Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENELITIAN

HOMESCHOOLING

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan materi Kapita Selekta
Pendidikan Islam

Disusun Oleh:

Sapna Mirta :2120239

Jenysa Mulya Utami :2120233

Yulia Sri Yani :2120227

Nina Fiona :2120217

Nurul Fadhilah :2120289

Dosen Pembimbing :

YuliaRahman, MA.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI


TP. 2022/2023
HOMESCHOOLING

1. PENDAHULUAN

Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia merupakan realisasi dari salah


satu didirikannya Negara Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
upaya mencerdaskan kehidupan itulah diselenggarakan pendidikan nasional yang
berdasarkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1Oleh karena
itu, pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan bangsa.
Melalui pendidikan akan lahir manusia-manusia yang mampu memberikan
sumbangan pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.
Penyelenggaraan pendidikan dalam mendorong pemberdayaan masyarakat
dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan dengan meliputi peran
serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi dan organisasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Sebab pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluargaDalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dicantumkan bahwa:
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
akhlak mulia dalam bangsa yang diatur dengan undang-undang.2
Homeschoolingatau pendidikan berbasis keluarga, saat ini telah menjadi
sorotanmasyarakat sehubungan dengan kehadirannya di Indonesia yang dapat menjadi
alternative pendidikan. Homeschoolingyang disahkan oleh pemerintah melalui
Undang-undang nomor20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 27
ayat (1) “Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar mandiri.Di samping itu kehadiran Homeschoolingdi
Indonesia sebagai pendidikan alternative sangat di minati oleh para orang tua yang
kurang percaya atau merasa ketakutan terhadap pendidikan formal yang ada sekarang,

1Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 4


2Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, h.1

2
oleh karena maraknya kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman atau siswa
maupun oleh guru sendiri sehingga orang tua merasa perlu untuk melindungi anaknya
dengan cara anak diikutkan dalam pendidikan berbasis rumah.

2. TEORI
A. Homeschooling
Istilah Homeschooling merupakan berasal dari bahasa Inggris yang terdiri
dari kata home dan school. Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasanya
digunakan untuk Homeschooling adalah “ sekolah rumah”. Dalam kamus bahasa
Inggris Homeschooling merupakan bentuk kata kerja, Homeschooling is to
instruct ( a pupil, for example) in aneducational program outside of established
schools, especially in the home.
Istilah Homeschooling sendiri tidak terdapat definisi secara khusus, hal
tersebut dikarenakan model pendidikan yang di kembangkan di dalam
Homeschooling sangat beragam dan bervariasi. “Karena hukum yang mengatur
sekolah di rumah dan karenanya definisi legal dari istilah “ siswa sekolah di
rumah” sangat berbeda antar negara bagian, perkiraan yang akurat sulit
didapatkan.3
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Homeschooling sekolah yang
diadakan dirumah. Meski di sebut Homeschooling, tidak berarti anak-anak terus-
menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar dimana saja, dan kapan
saja asal situasi dan kondisinya benarbenar nyaman dan menyenangkan seperti
layaknya berada di rumah.

3. Metodologi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci. Hasil dari penelitian kualitatif adalah data deskriptif
berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Apabila dilihat dari teknik penyajian datanya,penelitian ini menggunakan
pola deskriptif (Sukardi, 2009: 157). Sumber data dalam penelitian ini dibagi
menjadi sumber data primer dan sekunder (Suharsimi, 2006: 129).

3Marry Griffith, Belajar Tanpa Sekolah; Bagaimana Memanfaatkan Seluruh Dunia Sebagai
Ruang Kelas Anak Anda, ( Bandung: Nuansa, 2008),18.

