kondisi kami, masih selalu diberikan
kesempatan dan Kesehatan untuk mengerjakan dan menyelesaikan penulisan
makalah yang sederhana ini. Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
didalamnya. Untuk itu kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik
dan saran supaya makalah ini lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan pada makalah
ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Besar harapan kami agar makalah ini dapat
bermanfaat memberikan informasi, gambaran dan dapat berguna bagi pembelajaran
di dunia dan dalam agama. Aamin yaa Allah.

Bukittinggi, 14 september 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Homeschooling ............................................................. 3
2. Latar Belakang Pendidikan Homeschooling ........................................ 4
3. Homeschooling Di Indonesia ............................................................... 5
4. Peluang dan Tantangan ........................................................................ 7
5. Pendidikan Alternatif dan Perubahan Sosial ........................................ 9
6. Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Pendidikan Islam ......... 10

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan .......................................................................................... 13
2. Saran..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dan cara berpikir manusia Saat ini
menyebabkan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami
kemajuan yang sungguh pesat sekali. Maka dari itu suatu bangsa tidak akan
bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia
warganya. Kualitas hidup warga Negara salah satunya di bangsa kita
(Indonesia) sebagai Negara berkembang maka dapat meningkat jika
ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem
pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan
produktif.
Salah satu bentuk pendidikan yang berkembang saat ini adalah
homeshooling. Homeschooling merupakan model pendidikan alternative
yang fenomenal yang ramai diperbincangkan oleh kalangan masyarakat,
orang tua, dan praktisi pendidikan, diantaranya berkaitan dengan sosialisasi
anak jika belajar di rumah, peran orang tua akan bisa secara total dalam
mengawasi dan mendampingi anak, baik dalam cara belajarnya, materi
pelajaran, proses evaluasinya.
Homeschooling berkembang di Indonesia terjadi akibat dari rasa
ketidakpercayaan terhadap sekolah formal karena kurikulum terus berubah
(ganti menteri ganti kurikulum) dan dirasakan memberatkan peserta didik,
terdapat pula anggapan anak sebagai objek bukan subjek, memasung
kreatifitas dan kecerdasan anak, baik segi emosional, moral, maupun
spiritual. Bila ditelaah lebih jauh banyak faktor yang dapat mempengaruhi
beralihnya anak-anak dari sistem sekolah formal ke homeschooling,
diantaranya yang tidak kalah pentingnya adalah kekhawatiran orang tua
terhadap anak- anak dari lingkungan luar yang negatif serta adanya
ketidakpuasan orang tua terhadap sistem sekolah formal.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar homeschooling?
2. Bagaimanakah latar belakang pendidikan homeshooling?
3. Bagaimanakah homeschooling di indonesia?
4. Bagaimanakah tantangan dan peluang homeshooling?
5. Bagaimanakah pendidikan alternatif dan perubahan sosial?
6. Bagaimanakah pendidikan anak dalam keluarga perspektif pendidikan
islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar homeschooling
2. Untuk mengetahui latar belakang pendidikan homeschooling
3. Untuk mengetahui homeschooling di indonesia
4. Untuk mengetahui tantangan dan peluang homeschooling
5. Untuk mengetahui pendidikan alternatif dan perubahan sosial
6. Untuk mengetahui pendidikan anak dalam keluarga perspektif
pendidikan islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Homeschooling


