MAKALAH
OLEH
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Non Inklusi” ini kami lakukan guna memenuhi
tugas Perspektif Global & Problematika Pendidikan Dasar, Program Magister (S-2)
PGSD FKIP. Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih dengan tulus
kepada Prof. Dr. Sulistyarini, M.Si dan Erlina, S.Pd, M.Pd, Ph.D selaku dosen
pengampu mata kuliah Perspektif Global & Problematika Pendidikan Dasar, yang
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi usaha maksimal
telah kami lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan kami terima
dengan tangan terbuka dan akan kami perbaiki lagi. Kami berharap, semoga makalah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
A. ANAK ABK/DIFABEL.....................................................................................4
B. PENYELENGGARAAN SEKOLAH INKLUSI..............................................5
C. PERMASALAHAN YANG TIMBUL BAGI SEKOLAH NON-INKLUSI
YANG MENERIMA SISWA ABK...........................................................................6
D. SOLUSI PEMECAHAN MASALAH UNTUK SEKOLAH NON-INKLUSI
YANG MENERIMA SISWA ABK...........................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................11
A. KESIMPULAN................................................................................................11
B. SARAN............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kemajuan suatu bangsa. Pendidikan secara praktis tidak melulu didapat dari
Pendidikan adalah suatu proses transformasi ilmu pengetahuan secara sadar dan
terencana dengan tujuan untuk membentuk individu atau kelompok yang cerdas,
beretika, berakhlak, dan memiliki wawasan yang luas. Pendidikan pada hakekatnya
selalu mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik sebagai
usaha dalam menyalurkan nilai-nilai. Ada beberapa jenjang Pendidikan yaitu mulai
anak-anak pada umumnya dapat memperoleh pendidikan yang sama (Darma &
Setiap anak memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Anak dengan kebutuhan
khusus merupakan salah satu contoh perbedaan ciri khas dari seorang anak.
Perbedaan tersebut harus diapresiasi dengan baik oleh individu yang berada di
1
lingkungan anak. Penerimaan yang baik dari lingkungan merupakan salah satu hak
Pada praktiknya ada sekolah yang tidak atau belum menyelenggarakan sekolah
inklusi akan tetapi menerima anak-berkebutuhan khusus. Hal tersebut membuat para
di sekolah non-inklusi.
B. RUMUSAN MASALAH
siswa ABK?
2
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan ABK/Difabel
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANAK ABK/DIFABEL
(ABK) adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan
Anak berkebutuhan khusus sering ditolak dalam sekolah biasa di mana anak-
3. Tidak ada sarana dan prasarana yang dapat mendukung kelangsungan belajar
siswa ABK
Namun, adapula sekolah yang mampu menerima anak normal dan anak
berkebutuhan khusus yaitu disebut dengan sekolah inklusif yang artinya harus
bersedia dan menerima siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Anak berkebutuhan
khusus juga perlu diberikan kesempatan serta peluang yang sama dengan anak
4
B. PENYELENGGARAAN SEKOLAH INKLUSI
Pendidikan merupakan hak dasar setiap warga Negara Indonesia, tak terkecuali
Tahun 2003 pada Pasal 5 Ayat 1, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang
Artinya antara anak berkebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya dapat
yaitu Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948, Konvensi PBB tentang
Hak Anak tahun 1989, Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua, Jomtien
tahun 1990, Peraturan Standar tentang Persamaan Kesempatan bagi para Penyandang
Cacat tahun 1993, Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan
yang setara dikelas biasa bersama teman-teman usianya. Hal itu seiring dengan
pendapat (Safitri et al., 2017) “Inklusif artinya mengikutsertakan anak yang memiliki
kesulitan melihat, mendengar, tidak dapat berjalan, dan lamban dalam belajar.”.
