Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN OBSERVASI

HOME SCHOOLING

Mata Kuliah: Penyelenggaraan PAUD Dalam Keluarga Dan Masyarakat


Dosen Pengampu: Umayah, S.Psi,. M.MPd.

Disusun oleh
Aurea Desya Fitri 201260003
Siti Hanifatuzahra 201260004
Yuwan Rahma M. 201260006
Irma Sanita 201260015
Aulia Febrianti 201260016
Nada Isrina Daulay 201260017
Syafiqah Juwitanur 201260019
Nurlela 201260021
Ery Syahriyah 201260025
Husna Nuraeni 201260031

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDIN
BANTEN
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, dan cara berpikir manusia saat ini, dapat
menyebabkan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan
yang sungguh pesat sekali. Maka dari itu suatu bangsa tidak akan bisa maju selama
belum memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Pada saat ini di Indonesia,
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada Bab VI membahas mengenai Jalur
pendidikan yakni jalur pendidikan Formal, pendidikan Nonformal, dan pendidikan
Informal.1 Jalur pendidikan merupakan cara yang dilakukan oleh peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan berbagai
macam jalur pendidikan yang tersedia, semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu
memberikan pengetahuan bagi peserta didiknya. Jalur pendidikan formal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya dan mempunya i
jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menenga h
sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupajkan jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerluka n
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan
jalur pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkunga n
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Pada penelitian ini penulis mengobservasi satuan pendidikan yang berjenis


nonformal yakni home schooling, sistem pembelajaran pada lembaga ini sangatlah
fleksibel, sesuai dengan selogannya yaitu “Sekolah Berbasis Bakat dan Minat”. Nama
satuan pendidikannya ialah Home Schooling Prima Grama (HSPG). Awal pertama
kali lembaga ini didirikan di daerah Yogyakarta, Manajemen Homeschooling HSPG
juga berpotensi untuk dikembangkan untuk melayani program private high class,
menjadi agen pendidikan luar negeri maupun konsultan psikologi pendidikan.
Kemudian lembaga ini menerapkan pendekatan “school at home” yaitu suatu

1 Lutfi Ariefianto, Persepsi dan problematika Homeschooling, Jurnal Edukasi, 2017, Vol. IV (2): 21-26.

1
pendekatan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar menyenangka n,
ramah dan bersifat kekeluargaan. Strategi pembelajaran ini juga memperhatika n
ketercapaian kompetensi dan kualitas materi yang sama dengan kurikulum sekolah
pada umumnya. Homeschooling HSPG juga menggunakan pendekatan psikologis dan
akademis yang terintegrasi. Strategi ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan
peserta didik pada aspek kognitif, soft skills dan hard skills yang berorientasi pada
aspek rekayasa dan teknologi, bahasa, dan keterampilan abad 21 yang dikenal dengan
4C (communication, collaboration, critical thinking dan creativity). Pendekatan
psikologis yang diberikan kepada peserta didik meliputi penggalian pada aspek bakat
dan minat, hambatan belajar, karakteristik dan latar belakang peserta didik yang
didasari berbagai macam tes diagnostik psikologi. Sementara itu, pendekatan
akademis terdiri dari analisis modalitas belajar peserta didik yang meliputi tingkat
kemampuan belajar, gaya belajar (learning style), dan gaya komunikasi belajar yang
digunakan oleh peserta didik. Metode yang diterapkan di HSPG yaitu learning how to
learn (belajar bagaimana caranya belajar). Metode ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pemahaman peserta didik mengenai literasi dan numerasi yang
berfokus pada pemahaman konsep suatu bacaan, penggunaan rumus, cara belajar yang
benar dan kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi evaluasi akhir
di setiap kompetensinya. Selain itu, fun learning, contextual learning, scientific
method, serta creative innovative and entrepreneurship merupakan metode
pembelajaran lainnya yang digunakan di dalam proses pembelajaran untuk
mengoptimalkan output dan outcome yang diharapkan yaitu, memiliki sikap yang
terpuji (excellent attitudes), memiliki kecakapan hidup yang aplikatif (proper life
skills) dan ilmu pengetahuan yang baik (good knowledge).

Diatas merupakan sekilas penjelasan filosofi dari Homeschooling HSPG, dapat


disimpulkan bahwasannya lembaga tersebut termasuk dalam kategori sekolah paket,
atau biasa sering disebut dengan PKBM, yang diperuntukan bagi manusia yang ingin
mendapatkan ijazah resmi walau terlambat umurnya (putus sekolah). Biasanya orang
tua memasukan anaknya ke homeschooling dikarenakan kesibukan orang tua,
kesehatan anak, dan lain sebagainya. Orang tua tersebut tidak ingin anaknya tertingga l
pendidikan karena pada hakikatnya pendidikan adalah pilihan dan sekolah dapat
dilakukan dimana saja, sehingga terwujudlah HOME SCHOOLING.