Homeschooling merupakan sebuah pendidikan atau pembelajaran
yang diselenggarakan dirumah, kini sedang ramai dibicarakan orang.
Sejumlah media massa, elektronik maupun cetak, juga ikut mempopulerkan
sistem pendidikan alternatif yang bertumpu pada suasana keluarga ini.
Persekolahan di rumah ini semakin menjadi perhatian dalam dua tahun
terakhir, antara lain sejak begitu banyaknya orang tua merasakan suasana
pembelajaran terbaik bagi anak. Akhirnya banyak anak yang stress dan
kehilangan kreativitas alamiahnya.
Secara etimologis homeschooling adalah sekolah yang diadakan di
rumah, namun secara hakiki adalah sebuah sekolah alternatif yang
menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan at home.
Dengan pendekatan ini anak merasa nyaman, mereka belajar sesuai dengan
keinginan dan gaya belajar masing-masing; kapan saja dan di mana saja,
sebagaimana berada di rumah sendiri.
Di Homeschooling anak tidak terus-menerus belajar di rumah,
namun bisa di mana saja dan kapan saja asalkan kondisinya betul-betul
menyenangkan dan nyaman seperti suasana di rumah. Maka, jam belajarnya
pun sangat lentur, yaitu dari mulai bangun tidur sampai berangkat tidur
kembali. Di banyak negara maju, konsep persekolahan di rumah ini sudah
mulai dikembangkan. Di Amerika Serikat misalnya, sudah banyak disusun
kurikulum untuk persekolahan di rumah agar sistem pendidikannya
memiliki konsep dan visi yang jelas.1

1
Zaitun Dan Ilmiati, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Pekanbaru: Benteng Media, 2014),
Hal. 12-13

3
B. Latar Belakang Homeschooling
Sebagai salah satu aspek strategis dalam mengembangkan Sumber
Daya Manusia (SDM), pendidikan menjadi bagian terpenting dalam
mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya
berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar. Berdasarkan Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 13 ayat (1) dijelaskan bahwa
“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal”.
Jalur pendidikan formal sebagai jalur pendidikan yang
diselenggarakan mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai
pendidikan tinggi. Jalur pendidikan nonformal sebagai jalur pendidikan
yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang di luar pendidikan
formal yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap
pendidikan formal dalam mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Sedangkan jalur pendidikan informal yakni jalur pendidikan yang
dilaksanakan di dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.
Pendidikan formal sebagai lembaga pendidikan yang familiar di
tengah-tengah masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang dipercayai
sebagai wadah pengembangan potensi peserta didik. Namun, faktanya
lembaga pendidikan formal mengalami banyak persoalan. Sebagai upaya
dalam mendukung dan mengganti pendidikan formal, homeschooling
menjadi alternatif pendidikan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan
anak. Alasan orang tua memilih homeschooling bagi anaknya tidak terlepas
dari kekhawatiran mereka untuk menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya
pada lembaga pendidikan formal.
Proses pembelajaran pada homeschooling dapat memanfaatkan
fasilitas yang ada di dunia nyata, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas
umum, dan fasilitas sosial. Internet dan teknologi yang berkembang pada
saat ini juga dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pembelajaran.
Homeschooling atau sekolah rumah yaitu suatu bentuk pendidikan yang
dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan rumah sebagai basis

4
pendidikannya. Keberadaan sekolah rumah diharapan dapat
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tingkat kecerdasan,
kebutuhan dan bakat yang dimiliki.
Faktor pendukung pelaksanaan homeschooling sehingga mengalami
perkembangan cukup pesat adalah dukungan dari perkembangan teknologi
dan informasi. Mulai dari homeschooler dapat mengeksplorasi materi
pembelajaran yang berkualitas dari literature, jurnal, dan forum-forum
diskusi ilmiah sangat mudah didapatkan dan dapat dilakukan oleh
homeschooler sendiri. Sehingga perkembangan teknologi ini dapat
memberikan warna atau wajah baru dalam sistem pendidikan dunia yakni
pendidikan berbasis teknologi dan informasi. Dengan demikian,
pelaksanaan homeschooling selain sebagai pendidikan alternatif, tetapi juga
sebagai wajah sistem pendidikan baru di era revolusi industri 4.0.2