percaya diri siswa berkebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan yang layak
5
Tidak dipungkiri masih banyak sekolah di Indonesia yang belum sepenuhnya
Lalu pada akhirnya sekolah tumbuh dan berkembang menjadi tempat yang eksklusif,
awam disabilitas dan persoalannya. Dengan sendirinya relasi antara guru, karyawan
dan murid dengan Anak Berkebutuhan Khusus tidak ada, sehingga pendidikan
inklusi tidak tersentuh sama sekali. Selalu banyak kemungkinan menakutkan seperti
semakin berjarak ketika muncul pemikiran, jika menerima murid Anak Berkebutuhan
pendidikan anak berkebutuhan khusus telah banyak perubahan yang pada awalnya
bersifat segregasi atau terpisah dari masyarakat pada umumnya. Contoh kongkritnya
adalah sekolah SLB yang terdiri dari SLB-A, SLB-B, SLB-C, dan SLB-D. Kategori
anak luar biasa masuk ke sekolah reguler, tetapi masih terbatas pada anak-anak yang
mampu mengikuti kurikulum di sekolah tersebut dan kemudian inklusi yaitu konsep
6
cara hidup yang terbaik, yang menguntungkan semua orang karena tipe Pendidikan
pemerintah baik pusat maupun daerah, selain itu orang tua juga harus mendukung
guru pendamping khusus atau tenaga ahli atau guru pendamping ahli (Praptiningrum,
2010).
Menurut (Wibowo & Anisa, 2019) “Membangun paradigma inklusi berarti juga
bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan
tercapai, jika pemerataan pendididkan saja masih sangat timpang dan jauh dari
realita.
khusus secara umum (Wibowo & Anisa, 2019). Sedangkan di sekolah yang tidak
7
menyelenggarakan pendidikan inklusi tidak ada guru pendamping khusus. Dengan
demikian tidak ada yang melayani anak berkebutuhan khusus, mulai dari
Pembelajaran Individual (PPI) bagi anak tersebut. Disinilah GPK berperan yaitu
sebagai tempat berbagi pengalaman bagi guru kelas dan guru mata pelajaran,
karena tidak semua guru di sekolah reguler paham siapa dan bagaimana
menerima siswa yang berkebutuhan khusus karena tidak adanya GPK dan bukan
lain.
informasi namun dia belum tentu bisa menulis ataupun membaca, mereka
lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku (REKHA, 2017).
atau menyerang secara fisik (mendorong, menampar, atau memukul). Tidak heran
pendidikan yang sama seperti anak yang lainnya. Bagaimana tujuan pendidikan
pendididkan saja masih sangat timpang dan jauh dari realita. Harusnya
semua orang. Namun kenyataanya banyak di antara kita yang terlahir dengan
katagori difabel. Kita harus menghargai ciptaan tuhan. Sebagian orang tua malu
memiliki anak disabilitas. Dengan ini orang tua menyekolahkan anak mereka ke
Tidak adanya alat penunjang misalnya seperti kamus SIBI, kamus ini
bekerjasama dengan SLB yang memiliki kamus SIBI, contoh lagi brailer bagi
anak-anak yang memiliki kekhususan tunanetra, orang tua juga bisa menari guru
PLB untuk mengajarkan les di rumah tentang Teknik baca dan menulis brailer.
Guru lulusan pendidikan luar biasa memang terbatas di Indonesia, hanya ada
dan anak anak disabilitas dapat memperoleh hak sepenuhnya dalam pendidikan
di Indonesia.
Biasa (PLB)
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama sebagai seorang pelajar.
Mereka seharusnya belajar di sekolah inklusi yang memiliki ahli atau guru
pendidikan inklusi, seperti penambahan sekolah inklusi, membuka jurusan PLB yang
B. SARAN
Menurut pendapat kami, saran yang dapat kami berikan yaitu tidak
tuhan, memiliki hak yang sama untuk belajar seperti yang lainya. Jika kita memiliki
siswa didik ABK didiklah dengan penuh ketelatenan dan kesabaran, mengajarkan ke
11
DAFTAR PUSTAKA
12