Anda di halaman 1dari 14

METODE PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Inklusif.
.

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Bonifasia Asvita Viviyanti, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:

1. ENI AULIA 2112061936


2. SISILIA DESI 21120619
3. USWATUN 2112061958

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSADA KHATULISTIWA
SINTANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan pencipta semesta alam dan segala
isinya, atas anugerah dan kekuatan-Nya yang luar biasa sehingga makalah yang berjudul
‘Media Dan Sumber Belajar” dapat diselesaikan dengan baik. Dengan hati yang tulus,
penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
mereka yang berjasa dalam penyusunan makalah ini, yaitu kepada mereka yang terhormat :
1. Ibu Bonifasia Asvita Viviyanti, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pendidikan Inklusif yang telah memberikan saran kepada penulisan makalah ini.

2. Bapak Dwi Cahyadi Wibowo, M.Pd, selaku Sekretaris Program studi PGSD STKIP
Persada Khatulistiwa Sintang yang telah membantu dalam hal administrasi perkuliahan.

3. Ibu Nelly Wedyawati, S.Si., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang yang telah membantu menyediakan fasilitas
terutama perpustakaan prodi sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik.

4. Teman-teman seperjuangan khususnya kelas B12 yang telah banyak memberi dukungan
kepada penulis. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan
makalah ini. Namun, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dalam isi maupun sistematika penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengaharapkan adanya kritik dan saran untuk memperbaiki dan dalam penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Sintang, 20 November 2022

Disusun Oleh Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 3
A. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ................................................................................................ 3
B. PENDIDIKAN INKLUSIF ............................................................................................................... 4
C. METODE ATAU SOLUSI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI
SEKOLAH DASAR .................................................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................. 9
B. SARAN ............................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada era reformasi saat ini, banyak hal yang harus dimiliki oleh individu dalam
menunjang kehidupannya. Salah satunya adalah pendidikan. Selain untuk mendapatkan
ilmu, pendidikan juga berfungsi untuk mendapatkan pekerjaan, dan melakukan kegiatan
seharihari. Untuk itu, setiap individu memiliki hak yang sama dalam memperoleh
pendidikan tanpa ada batasan apapun. Ini termasuk kedalam prinsip pendidikan yakni
“Longlife education” yang berarti pendidikan dapat dimiliki oleh siapapun dan sampai
kapanpun dan sifatnya mutlak.
Namun kita semua mengetahui bahwa adanya perbedaan Individu yang kita kenal
sebagai Individual differences. “perbedaan individual” menurut Landgren S. & Olsson
KA. (1982: 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun
psikologis. Oleh sebab itu, penting bagi kita semua menghargai perbedaan tersebut dalam
hal apapun terutama pendidikan. Perwujudan nyata dari penghargaan ini adalah
diselenggarakannya pendidikan Inklusif.
Namun disisi lain, pendidikan Inklusif memiliki beberapa kendala diantaranya
adalah proses pembelajaran yang tentunya tidak biasa dan diperlukan kemampuan atau
teknik khusus. Pada literature review ini, akan diulas mengenai latar belakang pendidikan
inklusif, pelaksanaannya, permasalahan, solusi atau teknik, dan beberapa contoh
keberhasilan dalam dunia pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Pendidikan ?


2. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Inklusif ?
3. Apa Metode atau solusi Pembelajaran dalam Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mampu mendeskripsikan pengertian dari Perkembangan Pendidikan.

1
2. Mampu mendeskripsikan pengertian dari Pendidikan Inklusif.
3. Mampu mendeskripsikan Metode atau solusi Pembelajaran dalam Pendidikan Inklusif
di Sekolah Dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