C. Homeschooling Di Indonesia
Homeschooling berkembang di indonesia terjadi akibat dari rasa
ketidakpercayaan terhadap sekolah formal karena kurikulum yang terus
berganti dan dirasa memberatkan peserta didik. Bila ditelaah lebih jauh
banyak faktor yang dapat mempengaruhi beralihnya anak-anak dari sistem
sekolah formal ke homeschooling, diantaranya yang tidak kalah pentingnya
adalah kekhawatiran orang tua terhadap anak-anak dari lingkungan luar
yang negatif serta adanya ketidakpuasan orang tua terhadap sistem sekolah
formal.3
Homeschooling bukanlah sesuatu yang baru di dunia
pendidikanIndonesia. Sesungguhnya bangsa Indonesia sudah lama
mengenali Homeschooling. Sebelum sistem pendidikan Belanda hadir di
bumi tercinta ini, Homeschooling sudah berkembang di Indonesia. Pondok

2
Puji Yanti Fauziah, dkk, Homeschooling Implementasi Model Sekolah Rumah,
(Yogyakarta: Pena Persada, 2020), Hal. 1-8
3
Lutfi Ariefianto, Homeschooling: Persepsi, Latar Belakang dan Problematikanya (Studi
Kasus Pada Peserta Didik Di Homeschooling Kabupaten Jember), Jurnal Edukasi, Vol. 4, No. 2,
2017, Hal. 22

5
pesantren misalnya, banyak para ulama dan guru secara khusus mengajar
anak-anaknya di rumah. Begitu pula para cendikiawan dan bangsawan
zaman dahulu, mereka suka mendidik anak-anaknya secara mandiri di
rumah atau tempat terbuka, dibandingkan menyekolahkan anaknya di
sekoah formal. Homeschooling tidak mempunyai batasan tempat karena
proses belajar itu boleh terjadi di mana saja, baik dalam ruang fisik maupun
ruang dunia maya.
Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara
tepat karena belum ada kajian khusus tentang akar perkembangannya.
Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia.
Namun jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang
tidak berlangsung seperti di sekolah formal atau belajarbersama orang tua,
maka Homeschooling bukanlah merupakan perkara baru. Tidak kurang para
tokoh besar seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka
juga mengembangkan cara belajar dengan sistem homeschooling, bukan
sekadar agar lulus ujian kemudian memperoleh Ijazah, namun agar lebih
mencintai dan mengembangkan ilmu itu sendiri.
Secara umum, fenomena berkembangnya homeschooling di
Indonesia saat ini dapat dikategorikan menjadi tiga konteks, yaitu:
1. Fenomena homeschooling tumbuh dalam kalangan masyarakat
kelompok menengah dan ke atas yang memahami falsafah pendidikan
dalam konteks pencerahan dan pembebasan. Keluarga seperti ini
memilih homeschooling sebagai jawaban atas kesulitan membebaskan
sekolah formal dari praktik pengekangan terhadap hak tumbuh kembang
anak secara wajar. Di samping itu, komunitas seperti ini sangat
memahami prinsip multi kecerdasan, tanpa terjebak aspek akademik
semata.
2. Homeschooling tumbuh dalam konteks lingkungan keluarga miskin
yang kesulitan untuk membiayai pendidikan formal yang cukup mahal.
Dalam konteks ini, fenomena berkembangnya homeschooling tidak
didasarkan pada pemahaman yang mendalam terhadap falsafah

6
pendidikan dalam konteks pencerahan dan membebaskan. Sebaliknya ia
berdasarkan ketidakberdayaan dalam ekonomi untuk mendapat
pendidikan formal yang elit.
3. Fenomena persekolahan di rumah tumbuh dalam konteks lingkungan
keluarga yang anaknya mempunyai banyak aktivitas atau pekerjaan
yang berbeda dengan pelajaran yang dijadwalkan oleh sekolah-sekolah
formal. Homeschooling dalam konteks ini biasanya terjadi pada
keluarga yang anaknya menjadi artis, atlet, penyanyi dan lain-lain yang
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan aktivitasnya dengan jam
belajar di sekolah formal.
Terdapat beberapa model pelaksanaan kegiatan pembelajaran
homeschooling di Indonesia antaranya sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang tua di rumah
atau alam sekitar.
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang tua dan tutor
di rumah dan di dalam komunitas. Biasanya aktivitas di komunitas
dilaksanakan dua kali dalam seminggu.
3. Pelaksanaan kegiatan menggunakan sistem campuran yaitu tiga hari di
sekolah formal yang mendukung homeschooling seperti di Morning Star
Academy dan selebihnya di rumah dan alam sekitar oleh orang tua.
4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran bergabung dengan PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan bertemu sekurang-kurangnya
lima kali seminggu, selebihnya mandiri dan bersama orang tua.4