3
B. Teknik Pengumpulan Data
• Wawancara
Menurut Nazir (1999) dalam Hadani (2020) wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan nterview guide (panduan
wawancara). Wawancara dalam Penelitian ini dilakukan kepada :
1. Andy Riski Pratama S.Pd (Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi)
2. Hernan Pratama (Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi, Semester 7)
3. Nurul Irvani (Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi, Semester 7)
C. List Instrumen
• Wawancara
✓ Bagaimana dengan ijazah homeschooling, Apakah keberadaanya di akui
oleh pemerintah?
✓ Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homeschooling ini
dan bagaimana cara anak bergaul dengan lingkungan jika dia sekolah nya
saja di homeschooling kan?
✓ Menurut kakak pada pembelajaran home schooling, usia berapakah yang
cocok untuk menerapkan pada anak sehingga pembelajaran tersebut dapat
berlangsung Secara efektif? dan bagaimana cara anak yang home
schooling untuk bersosialisasi?
4. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
✓ Bagaimana Menurut kakak/ abang mengenai ijazah Homeschooling,
apakah keberadaannya di akui oleh pemerintah?
Jawaban:
Narasumber 1
Home scholing metode Pemebelajaran Guru - Ke rumah, biasanya
homescholing itu di adakan Oleh Lembaga Pendidikan.
Dan juga menurut uud Sudah terlampir jelas bahwasan hasil Lulusan
Homeschooling diakui dan dianggap setara dengan peserta didik dari
sekolah formal. Artinya, anak homeschooling juga memiliki ijazah SMA

4
atau sederajat yang bisa digunakan untuk melanjutkan ke jenjang lebih
tinggi lagi. (Andy Riski Pratama S.Pd)4
✓ Menurut kakak/abang Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
homeschooling ini dan bagaimana cara anak bergaul dengan lingkungan
jika dia sekolah nya saja di homeschooling kan?
Jawaban:
Narasumber 2
Adapun faktor-faktor penyebab homeschooling ini antara lain
1. Pertumbuhan penduduk tinggi
2. Ketersediaan sekolah dengan jumlah siswa tidak mencukupi sehingga
orang tua memilih homeschooling sebagai jalan terbaik agar anak merasa
nyaman dan semangat belajar
3. Dari orang tua nya sendiri yang menginginkan anaknya untuk
homeschooling
4. Pengaruh buruk di lingkungan, orang tua takut akan perkembangan
anaknya (Hernan Pratama, Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi,
Semester 7)5
✓ Menurut kakak pada pembelajaran home schooling, usia berapakah yang
cocok untuk menerapkan pada anak sehingga pembelajaran tersebut dapat
berlangsung Secara efektif? dan bagaimana cara anak yang home
schooling untuk bersosialisasi?
Jawaban:
Narasumber 3
Menurut kakak pembelajaran homeschooling ini sudah bisa diterapkan
pada usia 4/5 tahun, karena pada masa ini bakat dan minat anak sudah
mulai terlihat. Jadi anak bisa diarahkan serta dikembang pada minat dan
bakat yang sudah mulai muncul. Dan anak pun akan belajar sesuai dengan
pemahamannya masing-masing. Nah pada usia 4/5 tahun ini sudah bisa
diterapkan pembelajaran homeschooling secara efektif dan kita dapat
melihat perkembangan dari anak tersebut.

4Andy Riski Pratama S.Pd


5 Hernan Pratama Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi, Semester 7

5
Cara anak homeschooling dalam bersosialisasi yaitu bisa dengan
menerapkan dalam pembelajaran.
Seperti membuat belajar kelompok dengan sesama anak
homeschooling. Sehingga anak bisa belajar dan bermain bersama. Dalam
mengembangkan sosialisasi anak juga bisa melakukan diskusi dengan
orang tua dari anak-anak yang homeschooling. Dan bisa juga membuat
kegiatan menari, berenang, menggambar,dll yang mana kegiatan itu
dilakukan di luar ruangan supaya bisa bersosialisasi dengan masyarakat
setempat ya. (Nurul Irvani Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi,
Semester 7)6

