Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INKLUSI

HOME SCHOOLING

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Taty Fauzi, M.Pd.

Disusun oleh :
Elvin Kinanti Paramuditha (2021143583)

KELAS:2.O PGSD

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Palembang
Tahun Ajaran 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang
“HOME SCHOOLING”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
PENDIDIKAN INKLUSI. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat
digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Palembang, Juni 2022

Penyusun
Elvin Kinanti Paramuditha

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1.Latar Belakang.............................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3.Tujuan..........................................................................................................2

BAB II....................................................................................................................3

PEMBAHASAN....................................................................................................3

2.1.Hakikat Pemerintahan..................................................................................3

2.2. Bentuk – Bentuk Pemerintahan...................................................................4

2.3. Bentuk – Bentuk Negara.............................................................................5

2.4. Pengertian Warga Negara.........................................................................10

2.5. Hak dan Kewajiban Warga Negara...........................................................11

BAB III................................................................................................................15

PENUTUP...........................................................................................................15

Kesimpulan......................................................................................................15

Saran.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Homeschooling atau pendidikan berbasis keluarga, saat ini telah menjadi


sorotan masyarakat sehubungan dengan kehadirannya di Indonesia yang dapat
menjadi alternatif pendidikan. Homeschooling yang disahkan oleh pemerintah
melalui Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 27 ayat (1) “Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar mandiri.”

Di samping itu kehadiran Homeschooling di Indonesia sebagai


pendidikan alternatif sangat di minati oleh para orang tua yang kurang percaya
atau merasa ketakutan terhadap pendidikan formal yang ada sekarang, oleh karena
maraknya kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman atau siswa maupun
oleh guru sendiri sehingga orang tua merasa perlu untuk melindungi anaknya
dengan cara anak diikutkan dalam pendidikan berbasis rumah.

1.2.Rumusan Masalah

 Apa Hakikat dari pemerintah?

 Bagaimana bentuk pemerintah yang baik?

 Apa pentingnya bentuk negara bagi suatu negara?

 Apa pengertian dari warga negara?

 Apakah Hak dan kewajiban kita sebagai warga negara indonesia?

1
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Home Schooling
Homeschooling merupakan bahasa inggris yang terdiri dari kata home dan
school. Menurut kamus bahasa Inggris homeschooling merupakan bentuk kata
kerja, homeschooling adalah untuk mengajar (seorang murid, misalnya) dalam
program pendidikan di luar sekolah yang didirikan, terutama di rumah.
Homeschooling berarti membimbing seperti seorang murid dalam program
pendidikan luar sekolah umum, khususnya dilaksanakan di rumah.

Homeschooling adalah menyekolahkan anak di rumah yang


dipertanggungjawabkan oleh keluarga atau orangtua dan menentukan sendiri
metode pengajaran yang tepat sesuai kemampuan, minat, bakat, potensi dan gaya
belajar peserta didik. (Fatzuarni, 2021)

2.2. Sejarah Home Schooling


keilmuan di rumahnya sendiri dengan penyampaian dari beliaunya sendiri.
Bagi beliau seorang anak adalah sesuatu amanah dan titipan dari Allah yang
sangat istimewa, beliau juga tidak menginginkan anak-anak yang telah dididik
oleh orang-orang Belanda yang berbeda ideologi dengan bangsa dan agama.
Dengan demikian homeschooling dapat dikatakan sangat relevan dengan
pendidikan yang ada di Indonesia sebagaimana yang telah dilakukan oleh para
pakar pendidikan di zaman penjajahan. Hal itu terlepas dari pendapat Agus Salim
dalam mendidik anaknya yaitu harus berbeda ideologi dan agama. Tapi yang perlu
dijadikan sandaran bahwa homeschooling telah menunjukkan keberhasilan yang
sempurna dalam mendidik anak-anak bangsa di masa penjajahan.
Di Indonesia, homeschooling juga sudah lama membaur di kalangan
masyarakat luas yang terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka. Akan tetapi pada
era dahulu belum memakai istilaah homeschooling tetapi lebih terkenal dengan
belajar otodidak. Hal ini dapat diketahui dari Bapak Pendidikan Indonesia yaitu
Ki Hajar Dewantara yang ternyata keberhasilannya didapat tanpa menjalani
pendidikan formal. Homeschooling di Indonesia mulai marak terjadi pada tahun
2005. Kehadirannya lebih dilatarbelakangi sebagai upaya mengatasi masalah
perbedaan sekolah formal yang tidak merata ditiap-tiap daerah. Selain itu ada pula

