Anda di halaman 1dari 17

Seni Komik Sebagai Media Pembelajaran Sekolah Dasar

untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa

MAKALAH

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan


yang Dibina oleh Dr. Anang Santoso, M.Pd dan Muyassaroh, S.S., S.Pd

Oleh

Septian Nugraha Putra (110121410532)


Octario Sakti Susilo (110121410516)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DESEMBER 2011
1.Pendahuluan

Budaya belajar efisien merupakan budaya yang semakin tergusur oleh


perkembangan teknologi. Masyarakat Indonesia cenderung memilih cara praktis dan
instan dalam memperoleh informasi. Terbukti konsumsi masyarakat akan teknologi
internet ataupun game online semakin meningkat. Kecenderungan ini berimbas pada
proses belajar yang berlangsung di sekolah yang murid-muridnya lebih memilih game
online daripada belajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan game online
semakin memudahkan anak untuk bermain,tetapi ini berdampak buruk terhadap minat
belajar dikalangan siswa.

Hal ini menunjukkan betapa rendahnya pembelajaran masyarakat Indonesia.


Untuk itu perlu meningkatkan konsumsi teknologi di masyarakat, kebiasaan cara
belajar murid di sekolah yang dilakukan secara satu arah (lebih sering mendengarkan
dari pada mencari) harus diubah karena dapat menjadikan mutu pendidikan kurang
kompeten.

Metode pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran


karena pembelajaran dipandang sebagai suatu system yang meliputi satu sama lain
tidak dapat dipisahkan, melainkan saling berkaitan dan memiliki efek sinergi. Dengan
adanya metode pembelajaran siswa diharapkan mampu mengatasi kesulitan dalam
pembelajaran. Hal ini ditujukan supaya siswa mampu mengatasi kejenuhan dalam
mempelajari suatu hal yang sering kali ditampilkan dalam bentuk textbook yang
membosankan dan monoton.

Penggunaan metode pembelajaran merupakan suatu alasan untuk menunjang


siswa mempermudah pembelajaran. Salah satunya adalah strategi pemebelajaran
dengan metode demonstrasi. Komik merupakan suatu bentuk kajian cerita dengan
menggunakan seri gambar dan tulisan yang menarik. Anak-anak usia sekolah lebih
tertarik membaca komik dari pada membaca textbook.
Telah dikeetahui bahwa metode demonstrasi merupakan proses pembelajaran
yang sangat digemari oleh anak-anak, karena materi yang di berikan berupa praktik
langsung yang membuat anak lebih senang, selain itu juga didalam metode
demonstrasi terdapat banyak proses yang membuat anak lebih berpengalaman.
Sehingga anak-anak sangat senang belajar. Metode demonstrasi dapat dipergunakan
secara efektif oleh guru-guru dalam usaha membangkitkan minat, mengembangkan
wawasan dan keterampilan psikomotor, serta untuk memperluas pengalaman.

Penggunaan komik dengan metode penyampaian informasi secara diskusi


dirasakan lebih efektif dan komunikatif. Pembaca lebih mudah untuk memahami
materi yang disampaikan dan lebih termotivasi untuk bertanya mengenai hal yang
kurang dimengerti. Penyampaian informasi dengan metode satu arah menjadikan
anak-anak usia sekolah cenderung malu untuk menanyakan hal yang belum dipahami.

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
meliputi (1) Definisi komik, (2) Definisi media pembelajaran (3) Peran Komik
sebagai media pembelajaran dalam mengembangkan minat membaca siswa SD, (4)
Faktor-faktor dalam perkembangan minat baca siswa, (5) Kelebihan dan Kekurangan
Komik sebagai media pembelajaran (6) Konsep tentang minat baca. Tujuan penulisan
ini meliputi (1) memahami definisi komik, (2) pengaruh komik dalam
mengembangkan minat baca siswa, (3) manfaat komik sebagai media pembelajaran,
(4) kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran, (5) manfaat media
pembelajaran.