B. Pembahasan
1. Pengertian Homeschooling
Homeschooling adalah sistem pembelajaran yang dilakukan dirumah.
Selain itu, Homeschooling juga dapat dilakukan dimana saja selain disekolah,
seperti di masjid, di pasar, di kebun, ditaman dan di tempat-tempat lain yang
dapat dijadikan sebagai sumber dalam belajar,. Sumber materi dalam
Homeschooling tidak hanya terbatas pada buku yang ditetapkan oleh
pemerintah saja.
Sedangkan Homeschooling menurut Arief Rachman adalah Secara
etimologis Homeschooling adalah sekolah yang diadakan dirumah, sedangkan
secara hakiki Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang
menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara At
Home. Dengan pendekata ini anak akan merasa nyaman. Mereka bisa belajar
sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan dengan gaya belajar mereka
sendiri, kapan saja dan dimana saja, sebagaimana ia tengah berada dirumahnya
sendiri.7
Homeschooling adalah sekolah yang diadakan dirumah. Meski disebut
dengan istilah Homeschooling, tidah berarti anak terus menerus belajar
dirumah, tetapi anak belajar dimana saja dan kapan saja asalkan situasi dan
kondisinya benar-benar dalam keadaan nyaman dan menyenangkan seperti

6Nurul Irvani Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi, Semester 7


7Arief Rachman, Homeschooling: Rumah.,18.

6
layaknya berada dirumah. Keunggulan secara individual inilah yang memberi
makna bagi terintergrasinya mata pelajaran kepada peserta didik.
Martin mendefinisikan. “Homeschooling sebagai situasi pembelajaran
atau pengajaran di lingkungan rumah, sebagai pengganti kehadiran atau waktu
belajar yang dihabiskan di sekolah konvensional. 8
Saputra mengartikan bahwa, “Homeschooling adalah proses layanan
pendidikan yang secara sadar dan terarah yang dilakukan oleh orang tua atau
keluarga dengan proses belajar mengajar yang kondusif.9
Suryadi menegaskan Homeschooling adalah proses layanan pendidikan
yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga
di rumah atau tempat-tempat lain dengan penuh tanggung jawab dimana
proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif
dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara
maksimal.10
Mendidik anak tentunya bukan hanya mengajarkan mereka
berhitung, membaca dan menghapal materi yang ada. Bukan hanya memahami
pelajaran Matematika, IPA ataupun Bahasa. Namun juga bagaimana
mengembangkan potensi yang unik dari anak didik kita serta pengembangan
akhlak dan kepribadian Islam yang professional. 11
A. Abe Saputra, mengatakan bahwa “ada begitu banyak cara membuat
anak memahami materi pelajaran. Kita harus menyadari bahwa anak-anak ini
mungkin bisa belajar dengan sangat baik dengan cara mereka sendiri.12
Sekolah rumah (Homeschooling) adalah proses layanan pendidikan yang
secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga
dirumah atau tempat-tempat lain dimana proses belajar mengajar dapat
berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi
anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.

8 Ibid;18
9 Abe A Saputra, Rumahku Sekolahku. Panduan Panduan Bagi Orang Tua Untuk Menciptakan
Homeschooling(Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007), 47.
10Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Komunitas Homeschoolingsebagai Satuan Pendidikan

Kesetaraan (Jakarta: Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2006), 12.


11 Ibid., 13.
12 A.Abe Saputra, Rumahku Sekolahku:Panduan Bagi Orang Tua Untuk Menciptakan

Homeschooling (Yogyakarta:Graha Pustaka,2007),129.

7
Salah satu pengertian umum Homeschooling adalah modal pendidikan
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas
pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah
sebagai basis pendidikannya. 13
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
Homeschooling adalah suatu proses aktivitas belajar yang dapat dilaksanakan
di rumah maupun secara komunitas yang dimana orang tua sangat berperan
penting sebagai pengajar atau mendatangkan pengajar dari luar (Tutor) yang
dirancang sedemikian rupa agar anak merasa senang, nyaman, tidak merasa
dipaksa dan tidak merasa terbebani dalam belajar sehingga dapat mencapai
hasil belajar yang lebih optimal yang semuanya itu bertujuan untuk
mengembangkan kreatifitas, bakat, minat, kemampuan berfikir dan
mengembangkan kepribadian serta mengembangkan kecerdasan peserta didik.