Generasi milenial yang akan menjadi bonus demografi pada tahun 2030 menjadi
tantangan bagi dunia pendidikan. Mereka harus disiapkan sebagai generasi yang
produktif. Dunia pendidikan diharapkan menjadi tombak untuk menciptakan generasi
yang matang secara karakter dan keterampilan. Pendidikan akan menjadi tumpuan
persiapan masa depan bangsa.
Persoalan pendidikan memang dirasa tidak ada habisnya. Dimulai pada era 70-an
dimana sebagian besar lulusan sekolah dasar yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke
jenjang berikutnya dengan alasan ekonomi. Namun dewasa ini, hadirlah KJP yang
merupakan bantuan secara langsung dari pihak pemerintah untuk masyarakat yang tidak
mampu dalam segi ekonomi. Bahkan didaerah Kampung Cicakal Girang, Desa Kenekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten, ada sosok guru yang setia memilih
jalur hidupnya untuk mengajar anak-anak dikampung yang tak terjamah pendidikan.
Sempat tak memiliki gaji belasan tahun, Ai Dewi tetap bertahan mengabdi menjadi guru
disekolah gratis. Dia tak gentar mengahdapi bahaya melintasi hutan demi memberantas
buta aksara. Hal ini sangatlah berbeda dengan kondisi guru di Jakarta. Dimana
pengiriman tunjangan untuk guru sangat dipermudah.
Kemudian ada juga berita yang datang dari bogor bahwasannya ada seorang putra
loper koran yang memiliki otak brilliant. Ia bernama Rahmat Udiarto. Keterbatasan
ekonomi tak membuat rahmat patah semangat dalam menempuh pendidikan. Anak loper
koran ini terus mengukir prestasi dan sukses meraih predikat cumlaude S2 IPB dengan
IPK 4,0. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada alasan apapun untuk tidak mengenyam
pendidikan. Baik alasan ekonomi, maupun kondisi fisik/kesehatan. Selain dari Ai Dewi,
ada juga kegiatan yang cukup menjadi alasan kita untuk bersemangat dalam menempuh
pendidikan. Dibekasi, Kecamatan Muara Gembong, SDN Pantai Bahagia 01 pasti
mengalami kebanjiran. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan niat siswa untuk tetap
datang ke sekolah. Mereka berangkat menggunakan sendal dan tidak ada larangan dari

3
pihak sekolah. Sebaliknya, guru malah memaklumi hal tersebut karena melihat anak-anak
tetap antusias datang meski keadaan tidak mendukung kegiatan belajar mengajar.
Dengan melihat beberapa contoh peristiwa diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa pendidikan memanglah sesuatu yang harus ditempuh oleh siapapun dan dalam
kondisi apapun. Itulah sebabnya, anak dengan kelainan atau berkebutuhan khusus pun
harus mendapatkan pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk
itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

B. PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusi merupakan suatu pendidikan, dimana semua siswa dengan


kebutuhan khusus diterima di sekolah reguler yang berlokasi di daerah tempat tinggal
mereka dan mendapatkan berbagai pelayanan pendukung dan pendidikan sesuai dengan
kebutuhanya. Sebagaimana yang ditegaskan melalui surat edaran Dirjen Dikdasmen
No.380 tahun 2003 yang menyatakan pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang
mengikut sertakan anakanak yang memiliki kebutuhan khusus untuk belajar
bersamasama dengan anak normal lainya (Sugiarmin, 2006:23). Dalam pendidikan
inklusif anak berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan khusus ataupun hak-hak
istimewa, melainkan persamaan hak dan kewajiban yang sama dengan peserta didik
lainnya di kelas itu.
Pengertian anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus atau anak yang
berkelainan ialah anak yang menyimpang dari kriteria normal atau rata-rata. Baik
menyimpang ke atas (Gifted) maupun ke bawah (Ketunaan atau cacat). Untuk itulah,
diadakan pendidikan inklusif sebagai konstruk baru dalam konteks pendidikan baik pada
skala Internasional maupun nasional tentunya harus berangkat dari konsep filosofi dan

4
nilai-nilai yang mendasar, karena pada hakekatnya filsafat dan nilai-nilai dasar dalam
pendidikan berfungsi sebagai acuan dalam mengidentifikasi isu-isu strategis pendidikan,
merumuskan ciri dan karakteristik masyarakat, serta perumusan peran serta
pemberdayaan dalam pendidikan (Depdiknas, 2002). Deklarasi salamanca (United
Nations Educational Scientific dan Cultural Organization {UNESCO}, 1994) dan UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) pada dasarnya berhak untuk mendapatkan pendidikan
sebagaimana anak normal tanpa perlu didiskriminasikan dengan ditempatkan disekolah
khusus yang berbeda dengan anak normal. Melalui pendidikan Inklusif, anak berkelainan
dididik bersamasama anak normal untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal
ini dilandasi oleh kenyataan bahwa didalam masyarakat, terdapat anak normal dan anak
berkebutuhan khusus yang tidak dapat dipisahkan sebagi suatu komunitas dimana anak
tersebut tinggal.
Terdapat banyak jenis anak yang berkelainan atau cacat yang memerlukan
layanan khusus, dari anak yang tergolong gangguan fisik dengan kelainan cacat sejak
kecil, berbagai jenis cerebral palsy. Sedangkan menurut peraturan pemerintah Republik
Indonesia No. 72 Tahun 1991 mengenai Pendidikan Luar Biasa mengemukakan
klasifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kelainan fisik, meliputi :
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunadaksa
2. Kelainan mental, meliputi :
a. Tunagrahita sedang
b. Tunagrahita ringan
3. Kelainan perilaku, meliputi tunalaras.
4. Kelainan ganda.