2.Pembahasan

2.1 Definisi Komik

Komik pada mulanya adalah suatu bentuk kajian cerita dengan menggunakan
seri gambar yang lucu. Tetapi dewasa ini pengertian komik diperluas dan semua
cerita bergambar disebut komik. Banyak buku-buku komik yang secara komersial
sangat laris untuk dibaca oleh anak-anak usia sekolah, bahkan oleh orang dewasa. Hal
ini antara lain disebabkan oleh ceritanya yang sederhana, mudah ditangkap dan
dipahami isinya.

Komik yang diterbitkan untuk tujuan komersial dan informasi lebih banyak
jumlahnya dari pada komik yang sengaja dirancang untuk tujuan pembelajaran.
Sedangkan komik-komik yang diterbitkan oleh industri, dinas kesehatan dan
lembaga-lembaga non-profit lainnya cenderung isinya bersifat informative. Pada
umumnya lebih dapat digunakan sebagai media pembelajaran daripada komik
komersial (Sihkabuden,2011:53).

2.2 Definisi Media Pembelajaran

Definisi media pembelajaran. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan
(Blacks dan Heralsen). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi.

Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru, bahan


pembelajaran, media pembelajaran, siswa, dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan


proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran
menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem
pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran
sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media
pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa


informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah
prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna
mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat
diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul
dalam proses pembelajaran. Kelebihan kemampuan media (Derek Rowntree) dalam
bukunya “Educational Technologi in Curriculum Development” mengemukakan
enam fungsi media, yaitu (1) membangkitkan motivasi belajar, (2) mengulang apa
yang telah dipelajari, (3) menyediakan stimulus belajar, (4) mengktifkan respon
murid, (5) memberikan umpan balik dengan segera, (6) menggalakkan latihan yang
serasi.

2.3 Peran Komik Sebagai Media Pembelajaran

Untuk menujukkan kepada masyarakat bahwa komik Indonesia tidak ’mati’,


salah satunya dengan mengupayakan Komik Indonesia Sebagai Media komunikatif
Pendidikan. Kenapa harus pendidikan? Mengingat komik digemari anak-anak
terutama yang duduk dibangku SD, maka cara ini mudah sekali untuk mendekatkan
komik Indonesia dengan anak-anak.

Kehadiran komik dalam dunia bacaan anak sangat mempengaruhi kemampuan


berfikir kritis anak. Untuk itu faktor guru dan pengajaran merupakan aspek penting
dalam pengajaran dan pembelajaran komik. Guru yang mengajar dengan baik dapat
mengubah persepsi siswa terhadap suatu mata pelajaran. Untuk mengubah persepsi
siswa, guru perlu memainkan peranan membentuk minat siswa serta lebih
menumpukan perhatian dalam pengajaran dan pembelajaran kelas. Oleh itu, guru
harus sentiasa bersikap proaktif dan mengambil inisiatif untuk berusaha
meningkatkan kemahiran dan menghasilkan teknik pengajaran berkesan yang
mampu menarik minat siswa.

Daya kreatif guru adalah penting dalam pengajaran dan pembelajaran komik.
Minat dan kesungguhan yang mendalam pada guru itu membantu mempercepatkan
proses penghayatan siswa. Guru juga tidak seharusnya beranggapan mempelajari
komik merupakan sesuatu perkara yang mudah dan membiarkan siswa membaca dan
faham sendiri. Guru mesti mempunyai keupayaan untuk menarik hati siswa dengan
menyelami peristiwa yang berlaku sehingga siswa benar-benar dapat merasakan
sesuatu peristiwa itu. Bimbingan dan galakan daripada guru kepada siswa amat
penting supaya siswa dapat melibatkan diri dalam aktivitas belajar.

Guru seharusnya menggunakan pelbagai teknik untuk memotivasi siswa semasa


pengajaran dan pembelajaran. Dapatan kajian ini menunjukkan bahwa faktor guru
dan pendekatan pengajaran guru amat mempengaruhi pencapaian siswa dari segi
kefahaman, peningkatan minat dan perubahan sikap terhadap pembelajaran.

