Anda di halaman 1dari 5

STUDI KASUS

UPAYA MENGATASI BULLYING DAN MEMBANGUN


EMPATI MELALUI PEMBELAJARAN INOVATIF DAN
KOLABORATIF
DI SD NEGERI KALITIDU 1

MOH HUDA PRISTIWANTO


201501758304

PPG DALAM JABATAN ANGKATAN 2


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2023
A. Deskripsi studi kasus
Studi kasus ini mengangkat permasalahan bullying dan
membangun empati di antara siswa di SDN Kalitidu 1. Topik ini
dipilih karena keberlanjutan pendidikan yang berkualitas tidak
hanya mencakup aspek akademis, tetapi juga mengutamakan
pembentukan karakter dan keamanan psikososial siswa.
Dalam merancang pembelajaran, guru-guru di SDN
Kalitidu 1 memadukan materi, pedagogik, dan teknologi
(TPACK) untuk menciptakan pengalaman belajar yang
menyeluruh. Mereka merancang pembelajaran yang tidak hanya
memberikan pengetahuan tentang bullying tetapi juga
menekankan pada pengembangan keterampilan sosial dan
empati. Penggunaan teknologi dimaksimalkan untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan
mendukung pengembangan karakter.
Topik ini sangat penting karena tidak hanya mencerminkan
komitmen sekolah terhadap kesejahteraan siswa, tetapi juga
mengajarkan nilai-nilai empati dan kepedulian sebagai bagian
integral dari pendidikan. Dengan memprioritaskan pembentukan
karakter positif, SDN Kalitidu 1 berusaha menciptakan
lingkungan di mana setiap siswa merasa didukung dan dihargai.

B. Analisis situasi
Pada perancangan dan evaluasi pembelajaran terkait dengan
masalah bullying di SDN Kalitidu 1, tim pengajar terlibat aktif
dalam merancang kurikulum yang tidak hanya mencakup aspek
akademis tetapi juga membahas isu-isu sosial seperti bullying.
Perancangan pembelajaran dimulai dengan analisis mendalam
terhadap situasi yang meliputi tingkat kesadaran dan pemahaman
siswa tentang bullying serta kesiapan mereka dalam memahami
pentingnya membangun empati. Siswa dilibatkan dalam diskusi
terbuka dan survei anonim untuk memahami tingkat kejadian dan
persepsi siswa terhadap bullying di sekolah. Tim pengajar
melakukan penyusunan strategi pembelajaran yang melibatkan
berbagai metode, mulai dari ceramah, diskusi, hingga
penggunaan teknologi dan permainan peran. Diskusi kelompok
dan dan proyek kolaboratif yang bertujuan untuk membangun
empati di antara siswa. Selain itu, orang tua juga dilibatkan.
Kolaborasi dengan orang tua sangat penting karena dukungan
mereka membantu menciptakan konsistensi pendekatan antara
lingkungan sekolah dan rumah.
Tantangan yang dihadapi yaitu perbedaan pemahaman dan
persepsi siswa tentang bullying. Beberapa siswa mungkin tidak
menyadari perbuatan mereka sebagai bentuk bullying, sementara
yang lain mungkin menjadi korban tanpa menyadari adanya
bantuan yang tersedia. Mengatasi tantangan ini memerlukan
pendekatan yang sensitif dan penggunaan metode yang relevan
untuk membangun kesadaran. Selain itu, evaluasi pembelajaran
merupakan tahap krusial dalam memastikan efektivitas strategi
yang diimplementasikan. Evaluasi dilakukan melalui observasi,
penilaian proyek siswa, dan kuesioner untuk memahami sejauh
mana pembelajaran telah memengaruhi pemahaman siswa
tentang bullying dan kemampuan mereka dalam membangun
empati.
Melalui kolaborasi, hambatan dapat diatasi dengan
mengadaptasi pendekatan dan strategi pembelajaran. Meskipun
tantangan muncul, upaya kolaboratif tersebut bertujuan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman bagi siswa.

