Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK DIGITAL UNTUK PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS 2 SD

Identitas :
1. SAPARUDIN SAPUTRA
2. SUCIARTI NUR ADHA
3. CICI ARMILA
4. NADIA PUTRI MAHARANI
5. RINA SILVIA DEWI
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Media pembelajaran : Komik Digital

1. PENDAHULUAN
Sopan adalah sikap hormat dan beradap dalam perilaku, santun dalam tutur kata, budi
bahasa dan kelakuan yang baik sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat yang harus kita
lakukan. Perilaku sopan mencerminkan perilaku diri sendiri, karena sopan memiliki arti hormat,
takzim dan tertib menurut adat (Oetomo 2012: 20). Santun adalah sifat yang halus dan baik hati
dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kesemua orang. Kesantunan bisa
mengorbankan diri sendiri demi masyarakat atau orang lain (Mustari 2014: 129). Sikap sopan
santun merupakan sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat dan ia rasakan dalam situasi dan
kondisi apapun. Sikap santun yaitu baik, hormat, tersenyum dan taat pada semua peraturan yang
ada. Sebagai pendidik di sekolah, guru memiliki tanggung jawab secara moral untuk
mengarahkan dan membantu peserta didik berperilaku baik, melindungi mereka dari hal-hal yang
akan merusak kepribadiannya. Dibawah bimbingan guru, peserta didik dibimbing tata cara
bersosialisasi sesuai dengan norma, moral dan etika masyarakat di mana ia hidup. Amanah ini
hendaknya dipegang teguh dan dijalankan dengan sepenuh hati oleh para pendidik di sekolah. Ini
dikarenakan peserta didik di SD merupakan tanggung jawab guru untuk diarahkan pada hal-hal
kebaikan, mengingat pada usia ini peserta didik sedang mengalami perkembangan yang saat
peka terhadap pengaruh-pengaruh dari lingkungan.

1
Guru wajib memahami dengan baik visi, misi dan tujuan pembelajaran PKn, memahami
konsep-konsep yang akan membantunya untuk membinakan perilaku etika sopan santun dan
saling menghormati, seperti konsep tentang nilai, moral, dan etika, konsep tentang berbagai
pendekatan, model pendidikan nilai, dan model pembelajaran lainnya, serta media pembelajaran
yang akan mendukung proses pembinaan etika sopan santun. Dengan demikian guru dapat
memanfaatkan multi disiplin ilmu, multi metode, danmulti media agar dapat melaksanakan
pembelajaran PKn dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sebab melalui pembelajaran
PKN diharapkan peserta didik memiliki etika sopan santun yang baik serta sikap dan perilaku
yang mencerminkan manusia Indonesia yang memiliki nilai-nilai yang terdapat dalam rumusan
Pancasila dan bertanggung jawab terhadap segala perilakunya. Oleh karena itu pada kegiatan
pembelajaran di kelas guru dituntut berperan penuh dan tanggung jawab dalam memberikan
pendidikan sopan santun melalui pembelajaran PKN. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang kami lakukan dengan guru SDN 118 Palembang, kami melihat adanya bentuk
perilaku yang kurang baik akibat dari minimnya pengembangan dan pembinaan karakter pada
peserta didik, seperti kurang adanya rasa menghargai sesama teman, sopan satun kepada guru,
merusak barang milik teman, merusak sarana dan prasarana sekolah, berbohong, saling mengejek
dan berkelahi. Dari hasil observasi tersebut menunjukan bahwa kurangnya pemahaman
mengenai nilai-nilai karakter di sekolah dan dilaksanakan dengan baik, masih terdapat sebagian
besar peserta didik bersikap atau berperilaku yang belum mencerminkan nilai karakter yang baik.
Penyimpangan perilaku yang kurang mencerminkan peserta didik berkarakter yang terjadi di
SDN 118 Palembang merupakan masalah yang tidak sederhana.
Sehingga untuk mengatasi permasalahan mengenai sikap etika sopan santun maka
dibutuhkan suatu media pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan dalam beretika dan
sopan santun siswa. Media pembelajaran merupakan unsur yang penting dalam proses
pembelajaran, media pembelajaran menjadi sumber belajar yang dapat membantu guru dalam
memperkaya wawasan siswa (Nurrita, 2018). Media pembelajaran juga berguna untuk membuat
pengajaran lebih menarik, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, memperjelas
pemaknaan bahan pengajaran, membuat siswa lebih banyak terlibat, dan menjadikan metode
pembelajaran lebih bervariasi (Saputra & Pasha, 2021; Subroto et al., 2020).
Media pembelajaran yang sering digunakan adalah media cetak yang merupakan
penyampai informasi berupa bacaan untuk dibaca. Menurut Dalman (2013:5), pengertian