Anak dengan kelainan seperti diatas, tentu saja tidak sama dengan anak normal dalam
hal belajar mengajar. Misalnya saja jika kita menemukan anak dengan kelainan berupa
Tunanetra. Kita tidak mungkin menyamakan metode pengajaran anak tersebut dengan
anak yang normal atau Tunarungu. Disinilah pentingnya peran pengendalian kurikulum

5
dan beberapa solusi untuk medidik anak berkebutuhan khusus sesuai dengan
kebutuhannya.

C. METODE ATAU SOLUSI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF


DI SEKOLAH DASAR

Dalam hal pelaksanaan kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus, tidak terlepas
dari peran guru dalam melaksanakan pembelajaran kepada anak didik. Guru harus
menyiapkan perencanaan kegiatan pembelajaran yang benar-benar matang. Perencanaan
yang dimaksud disini adalah proses pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dalam kurikulum anak berkebutuhan khsusus adalah sesuai dengan
ketidakmampuan yang diderita oleh anak. Guru yang mengajar anak berkebutuhan
khusus, harus jeli melihat situasi anak didiknya. Guru harus dapat membedakan dalam
hal ketidakmampuan anak, sehingga penanganan bagi anak berkebutuhan khusus
mengalami perbedaan juga dalam hal didikannya. Misalnya anak yang buta matanya
pastinya berbeda pendidikannya dengan anak yang tidak bisa bicara.
Selain itu, bentuk dukungan bagi ABK bukan hanya terfokus pada diri sang anak,
melainkan juga pada penciptaan lingkungan yang kondusif. Masyarakatlah yang saat ini
harus lebih banyak diberi edukasi tentang apa dan bagaimana seharusnya memperlakukan
anak berkebutuhan khusus disekitar kita. Saatnya kita lebih mendekatkan diri dan
bersahabat dengan ABK. Contohnya adalah membangun komunikasi dengan mereka.
Memang bukanlah hal yang mudah dalam melakukan hal tersebut. Namun jika kita telah
lebih lanjut dengan beberapa hasil penelitian, ternyata ada beberapa model komunikasi
yang bisa digunakan untuk berinteraksi dengan ABK, diantaranya adalah Augmentative
and Alternative Communication (AAC), Picture Exchange Communication System
(PECS), dan beberapa bentuk alat komunikasi yang bersifat non verbal dapat menjadi
solusi dalam membantu anak berkebutuhan khusus dalam memenuhi kebutuhan
komunikasi mereka.
Ada pula cara lain untuk membantu ABK dalam belajar sekaligus terapi, yakni
dengan memberikan mereka kesempatan belajar sambil bermain melalui rekreasi.
Kegiatan wisata ataupun rekreasi akan memberikan banyak manfaat kepada semua orang,

6
termasuk ABK (Murphy, 2008). Dapat membantu mengurangi stres, pengendalian diri,
dan lebih sabar serta rileks, dan menigkatkan keterampilan. Kegiatan rekreasi juga
bermanfaat dalam pengembangan dapat membantu meningkatkan fungsi tubuh termasuk
kekuatan, keseimbangan, koordinasi motorik, dll. Rekreasi dan bermain juga dapat
digunakan sebagai media untuk penyembuhan atau terapi.
Kemudian peneliti lain mengungkapkan bahwa Musik klasik dapat digunakan
agar otak bisa dengan mudah memasuki kondisi konsentrasi dan fokus yang optimal.
Bagi anak autis yang mengalami gangguan perilaku hiperaktif, musik klasik juga dapat
membantu memberikan ketenangan dan membuat anak merasa nyaman dalam melakukan
aktifitasnya sehari-hari, sehingga dapat meminimalisir perilaku hiperaktif pada anak dan
membuat anak merasa lebih tenang dan bersikap wajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mendengarkan melalui speaker atau headphone sambil menutup mata (istirahat) atau
sambil melakukan aktifitas sehari-hari. Dalam sehari, keterampilan sosial, keterampilan
kepemimpinan, dan keterampilan kognitif lainnya. Rekreasi secara teratur dengan cara
olahraga dan permainan sebaiknya didengarkan selama 30 menit atau lebih.
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik” kata “terapi”
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu dan menolong
orang. Biasanya kata tersebut digunakan digunakan dalam konteks masalah fisik atau
mental. Kata “musik” digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan untuk
menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Anak
berkebutuhan khusus (autis) membutuhkan perhatian lebih dalam proses pembelajaran.
Dari penelitian lain, ada yang berpendapat bahwa ABK membutuhkan pola relasi
yang lebih baik dengan lingkungannya. Kualitas hubungan dengan keluarga, teman,
masyarakat sekitar merupakan salah satu hal yang penting bagi perkembangan anak.
Beberapa penelitian memberikan gambaran bahwa anak merupakan aktor sosial (Irwin &
Johnson, 2005), dimana mereka tidak hanya pasif dibentuk oleh lingkungan, namun
mereka juga mampu membentuk lingkungannya sendiri. Interaksi anak dengan
lingkungan menjadi dasar membentuk karakter kepribadian anak di masa depan.
Penjelasan diatas merupakan ulasan solusi dari beberapa penelitian mengenai
penanganan pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus yang sudah dilakukan oleh