2
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Home Schooling


Homeschooling adalah sistem pembelajaran yang dilakukan di rumah. Selain
itu, homeschooling juga dapat di lakukan di mana saja selain disekolah, seperti di
masjid, di pasar, di sawah, di hutan, dan di tempat-tempat lain yang dapat menjadi
sumber dalam belajar. Sumber materi pada homeschooling tidak hanya terbatas pada
buku yang telah ditetapkan pemerintah. Secara etimologis, homeschooling (HS) adalah
sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut homeschoooling, tidak berarti anak
akan terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan
kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti
layaknya berada dirumah. Keunggulan secara individual inilah yang memberi makna
bagi terintegrasinya. Istilah homeschooling mungkin jarang terdengar, tapi sebenarnya
proses homeschooling yang berarti sekolah rumah, sudah diterapkan hampir oleh
seluruh keluarga.2 Bukankah setiap anak mendapatkan pendidikan di rumahnya?
Bagaimana sang ibu mulai mengajarkan anak berbicara, berhitung bahkan membaca?
Sebenarnya, di situlah proses homeschooling dimulai. Hanya saja, proses pendidikan
orang tua di rumah itu umumnya tak berlangsung lama. Saat anak memasuki usia
sekolah dasar, orang tua lebih banyak mengandalkan sistem sekolah umum untuk
perkembangan pendidikan anaknya. Di sini orang tua tidak hanya dapat mengajarka n
anaknya materi yang hanya di ajarkan di sekolah saja. Sambil meminta anak untuk
membantu mengerjakan pekerjaan rumah juga dapat menjadi pelajaran bagi anak. Jika
orang tua bekerja sebagai nelayan atau petani, maka dengan membantu orang tuannya
anak akan mendapatkan pelajaran dari apa yang mereka lakukan. Karena belajar tidak
hanya mempelajari matematika, bahasa Indoneisa, pengetahuan alam, pengetahua n
sosial, dan pelajaran lain yang hanya didapatkan dibangku sekolah. Dengan ber-
homeschooling sang anak tidak dituntut belajar secara paksa dan tidak sesuai dengan
kemampuannya. Pada homeschooling, anak akan lebih di arahkan pada minat dan
bakatnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Dalam ber-
homeschooling, anak dapat pula di daftarkan pada lembaga-lembaga tertentu yang
dapat mengasah bakat anak, seperti jika sang anak menyukai musik, maka orang tua

2 Syafina hanum, homeschooling sebagai sekolah alternatif, skripsi 2013, 9-25

3
dapat mendaftarkan anak pada sekolah musik. Orang tua juga dapat memperdala m
agama sang anak dengan menitipkan sang anak pada seorang ustad atau syeikh untuk
menggali potensi yang ada pada anak, seperti mengaji dengan nada (qori), bagaimana
cara berbicara dihadapan orang banyak, dan sebagainya. Disamping itu, anak juga dapat
diikutsertakan dengan kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan lain untuk
sosialisasi anak dengan teman sebaya. Untuk mengikuti kegiatan kepramukaan atau out
boud dan perkemahan, anak tidak perlu untuk mendaftar menjadi murid disatu sekolah.
Dengan demikian anak tidak akan mengalami tekanan atau paksaan dalam belajar.
Anak menganggap bahwa learn is fun, with learning we can strunggle on our life.
Learning is everyday needed.

Belajar bukanlah suatu kewajiban, melainkan suatu keharusan dan kebutuhan


yang digunakan untuk kelangsungan hidup sang anak untuk saat ini dan saat mereka
dewasa kelak. berarti anak terus menerus belajar di rumah. Anak-anak bias belajar
dimana saja dan kapan saja sesuai dengan situasi dan kondisi yang benarbenar nyaman
dan menyenangkan. Dewasa ini sedikit demi sedikit orang tua siswa lebih memilih
untuk melanjutkan pandidikan anaknya melalui homeschooling karena dipandang lebih
tepat untuk mengembangkan bakat dan minat anak. Sebenarnya proses homeschoo ling
sudah diterapkan oleh hampir seluruh keluarga, terutama saat sang ibu mulai
mengajarkan anaknya berbicara, berhitung bahkan membaca. Hanya saja proses itu
tidak berlangsung lama. Saat anak memasuki usia sekolah, maka orang tua lebih
mengandalkan anaknya pada sistem sekolah untuk perkembangan pendidikan anaknya.