Perspektif guru dalam pengajaran komik ini menunjukkan bahwa (1) guru perlu
faham dan menilai kepentingan siswa terhadap bentuk komik, (2) guru senantiasa
meminta siswa faham kriteria spesifik dan teknik-teknik untuk menganalisis komik,
(3) guru mengutamakan penghayatan estetika komik, (4) guru mengutamakan
penglibatan siswa dalam aktivitas penulisan kreatif, (5) guru membantu siswa
membentuk kemahiran pembelajaran kolaboratif dan (6) guru perlu memilih bahan
bacaan komik yang diminati oleh siswa. Ini bemakna dari sudut guru, siswa perlu
menguasai kemahiran menganalisis, kemahiran penghayatan, kemahiran
pembelajaran kolaboratif, dan kemahiran membaca komik.

Penerapan model pembelajaran dalam menjalankan kajian tersebut untuk


meninjau pengaruh siswa dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dapatan
kajian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat peningkatan kemampuan guru dalam
mencapai objektif pembelajaran, memotivasikan siswa dan membimbing
perbincangan, (2) siswa lebih berani menyatakan pendapat, (3) terdapatnya kesadaran
hubungan antara peranan yang dimainkan dengan masalah kehidupan masyarakat
yang sebenarnya dan (4) memudahkan siswa mengingat kembali tentang konsep,
fakta dan teori. Peranan tersebut dicanangkan sebagai salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah kualitas proses dan hasil pembelajaran.

2.4 Faktor-faktor Pengaruh Minat Baca Siswa

Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap membaca, karena


bila bahan bacaan atau tulisan yang akan dibaca tidak sesuai dengan minat
siswa, maka siswa tidak akan membacanya dengan sepenuh hati dan
perasaannya, karena tidak ada daya tarik dari bahan bacaan tersebut. Siswa
dalam melakukan kegiatan membaca sangat membutuhkan dorongan,
rangsangan, motivasi dan penguatan. Pemberian penguatan membaca pada
siswa akan memberikan dampak positif, yaitu membuat siswa terdorong untuk
mengulangi kegiatan membaca secara kontinu. Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara penguatan
membaca dengan pemahaman minat baca siswa.

Untuk membina minat baca siswa tidak terlepas dari pembinaan kemampuan
membaca siswa, sebab untuk menjadikan minat tentunya harus mampu membaca.
Tanpa memiliki kemampuan membaca siswa tidak mungkin merasa senang
membaca. Dalam mengemban kemampuan membaca siswa , sekolah harus berusaha
semaksimal mungkin untuk mengelola pustakawan.

(Jean Piaget) menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif


dunia kognitif mereka sendiri, informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam
pikiran mereka dari lingkungan. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan
pemikiran mereka untuk mencakup gagasan-gagasan baru, karena informasi
tambahan memajukan pemahaman.
Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat
baca siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri siswa, seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri.
Sementara faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa atau
faktor lingkungan, baik dari lingkungan keluarga, tentangga maupun lingkungan
sekolah. Faktor eksternal ini mempengaruhi adanya motivasi, kemauan, dan
kecenderungan untuk selalu membaca.

Dalam rangka menumbuhkan minat membaca sebagai suatu kebiasaan pada


siswa, maka proses terbentuknya kebiasaan membaca memakan waktu yang cukup
lama, karena proses terbentuknya minat baca seseorang selain dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, juga secara khusus dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut:

1. Faktor sosiologis

Lingkungan rumah tangga dapat menjadi faktor pendorong dan penghambat


timbulnya minat baca seseorang. Dengan tersedianya beberapa bahan bacaan dan
pelbagai tulisan dalam lingkungan rumah tangga akan merangsang daya visual dan
motoris anak-anak untuk sekedar mengenali buku, dan untuk taraf selanjutnya akan
tertarik untuk membacanya. Demikian halnya pada lingkungan sekolah dan suasana
lingkungan sekolah yang kondusif akan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan akan mendorong timbulnya minat baca siswa. Lingkungan
masyarakat juga dapat mendorong terciptanya siswa gemar membaca, apabila
masyarakat tersebut sudah terbiasa memanfaatkan kesempatan untuk membaca,
misalnya pada saat menunggu di stasiun, bus dan sebagainya. Jika siswa berada pada
lingkungan sekelompok masyarakat yang gemar membaca, maka siswa tersebut juga
akan tertarik dan terbiasa untuk selalu membaca.

