Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN

Pelatihan Calon Pelatih Pendidikan Keluarga Pendidik SD


Tahun 2023

DISUSUN OLEH:
NAMA : DAMAS SEVAKA ANGGRAENI, S.Pd
NIP : 199304102019032031

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA


SEKOLAH DASAR NEGERI CIRACAS 03 JAKARTA
(NPSN : 20109242)
Jalan Raya Centex RT. 003 RW. 03 Kec. Ciracas Telepon 021-8718745 Jakarta Timur
LAPORAN IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN
PELATIHAN CALON PELATIH PENDIDIKAN KELUARGA
TAHUN 2023

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan

anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan bahwa keluarga merupakan

peletak dasar bagi pendidikan yang pertama dan utama. Dikatakan

demikian karena segala pengetahuan, kecerdasan, intelektual, maupun

minat anak diperoleh pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan

anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu orang tua harus menanamkan

nilai-nilai yang sangat diperlukan bagi perkembangan kepribadian anak-

anaknya, sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri,

tangguh dan memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik pula, seperti

tidak mudah marah, tidak mudah emosional, mampu beradaptasi dan lain

sebagainya.

Berdasarkan suatu pengamatan tidak semua orang tua

(keluarga) dalam membimbing anaknya mempunyai suatu

pandangan yang sama, tergantung pada bentuk-bentuk

kepemimpinan yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga itu

sendiri. Secara umum bentuk kepemimpinan orang tua dalam

keluarga ada tiga macam yakni demokratis, otoriter dan liberal

1
(laissez faire). Dalam pelaksanaannya ketiga bentuk kepemimpinan

orang tua tersebut memiliki khas/kecerdasan yang dapat memadai

apakah kepentingan orang tua tersebut termasuk dalam bentuk

kepemimpinan yang demokratis, otoriter ataukah liberal (faissez

faire). Sesuai yang dikemukakan dalam buku menuju keluarga

Sakinah (Salman, 2000 : 80-81), bahwa ciri khas/kecenderungan dari

masing-masing bentuk kepemimpinan tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Kepemimpinan yang demokratis, orang tua

menunjukkan perhatian dan kasih sayang, berperan

serta dalam kegiatan anak, percaya pada anak, tidak

terlalu banyak mengharap dari anak serta memberi

dorongan dan nasehat kebijaksanaan pada anak

2. Kepemimpinan yang otoriter, dimana orang tua

(keluarga) menuntut kepatuhan mutlak anak,

pengawasan ketat terhadap anak dalam segala

kegiatannya, memperhatikan hal-hal yang sepele dan

banyak mengeritik anak.

3. Kepemimpinan yang liberal (faissez faire), orang tua

tidak dapat mengendalikan anaknya, disiplin lemah dan

tidak konsisten, anak dibiarkanmengikuti aturan-aturan

di rumah serta anak dibiarkan mendominir orang tua


(Salam, 2000 : 80-81).

Kepemimpinan orang tua tersebut di atas, tentunya akan

membawa dampak yang berbeda-beda terhadap kemandirian belajar

anak-anaknya. Dampak pola kepemimpinan demokratis ini adalah

anak memliki kepercayaan diri yang wajar, bersikap optimis,

memiliki daya kreatif yang pada akhir berpengaruh positif terhadap

kemandirian belajar anaknya, dampak pola kepemimpinan ototiter

ini adalah anak yang tidak aman, kurang percaya diri, mudah ragu

dan putus asa, pasif dan tidak bisa berkembang.

Sedangkan dampak pola kepemimpinan liberal ini anak masa

bodoh, acuh tak acuh, tidak menghargai orang lain serta tidak

memperdulikan keadaan orang lain dan dampaknya tidak baik

terhadap pembentukan kemandirian belajar anak. Oleh karena itu

keluarga merupakan yang terdekat membesarkan, mendewasakan

dan di dalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali.

Orang tua memiliki perananan yang sangat penting dalam

perkembangan anaknya. Lingkungan sekolah misalnya siswa sering

melakukan hal-hal yang tidak di ketahui oleh orang tuanya, di rumah

seperti kurang hormat kepada guru, tidak mematuhi, mentaati

peraturan sekolah, anak yang nakal, dan pergaulan siswa siswi

sekarang yang sangat merisaukan pihak sekolah orang tua dan

sebagainya. Karena itu tanggung jawab, perhatian orang tua sangat


perlu agar dapat membantu anak dalam proses kemandirian belajar.