2. Komunitas Sekolah Rumah Sebuah Model


Homeschooling bersifat unique. Karena setiap keluarga mempunyai
nilai dan latar belakang berbeda, setiap keluarga akan melahirkan pilihan-
pilihan model Homeschooling yang beragam. 14Pendekatan Homeschooling
memiliki rentang yang lebar antara yang sangat tidak terstruktur (unschooling)
hingga yang sangat terstruktur seperti belajar di sekolah (school at-
home).15Ada beberapa model homeschooling yang dapat diaplikasikan dalam
penyelenggaraannya, antara lain:
• School At-home Approach, adalah model pendidikan yang serupa dengan
yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja, tempatnya tidak di sekolah,
tetapi di rumah. Metode ini juga sering disebut textbook approach, traditional
approach, atau school approach.
• Unit Study Approach adalah model pendidikan yang berbasis pada
tema (unit study). Pendakatan ini banyak dipakai oleh orang tua
homeschooling. Dalam pendekatan ini, siswa tidak belajar satu mata pelajaran
tertentu (matematika, bahasa, IPA, IPS), tetapi mempelajari banyak mata

13Sumardiono, Homeschooling A Leep For Better Learning ( Jakarta: Pt Elex Media


Komputindo,2007),4.
14 Sumardiono, Homeschooling A Leap for Better Learning, (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2007), h. 33
15 Ibid., h.33

8
pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. Metode ini
berkembang atas pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi
(integrated), bukan terpecah-pecah (segmented).
• The Living Books Approach, adalah model pendidikan melalui pengalaman
dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh Charlotte Mason. Pendekatannya
dengan mengajarkan kebiasaan baik (good habit),keterampilan dasar
(membaca, menulis, matematika), serta mengekspose anak dengan
pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke
pasar, mencari informasi di perpustakaan, menghadiri pameran, dan
sebagainya.
• The Classical Approach, adalah model pendidikan yang dikembangkan sejak
abad pertengahan. Pendekatan ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan
berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivium. Penekanan
metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis. Pendekatannya
berbasis teks atau literatur (bukan gambar atau image).
• The Waldorf Approach, adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh
Rudolph Steiner, banyak ditetapkan di sekolah-sekolah alternatif Waldorf di
Amerika. Karena Steiner berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip
keadaan rumah, metodenya mudah diadaptasi untuk homeschool.
• The Montessori Approach, adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh
Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan
pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di
lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat
mengembangkan potensinya, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
• Unschooling Approach, berangkat dari keyakinan bahwa anak-anak memiliki
keinginan natural untuk belajar dan jika keinginan itu difasilitasi dan
dikenalkan dengan pengalaman di dunia nyata, maka mereka akan belajar
lebih banyak daripada melalui metode lainnya. Unschooling tidak berangkat
dari textbook, tetapi dari minat anak yang difasilitasi.
• The eclectic Approach, memberikan kesempatan pada keluarga untuk
mendesain sendiri program homeschooling yang sesuai, dengan memilih atau
menggabungkan dari sistem yang ada. 16Dari banyaknya model homeschooling

16 26 Ibid., h.33-36

9
yang dapat dipilih dan dilaksanakan, maka para orang tua dapat menentukan
model homeschooling yang seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan
anaknya. Konsep homeschooling dengan model dan kurikulum disusun secara
bersama-sama, sehingga motivasi belajar akan muncul dari dalam diri anak.
Belajar sambil bermain, membuat anak merasa nyaman, meskipun belajar
sepanjang hari. Penyesuain model homeschooling diarahkan agar anak-anak
lebih menyenangkan dalam proses belajar dan lebih termotivasi dalam
kegiatan belajarnya.