Homeschooling juga memiliki landasan hukum yang di atur oleh UU Nomor 20


Sisdiknas Tahun 2003.25 Landasan hukum ini di muat dalam UU Nomor 20 Sisdiknas
Tahun 2003 pasal 12 ayat 1 dan 1326 serta pasal 27 ayat 1 dan ayat 227. Homeschooling
adalah model pendidikan yang berada dalam jalur pendidikan informal. Keberadaan
homeschooling secara implisit telah diatur dalam UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 27 ayat (1): Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan
oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pada tanggal
10 Januari 2007, telah ditandatangani kesepakatan kerjasama Nomor: 02/E/TR/2007
dan Nomor: 001/I/DK/AP/0729 antara Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas
(PLS Depdiknas) dengan Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif
(ASAHPENA). Kesepakatan tersebut telah ditandatangani oleh Ace Suryadi, Ph. D

4
(Dirjen PLS Depdiknas) dan Dr. Seto Mulyadi (Ketua Umum ASAH PENA).
Kesepakatan ini meningkatkan pengakuan dan eksistensi homeschooling di Indonesia,
karena Komunitas SekolahRumah diakui sebagai satuan pendidikan kesetaraan.

Tujuan didirikanya homeschooling secara umum adalah menyelenggaraka n


pelayanan informal guna menanamkan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral,
etika dan kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan keterampila n
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendirian
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan secara khusus adalah
mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya, bermoral, berestetika, berkepribadian
Indonesia, berilmu, cakap, mandiri serta bertanggung jawab. Menghasilkan kompetensi
peserta didik yang dapat diakui sama dengan pendidikan formal setelah peserta didik
lulus ujian sesuai SNP (Standar Pendidkan Nasional). Adapun visi dan misi
didirikannya homeschooling di Indonesia adalah “Sekolah rumah adalah terwujudnya
penyelenggaraan pendidikan informal melalui pendidikan di rumah yang mampu
mengembangkan potensi, minat, bakat peserta didik agar dapat diakui oleh pendidikan
formal berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP)”. Sedangkan misinya adalah
mengembangkan potensi peserta didik dalam proses belajar secara mandiri yang
hasilnya agar dapat diakui sama dengan hasil pendidikan formal. Memberikan
kesempatan bagi peserta didik memperoleh pendidikan di rumah berdasarkan standar
nasional pendidikan.

Fungsi homeschooling ini adalah mengembangkan potensi peserta didik pada


penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian sesuai dengan standar
pendidikan nasional.Memberikan kesempatan pendidikan bagi warga masyarakat untuk
melakukan kegiatan belajar secara mandiri di rumah.

B. Sekolah Formal
Sekolah formal atau Pendidikan formal adalah pendidikan yang
diselenggarakan secara terstruktur, memiliki jenjang atau tingkatan, berada di dalam
periode waktu-waktu tertentu, dilangsungkan dari sekolah dasar sampai dengan jenjang
universitas. Pendidikan formal selain mencakup program pendidikan akademis umum,
juga meliputi berbagai program khusus serta lembaga yang dipergunakan untuk

5
berbagai macam pelatihan teknis dan professional. Sekolah merupakan istilah yang
lazim digunakan di dalam dunia pendidikan. Sekolah merupakan suatu tempat
berlangsungnya proses pembelajaran dan pengajaran yang terstruktur sesuai dengan
jenjang dan waktu tertentu. Sekolah adalah salah satu pusat pendidikan yang dari hasil
proses pembelajaran di dalamnya diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan anak
bangsa dan mengembangkan manusia. 3

Lembaga pendidikan formal menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003


tentang Sisdiknas adalah suatu jalur pendidikan yang memiliki struktur dan jenjang.
Jenjang pada jalur pendidikan ini terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menenga h,
dan pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan pada jalur pendidikan formal terdiri dari
lembaga pendidikan prasekolah, lembaga pendidikan dasar, lembaga pendidikan
menengah, dan lembaga pendidikan tinggi. Di dalam sistem pendidikan nasional
ditegaskan juga bahwa seluruh warga Negara Indonesia diwajibkan untuk menempuh
dan mengikuti pendidikan formal minimal sampai pada tingkat menengah pertama. Di
bawah ini ialah lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal secara lebih rinci
antaralain:

1) Taman Kanak-kanak
2) Raudatul Athfal
3) Sekolah Dasar
4) Madrasah Ibtidaiyah
5) Sekolah Menengah Pertama
6) Madrasah Tsanawiyah
7) Sekolah Menengah Atas
8) Madrasah Aliyah
9) Sekolah Menengah Kejuruan
10) Perguruan Tinggi, meliputi; Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut dan Universitas.

3 UU No.2 tahun 1989, tentang Sistam Pendidikan Nasional.

6
Pengiriman anak ke sekolah-sekolah oleh para orangtua dilatar belakangi
karena tidak semua tugas mendidik dapat dipenuhi oleh orang tua di dalam keluarga
masing- masing terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan bermacam-maca m
keterampilan. Oleh karenanya anakanak dikirimkan ke sekolah dan lembaga
pendidikan formal lainnya.