Dalam keluarga sangat perlu memperhatikan masalah

kemandirian anak, dan anakpun perlu mendapatkan perhatian yang

lebih dari orang tuanya. Dengan perhatian atau pola kepemimpinan

dari orang tua, anak mendapat latihan mandiri, sehingga pengalaman

yang hakiki dan pertama, anak dapat belajar untuk menyesuaikan

diri sebagai manusia sosial dalam pembentukan norma-norma,

terutama dengan orang tuanya.

B. Tujuan
Tujuan Implementasi Pasca Pelatihan ini dilakukan, antara lain :
a. Meningkatkan hubungan antara orangtua dan sekolah
b. Menyamakan persepsi arah tujuan belajar anak di sekolah melalui
berbagai program sekolah
c. Meningkatkan semangat belajar siswa dalam menggali potensi, minat,
dan bakatnya di sekolah

II. PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
• Waktu Pelaksanaan:
- Hari : Rabu
- Tanggal : 8 November 2023
- Pukul : 13.00 s.d. 21.00
• Tempat : Rumah Peserta Didik
B. Objek Implementasi Pasca Pelatihan
Yang menjadi objek Implementasi Pelatihan Calon Pelatih
Pendidikan Keluarga Tahun 2023 adalah orangtua peserta didik kelas 6A
yang berjumlah 30 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 18 orang dan
perempuan 12 orang.

C. Tahapan Pelaksanaan Implementasi Pasca Pelatihan


1. Perencanaan
1) Tentukan Informasi
Langkah pertama adalah memutuskan hal-hal apa yang perlu
diketahui dari responden untuk memenuhi tujuan penelitian.
Dalam hal ini peneliti membuat kisi-kisi angket yang berisi
pelibatan orantua dalam belajar anak di rumah.

2) Tentukan Target Responden

Setelah menentukan informasi apa yang dibutuhkan, langkah


selanjutnya adalah menentukan populasi yang ingin
digeneralisasikan dari data sampel yang akan dikumpulkan.

Peneliti harus menyusun kerangka sampling. Selain itu, dalam


merancang kuesioner peneliti harus memperhitungkan faktor-
faktor seperti usia, pendidikan dari responden sasaran.

Target responden yang peneliti buat adalah orangtua siswa kelas


6A karena peneliti mengajar di kelas tersebut.

3) Pilih Metode Tepat

Metode kontak akan memengaruhi tidak hanya pertanyaan yang


dapat diajukan oleh peneliti, tetapi juga ungkapan dari
pertanyaan tersebut.
Metode utama yang biasa digunakan untuk menyebar kuesioner
adalah wawancara pribadi atau kelompok, pemberian kuesioner,
hingga wawancara telepon.

Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Aturan


umumnya adalah bahwa makin sensitif atau pribadi suatu
informasi, makin bersifat pribadi bentuk pengumpulan datanya.

Namun, karena keterbatasan waktu untu melakukkan


wawancara baik secara langsung maupun telepon, peneliti
menyebar angket dengan cara diisi langsung oleh orang tua
siswa di rumah dengan didampingi oleh peserta didik pada saat
mengisi angket. Hal ini dilakukan supaya terdapat kesesuaian
jawaban angket dengan kebiasaan yang sebenarnya terjadi di
rumah dengan peserta didik.

4) Tentukan Konten Pertanyaan

Peneliti harus selalu siap untuk bertanya, "Apakah pertanyaan


ini benar-benar dibutuhkan?" Godaan untuk memasukkan
pertanyaan tanpa mengevaluasi secara kritis kontribusinya
terhadap pencapaian tujuan penelitian, seperti yang ditentukan
dalam proposal penelitian.

Tidak ada pertanyaan yang bisa dimasukkan kecuali data yang


ditimbulkannya langsung digunakan dalam menguji satu atau
lebih hipotesis yang ditetapkan selama desain penelitian.