3. Menimbang Sekolah Rumah Pendidikan Formal


Sebatas Alternatif Peroleh “Life Skill”Kecenderungan untuk
menerapkan sistem belajar homeschooling ini diakibatkan oleh adanya rasa
ketidakpercayan kepada sekolah formal karena kurikulumnya terus berubah
dan memberatkan anak, menganggap anak sebagai objek bukan subjek,
memasung kreativitas dan kecerdasan anak, baik dari segi emosional, moral
maupun spiritual.
Sebenarnya, secara operasional, Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasiona telah mengakui sistem sekolah rumahan, tetapi pemerintah masih
belum melakukan standarisasi terhadap sistem belajar ini. Tanpa menafikan
peran sekolah formal dalam usaha memperbaiki kualitas pendidikan bangsa
Indonesia, melalui tulisan ini, penulis ingin berbagi cerita mengenai sisi-sisi
positif dari sekolah rumahan sebagai upaya alternatif bagi proses perbaikan
kualitas pendidikan bangsa ini.
Berdasarkan pengalaman selama menemani mereka belajar bersama di
rumah, ada beberapa hal yang bisa dipetik. Pertama, belajar di rumah lebih
menyenangkan; jumlah mata pelajaran yang dibebankan kepada peserta didik
di sekolah formal saat ini sangatlah memberatkan, ketika merasa terbebani
untuk mempelajari suatu bidang studi, bukan rasa ingin tahu yang muncul
dalam benak mereka, melainkan setumpuk beban pengetahuan yang harus ia
jejalkan ke dalam otaknya.

10
4. Sekolah Rumah Perlu Pengakuan
Untuk mengetahui apakah peraturan perundang-undangan negara
Indonesia sudah menjamin dan mengatur upaya perlindungan hukum terhadap
hak-hak setiap warga negaranya untuk memperoleh pendidikan dasar
hendaknya terlebih dahulu kita bahas mengenai apakah itu pendidikan dasar.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 17 ayat (1) dan (2) antara lain
Menyebutkan. 17
• Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah.
• Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan
madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Dari kedua ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
dasar adalah pendidikan yang dilakukan sebelum memasuki pendidikan
menengah dan dilakukan di tingkat sekolah dasar (6 tahun) dan sekolah
menengah pertama (3 tahun).
Setelah kita membahas tentang batasan pendidikan dasar maka
sekarang kita akan melihat apakah perundang-undangan Negara Indonesia
yang ada telah mampu memberikan jaminan dan mengatur perlindungan
hukum warga negaranya untuk memperoleh hak atas pendidikan dasar di
negaranya sendiri.
Dilihat dari Peraturan Perundang-undangan yang paling tinggi di
Negara Indonesia yaitu Undang Undang Dasar 1945 (sebelum atau setelah
diamandemen) maka di dalam Pembukaannya (Preambule) alinea ke empat
tertulis:“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatau Pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Dari
penggalan alinea keempat tersebut diatas maka sejak saat dideklarasikannya

17Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


LN No. 78, TLN 4301

11
kemerdekaan oleh Ir. Soekarno dan Bung Hatta maka Indonesia sudah
bercitacita untuk meningkatkan kecerdasan bangsanya, dari Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen) ini kemudian diikuti oleh
pasal 31 yaitu:18
• Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
• Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
Pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang Saat ini
setelah Undang Undang Dasar 1945 telah diamandemen maka pada
amandemen keempat yang disahkan di Jakarta tanggal 10 Agustus 2002,
maka Bab XIIInya diubah berjudul Pendidikan dan Kebudayaan dan terdiri
dari 2 (dua) pasal yaitu Pasal 31 tentang pendidikan dan pasal 32 tentang
kebudayaan, sebelum diamandemen pengaturan pendidikan juga terdapat di
Bab XIII dengan judul Pendidikan yang juga memuat 2 (dua) pasal antara
lain Pasal 31 tentang pendidikan, Pasal 32 tentang kebudayaan.
Meskipun hanya berubah judul bab dan memuat 2 (dua) pasal yang
sama baik sebelum dan sesudah diamandemen tetapi amandemen keempat
ini memberikan pengaturan dasar tentang hak dan kewajiban mendapatkan
pendidikan yang harus dipenuhi oleh negara kepada warga negaranya.
Untuk lebih jelasnya akan dituliskan isi dari pasal 31 setelah diamandemen,
antara lain :19
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib rnembiayainya.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.