Sekolah memiliki tanggung jawab atas pendidikan para peserta didik selama
mereka diserahkan dan berada di lingkungan sekolah. Jadi, pendidikan di sekolah atau
pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di lembaga pendidika n
sekolah secara teratur, sistematis, berjenjang dan dengan mengikuti syarat-syarat yang
jelas dan ketat mulai dari taman kanak - kanak sampai dengan perguruan tinggi.

C. Home Schooling Versus Sekolah


Metode dan model pendidikan anak umumnya dikenal melalui sekolah formal,
mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah. Banyak orang tua berlomba-lo mba
mencari sekolah terbaik yang menurut mereka jadi pilihan tepat untuk menjamin masa
depan anak. Namun, saat ini sekolah formal bukan lagi menjadi satu-satunya piliha n
pendidikan anak. Metode homeschooling menjadi salah satu alternatif pendidikan yang
layak untuk dipertimbangkan.

Di sekolah umum, anak akan mempelajari berbagai subjek pembelajaran yang


telah ditentukan oleh pihak sekolah dan Kementerian Pendidikan dalam bentuk
kurikulum belajar. Sistem kurikulum ini membuat anak mempelajari banyak subjek
pelajaranWaktu pembelajaran pun disesuaikan dengan jadwal sekolah. Di samp ing
pelajaran kurikulum, anak juga bisa mendapatkan pelajaran tambahan di bidang lain
melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, atau kelompok -
kelompok tertentu.

Sementara homeschooling menerapkan sistem belajar yang lebih fleksibel bagi


anak. Orang tua bisa menentukan sendiri subjek-subjek pembelajaran apa saja yang
akan dipelajari anak. Dengan demikian, anak dapat lebih fokus untuk mendala mi
subjek-subjek yang mereka sukai. Selain itu, para orang tua juga bisa mengatur sendiri
waktu belajar anak dan memberikan istirahat yang cukup bagi mereka. Untuk naik ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, anak dapat mengikuti ujian kesetaraan Paket A,

7
B, dan C sesuai dengan peraturan undang-undang. Untuk kegiatan lain semacam
ekstrakurikuler, orang tua harus mencari sendiri kursus atau klub olahraga bagi anak.Di
bangku sekolah, anak lebih cenderung pasif, sebab sebagian besar subjek pelajaran akan
dijelaskan oleh guru. Fokus guru akan terbagi pada seluruh murid di kelas, sehingga
tujuan akhirnya adalah siswa secara umum mengerti materi yang dijelaskan. Dengan
demikian, anak akan lebih banyak mempelajari teori-teori subjek pelajaran. Pada sistem
homeschooling, mentor atau pendidik akan lebih fokus pada pemahaman anak. Mentor
dapat mengajar lebih fleksibel sesuai daya tangkap anak. Namun perlu diingat, kendati
sudah ada mentor namun penerapan ilmu yang didapat juga membutuhkan peran orang
tua diluar jadwal kunjung mentor.

Besaran biaya pendidikan di sekolah formal ditetapkan oleh pihak sekolah


dalam bentuk paket biaya bulanan (SPP). Perhitungan ini didasarkan dari fasilitas
sekolah, gaji guru, gaji pembimbing kegiatan ekstrakurikuler, sumbanga n
pembangunan fasilitas, dan berbagai hal lainnya. Bisa dikatakan, tetap harus membayar
hal-hal tersebut meskipun anak tidak mempergunakan fasilitas- fasilitas tertentu.
Sementara untuk perhitungan biaya homeschooling, orang tua dapat lebih mengontro l
anggaran pendidikan. Hal ini tergantung subjek pelajaran apa saja yang akan dipelajari
oleh anak. Biaya fasilitas juga disesuaikan dengan subjek pelajaran. Namun untuk
kegiatan-kegiatan di luar pelajaran, orang tua juga perlu menganggarkan lagi untuk
kursus atau klub olahraga di luar rumah.

Situasi lingkungan belajar juga tidak boleh diabaikan, sebab hal ini akan
berpengaruh pada suasana hati anak dalam perkembangan pendidikannya. Pada sekolah
formal, lingkungan belajar cenderung lebih kondusif sebab fasilitas pendidikan sudah
lebih tertata dengan baik.Contohnya, meja dan kursi belajar, papan tulis, laboratorium
IPA, ruang komputer, dan fasilitas lain. Selain itu anak juga akan memiliki teman-
teman sebaya yang ikut berkembang bersama secara lebih sistematis. Dengan demikia n,
anak dapat memiliki pengalaman belajar serta pertemanan yang lebih luas. Sementara
pada sistem homeschooling, orang tua wajib menyediakan sendiri ruang belajar yang
ideal untuk anak, sementara pengajar akan datang sesuai jadwal yang sudah dibuat
bersama orangtua. Sistem pembelajaran menjadi lebih privat dan fokus pada
perkembangan individu anak.