2. Faktor psikologis
Siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya melalui bahan bacaan jika topik,
isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan penyajiannya sesuai dengan karakter
individu mereka. Berdasarkan faktor psikologis ini, maka setiap siswa memiliki
kebutuhan dan kepentingan individual yang berbeda dengan siswa lain. Perbedaan itu
akan mempengaruhi pilihan dan minat membaca individu, sehingga setiap individu
memiliki bahan bacaan sesuai dengan karakter, minat dan kepentingannya sendiri.
Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap minat baca siswa yaitu faktor
pendukung dan penghambat.

A. Faktor Pendukung Minat Membaca

Dalam perkembangan membaca, siswa harus mampu membaca. Tanpa memiliki


kemampuan membaca siswa tidak akan mempunyai rasa ingin tahu. Oleh karena
para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai
dengan pengalaman lingkungan, jelas bahwa pengalaman yang disusun ulang dapat
mengubah perkembangan (Jean Piaget). Adapun para siswa dapat mengambil
manfaat yang diperoleh dari membaca, yang diperlukan beberapa faktor pendukung
sebagai berikut:

1. Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan untuk membaca sangat diperlukan bagi siswa dalam rangka


meningkatkan minat baca. Salah tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan dari buku atau bahan-bahan yang tertulis lainnya. Untuk memahami
suatu mata pelajaran tertentu, maka siswa dituntut untuk belajar. Informasi yang
mendukung dalam belajar adalah berupa bahan-bahan yang tertulis yang
mengharuskan kegiatan membaca sehingga apa yang dibutuhkan dapat tercapai.

2. Tersedianya sarana perpustakaan

Perpustakaan merupakan sarana yang mengantar siswa ke dunia yang lebih luas,
sebagai media yang dapat menghubungkan segala peristiwa pada masa lalu, sekarang
dan masa yang akan datang. Keberadaan perpustakaan sangat diperlukan karena
perpustakaan dapat memberikan segala kebutuhan minat siswa, khususnya minat
siswa dalam membaca koleksi-koleksi perpustakaan tersebut.

3. Bentuk pelayanan

Koleksi perpustakaan harus ditata rapi pada tempatnya agar lebih mudah
dimanfaatkan oleh pembaca. Pelayanan yang baik akan berimplikasi pada
meningkatnya minat baca siswa untuk melakukan kegiatan membaca. Pelayanan yang
dimaksudkan di sini adalah sikap staf perpustakaan yang ramah, berpengetahuan luas
dan mempunyai sikap informasi dari setiap jenis pustaka. Pelayanan dapat dikatakan
baik jika apa yang ditargetkan dari sasaran pokok dari pelayanan tercapai yaitu
meningkatnya minat baca siswa.

4. Kualitas koleksi perpustakaan

Kualitas koleksi perpustakaan sangat mempengaruhi minat, kemauan dan


kebiasaan siswa untuk selalu masuk perpustakaan. Jika suatu perpustakaan telah
berhasil mengoleksi buku-buku bacaan berkualitas, membangun opini dan
mempengaruhi siswa untuk masuk perpustakaan maka kemungkinan besar siswa akan
terbiasa membaca dan pengetahuannya akan semakin bertambah.

Minat membaca merupakan salah satu karakter yang harus dibentuk dalam
diri siswa karena bagaimanapun kegiatan membaca merupakan bagian penting dalam
belajar. Berdasarkan hal tersebut maka guru harus memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para siswa untuk mencari bahan-bahan bacaan yang
berkualitas guna mengembangkan penguasaan bahasa dan meningkatkan pengetahuan
mereka. Keaktifan membaca akan membantu anak didik dalam cara dan metode
belajar yang efektif dan efisien, baik dengan berkelompok maupun secara individu.