18Undang-Undang Dasar 1945, Psl 31 sebelum diamandemen.


19Undang-Undang Dasar 1945, Psl 31 setelah diamandemen

12
4. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.Berdasarkan ayat-
ayat dalam pasal 31 tersebut diatas secara harafiah sudah dapat dipastikan
bila banyak sekali perubahan dari pasal 31 sebelum amandemen, pasal 31
setelah amandemen ini dirasakan lebih memberikan kesempatan kepada
warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan pendidikan dasar
seperti telah dibahas diatasbahwa pendidikan dasar meliputi pendidikan
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang diberikan secara
cuma-cuma.
Pemberlakuan pendidikan dasar secara gratis ini diambilkan dari
sektor perolehan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sebesar 20%, jadi diharapkan
adanya kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pemenuhan pendidikan dasar bagi warga negara
Indonesia.

5. Sekolah Rumah Sebagai Perluasan Akses


Guna memperluas akses pendidikan bagi anak usiasekolah serta demi
menciptakan suasana pembelajaran yangberpihak pada anak, para pemangku
kepentingan pendidikan alternatif, termasuk sekolah rumahan
(homeschooling), meminta pemerintah mengakui kegiatan mereka.Sesuai
dengan Undang-undang Ssitem Pendidikan Nasional, tuntutan pengakuan
yang dimaksud terutama tentang kesetaraan jenjang dan bobot akademis
antara pendidian alternatif dengan layanan pendidikan regular. Tuntutan
tersebut mengemuka dalam deklarasi pembentukan Asosasi homeschooling
dan Pendidikan Alternatif Indonesia di Jakarta.
Seto Mulyadi memimpin deklarasi tersebut menegaskan perlunya
pendidikan alternatif dikembangkan sebagai jawaban atas kentalnya
pengekangan terhadap hak tumbuh kembang anak secara wajar di sekolah
regular.Penggiat dan pemerhati sekolah-rumahan, seperti Yayah Komariyah,
Ratna Megawangi, dan Neno Warisman berharap pembelajaran bernuansa
pengasuhan di lingkungan keluarga diakui oleh pemerintah, meski
kurikulumnya hasil modifikasi antara pendidikan formal dan nonformal. Anak
13
dikondisikan belajar santai Dengam berorientasi pada etika, estetika, jasmani,
dan dasar-dasarsains, tanpa mengejar nilai ujian dan ranking.

6. Peluang dan Tantangan Homeschooling


➢ Peluang home schooling
a) Peluang Fleksibilitas
Fleksibilitas pertama berkaitan dengan model pendidikan.
Homeschooling tidak hanya terpaku pada model sekolah, tapi dapat
berkembang lebih luas dan berbeda sesuai kebutuhan anak dan kondisi
keluarga. Fleksibilitas homeschooling membuatnya dapat menjadi model
pendidikan yang terkustomisasi (customized education) dengan rancangan
unik untuk setiap keluarga, bahkan setiap anak.
Fleksibilitas kedua berkaitan dengan cara belajar. Homeschooling tak
terpancang pada jadwal belajar seperti di sekolah, pukul 7-12 dengan
pembagian rigid satu jam pelajaran selama 40 menit. Anak-anak
homeschooling bisa mengatur jadwalnya dengan lebih fleksibel. Ada
keluarga yang memulai kegiatan belajar lebih pagi, ada yang lebih siang, ada
yang sore atau malam hari. Cara belajar anak-anak juga tak harus
menggunakan buku pelajaran, tapi bisa menggunakan video, podcast, project,
bahkan games.
Fleksibilitas ketiga berkaitan dengan biaya. Karena tak harus
membayar biaya gedung dan SPP, keluarga bisa memaksimalkan
penggunaan dana pendidikan anak untuk membayar materi belajar dan
kegiatan belajar sesuai kebutuhannya. Keluarga juga bisa bersikap fleksibel
dalam menentukan jumlah biaya yang dikeluarkan, tergantung kondisi
keuangan keluarga. Tapi semua sistem pasti tak hanya berisi enak-enaknya
saja. Selain ada peluang, pasti ada tantangan yang melekat dan menyertai
sistem itu.
b) Peluang Kustomisasi Pendidikan
Karena homeschooling meletakkan sentral proses pada keluarga, setiap
keluarga bisa merancang homeschooling sesuai kebutuhan anak dan kondisi
keluarga. Saat melakukan kustomisasi pendidikan, orangtua dapat membuat
proses pendidikan menjadi sangat personal bagi setiap anak, bukan sebuah
proses yang massal dan diseragamkan. Dalam proses kustomisasi ini, antar-
14
anak bahkan bisa memiliki program dan proses pendidikan yang berbeda
walaupun masih satu keluarga.