7
beberapa peneliti dan hasilnya sudah cukup signifikan terhadap perkembangan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :


1. Pendidikan memanglah sesuatu yang harus ditempuh oleh siapapun dan dalam
kondisi apapun. Itulah sebabnya, anak dengan kelainan atau berkebutuhan khusus pun
harus mendapatkan pendidikan.
2. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
3. Pendidikan inklusi merupakan suatu pendidikan, dimana semua siswa dengan
kebutuhan khusus diterima di sekolah reguler yang berlokasi di daerah tempat tinggal
mereka dan mendapatkan berbagai pelayanan pendukung dan pendidikan sesuai
dengan kebutuhanya.
4. Pengertian anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus atau anak yang
berkelainan ialah anak yang menyimpang dari kriteria normal atau rata-rata. Baik
menyimpang ke atas (Gifted) maupun ke bawah (Ketunaan atau cacat).
5. bentuk dukungan bagi ABK bukan hanya terfokus pada diri sang anak, melainkan
juga pada penciptaan lingkungan yang kondusif. Masyarakatlah yang saat ini harus
lebih banyak diberi edukasi tentang apa dan bagaimana seharusnya memperlakukan
anak berkebutuhan khusus disekitar kita. Saatnya kita lebih mendekatkan diri dan
bersahabat dengan ABK. Contohnya adalah membangun komunikasi dengan mereka.
6. Ada pula cara lain untuk membantu ABK dalam belajar sekaligus terapi, yakni
dengan memberikan mereka kesempatan belajar sambil bermain melalui rekreasi.
7. Bagi anak autis yang mengalami gangguan perilaku hiperaktif, musik klasik juga
dapat membantu memberikan ketenangan dan membuat anak merasa nyaman dalam

9
melakukan aktifitasnya sehari-hari, sehingga dapat meminimalisir perilaku hiperaktif
pada anak dan membuat anak merasa lebih tenang dan bersikap wajar.

B. SARAN

Penting bagi para guru untuk mulai menerapkan pengetahuan teoritis yang
diperoleh sejauh ini dan mempraktekkan metode yang tepat untuk digunakan dalam
belajar mengajar dengan anakanak berkebutuhan khusus serta diintegrasikan ke dalam
sistem pendidikan yang utama. Penerimaan dan kerja efektif dengan anak-anak dengan
kebutuhan khusus harus dirangsang, dengan cara menyamakan kegiatan siswa yang
tergolong ABK dengan anak normal.
Keanekaragaman di ruang kelas saat ini, serta kurangnya pengembangan
profesional yang intensif dari guru, merupakan tantangan yang sering menghambat
implementasi pendidikan Inklusi. Guru didorong untuk berbagi ide dan teknik yang
mereka coba tingkatkan dalam tubuh pengetahuan bagi mereka yang tertarik dengan
perkembangan anak berkebutuhan khusus dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan
berpartisipasi untuk mengembangkan Hak-hak asasi anak dalam memperoleh kehidupan
yang seharusnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Budiyanto. (2005). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan & Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Chalidah Ellah Siti. (2005). Terapi Permainan Bagi Anak yang Memerlukan Layanan
Pendidikan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan &
Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Levin James, James F. Nolan. (1996). Principles Of Classroom Management Second Edition.
Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo, Singapore: Allyn and Bacon.

Lubis Efridani, dkk. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Unit Pelaksanaan Teknis
Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Jakarta.

Pandeirot Olga D., Sri Kawurian. (2015). Pendidikan Seni dan Keterampilan. Jakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Syah Muhibbin. (2014). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Zulela. M. S. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai