Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan alternatif dengan model sekolah rumah (homeschooling) tidak
hanya menumbuhkan keinginan belajar secara fleksibel pada anak, namun juga
mampu menumbuhkan karakter moral pada anak. Pasalnya, dengan
menyerahkan proses belajar sebagai hak anak untuk mendapatkan pendidikan,
akan mendorong anak untuk belajar berdisiplin dan bertanggung jawab,
terhadap segala kegiatan belajar yang telah dilakukannya.
Sistem ini terlebih dahulu berkembang di Amerika Serikat dan beberapa
negara lainnya di dunia. Belakang ini banyak orangtua yang tidak puas dengan
hasil sekolah formal sehingga menjadikan homeschooling sebagai alternatif
proses belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.
Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah),
bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman
dan moral). Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang
diperhatikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian home schooling ?    
2. Bagaimana sejarah singkat homeschooling ?
3. Bagaimana perkembangan homeschooling di Indonesia ?
4. Bagaimana kurikulum homeschooling ?
5. Bagaimana proses pembelajaran homeschooling ?
6. Mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak ?
7. Apa kelebihan dan kelemahan homeschooling ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian homeschooling.
2. Mengetahui sejarah singkat homeschooling.
3. Mengetahui perkembangan homeschooling di Indonesia.
4. Mengetahui kurikulum homeschooling.
5. Mengetahui proses pembelajaran homeschooling.
6. Mengetahui mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif
untuk anak.
7. Mengetahui kelebihan dan kelemahan homeschooling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Home Schooling
Istilah Home Schooling berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah
rumah. Home Schooling berakar dan tumbuh di Amerika Serikat, yang dikenal
juga dengan sebutan Home Education, Home Based Learning atau sekolah
mandiri. Pengertian umum Home Schooling adalah model pendidikan dimana
sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan
anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya yang berarti
orang tua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan,
penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan,
kecerdasan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek
belajar.
Selain pemilihan materi dan standar pendidikan sekolah rumah, mereka
juga harus melaksanakan ujian bagi anak-anaknya untuk mendapatkan
sertifikat agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Sertifikat
dari Amerika Serikat itu diakui di Indonesia (Departemen Pendidikan
Nasional) sebagai Lulusan Sekolah Luar Negeri.
Departemen Pendidikan Nasional menyebut jalur sekolah rumah ini
dikategorikan sebagai jalur pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan (pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
– sisdiknas No. 20/2003).
Kegiatan pendidikan informal dilakukan keluarga dan lingkungan yang
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, meskipun pemerintah tidak
mengatur standar isi dan proses pelayanan pendidikan informal, namun hasil
pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum).

B. Sejarah Homeschooling
Manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar. Tidak perlu
ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar
adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya.

3
Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan
perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai
guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan
akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem
sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun
1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai
kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood
education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak
pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tidak efektif, tetapi
berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena
keterlambatan kedewasaan mereka. Setelah pemikirannya tentang kegagalan
sistem sekolah mendapat tanggapan luas, Holt sendiri kemudian menerbitkan
karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things
Better, (1976). Buku ini pun mendapat sambutan hangat dari para orangtua
homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt
menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing
Without Schooling. Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian
menjadi pendukung dan konsultan penting homeschooling. Setelah itu,
homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan
keyakinan (believe), pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh
ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.

C. Perkembangan Homeschooling di Indonesia


Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis
karena belum ada penelitian khusus tetang akar perkembangannya. Istilah
homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia. Dilihat dari
konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di
sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal
baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekkan
homeschooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya
Hamka.