➢ Tantangan Homeschooling
a) Tantangan Kompleksitas
Dalam homeschooling tantangan terbesarnya adalah
kompleksitas. Orangtua tak bisa memasrahkan begitu saja anak kepada
orang lain. Kalau ingin homeschooling, orangtua harus mau belajar
karena homeschooling bukan sekedar memindahkan sekolah ke rumah.
Cara kerja homeschooling berbeda dengan sekolah. Orangtua
harus banyak membaca, membuka pikiran, dan terus bekerja keras
untuk membuat homeschooling yang dijalaninya berhasil.
Homeschooling memang bukan sebuah hal yang mudah dijalani. Tapi
homeschooling bukan berarti sulit dan tak mungkin. Sudah jutaan
keluarga yang menjalani homeschooling. Dan mereka adalah keluarga
biasa seperti kami, Anda, dan kita semua.
b) Tantangan Ketersediaan Waktu
Jika orangtua mendelegasikan proses pendidikan ke sekolah,
tugas orangtua adalah mencari sekolah yang memiliki nilai-nilai
sesuai. Kemudian, orangtua menyediakan dana yang mencukupi untuk
membayar biaya sekolah dengan segala kebutuhan yang menyertainya.
Jika orangtua memilih homeschooling, tantangan yang utama
bagi orangtua adalah menyediakan waktu untuk membersamai anak,
mulai dalam proses perancangan, pelaksanaan, hingga evaluasi.
Kehadiran orangtua menjadi kunci penting dan sekaligus prasyarat
penting dalam homeschooling, terutama untuk anak-anak pra-sekolah
dan elementary (SD). Untuk anak remaja, kebutuhan waktu orangtua
dalam proses homeschooling bisa berkurang. Kuncinya adalah
kemandirian anak di dalam proses pendidikan dan pembelajarannya.

7. Pendidikan Anak Dalam Keluarga


Saat Anda sudah memutuskan untuk melakukan homeschooling,
berikut ini beberapa kiat-kiat atau cara praktis dan sederhana dalam memulai