D. Peluang dan Tantangan Homeschooling


1. Peluang Homeschooling
Homeschooling menjadi sebuah pendidikan alternatif bagi sebagian
orang yang memiliki kendala dalam sekolah formal. Ada beberapa

4
Zul Afiat, Homeschooling: Pendidikan Alternatif Di Indonesia, Jurnal Visipena, Vol. 10,
No. 1, 2019, Hal. 55-58

7
peluang atau kelebihan homeschooling hingga dapat menjadi pillihan
dalam penyelenggaraan pendidikan, antara lain:
a. Proses belajar mengajar akan dapat menciptakan suasana lebih
menyenangkan serta lebih kreatif dan mandiri.
b. Fleksibel yaitu pelaksanaannya dapat di manapun.
c. Materi pembejaran yang dikaji lebih aplikatif dalam kehidupan
nyata sehingga memberikan bekal yang lebih berkualitas bagi
kesuksesan anak di kehidupan bermasyarakat.
d. Menjadikan anak mandiri karena fungsi guru atau tutor hanya
sebagai pendamping ketika anak mengalami kesulitan.
e. Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan
perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat,
menolak atau menyepakati nilai-nilai tertentu tanpa merasa takut
mendapat celaaan dari teman atau nilai kurang.
f. Dapat memaksimalkan potensi anak secara dini tanpa harus
mengikuti standar waktu yang biasa ditetapkan di sekolah umum,
misalnya yang berprofesi sebagai atlet atau seniman artis.
2. Tantangan Homeschooling
Homeschooling juga memiliki beberapa tantangan atau kelemahan
antara lain:
a. Anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan
teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan
pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
b. Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan-
kenyataan yang kurang menyenangkan di masa depan sehingga
dapat berpengaruh pada perkembangan individu.
c. Tidak melatih semangat berkompetisi.
d. Pergaulan terbatas.

8
e. Team-work lemah karena terbiasa belajar sendiri, sangat besar
kemungkinan untuk membuat anak tidak terbiasa bekerja sama,
tidak dapat bekerja secara team-work.5

E. Pendidikan Alternatif dan Perubahan Sosial


1. Pendidikan Alternatif
Pendidikan alternatif dengan model sekolah rumah atau
homeschooling tidak hanya menumbuhkan keinginan belajar secara
fleksibel pada anak, namun juga mampu menumbuhkan karakter moral
pada anak. Pasalnya dengan menyerahkan proses belajar sebagai hak
anak untuk mendapatkan pendidikan akan mendorong anak untuk
belajar berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap segala kegiatan
belajar yang telah dilakukannya. Sistem ini terlebih dahulu berkembang
di amerika serikat dan beberapa negara lainnya didunia.
Belakangan ini banyak orang tua yang tidak puas dengan hasil
belajar formal sehinggs menjadikan homeschooling sebagai alternatif
proses belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di
indonesia. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor,
bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial. Selain itu,
perhatian secara personal pada anak kurang diperhatikan.6
2. Perubahan Sosial
Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan
yang semakin berat, terutama untuk mempersiapkan anak agar mampu
menghadapi berbagai dinamika perubahan yang berkembang pesat.
Perubahan yang terjadi bukan saja berkaitan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga menyentuh perubahan dan
pergeseran aspek nilai moral yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Beberapa contoh penyimpangan perilaku amoral saat ini