4
Di Indonesia baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan
homeschoooling, seperti Kamyabi Home School, Home Schooling Kak Seto,
Home Schooling Primagama dan lembaga pemerintah berupa Pusat Kegiatan
Belajar Mengajar (PKBM).
Kamyabi Home School merupakan lembaga penyelenggara
homeschooling islami yang menyelenggarakan kurikulum agama islam
(tahfidz, hadist, fiqih) dan mata pelajaran umum. Dengan modul digital
Kamyabi Homeschool siswa dapat belajar mandiri di rumah, atau orang tua
bisa memanggil guru atau ustadz untuk mengajar anaknya di rumah.
Evaluasi atau ujian  dilakukan secara on line. Sehingga dimana saja kita berada
kita bisa tetap melaksanakan ujian. Ujian on line mengajarkan kejujuran
kepada siswa dan orang tua. Ujian dilakukan 2 kali dalam satu semester, Ujian
Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Setiap bulan dikirim via email
soal dan tugas belajar, sehingga siswa dapat terus berlatih dan terpantau
perkembangannya.
Homeschooling Kak Seto adalah sekolah alternatif yang menempatkan
anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah.
Dengan pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena
mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja dan
dimana saja seperti Ia tengah berada di rumahnya.
Homeschooling Primagama menekankan pada pemberdayaan potensi otak
kiri dan otak kanan siswa dan juga mengembangkan konsep belajar bagaimana
cara belajar (learn how to learn) yang baik, sehingga terciptalah output anak
didik yang memiliki bekal ilmu pengetahuan yang baik (knowledge),
kecakapan hidup yang baik (lifeskill), dan juga sikap hidup yang baik
(attitude).
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan program
pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan jalur informal. Badan
penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di Indonesia. PKBM sebenarnya
menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di sekolah, selebihnya,
tutor mendatangi rumah murid.

5
Saat ini perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses
terhadap informasi yang semakin terbuka sehingga orang tua semakin memiliki
banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Diperkuat dengan aspek
legalitas  Istilah homeschooling ini sudah cukup populer belakangan ini.
Sayangnya, upaya pemasyarakatan homeschooling tidak cukup diikuti dengan
informasi yang berkenaan dengan persyaratan yang seharusnya dimiliki dalam
menerapkannya. Akibatnya, praktek homeschooling di negara kita menjadi
berbeda, alias salah kaprah. Pemasyarakatan homeschooling tidak dengan dasar
pikiran yang tepat dan kuat. Masyarakat – seperti biasanya – sangat cepat
memberikan respon positif; bila yang berbicara adalah orang-orang yang
dianggap ahli. Sebagain kalangan mengatakan bahwa homeschooling di
Indonesia tak ubahnya semacam private school yang eksklusif. Orang tua yang
memiliki anak-anak yang bermasalah dengan lingkungan sosialnya malah
dipindahkan ke sekolah jenis ini. Adapula lembaga-lembaga pendidikan yang
membuka peluang ini bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Orangtua yang
masih berpandangan tradisional umumnya masih menganggap ijazah adalah
segala-galanya bagi masa depan anak-anaknya. Anak-anak spesial yang –tentu
saja – tidak memungkinkan bersekolah di sekolah umum diarahkan untuk
mengikuti homeschooling hanya agar dapat menyelesaikan pendidikannya
dan…: mendapatkan ijazah!

D. Kurikulum Pembelajaran Homeschooling


Banyak model homeschooling. Salah satunya adalah homeschooling
(HS)/home education (HE) yang mengacu pada model sekolah. Model
homeschooling semacam ini disebut school at home, sekolah di rumah. Dalam
model school-at-home, proses belajar yang dilakukan dalam homeschooling
mengacu pada kurikulum sekolah. Kurikulum apa yang harus diacu oleh
keluarga homeschooling?.
Pilihannya terserah pada setiap keluarga. Keluarga dapat memilih
homeschooling yang mengacu pada kurikulum nasional atau kurikulum lain,
semisal kurikulum Cambridge IGCSE yang digunakan oleh sekolah-sekolah
internasional di Indonesia. Jika hendak mengacu pada kurikulum tertentu,