8
Dalam hal pertemanan, orang tua tentu wajib berpikir tentang sosialisasi anak
sebab mereka perlu menemukan teman sebaya di luar rumah. Kondisi ini sebenarnya
cocok bagi orangtua yang khawatir dengan kondisi lingkungan sekolah yang mungk in
berbahaya untuk anak, seperti pengaruh buruk pergaulan maupun isu- isu
perundungan.Peran orang tua tentu tidak bisa dilepaskan dalam proses pendidikan anak.
Tidak melulu tentang pemenuhan biaya pendidikan, orang tua juga perlu mendukung
pendidikan anak secara menyeluruh.

penyampaian materi pembelajaran memang berada di tangan guru. Namun,


bukan berarti orang tua dapat lepas tangan, sebab anak tetap membutuhkan perhatian
atau bimbingan setelah jam sekolah. Orang tua masih dapat terlibat aktif dalam tugas-
tugas rumah yang diberikan kepada anak. Sementara pada pendidikan homeschooling,
peran orang tua menjadi sangat dominan. Mulai dari menyusun kurikulum, mengatur
kedisiplinan waktu dan pelajaran, menyediakan fasilitas, membantu anak untuk
mempraktikkan ilmu yang diterima, dan berbagai hal lain. Dalam sistem ini,
keberhasilan pendidikan anak menjadi sangat tergantung pada apa yang orang tua
susun.
1. Kelebihan dan kekurangan homeschooling

1) Kelebihan homeschooling, antara lain


a) Fleksibilitas waktu: Orang tua dan anak-anak dapat menentuka n
jadwal belajar yang lebih fleksibel, yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan jadwal keluarga.
b) Individualisasi pendidikan: Pendidikan homeschooling dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar masing- masing anak,
sehingga dapat lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan belajar
anak.
c) Lingkungan belajar yang aman: Anak-anak dapat belajar di
lingkungan yang aman dan nyaman di rumah, dan terhindar dari
risiko kekerasan, bullying, atau gangguan lain di sekolah.
d) Pembelajaran yang lebih fokus: Dalam lingkungan homeschooling,
anak-anak dapat fokus pada materi pelajaran tertentu dan dapat
mendapatkan perhatian lebih dari orang tua atau tutor.

9
2) Kekurangan homeschooling, antara lain
a) Keterbatasan sosial: Anak-anak homeschooling mungkin memilik i
keterbatasan dalam interaksi sosial dengan teman sebaya mereka,
yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraks i
dengan orang lain.
b) Kurangnya pengalaman belajar di luar rumah: Anak-anak
homeschooling mungkin tidak memiliki kesempatan untuk belajar
di luar rumah, seperti dalam kunjungan ke museum atau kegiatan di
luar ruangan.
c) Keterbatasan keahlian pengajaran: Orang tua atau tutor mungk in
tidak memiliki keahlian atau pengalaman dalam pengajaran mata
pelajaran tertentu, yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan
yang diberikan.
d) Kurangnya pengawasan pemerintah: Dalam beberapa negara,
homeschooling tidak diawasi oleh pemerintah, sehingga sulit untuk
memastikan bahwa anak-anak menerima pendidikan yang
berkualitas dan sesuai dengan standar akademik yang ditetapkan

2. Kelebihan dan kekurangan sekolah formal

1) Kelebihan sekolah formal antara lain:


a) Lingkungan belajar yang terstruktur: Sekolah formal menyediaka n
lingkungan belajar yang terstruktur dan didukung oleh berbagai
fasilitas dan sumber daya yang membantu siswa dalam belajar.
b) Interaksi sosial yang luas: Siswa di sekolah formal dapat berinteraks i
dengan siswa dan guru dari berbagai latar belakang, sehingga dapat
memperluas pemahaman dan wawasan mereka.
c) Kualitas pengajaran: Sekolah formal dijalankan oleh guru-guru yang
terlatih dan memiliki keahlian di bidang pendidikan, sehingga
kualitas pengajaran dapat dijamin.
d) Persiapan karir: Sekolah formal memberikan persiapan yang baik
bagi siswa untuk memasuki dunia kerja, dengan menawarkan
program-program pendidikan dan pelatihan khusus.