5
Julhadi, dkk, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif, Tarbiyatul-Aulad Jurnal
Ilmiah Pendidikan Anak, Vol. 8, No. 1, 2022, Hal. 115-116
6
Faizul, dkk, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif, Mau’izhah, Vol. 12, No. 1,
2022, Hal.37

9
diantaranya adalah maraknya tawuran antar pelajar, perampokan,
pembunuhan disertai mutilasi, korupsi, dan isu-isu moralitas yang
terjadi di kalangan remaja, seperti penggunaan narkotika, pemerkosaan,
dan pornografi dipandang sudah sangat merugikan serta akan berujung
pada keterpurukan bangsa. Pentingnya penerapan pendidikan karakter
di setiap institusi pendidikan bertujuan untuk membentengi siswa dari
krisis multidimensi pada zaman globalisasi ini.
Selama ini pendidikan yang dikembangkan lebih menekankan pada
aspek kognitif saja, kurang memperhatikan sisi afektif dan psikomotorik
anak. Pelajaran agama seringkali dimaknai secara dangkal dan tekstual,
nilai-nilai agama yang ada hanya dihafal dan tidak diamalkan, padahal
nilai-nilai religiusitas tidak hanya tampak ketika seseorang melakukan
praktek ritual peribadatan saja, seperti shalat, berdo’a, puasa, zakat dan
haji. Namun nilai religiusitas nampak pada semua aktifitas keseharian
seseorang yang mencerminkan unsur aqidah, ibadah dan akhlak.
Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan
bermutu, tertanamnya nilai-nilai iman dan moral, serta terciptanya
suasana belajar anak yang menyenangkan. Kerap kali hal-hal tersebut
tidak ditemukan para orangtua di sekolah umum, maka muncul ide
orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya di rumah, yang disebut
homeschooling atau dikenal juga dengan istilah sekolah mandiri, home
education, atau home based learning.7

F. Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif Pendidikan Islam


Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan ialah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan
tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan anggota
keluarga lainnya. Dalam konsepsi Islam keluarga adalah penanggung jawab
utama terpeliharanya fitrah anak. Dengan demikian penyimpangan-

7
Zahrul Wardati, Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Sosial Anak Pada Habib
Alby Homeschooling, Dayah: Journal Of Islamic Education, Vol. 2, No. 2, 2019, Hal. 262-262

10
penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak lebih disebabkan oleh
ketidakwaspadaan orangtua atau pendidik terhadap perkembangan anak.8
Pendidikan anak menurut pandangan Islam yang harus dilakukan
dalam keluarga adalah dengan menggunakan beberapa pola pendidikan.
Pola atau dapat disebut juga sebagai metode merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan nilai-nilai atau materi
pendidikan pada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri
sebagai salah satu komponen penting dalam proses pendidikan. Pola atau
metode dituntut untuk selalu dinamis sesuai dengan dinamika dan
perkembangan peradaban manusia.
Dalam pelaksanaan pendidikan agama dalam keluarga dapat
menggunakan pola atau metode pendidikan Qurani. Adapun pendidikan
Qurani yang dapat dilakukan dalam pendidikan agama dalam keluarga
diantaranya sebagai berikut:
1. Pendidikan Keteladanan, yaitu suatu pola atau metode pendidikan
dengan cara memberikan contoh yang baik kepada anak didik, baik
dalam ucapan maupun perbuatan.
2. Pendidikan dengan adat kebiasaan, karena setiap manusia yang
dilahirkan membawa potensi, salah satunya berupa potensi beragama.
Potensi beragama ini dapat terbentuk pada diri anak melalui 2 faktor,
yaitu faktor pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan
lingkungan yang baik.
3. Pendidikan dengan nasihat, yaitu Pemberi nasihat seharusnya orang
yang berwibawa di mata anak. Pemberi nasihat dalam keluarga tentunya
orang tuanya sendiri selaku pendidik bagi anak. Anak akan
mendengarkan nasihat tersebut, apabila pemberi nasihat juga bisa
memberi keteladanan. Sebab nasihat saja tidak cukup bila tidak diikuti
dengan keteladanan yang baik.