2
motivasi untuk memperkaya bentuk dan ragam pelaksanaan pendidikan
khususnya anak berbakat / memiliki potensi khusus.
Seiring dengan perkembangan zaman homeschooling di Indonesia
semakin antusias minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di
homeschooling. Bahkan saat ini homeschooling telah tersebar dan menjadi tren di
di kota-kota besar yang di Indonesia. Dari fenomena tersebut dapat diperkirakan
bahwa homeschooling sangat dibutuhkan masyarakat. Setidak-tidaknya
keberadaan homeschooling akan memenuhi sekitar 10% dari total jumlah anak di
Indonesia.
Mencermati sebuah prinsip yang diterapakan oleh Ki Hadjar Dewantoro,
homeschooling berdasarkan sejarah telah berhasil meraih kesuksesan dan hal itu
sangat relevan dengan sistem pendidikan nasional sekarang ini. Dimana anak
dipantau oleh orang tua secara langsung secara ketat dan anak didik tidak di
anggap sebagai anak yang bodoh atau juga pintar, tetapi yang paling penting
adalah meningkatkan potensi dan minat seorang anak itu sendiri. Lain dengan
halnya kalau di bangku sekolah, sampai saat ini juga masih aja ada guru yang
menganggap bahwa anak didiknya itu bodoh atau pintar. Ini merupakan kesalahan
yang sangat fatal bagi seorang pendidik,seorang anak didik harus mendapat
perhatian serius dari orang tua yang menyekolahkan anaknya di lembaga sekolah.
(Dwyer, 2022)

2.3. Dampak Positif Home Schooling


Dilihat dari sisi positifnya, yang pertama homeschooling
mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal karena setiap anak
memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan keterampilan yang
berbeda-beda. Potensi ini akan dapat berkembang secara maksimal jika keluarga
memfasilitasi suasana belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik
benar-benar merasa di rumah terjadi proses pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat informal.
Dengan metode home schooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh empat
tembok kelas yang sesak dan mereka dapat memilih dan menentukan tema
pembelajaran yang mereka inginkan.

3
Kedua, metode pembelajaran homeschooling mampu menghindari
pengaruh lingkungan negatif yang mungkin akan dihadapi anak di sekolah umum.
Pergaulan bebas, tawuran, rokok dan obat-obat terlarang yang terus meresahkan
para orang tua, sementara mereka tidak dapat mengawasi putra-putrinya sepanjang
waktu, karena sibuk bekerja.(Atmojo, 2013)

2.4. Dampak Negatif Home Schooling


Dilihat dari sisi negatifnya, yang pertama, dikhawatirkan anak-anak yang
mengikuti pendidikan homeschooling akan teraliansi dari lingkungan sosialnya
sehingga potensi kecerdasan sosialnya tidak muncul. Kekhawatiran ini disanggah
oleh Dhanang Sasongko Sekjen Asah Pena (Asosiasi Sekolah- Rumah dan
Pendidikan Alternatif) yang mengatakan bahwa adanya sekolah rumah
(homeschooling) bukan berarti steril dari masyarakat. Untuk mengatasi problem
ini sering diadakan kegiatan di luar rumah seperti ke pasar dan tempat umum
lainnya.

Metode sekolah rumah dapat dilaksanakan di rumah dan di luar rumah


akan tetapi perlu diperhatikan agar pembelajarannya dapat berlangsung secara
alami dan mandiri. Persoalan legalitas, sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal
27 ayat (1) dikatakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga
dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Lalu pada ayat (2)
dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)
diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hukum kegiatan
persekolahan di rumah dilindungi oleh Undang-Undang.

Dalam proses mengajar tidak hanya sekedar menerangkan dan


menyampaikan sejumlah materi pelajaran kepada peserta didik, namun pengajar
hendaknya memberikan dorongan agar terjadi proses belajar pada diri anak. Oleh
sebab itu, setiap pengajar perlu menguasai berbagai metode mengajar dan dapat
mengelola situasi dan kondisi dengan baik sehingga mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif. (Atmojo, 2013)

4
2.5. Alasan Pendidikan Rumah Kebanyakan
Alasan paling umum yang diberikan untuk homeschooling adalah sebagai
berikut:

 Menyesuaikan atau mengindividualisasikan kurikulum dan


lingkungan belajar untuk setiap anak.

 Mencapai lebih banyak akademis daripada sekolah.

 Menggunakan pendekatan pedagogis selain yang biasa dilakukan


di sekolah institusional.

 Meningkatkan hubungan keluarga antara anak-anak dan orang tua


dan di antara saudara kandung.

 Memberikan interaksi sosial yang terbimbing dan beralasan dengan


teman sebaya dan orang dewasa muda.

 Menyediakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak dan


remaja, karena kekerasan fisik, obat-obatan dan alkohol, pelecehan
psikologis, dan seksualitas yang tidak pantas dan tidak sehat yang
terkait dengan institusi sekolah, dan

 Mengajar dan memberikan seperangkat nilai, keyakinan, padangan


dunia tertentu kepada anak-anak dan remaja.