C. Alternatif solusi
Untuk menghadapi kasus bullying di SDN Kalitidu 1,
terdapat beberapa alternatif solusi yang telah diimplementasikan.
1. TPACK (Teknologi, Pedagogi, dan Konten Pengetahuan)
TPACK diterapkan dengan mengintegrasikan teknologi
sebagai alat untuk mengajarkan tentang bullying dan
membangun empati. Penggunaan multimedia, video edukatif,
dan platform belajar online untuk menarik perhatian siswa
serta memberikan informasi yang menarik dan mudah
dipahami.
2. Pengembangan HOTS (Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi)
Pengembangan keterampilan berpikir kritis dan empati
dilakukan melalui studi kasus, permainan peran, dan diskusi
kelompok yang dirancang untuk merangsang pemikiran kritis
dan membantu siswa memahami perspektif korban bullying
serta pentingnya membangun empati.
3. Model Inovatif Pembelajaran Kolaboratif
Model pembelajaran berbasis kolaborasi antar dilakukan
dengan proyek kolaboratif yang mengharuskan siswa bekerja
sama menciptakan kampanye anti-bullying di sekolah. Melalui
proyek ini, siswa belajar bekerja dalam tim, membangun
empati, dan menyebarkan pesan positif kepada rekan-rekan
mereka.
4. Media Konkret dan Visual
Penggunaan media konkret seperti poster, brosur, dan materi
visual lainnya menjadi alat efektif dalam menyoroti dampak
negatif dari tindakan bullying. Media ini bertujuan untuk
menggambarkan situasi yang mungkin terjadi akibat bullying
dan menyediakan informasi yang jelas tentang cara mengatasi
dan mencegah bullying.
5. Pemanfaatan TIK
TIK dimanfaatkan untuk memperluas cakupan pembelajaran.
Platform daring digunakan untuk mengadakan forum diskusi
aman bagi siswa yang ingin berbagi pengalaman atau
mendapatkan saran terkait masalah bullying. Ini memberikan
ruang yang lebih terbuka bagi siswa untuk menyuarakan
perasaan mereka secara anonim dan mendapatkan bantuan.
Langkah nyata yang dilakukan mencakup penyusunan
materi pembelajaran yang beragam, penggunaan media yang
menarik, penerapan teknologi, dan model pembelajaran yang
berfokus pada kolaborasi dan pengembangan keterampilan
empati. Selain itu, sumber daya yang digunakan juga beragam.
Melalui kombinasi beragam solusi, sekolah berupaya keras untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi
siswa.
D. Evaluasi
Solusi yang dilakukan telah memberikan hasil positif bagi
siswa dan guru SDN Kalitidu 1. Evaluasi menunjukkan
peningkatan pemahaman siswa tentang bullying dan pentingnya
membangun empati. Survei menunjukkan bahwa 80% siswa
melaporkan pemahaman yang lebih baik tentang tindakan
bullying, sedangkan 75% dari mereka melaporkan bahwa mereka
merasa lebih mampu memahami perasaan rekan mereka setelah
mengikuti pembelajaran yang difokuskan pada empati.
Guru-guru juga melaporkan perubahan positif dalam
suasana di kelas dan interaksi antar siswa. Observasi kelas
menunjukkan penurunan insiden bullying, dengan 60%
pengurangan kasus bullying yang teramati dalam periode
evaluasi.
Data kualitatif dari diskusi kelompok juga menunjukkan
perubahan sikap dan perilaku siswa. Banyak siswa melaporkan
bahwa mereka lebih sadar akan dampak negatif dari bullying dan
merasa lebih percaya diri dalam memperjuangkan sikap inklusif
pada rekan-rekan mereka.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah yang diambil telah memberikan dampak positif yang
signifikan baik pada pemahaman siswa maupun lingkungan
belajar di SDN Kalitidu 1.

Anda mungkin juga menyukai