8
Abd Hamid, Pendidikan Anak dalam Keluarga Ditinjau Dari Perspektif Pendidikan Islam,
Aktualita: Jurnal Penelitian Sosial dan Keagamaan, Vol. 11, Edisi II, 2021, Hal.40-41

11
4. Pendidikan dengan perhatian, yaitu Mencurahkan, memperhatikan dan
senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan
moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang
situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.
5. Pendidikan dengan memberikan hukuman, merupakan jalan terakhir
yang ditempuh oleh pendidik, apabila ada perilaku anak yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Sebab hukuman merupakan tindakan tegas
untuk mengembalikan persoalan di tempat yang benar.9

9
Mufatihatut Taubah, Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam, Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 3, No. 1, 2015, Hal. 122-131

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah, namun
secara hakiki adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak
sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan at home. Faktor pendukung
pelaksanaan homeschooling sehingga mengalami perkembangan cukup
pesat adalah dukungan dari perkembangan teknologi dan informasi. Mulai
dari homeschooler dapat mengeksplorasi materi pembelajaran yang
berkualitas dari literature, jurnal, dan forum-forum diskusi ilmiah sangat
mudah didapatkan dan dapat dilakukan oleh homeschooler sendiri.
Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara
tepat karena belum ada kajian khusus tentang akar perkembangannya.
Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia.
Peluang homeschooling hingga dapat menjadi pillihan dalam
penyelenggaraan pendidikan yaitu Proses belajar mengajar akan dapat
menciptakan suasana lebih menyenangkan serta lebih kreatif dan mandiri.
Tantangan dari homeschooling yaitu Anak yang belajar di homeschooling
kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang
dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.
Pendidikan alternatif dengan model sekolah rumah atau
homeschooling tidak hanya menumbuhkan keinginan belajar secara
fleksibel pada anak, namun juga mampu menumbuhkan karakter moral pada
anak. Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan
bermutu, tertanamnya nilai-nilai iman dan moral, serta terciptanya suasana
belajar anak yang menyenangkan. Pendidikan anak menurut pandangan
Islam yang harus dilakukan dalam keluarga adalah dengan menggunakan
beberapa pola pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan agama dalam
keluarga dapat menggunakan pola atau metode pendidikan Qurani.

13
B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat untuk dijadikan bahan dan
acuan atau referensi dalam menambah ilmu pengetahuan, penulis menyadari
bahwa banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
mengharapakan saran dari semua pihak agar makalah ini dapat berfungsi
sebagaimana mestinnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afiat, Zul, 2019, Homeschooling: Pendidikan Alternatif Di Indonesia, Jurnal


Visipena, Vol. 10, No. 1

Ariefianto, Lutfi, 2017, Homeschooling: Persepsi, Latar Belakang dan


Problematikanya (Studi Kasus Pada Peserta Didik Di Homeschooling
Kabupaten Jember), Jurnal Edukasi, Vol. 4, No. 2

Faizul, dkk, 2022, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif, Mau’izhah, Vol.


12, No. 1

Fauziah, Puji Yanti, dkk, 2020, Homeschooling Implementasi Model Sekolah


Rumah, Yogyakarta: Pena Persada

Hamid, Abd, 2021, Pendidikan Anak dalam Keluarga Ditinjau Dari Perspektif
Pendidikan Islam, Aktualita: Jurnal Penelitian Sosial dan Keagamaan, Vol.
11, Edisi II

Julhadi, dkk, 2022, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif, Tarbiyatul-


Aulad Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak, Vol. 8, No. 1

Taubah, Mufatihatut, 2015, Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam,


Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3, No. 1

Wardati, Zahrul, 2019, Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Sosial Anak Pada
Habib Alby Homeschooling, Dayah: Journal Of Islamic Education, Vol. 2,
No. 2

Zaitun dan Ilmiati, 2014, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pekanbaru: Benteng
Media

15

Anda mungkin juga menyukai