6
keluarga HS/HE dapat menentukan pilihan kurikulum mana yang diacu. Jika
kurikulum nasional yang diacu, maka hanya ada satu jenis kurikulum yang
dibuat oleh Depdiknas, yaitu kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah.
Kurikulum inilah yang perlu diacu oleh keluarga HS/HE.
Kurikulum sekolah ini dapat diperoleh di situs Pusat Kurikulum
Depdiknas (Puskur). Ada juga materi kurikulum itu yang dijual di toko buku.
Cara paling gampang dan praktis untuk mengetahui kurikulum nasional adalah
dengan melihat buku-buku pelajaran yang digunakan anak sekolah.
Walaupun menggunakan kurikulum nasional seperti sekolah, kreativitas
bagi keluarga homeschooling tetap terbuka. Banyak aspek di dalam proses
belajar dalam homeschooling yang tetap dapat dimodifikasi sesuai gaya belajar
anak agar memperoleh hasil yang maksimal.
Keluarga homeschooling dapat menentukan sendiri buku referensi apa
yang paling disukai, waktu belajar, dan juga cara mempelajari suatu mata
pelajaran. Di luar mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Persamaan, anak-
anak homeschooling tetap dapat mempelajari berbagai hal yang menjadi minat
dan perhatiannya.

E. Proses Pembelajaran Homeschooling


“Homeschooling merupakan pendidikan berbasis rumah, yang
memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-
masing”.
Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah.
Meski disebut homeschoooling, tidak berarti anak terus menerus belajar di
rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi
dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya
berada dirumah.
Homeschooling lebih mengacu pada kompetensi praktis hubungan antara
ketertarikan dan hobbi individu. Serta fleksibilitas metode belajar mengajar
tidak terbelenggu oleh dimensi ruang dan waktu secara formal dan dapat
menjamin tingkat kompetensi terealisir dengan baik. Dalam homeschooling
guru hanya sebagai pembimbing dan mengarahkan minat siswa pada mata

7
pelajaran yang diminati. Dalam hal ini siswalah yang menjadi subjek
kurikulum bukan menjadi objek. Jam belajar lebih lentur karena mulai dari
bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.
Pemerintah sementara ini hanya mendukung sebatas legalitas formal
melalui UU SisDikNas yang menggolongkannya sebagai bagian dari
pendidikan informal (keluarga). Homeschooling termasuk model pendidikan
yang digunakan sebagai alternatif institusi sekolah yang menempatkan anak
sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan di rumah dan berada di bawah
naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah Depdiknas RI. Bagi peserta didik homeschooling bisa memiliki
sertifikat ijazah dengan mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan
(UNPK) paket A (kesetaraan SD), paket B (SMP) dan paket C (SMA) sesuai
dengan tingkat kemampuan pendidikannya.
Ada beberapa klasifikasi format homeschooling, yaitu:
1. Homeschooling tunggal
Homeschooling tunggal dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga
tanpa bergabung dengan keluarga lainnya karena hal tertentu atau lokasi
yang berjauhan.
2. Homeschooling majemuk
Homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk
kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh
orangtua masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan-kebutuhan yang
dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan
bersama. Contohnya kurikulum dari Konsorsium, kegiatan olahraga
(misalnya keluarga atlit tennis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan
kegiatan agama.
3. Komunitas homeschooling 
Komunitas homeschooling merupakan gabungan beberapa homeschooling
majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan
pokok (olah raga, musik/seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal
pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua
dan komunitasnya kurang lebih 50:50.

8
Sedangkan metode homeschool adalah sebagai berikut:
1. Metode Homeschooling Charlotte Mason
Dalam metode Charlotte Mason, anak membaca buku kemudian
menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan
bahwa mereka mengerti apa yag dibacanya.
2. Metode Homeschool Klasik
Metode ini terdiri atas konsep grammar, logic dan rhetoric atau dapat
juga diartikan pengetahuan, pengertian dan kebijakan.
Tahapan grammar (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan
mengumpulkan informasi dan pengetahuan. Anak belajar menerima fakta
walaupun belum memahaminya namun sejalan dengan bertambahnya usia,
mereka mulai mencerna fakta tersebut. Tahapan logic (usia 13 – 15) adalah
saat pemahaman anak mulai matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat
dan pengetahuan tentang logika.
Tahapan rhetoric (usia 16 – 18) adalah saat anak bisa menggunakan
pengetahuan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat tentang
Komunitas homeschooling kebijakan.Setiap mata pelajaran mempunyai 3
tahapan tersebut. Peserta didik menerima fakta, belajar mengerti, dan diuji
dalam pemahaman mereka.
3. Eclectic
Metode ini melakukan hal-hal yang disukai dari berbagai kurikulum
yang ada dengan menggunakan sumber-sumber informasi dari internet,
perpustakaan atau menciptakan kurikulum sendiri.
4. Metode Homeschooling Montessori
Maria Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan
untuk belajar. Orang dewasa hanya perlu mengatur lingkungan anak agak
mendukung proses anak belajar. Orang dewasa tidak perlu mengatur anak,
tetapi cukup dengan membantu anak belajar dari lingkungannya dalam
situasi natural maupun kelompok yang tidak dibatasi oleh umur.