B. Faktor Penghambat Minat Membaca


Selain faktor pendukung, ada juga faktor yang menjadi penghambat rendahnya
minat membaca diantaranya (1) Kurangnya minat membaca di kalangan siswa
menjadi penyumbang utama ke arah fenomena ini. siswa hari ini diarahkan kepada
sumber-sumber hiburan lain yang lebih menarik dibanding dengan bahan bacaan
yang berunsur lebih ringan, padat dan berbentuk hiburan, (2) Tidak ada galakan
daripada orang tua kerana mereka beranggapan dengan membaca bahan cerita seperti
novel, komik dan cerpen akan mengganggu pencapaian akademik, (3) Kurangnya
arahan tentang komik dan peluang belajar yang berkaitan, (4) Harga komik yang
tinggi.

Dalam hal ini perlu buku-buku bentuk rekreasi ditambahkan untuk menggalakkan
minat membaca di kalangan siswa. Dalam memupuk minat membaca di kalangan
siswa, seharusnya ada galakan berbentuk motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik
daripada pihak orang tua atau guru. Dengan tujuan memupuk minat membaca di
kalangan siswa dan siswa memilih untuk membaca apabila terdapatnya galakan.
Dapatan kajian ini menunjukkan bahwa siswa membaca dengan penuh minat setelah
mendapat galakan daripada orang tua dan guru.

motivasi orang tua mempunyai hubungan signifikan dengan aspirasi pendidikan


anak. Sikap anak boleh dikatakan menyerupai sikap Ayah atau Ibu, maka peranan
Ayah Ibu amat penting dalam menentukan pembelajaran anak yang sukar (Rice,
1993).

Orang tua memainkan peranan penting dalam perkembangan sikap positif anak
terhadap pembelajaran dan pendidikan (Hess dkk, 1984) dalam menggalakkan siswa
membaca komik. Komik yang digunakan sebagai bahan pengajaran dalam pendidikan
tidak terlaksana secara sewenang-wenang. Tujuan pelaksanaan pembelajaran komik
ialah mendidik siswa untuk menjadi seorang pembaca tulen, mendidik siswa untuk
memahami dan menghayati unsur serta nilai kebaikan dan hiburan yang dapat
diberikan oleh komik, serta mendidik siswa untuk terus menjadi pembaca tulen yang
setia dan kritis sepanjang hayat.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Media Komik dalam
Pembelajaran

Pro dan kontra mengenai komik sudah berlangsung bertahun-tahun. Bagi


penggemarnya, komik merupakan hiburan yang sangat menyegarkan. Banyak pula
yang menganggapnya sebagai media pembelajaran yang sangat menarik. Namun bagi
penentangnya, komik dianggap sebagai buku haram yang tidak berharga. Bagi
mereka, komik hanya menjadi penghancur imajinasi. Masing-masing kubu memang
memiliki argumen tersendiri tentang hal ini. Tidak ada salahnya bila kita melihat
seperti apa nilai-nilai yang diperjuangkan dan ditentang oleh setiap kubu. Adapun
kelebihan dan kelemahan komik sebagai berikut :

A. Kelebihan Komik sebagai Media Pembelajaran

Metode mengajar seorang pendidik dalam menyampaikan pesan pembelajaran


sangatlah terbatas dan sangat monoton. Hanya sebatas ceramah, tanya jawab, diskusi
dan simulasi sehingga pengalaman belajar yang didapatkan peserta didik sangat tidak
variatif dan merasa belum memahami pesan yang disampaikan oleh pendidik.

Bukan hanya itu, komik pun dapat menarik semangat siswa untuk belajar dan
mengajari siswa untuk menerjamahkan cerita ke dalam gambar bahkan seolah-seolah
siswa dihadapkan pada konteks yang nyata sehingga muncul efek yang membekas
pada siswa dan dapat mengingat sesuatu lebih lama.