10
2) Kekurangan sekolah formal, antara lain
a) Biaya yang tinggi: Sekolah formal seringkali memerlukan biaya
yang tinggi, seperti biaya pendaftaran, biaya bulanan, dan biaya-
biaya tambahan lainnya, yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh
semua keluarga.
b) Kurangnya fleksibilitas waktu: Siswa di sekolah formal harus
mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh sekolah, sehingga kurang
fleksibel dalam menentukan jadwal belajar yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
c) Keterbatasan individualisasi pendidikan: Siswa di sekolah formal
diharuskan mengikuti kurikulum yang sama, tanpa memperhatika n
kebutuhan belajar masing- masing siswa secara individual.
d) Keterbatasan dalam pendekatan pembelajaran: Sekolah formal
seringkali menggunakan metode pengajaran yang sama untuk semua
siswa, yang mungkin tidak efektif untuk semua tipe belajar.
e) Risiko kekerasan dan bullying: Siswa di sekolah formal berisiko
mengalami kekerasan dan bullying, yang dapat mempengar uhi
kesejahteraan mental dan emosional mereka.

3. Tantangan homeschooling yang harus di tingkatkan di Indonesia

Beberapa tantangan homeschooling yang perlu ditingkatkan di


Indonesia antara lain:
1) Regulasi dan pengakuan: Hingga saat ini, homeschooling belum
memiliki regulasi yang jelas di Indonesia dan tidak diakui secara resmi
oleh pemerintah. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi yang jelas dan
pengakuan dari pemerintah agar homeschooling dapat diakui sebagai
alternatif pendidikan yang legal dan sah.
2) Kurikulum dan metode pembelajaran: Sistem homeschooling seringka li
tidak memiliki kurikulum resmi, sehingga perlu adanya pengembanga n
kurikulum yang sesuai dengan standar pendidikan nasional. Selain itu,
juga perlu memperhatikan metode pembelajaran yang efektif dan sesuai
dengan kebutuhan belajar setiap siswa.

11
3) Fasilitas dan sumber daya: Siswa homeschooling seringka li
membutuhkan akses ke fasilitas dan sumber daya yang dibutuhka n
untuk belajar, seperti buku-buku, alat praktikum, dan bahan ajar lainnya.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan akses dan
dukungan terhadap fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan siswa
homeschooling.
4) Interaksi sosial dan pengembangan karakter: Siswa homeschoo ling
perlu diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain dan
berkembang dalam aspek sosial dan karakter. Oleh karena itu, perlu
adanya program-program yang mendukung interaksi sosial dan
pengembangan karakter, seperti kegiatan ekstrakurikuler atau program
mentoring.
5) Pengawasan dan evaluasi: Sistem homeschooling seringkali tidak
memiliki pengawasan dan evaluasi yang ketat, sehingga perlu adanya
pengawasan dan evaluasi yang lebih ketat untuk memastikan bahwa
siswa homeschooling memperoleh pendidikan yang sesuai dan
berkualitas.

12
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian kali ini dapat diperjelas dengan menggunakan metode kualitatif,
sumber data menggunakan data primer dengan metode observasi, yakni menggunakan data
yang dikumpulkan secara langsung dari sumber utamanya, seperti wawancara, survei dan
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keingintahuan tentang konsep dan
aplikasi Homeschooling Kemudian data yang diperoleh di analisis, dan dinilai oleh peneliti
untuk dijadikan evaluasi untuk lembaga tersebut kedepannya.

Subjek kasus dalam penelitian ini adalah pemilik lembaga yang bersikeras
mengharumkan dan meningkatkan kualitas pendidikan Homeschooling HSPG, sehingga dapat
memberikan celah serta mengoptimalkan kemampuan peserta didik yang terhambat ketika
bersekolah formal, melalui sistem pembelajaran yang fleksibel. Pengambilan data dilakukan
melalui wawancara, survey, penilaian, dan dokumentas. Teknik analisis data melip uti:
Pengumpulan data (data collection), reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Adapun jenis data dan teknik pengumpulan data yag digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Observasi
Merupakan kegiatan pengumpulan data berdasarkan pegamatan langsung ke Jl.
Karya Bhakti 3C No.79, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42118.
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatetan secara sistematis. observasi ialah
studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis
dengan jalan pengamatan dan pencatetan. Selain itu, observasi tidak harus dilakukan
oleh peneliti sendiri, sehingga peneliti dapat meminta bantuan kepada orang lain untuk
melaksanakan observasi.

b. Wawancara
Merupakan tahap pengumpulan data melalui wawancara dan tanya jawab
dengan sumber atau pihak-pihak yang terkait diantaranya pemilik lembaga HSPG, serta
peserta didik yang akan menjadi sampel penelitian. Wawancara atau interview adalah
suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperole h
informasi dan dalam wawancara berarti melakukan interkasi komunikasi atau
percakapan antara peawancara dengan orang yang diwawancarai. Orang yang

13
diwawancarai dalam penelitian kualitatif adalah informan yang melebihi pengetahua n
dan pemahaman (pewawancara) yang dimaksudkan dan terawancara (yang di
wawancarai) menghimpun informasi dari interview.

c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk
tulisan, gambar atau karya monumental. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat
dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data dari sumber noninsani. Sumber ini dari dokumen dan rekaman.