2
membaca merupakan “suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menentukan
berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan”. Oleh karena itu membaca dapat meningkatkan
kreativitas dan imajinatif serta ketelitian siswa. Salah satu contoh media bacaan adalah media
“komik digital”.
Peserta didik perlu diberikan rangsangan untuk membuatnya tertarik dalam mempelajari
dan memahami materi PPKn. Miarso (2004) berpendapat bahwa: “Media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar”. Dalam mencapai tujuan maka memerlukan kegiatan pembelajaran yang berkualitas.
Komik digital merupakan media yang bersifat sederhana, jelas dan mudah dipahami oleh
pembaca. Komik mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita secara berurutan yang
dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Komik
juga merupakan suatu bentuk cerita bergambar, terdiri atas berbagai situasi, kadang bersifat
humor. Dalam pembelajaran, komik dapat dijadikan sebagai media pembelajaran, media
penyampaian ide, gagasan, dan bahkan kebebasan berpikir. Oleh karna itu komik dapat menjadi
media yang informatif dan edukatif. Keberadaan media komik sebagai bagian dari dunia seni
yang pada dasarnya adalah hasil dari daya cipta manusia yang berangkat dari perpaduan cerita
dan gambar, sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Komik juga memiliki daya
tarik yang luar biasa sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan tidak terkesan
menggurui.
Penggunaan komik sebagai media dalam pembelajaran memiliki peran penting, karena
penyajian komik membawa siswa ke dalam suasana yang penuh kegembiraan. Kegembiraan
dalam belajar merupakan luapan emosi yang mengaktifkan syaraf otak untuk dapat merekam
pelajaran dengan lebih mudah. Pada saat usia sekolah dasar (SD) kebanyakan siswa masih
memiliki gaya belajar visual yang lebih cenderung mengaktifkan ingatan melalui gambar yang
ditangkap oleh mata. Dengan demikian melalui media komik digital dapat disajikan materi
pelajaran sekaligus bisa juga ditanamkan nilai-nilai karakter dengan pesan-pesan bergambar
yang mudah dipahami oleh siswa SD.
Berdasarkan teori di atas, penliti menyimpulkan bahwa media komik digital adalah salah
satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan kreativitas pendidik yang dapat
memberikan pesan tertentu kepada peserta didik. Dalam hal ini, peneliti mengembangkan media

3
komik digital dan di dalam media tersebut menyajikan materi pada pembelajaran kelas 2 tentang
budi pekerti. Dengan pengambilan media pembelajaran komik digital, mengharapkan siswa
dapat Mengetahui dan Menerapkan sikap etika sopan santun dan saling menghormati dalam
kehidupan bermasyarakat. Beda media yang sudah ada setelah kami melakukan observasi di SD
118 Palembang, bahwa dalam peroses pembelajaran media yang digunakan hanya buku dan
hanya mendengarkan penjelasan dari guru jadi kami akan membuat media komik untuk
membantu siswa agar menerapakan sikap sopan santun. Alasan kami memilih media komik
karena ingin mengajarkan siswa menerapkan sikap sopan santun kepada orangtua,guru,teman
sebaya,dan masyarakat sekitar

2. METODE

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengembangan ADDIE (Analyze,


Design, Development, Implementation, Evaluation ). ADDIE yang terdiri atas 5 langkah, yaitu
Analyze merupakan tahap mengidentifikasi potensi dan masalah serta menganalisis kebutuhan,
Design merupakan tahap untuk mendesain media pembelajaran yang diharapkan.Tahap design
terdiri atas penyusunan garis besar isi media pembuatan ilustrasi dan pembuatan nyata komik
untuk mempermudah siswa menerapkan sikap sopan santun pada guru dan orang tua. Tahap
Development merupakan tahap penilaian produk dengan melakukan validasi ahli, uji coba one-
to-one, uji coba small group. Implementation merupakan tahap akhir dalam pengembangan.
Evaluation tahap evaluasi ini merupakan tahapan analisis perolehan data dari pretest dan postest
dengan rumus N-Gain yang bertujuan untuk dapat menilai kualitas media komik yang
dikembangkan terkait proses dan hasil pembelajaran, baik sebelum dan sesudah implementasi.
Menurut Robert Branch (2009:2-3) metode ini merupakan proses mendasar untuk
menciptakan sumber belajar yang efektif, memiliki kerangka proses yang kompleks dan cocok
untuk mengembangkan produk pendidikan dan sumber belajar lainnya. ADDIE memiliki prinsip
dasar yaitu semua kegiatan yang direncanakan dalam pengembangan fokus kepada siswa,
dimana siswa dibimbing untuk membangun pengetahuan dalam ruang pembelajaran. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dan utuh tentang pembinaan perilaku
etika sopan santun dan saling menghormati pada peserta didik melalui pembelajaran PKn di
kelas 2 SD 118 Palembang sesuai dengan keadaan riil di lapangan. Teknik pengumpulan data

4
menggunakan teknik observasi, wawancara secara mendalam dan dokumentasi. Obyek penelitian
adalah kegiatan pembelajaran PKn yang sedang berlangsung. Subyek penelitian adalah guru
kelas, siswa dan kepala sekolah. Instrumen pengumpulan data berupa pedoman observasi dan
pedoman wawancara yang telah dibuat sebelum terjun ke lapangan (SD Kelas 2). Analisis data
dilakukan saat di lapangan dan sesudah di lapangan. Data dianalisis secara narasi dengan
pemaknaan secara mendalam.

5
6

Anda mungkin juga menyukai