Maka dari itu, peneliti bersama kepala sekolah menyusun


pertanyaan-pertanyaan pada angket yang akan diberikan ke
orangtua siswa.
2. Pelaksanaan
Tema Kegiatan Pendidikan Keluarga
Materi Pembelajaran Partisipasi Orantua dalam Belajar
Anak di Rumah
Kelas VI-A (Enam/A)
Tujuan Pembelajaran 1. Sekolah mempunyai data
mengenai hubungan orangtua dan
peserta didik di rumah.
2. Orantua mengetahui hal-hal penting
yang harus diperhatikan dan
dilakukan selama mendampingi
anak belajar di rumah.
3. Adanya koordinasi dan korelasi
sikap belajar anak di rumah dengan
di sekolah.
4. Menyamakan cara pandang
orangtua terhadap program sekolah
Durasi Waktu 1 hari
Jenis Kegiatan Eksplorasi dan diskusi
Hari/Tanggal Rabu, 8 November 2023
Waktu 13.00 – 21.00 WIB
Lokasi Rumah Peserta Didik
Transportasi (Jika diperlukan) -
Tim yang Terlibat Guru Kelas VI-A
Jadwal 1 Hari
Rencana Kegiatan 1. Guru bersama kepala sekolah
membuat kisi-kisi pertanyaan untuk
angket yang akan diberikan
2. Guru menyampaikan informasi
pengisian angket melalui grup WA
3. Setelah mengisi angket, orangtua
bersama peserta didik melihat hasil
jawaban angket yang diisi orangtua
dan mengirim foto ke grup WA
sebagai bukti sudah mengisi angket
Mata Pelajaran yang dapat di Pendidikan Agama, PPKn
kolaborasikan
Langkah-langkah kegiatan
Kegiatan awal 1. Guru bersama kepala sekolah
menyusun kisi-kisi pertanyaan pada
angket
2. Guru menginfomasikan perihal
pengisian angket
3. Angket diberikan melalui peserta
didik
Kegiatan Inti 1. Orantua mengisi angket yang sudah
dibuat oleh guru
2. Peserta didik berdiskusi bersama
orangtua perihal point-point pada
instrument angket mengenai
keterlibatan orangtua dalam belajar
di rumah
3. Orantua dan peserta didik berfoto
bersama sebagai bukti bahwa sudah
mengisi angket dan melakukan
diskusi bersama perserta didik.
4. Mengirim bukti foto ke grup WA
5. Guru mrngumpulkan dan
menganalisis jawaban yang telah
diisi oleh orang tua
6. Guru memanggil peserta didik yang
hasil angketnya terdapat
ketidaksesuaian dengan perilaku
belajar siswa di sekolah
7. Guru berbicara mengenai hambatan
dan kesulitan belajar selama di
sekolah dan di rumah

Kegiatan Penutup 1. Guru berkomunikasi dengan


orangtua siswa yang dipanggil
mengenai hambatan dan kesulitan
belajar di sekolah maupun di sekolah
2. Guru bersama orangtua
berkoordinasi mencari solusi
bersama

3. Evaluasi
Selama berlangsungnya kegiatan pengisian angket partisipasi
orangtua dalam belajar anak di rumah tidak mengalami kendala. Semua
orangtua mengisi angket yang diberikan dan dapat memahami instruksi
yang diberikan oleh guru.

III. HASIL IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN


Kegiatan penelitian terhadap partisipasi orangtua alam belajar anak di
rumah terlaksana dengan baik dan menyeluruh. Walaupun waktu yang
diberikan dari pengumpulan data sampai menganalisi data sangat sedikit.
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan cara
menyebarkan angket mengenai partisipasi orangtua dalam belajar anak di
rumah dapat disimpulkan hampir seluruh orangtua siswa kelas 6A
mendampingi dan ikut berperan aktif dalam belajar anak di rumah. Hanya 2
siswa yang mengalami kendala belajar di rumah dalam hal pendampingan
belajar dikarenakan orangtua bekerja secara shift sehingga kesulitan
mendampingi anak belajar di rumah.

B. Saran-Saran
Pemberian angket sebagai pengumpulan data dan sumber informasi
mengenai Pendidikan keluarga harus sering dilakukan untuk menyamakan
perilaku belajar siswa di rumah dan di sekolah.
LAMPIRAN

Dokumentasi Foto Perencanaan dan Pelaksansaan

Anda mungkin juga menyukai