14
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan alternatif yang saat ini menjadi salah
satu pilihan orang tua dan masyarakat pada umumnya untuk memberikan pendidikan pada
anak-anaknya. Keberadaan homeschooling adalah sah, diakui, sama sederajat dengan sekolah
formal sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan
Permendikbud No. 129 tahun 2014.Homeschooling atau sekolah rumah yang telah diatur
dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang penyelenggaraan sekolah rumah
adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas.
Proses pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap
potensi peserta didik yang unik dapat berkembang secara maksimal.

Pendekatan pembelajaran di HSPG adalah school at home yang memberika n


pengalaman belajar yang menyenangkan, ramah dan bersifat kekeluargaan Namun demikia n
ketercapaian kompetensi dan kualitas materi sama dengan kurikulum sekolah
formal.Pendekatan psikologis dan akademis juga diberikan di dalam proses pendampinga n
peserta didik. Pendekatan psikologis ini meliputi aspek bakat dan minat, karakteristik dan latar
belakang siswa yang digali melalui berbagai macam tes diagnostik psikologi. Sementara itu,
pendekatan akademis terdiri dari modalitas belajar, learning style dan karakter komunika s i
yang digunakan. Pendekatan ini diberikan guna mengoptimalkan kemampuan pengembanga n
belajar dan vokasi untuk menghasilkan output yang memiliki skill abad 21.

Metode yang diterapkan di HSPG yaitu flipped classroom, learning how to learn
(belajar bagaimana caranya belajar). Metode ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemahaman
peserta didik mengenai konsep suatu bacaan atau literasi baca lanjutan, numerasi termasuk di
dalamnya penggunaan rumus, cara belajar yang benar dan kemampuan untuk mempersiapka n
diri menghadapi evaluasi akhir di setiap kompetensinya. Selain itu, fun learning contextual
learning scientific method serta creative, innovative and entrepreneurship merupakan metode
pembelajaran lainnya yang digunakan dari dalam proses pembelajaran untuk meningka tka n
output dan outcome yang diharapkan yaitu memiliki sikap yang terpuji excellent attitude,
memiliki kecakapan hidup yang aplikatif proper life skills dan ilmu pengetahuan yang baik
good Knowledge.

15
1. Sistem Kelas

1. Kelas Individu

Sistem kelas untuk satu orang peserta didik kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan di rumah atau lingkungan yang mendukung dengan jadwal yang telah
diatur hspg

2. Kelas Komunitas Kecil

Sistem kelas untuk 2 sampai dengan 6 orang peserta didik dalam satu
kelompok belajar yang dilaksanakan di hspg dengan mode luar jaringan luring atau
dengan mode dalam jaringan daring.

3. Kelas Komunitas Besar

Sistem kelas minimal 6 sampai dengan 10 orang peserta didik dalam satu
kelompok belajar yang dilaksanakan di hspg dengan mode luar jaringan luring atau
dengan mode dalam jaringan daring.

4. Distance Learning Class

Sistem kelas jarak jauh khusus untuk peserta didik yang tidak berdomisili di
daerah diselenggarakannya hspg kelas ini termasuk pengembangan dari kelas
individu media belajar melalui video online Skype Zoom antara siswa dan guru
pengajar di HSPG.

5. Sistem Kelas Non-Pendampingan/Belajar Mandiri

Sistem kelas di mana Siswa belajar secara mandiri atau didampingi orang
tua atau pengajar pribadi di luar pengajar hspg peserta didik sepenuhnya
mendapatkan hak atau fasilitas dari HSPG.

2. Pengembangan Bakat dan Minat

Kelas pengembangan bakat dan minat merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang


berjalan di luar kegiatan belajar mengajar KBM kegiatan ini dimasukkan dalam
penilaian raport siswa reguler maupun privat lesson dapat mengikuti kegiatan ini
pengembangan bakat dan minat melalui program vokasi yang ada di hspg antara lain

1. Informasi dan teknologi (IT)


2. International English language testing system ielts

16
3. active and fun English
4. cooking
5. coding
6. steam
7. musik
8. futsal
9. basket
10. bahasa Korea
11. robotic
12. design grafis
13. konten maker (youtuber)
14. bisnis dan kewirausahaan

3. Fasilitas

1. Tenaga pendidik berkualitas


2. Sarana belajar dan evaluasi
3. Kelas representatif
4. Modul pembelajaran
5. Raport
6. Hotspot WiFi
7. Kartu pelajar
8. Konsultan akademik dan psikologi
9. Ruang multimedia
10. Studio musik
11. Field trip
12. Outbound/live in
13. Pembelajaran via online skype
14. Home teacher (untuk sistem Kelas Individu)
15. Home visit
16. Diagnostic Test (Test potensi bakat dan minat )
17. Pendidikan vokasi