2.6. Akademis Prestasi

 Siswa yang belajar di rumah biasanya mendapat skor 15 sampai 30


poin persentil di atas siswa sekolah umum pada tes prestasi
akademik standar. (Rata-rata sekolah umum adalah 50 skor
berkisar dari 1 hingga 99)

 Siswa Home schooling mendapat skor di atas rata-rata pada tes


prestasi terlepas dari tingkat Pendidikan formal orang tua atau
pendapatan rumah tangga keluarga mereka.

5
 Tingkat control dan regulasi negara home schooling tidak terkait
prestasi akademik.

 Siswa home schooling semakin aktif direkrut oleh perguruan


tinggi. (Ray, 2016)

2.7. Tujuan Home Schooling

a. Pemenuhan layanan pendidikan yang bermutu,

b. Melayani siswa yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan


hidup secara fleksibel,

c. Pemenuhan layanan pendidikan secara sadar, teratur dan terarah dalam


belajar yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang terbentuk
pembelajaran mandiri yang dapat berlangsung di rumah atau
tempattempat lain dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap
potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
(Kemdikbud-RI, 2014)

2.8. Jenis Home Schooling


Homeschooling pada mulanya berbentuk “Homeschooling Tunggal” yang
Diselenggarakan oleh satu keluarga.Kemudian mengalami perkembangan menjadi
“Homeschooling Majemuk” yaitu terdiri dari beberapa keluarga dalam suatu
lingkungan.Bila semakin besar maka akan terbentuk”Homeschooling Komunitas”
yang membutuhkan pengelolaan yang teratur dan tersruktur.

2.9. Keunikan Home Schooling disbanding sekolah formal


Pendidikan alternatif Home schooling memiliki persamaan dengan sekolah
formal diantaranya sebagai berikut:
1.Sebagai model pendidikan anak.
2.Bertujuan untuk masa depan anak yang lebih baik.
3.Media untuk mencapai tujuan pendidikan seperti kecerdasan dan ketrampilan.
Sementara itu terdapat perbedaan antara homeschooling dengan sekolah formal
diantaranya adalah:
1.Sekolah formal: sistem pendidikannya memiliki standarisasi yang ditentukan
6
oleh pemerintah,manajemennya menggunakan kurikulum terpusat/diatur, jadwal
atau kegiatan belajarnya baku.dengan sistem yang berlaku, Tanggungjawab
Pendidikan diserahkan kepada guru atau lembaga sekolah sedangkan peran
orang tua relatif minim, serta model belajarnya orang tua hanya mengawasi
saja.
2.Lembaga Pendidikan alternatif homeschooling : sistem pendidikannya
disesuaikan dengan kebutuhan anak dan keluarga, manajemennya memakai
kurikulum terbuka yang bisa dipilih, jadwal atau kegiatan belajarnya bersifat
fleksibel sesuai dengan kesepakatan bersama, peran orang tua sangat dilibatkan
bahkan sebagai penentu keberhasilan, serta model belajarnya tergantung
komitmen dan kreativitasorang tua/siswa dalam mendisain sesuai
kebutuhan(Diyah Yuli Sugiarti, 2010)

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Homescooling menjadi tempat harapan orangtua dan keluarga untuk
meningkatkan minat, potensi, bakat dan moral peserta didik serta mendapatkan
suasana belajar yang menyenangkan. Adanya ketidakpuasan orangtua dan
keluarga terhadap peserta didik di sekolah mengakibatkan orangtua memilih
pembelajaran homeschooling agar peserta didik agar dapat meluangkan waktu dan
fokus terhadap peserta didik.

Homescooling merupakan pendidikan alternatif yang didasarkan teori


pendidikan kepribadian (humanistik). Pendidikan kepribadian merupakan konsep
pendidikan yang lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan
siswa. Materi ajaran dipilih yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan
peserta didik.

Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, W. T. (2013). JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 19 Nomor


71 Tahun XIX Maret 2013. 19(September), 1–11.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpkm/article/view/4708/4139

Diyah Yuli Sugiarti. (2010). Mengenal Homeschooling Sebagai Lembaga


Pendidikan Alternatif. Edukasi, 1(2), 13–22.

Dwyer, J. G. (2022). Homeschooling. Philosophical Inquiry in Education, 29(1),


36–41. https://doi.org/10.46495/sdjt.v4i2.27

Fatzuarni, M. (2021). Sistem Homeschooling Terhadap Efektivitas Pembelajaran.

Kemdikbud-RI. (2014). Peraturan Mendikbud No 129 Tahun 2014 tentang


Sekolahrumah. https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud Nomor 129
Tahun 2014.pdf

Ray, B. D. (2016). Research facts on homeschooling. National Home Education


Research Institute. http://www.nheri.org/research/research-facts-on-
homeschooling.html

Anda mungkin juga menyukai