9
5. Unschooling
Anak belajar materi yang mereka sukai. Unschooling sangat tidak
terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama anak kecil.
6. Unit studies
Semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema. Sebagai contoh dari
sebuah buku anak dapat belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam,
matematika, semua melalui buku tersebut.
7. Metode homeschooling Waldorf
Konsep pengajaran Waldorf bertumpu pada anak secara keseluruhan
(the whole child) yang meliputi kepala, hati dan tangan. Metode ini
menekankan dongeng (storytelling) and seni (art). Metode ini tidak
berusaha untuk menanamkan materi intelektual kepada anak, tetapi
membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan
menikmati proses belajar.

F. Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif Untuk Anak


Kenyataan bahwa pendidikan formal tidak bisa memberikan apa yang
diharapkan oleh orang tua menjadikan homeschooling sebagai solusi
pendidikan alternatif bagi orang tua yang menginginkan anaknya mendapatkan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak beberapa pertimbangan
bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih homeschooling sebagai
pendidikan anaknya, antara lain:
1. Sistem belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua 
Orang tua yang cenderung khawatir terhadap pengaruh negatif
pergaulan anak dan tidak puas dengan kinerja sekolah formal dapat
memilih homeschooling sebagai solusi . Hal ini dikarenakan
homeschooling merupakan pendidikan yang pada pelaksanaannya
dilakukan sendiri oleh orang tua. Sehingga orang tua dapat memantau
secara langsung perkembangan anak. Akan tetapi dengan catatan bahwa
segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan homeschooling menjadi
tanggung jawab penuh orang tua.

10
2. Kegiatan belajar flexibel
Nama sekolah rumah atau homeschooling bukan berarti kegiatan belajar
sepenuhnya dilaksanakan dirumah. Kegiatan belajar dapat diatur atau
dikondisikan sesuai dengan kebutuhan anak dan orang tua. Kegiatan belajar
dapat dilakukan di maanpun dan kapanpun orang tua atau peserta didik
mau. Misalnya pada saat orang tua akan pergi ke kantor pos untuk
mengirim surat, pada saat itu pula orang tua dapat mengajarkan berbagai
hal kepada anak seperti tata cara menulis surat yang baik, bahasa yang baik
untuk menulis surat, langkah-langkah untuk mengirimkan surat, dan masih
banyak yang lainnya.
3. Perkembangan psikologis anak
Banyak orang tua mengkhawatirkan dampak psikologis home schooling
seperti kurangnya sosialisasi anak dengan temannya. Padahal sebenarnya
orang tua tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut, karena seperti yang
telah dikemukakan pada bagian atas bahwa home schooling memiliki 3
jenis. Dan 2 dari 3 jenis home schooling tersebut merupakan jenis
homeschooling yang pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan
keluarga lain. sehingga dampak buruk psikologis dapat ditanggulangi
dengan kedua jenis home schooling tersebut. Orang tua yang memiliki anak
yang sama-sama mengikuti home schooling dapat bekerja sama untuk
sesekali mengumpulkan anaknya dalam kegiatan belajar bersama di suatu
tempat yang sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan.
4. Tersedianya sarana yang lengkap di lingkungan
Tersedianya sarana memang penting untuk diperhatikan mengingat
tanpa adanya sarana yang lengkap maka jalanya proses kegiatan belajar
akan terhambat. Dan yang menggembirakan perkembangan homeschooling
pada saat ini juga diikuti dengan perkembangan fasilitas di dunia nyata.
Fasilitas tersebut antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum,
lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas
sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran,
restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi
(internet dan audivisual).

11
5. Pengakuan pemerintah terhadap Homeschooling
Homeschooling bukanlah pendidikan yang berdiri sendiri tanpa di akui
oleh pemerintah. Homeschooling merupakan pendidikan yang
mendapatkan pengakuan dari pemerintah hal ini dibuktikan dengan peserta
homeschooling bisa mendapatkan ijazah oleh diknas. Ijazah tersebut bias
didapat dengan mengikuti ujian kesetaraan. Selain itu pihak yang
melaksanakan homeschooling harus proaktif dengan melapor pada dinas
setempat agar dicatat.
Melihat beberapa pertimbangan di atas maka sepantasnya layak jika
homeschooling dijadikan solusi pendidikan alternative untuk anak. Akan
tetapi semuanya kembali pada pemikiran masing-masing orang tua, apakah
percaya bahwa dengan homeschooling anak dapat menjadi pribadi yang
lebih baik ketimbang bila di sekolahkan di sekolah formal.

G. Kelebihan dan Kelemahan Homeschooling


1) Kelebihan Homeschooling
Beberapa keunggulan homeschooling sebagai pendidikan alternatif
sebagai berikut. Sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan,
lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu
belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi
dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari
penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti
tawuran, kenakalan remaja, narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini
juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam
waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya,
memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan
nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.
2) Kelemahan Homeschooling
Di sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang
dapat disebutkan berikut ini membutuhkan komitmen dan tanggung jawab
tinggi dari orang tua; dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif
rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work),

12
organisasi dan kepemimpinan; proteksi berlebihan dari orang tua. Hal ini
dapat menyebabkan kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari
berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk
belajar hidup di masyarakat.
Faktor tingginya biaya homeschooling juga menjadi salah satu
kekurangan, karena dipastikan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan
pendidikan homeschooling lebih besar dibanding jika kita mengikuti
pendidikan formal di sekolah umum.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Homeschooling muncul atas filososi John Cadlwell Holt dalam bukunya
How Children Fail (1964) karena alasan ketidakpuasan atas sistem pendidikan
di sekolah formal yang kemudian didukung Ray dan Dorothy Moor dengan
melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada
sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun tidak efektif.
Belum ada penelitian khusus tentang akar perkembangan homeschooling
di Indonesia. Saat ini perkembangannya dipengaruhi oleh akses terhadap
informasi yang semakin terbuka sehingga orang tua semakin memiliki banyak
pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.
Proses pembelajaran homeschooling menggunakan metode belajar
mengajar tidak terbelenggu oleh dimensi ruang dan waktu secara formal. Guru
hanya sebagai pembimbing dan mengarahkan minat siswa pada mata pelajaran
yang diminati. Dalam hal ini siswalah yang menjadi subjek kurikulum bukan
menjadi objek.
Kelebihan homeschooling adalah menyediakan pendidikan moral atau
keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik serta
menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan
dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat,
menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah
seperti tawuran, kenakalan remaja, narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini
memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu
yang lama.
Kelemahan homeschooling antara lain membtuhkan komitmen dan
tanggung jawab tinggi dari orang tua; dinamika bersosialisasi dengan teman
sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim
(team work), organisasi dan kepemimpinan dan proteksi berlebihan dari orang
tua.

14
B. Saran
Pembelajaran sekolah rumah sebaiknya menyesuaikan dengan standar
kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini
agar sejalan dengan pertumbuhan dan kemampuan anak dan dapat diikutkan
dalam evaluasi dan ujian yang diselenggarakan secara nasional. Perlu adanya
dukungan yang lebih luas dari pemerintah yang sementara ini hanya
mendukung sebatas legalitas formal melalui UU SisDikNas yang
menggolongkannya sebagai bagian dari pendidikan informal (keluarga).

15
DAFTAR PUSTAKA

Daryono. 2008. Pendidikan Keluarga dan Home Schooling. (Bandung;


Cakrawala Langit).
Departemen Pendidikan Indonesia. 2008. Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan-Pemerintah RI Tahun 2015
Tentang Standar Nasional Pendidikan Serta Wajib Belajar. (Jakarta; Citra
Umbara).
Sumardiono. 2007. Apa Itu Homeschooling?. (Jakarta ; Panda Media).

16

Anda mungkin juga menyukai