Materi yang terdapat di dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-


sungguh, yang artinya bahwa materi yang berbentuk gambar dapat menjelaskan
keseluruhan cerita atau materi yang dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk
mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau contoh kongkret apa maksud
dari materi tersebut.
Komik juga membantu untuk membangkitkan minat baca siswa. Scott
McCloud mengatakan bahwa minat baca akan tumbuh ketika membaca komik.
Sebagai salah satu media visual komik tentunya memiliki kelebihan tersendiri jika
dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kelebihan media komik dalam
kegiatan belajar mengajar menurut Scott McCloud, menyatakan:
a. Komik menambah perbendaharaan kata
b. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak
c. Dapat mengembangkan minat baca anak
d. Seluruh jalan cerita komik pada menuju satu hal yakni kebaikan atau studi
yang lain.

Dalam hal yang sama (de Villiers, 1978) menyatakan bahwa anak-anak
membuat kemajuan-kemajuan yang sama di dalam tata bahasa. Peningkatan
penalaran logis dan keterampilan analitis anak sekolah dasar menolong mereka dalam
memahami konstruksi semacam pengggunaan komparatif/ perbandingan yang sesuai
dan kata-kata sifat. Pada akhir-akhir tahun sekolah dasar, anak-anak biasanya dapat
menerapkan banyak aturan tata bahasa secara tepat.

B. Kekurangan Komik sebagai Media Pembelajaran

Salah satu kelemahan komik adalah tidak semua orang bisa belajar efektif
dengan gaya visual, karena setiap orang mempunyai gaya belajar masing-masing.
Oleh karena itu komik tidak dapat selalu dijadikan media pembelajaran. Dengan kata
lain media belajar harus menyesuaikan dengan gaya belajar masing-masing siswa.

Komik juga dapat membuat orang menjadi malas karena orang cenderung
hanya ingin melihat gambar yang menarik menurut mereka saja, tidak memahami
materi secara utuh. Bahkan enggan untuk membaca keseluruhan cerita sehingga daya
serap siswa terhadap materi rendah.

Terkadang komik yang terjual di pasaran atau di toko-toko buku terdapat gaya
bahasa yang kotor dan terlalu khayal sehingga pesan atau materi yang disampaikan
tidak mengenai target sasaran dan terjadi kesalahan presepsi. Banyak aksi-aksi yang
menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang tidak baik dan sulit diterima oleh akal
sehat atau kurang logis, sehingga siswa hanya hanyut dengan cerita khayal yang
terdapat dalam komik tanpa ada kesan materi atau pesan yang disampaikan tidak
dapat dicerna oleh siswa.

Adapun kekurangan komik yang lainnya antara lain adalah Terlalu banyak
mengonsumsi komik dapat menumpulkan imajinasi pembaca. Mula-mula, imajinasi
hanya terbatas pada apa yang digambarkan. Namun akhirnya, imajinasi bisa tumpul.
Misalnya, hanya bisa membayangkan latar tempat sebagaimana digambarkan pada
komik atau hanya bisa menggambar tokoh-tokoh seperti yang digambarkan komikus
terkait.

Efek adiktif yang timbul bisa berupa keinginan untuk segera menikmati seri
sambungan (umumnya karena penasaran) atau sekedar membaca lebih banyak komik
lainnya. Efeknya, selain menghabiskan banyak dana untuk menyewa atau membeli
edisi demi edisi, rasa penasaran juga bisa mendorong siswa untuk lebih banyak
menghabiskan waktu bersama komik.

2.6 Konsep Tentang Minat Membaca

Pengertian minat pada pembahasan ini lebih diarahkan untuk memaknai


pengertian minat membaca, yaitu minat yang melekat pada diri siswa untuk membaca
dengan baik sebagai hasil dari suatu respon psikis. Jadi, minat yang dimaksud adalah
minat untuk membaca sebagai respon yang diberikan dalam kapasitasnya sebagai
siswa yang dituntut untuk senantiasa membaca.

Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan mental. Minat berubah seiring


perubahan fisik dan mental yang juga mengalami perubahan. Ketika pertumbuhan
mulai berhenti dan level perkembangan dari kematangan tercapai, minat menjadi
lebih stabil. Minat membaca pun tumbuh bersamaan dengan perkembangan mental,
jenis bacaan yang dibaca seorang pun akan berubah seiring dengan level
perkembangan dan kematangan pribadi.

Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat memperoleh


minat sebelum fisik dan mental siap melakukannya. Minat membaca juga bergantung
pada kesiapan belajar, minat membaca akan semakin kuat apabila seorang anak sudah
memiliki kemampuan membaca, untuk memiliki kemampuan membaca seorang anak
haruslah siap secara fisik dan mental, mampu menangkap makna dan maksud dari
rangkaian huruf dan kata.

Bagaimana minat yang dibentuk pada akhir masa kanak-kanak yang dapat
mempengaruhi anak diterangkan sebagai berikut (1) minat mempengaruhi bentuk dan
intensitas cita-cita, (2) minat dapat berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat.
Anak-anak yang bersifat otonom seperti teman-teman sebaya akan berusaha keras
untuk berperilaku matang agar dapat mencapai otonomi yang diinginkan, (3) prestasi
selalu diengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang. (4) minat yang terbentuk
dalam masa kanak-kanak sering kali menjadi minat seumur hidup, karena minat
menimbulkan kepuasan.

Membaca menjadi suatu keterampilan khusus selama tahun-tahun sekolah


dasar. Tidak berkompeten membaca membuat anak sangat rugi di dalam pergaulan
dengan teman-teman sebaya. Membaca bukan sekedar metode sejumlah kata dan
suara. Ketrampilan pemrosesan informasi juga terlibat di dalam membaca yang
berhasil (Hall,1989; Rieben & Perfetti, 1991).

3.Penutup

A. Kesimpulan
Komik merupakan salah satu media yang menyampaikan cerita melalui
ilustrasi gambar, gambar berfungsi sebagai pendeskripsian cerita. Adapun jenis-jenis
komik yaitu komik karikatur, komik strip dan buku komik. Komik mempunyai
kekurangan yaitu dapat membuat malas, menumpulkan imajinasi, iritasi mata dan
kenakalan remaja jika cerita yang disajikan dalam komik tersebut negatif.

Kelebihan komik yaitu dapat menumbuhkan minat baca, belajar membaca,


berhitung dan menjadi motivasi anak dalam belajar karena materi yang disajikan
dikemas semenarik mungkin. Dalam kawasan teknologi pendidikan, komik termasuk
dalam kawasan desain yaitu desain pesan, dengan merekayasa bentuk fisik dari pesan.
Dalam penyajian komik sebagai media pembelajaran haruslah memperhatikan
karakteristik dari komik dan tahap-tahap yang harus ditempuh.

B. Saran

Dalam proses pembuatan komik harus memperhatikan karakteristik si


pebelajar dan harus melalui tahap-tahap tertentu. Unsur-unsur visual harus dibuat
secara harmonis karena dapat mempengaruhi pesan yang akan disampaikan. Jika
ingin menggunakan komik sebagai media pembelajaran maka materi yang akan
disajikan harus disiapkan terlebih dahulu. Cerita dalam komik pun harus
menyesuaikan materi yang akan disampaikan.

DAFTAR RUJUKAN

http://webbuy.pbworks.com/w/page/13283004/Beberapa fakta tentang minat baca di


Indonesia, 23 November 2011; 11.30 WIB
Santrock, Jhon W.2002.Live Span Development.Jakarta: Erlangga
Hurlock , Elizabeth B.1990.Psikologi Perkembangan.Jakarta: Erlangga
Sihkabuden.2011.Media Pembelajaran. .
Seels, Barbara B dan Richey, Rita C.1994.Teknologi Pembelajaran.Jakarata:
Universitas Negeri Jakarta
Mc, Scott Cloud.2001.Understanding Comics.Jakarta: KPG
AT, Andi Mappiare.1995.Motivasi,Kepribadian dan Perkembangan Individu.
.

Anda mungkin juga menyukai