15
melaksanakan homeschooling menurut Linda Dobson, penulis buku “Tamasya
Belajar”
• Gunakan waktu sebanyak mungkin untuk mengamati anak Anda saat
bekerja dan bermain.
• Perhatikan metode belajar dan cara bermain yang paling mereka senangi.
Kemudian pikirkan kegiatan yang dapat Anda lakukan bersama yang
menggunakan metode itu.20 Bicaralah mengenai topik yang menarik baginya
untuk mendapatkan petunjuk tambahan.
• Beri anak kesempatan untuk membuat keputusan dan pilihan kegiatan
yang ingin dilakukan. Dia akan tertarik pada kegiatan yang menyenangkan
baginya dan itu memberi Anda petunjuk tentang potensi kekuatannya.
Perhatikan pula apa yang tidak disenanginya dan pikirkan cara untuk
mengubah cara pendekatan Anda.
• Cari jalan untuk melibatkan keluarga besar atau teman dekat dalam
kegiatan belajar di rumah. Ini akan memberi anak banyak waktu untuk
bersama dengan orang-orang yang berarti dalam hidupnya. Selain itu, Anda
akan mendapat banyak dukungan dari orang-orang yang Anda cintai untuk
kegiatan belajar di rumah yang Anda lakukan ini.
• Perhatikan atau ciptakan kesempatan bagi Anda dan anak Anda untuk
menerapkan nilai-nilai keluarga. Anak-anak pada usia dini dapat membantu
Anda membuat kue, membuat kartu, melukis, atau memetik bunga dan
menyerahkannya kepada orang yang membutuhkannya.
• Jika Anda mengeluarkan anak dari sekolah, Anda harus peka terhadap
kebutuhannya ketika melakukan penyesuaian. 21 Jika perlu, tetaplah
berhubungan dengan beberapa kawan baik. Jalani masa transisi metode
pendidikan yang berbeda ini dengan perlahan. Rencanakan beberapa kegiatan
menyenangkan yang tidak mungkin dilaksanakan di sekolah. Dari beberapa
kiat atau strategi dalam melaksanakan homeschooling kita dapat mengetahui,
bahawa dalam pelaksanaan program pendidikan homeschooling cukup banyak
perbedaannya, mulai dari pengaturan materi, jadwal belajar, pengajar dan
kegiatan kegiatan yang lainnya. Sehingga orang tua yang sekaligus menjadi

20Indah Hanaco, Op.Cit., h. 122-126


21Linda Dobson, Tamasya Belajar: Panduan Merancang Program Sekolah di Rumah
untuk Anak Usia Dini, (Bandung. Mizan Learning Center (MLC), 2005)

16
guru bagi anaknya harus betul-betul memahami bagaimana strategi dan kiat-
kiat untuk melaksanakan pendidikan homeschooling bagi anaknya. Agar
pelaksanaan program bersekolah di rumah bisa berjalan dengan optimal dan
menghasilkan output yang diharapkan.

C. Kesimpulan
Dari materi di atas dapat di simpulkan bahwasanya Homeschooling
adalah sekolah yang diadakan dirumah. Meski disebut dengan istilah
Homeschooling, tidah berarti anak terus menerus belajar dirumah, tetapi anak
belajar dimana saja dan kapan saja asalkan situasi dan kondisinya benar-benar
dalam keadaan nyaman dan menyenangkan seperti
Secara filosofis dapat dinilai sebagai pembelajaran dan pendidikan
yang memberikan kemerdekaan dan kebebasan pada anak untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Melalui homeschooling
diharapkan problem yang ada saat dilembaga formal sebelumnya dapat teratasi
dengan sebaik mungkin.

17
DAFTAR PUSTAKA
Budi Santoso Satmoko, 2010. Sekolah Alternatif, Meengapa Tidak?Yogyakarta: Penerbit
Diva Press
Hanaco Indah, 2012. I Love Homeschooling, Segala Sesuatu yang Harus diketahui Tenatng
Homeschooling, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ishaq Abdulhaq dan Ugi Suprayogi. 2012. Penelitian dalam Penelitian Tindakan dalam
Pendidikan non formal jakarta: Rajawali Pers.
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif .Bandung,: Remaja Rosdakarya.
Maria Magdalena, 2010. Anakku Tidak Mau Sekolah Jangan Takut Cobalah Home
Schooling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Maria Magdalena, 2010. Anakku Tidak Mau Sekolah Jangan Takut Cobalah Home
Schooling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Margaret M. Poloma, 2013. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo Press
Buku Kompas, (2007). Home Schooling: Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara.
Loy Kho, (2007). Homeschooling untuk Anak, Mengapa Tidak? Yogyakarta: Kanisius
Maulina D. Kembara, (2007). Panduan Lengkap Home Schooling. Bandung: Progressio
Seto Mulyadi, (2007). Homeschooling Keluarga Kak-Seto: Mudah, Murah, Meriah, dan
Direstui Pemerintah. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

18

Anda mungkin juga menyukai