4. Program dan Kurikulum

1. Program

17
a. Program PAUD
b. Setara SD
c. Setara SMP
d. Setara SMA
e. Cambridge International Examination (CIE)
f. Program Inklusi
g. Private Lesson Exclussive
h. Pendidikan vokasi (IT, IELTS, Active English, Bahasa Korea, Cooking,,
Steam, dan Science.
2. Kurikulum
a. Kurikulum Nasional

Menggunakan kurikulum 2013 dengan sistem modular di mana model


pembelajaran yang diterapkan adalah contextual learning dengan
mengembangkan flipped classroom brainly classroom dan online learning
yang terintegrasi.

b. Kurikulum International

Penggunaan kurikulum internasional dikhususkan bagi peserta didik


program internasional dengan mengimplementasikan cambridge
curriculum.

c. Inclusive Curriculum

Kurikulum ini digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan peserta


didik khususnya mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

d. Kurikulum Pendidikan Vokasi

Mengikuti pemetaan kerangka kualifikasi Nasional Indonesia kkni yang


telah disesuaikan dengan kompetensi dan kebutuhan peserta didik.

5. Proses Kegiatan Belajar Mengajar

a. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Tetap muka diadakan seminggu 3-4 kali
pertemuan.
b. Kegiatan Belajar Mandiri dapat diadakan diluar Homeschooling HSPG dengan
jadwal yang telah diatur oleh Akademik HSPG.

18
c. Sekali pertemuan terdapat 2 hingga 3 mata pelajaran.
d. Setiap mata pelajaran diberikan maksimal 60 menit.

19
BAB 5

PENUTUP

Homeschooling atau sekolah rumah yang telah diatur dalam peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang penyelenggaraan sekolah rumah adalah proses layanan
pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau
tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas. Proses pembelajaran dapat
berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi peserta didik yang
unik dapat berkembang secara maksimal. Selain itu, homeschooling juga dapat di lakukan di
mana saja selain disekolah, seperti di masjid, di pasar, di sawah, di hutan, dan di tempat-tempat
lain yang dapat menjadi sumber dalam belajar. Sumber materi pada homeschooling tidak hanya
terbatas pada buku yang telah ditetapkan pemerintah. Secara etimologis, homeschooling (HS)
adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut homeschoooling, tidak berarti anak
akan terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja
asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada
dirumah.

Pendekatan pembelajaran di HSPG adalah school at home yang memberika n


pengalaman belajar yang menyenangkan, ramah dan bersifat kekeluargaan Namun demikia n
ketercapaian kompetensi dan kualitas materi sama dengan kurikulum sekolah formal.

Home Schooling HSPG kota serang ini merupakan lembaga yang termasuk dalam
kategori sekolah paket, atau biasa sering disebut dengan PKBM, yang diperuntukan bagi
manusia yang ingin mendapatkan ijazah resmi walau terlambat umurnya (putus sekolah).
Biasanya orang tua memasukan anaknya ke homeschooling dikarenakan kesibukan orang tua,
kesehatan anak, dan lain sebagainya. Orang tua tersebut tidak ingin anaknya tertingga l
pendidikan karena pada hakikatnya pendidikan adalah pilihan dan sekolah dapat dilakukan
dimana saja, sehingga terwujudlah HOME SCHOOLING.

20
Dokumentasi

21
22
Daftar pustaka

Belfield, C. R., & Levin, H. M. (2007). Homeschooling and the question of quality. Educationa l
Policy, 21(1), 110-131.
Cogan, M. F. (2010). Exploring academic outcomes of homeschooled students. Journal of
College Admission, (208), 18-25.
Gaither, M. (2008). Homeschooling and the quest for socialization. Journal of College
Admission, (198), 18-25.
Kunzman, R. (2017). Homeschooling: A comprehensive survey of the research. Other
Education: The Journal of Educational Alternatives, 6(1), 4-59.
Martínez, P. M. P., & Pardo, J. M. M. (2018). The pros and cons of homeschooling: A critical
appraisal. Education Sciences, 8(4), 194.
Medlin, R. G. (2013). Homeschooling and the question of socialization revisited. Peabody
Journal of Education, 88(3), 284-297.
Ray, B. D. (2017). Academic achievement and demographic traits of homeschool students: A
nationwide study. Journal of School Choice, 11(4), 444-466.
Romanowski, M. H., & West, M. (2018). Homeschooling in the United States: Examining the
rationales for individualizing education. Journal of School Choice, 12(2), 168-185.
Rudner, L. M. (2013). Homeschooling: A comprehensive survey of the literature. Other
Education: The Journal of Educational Alternatives, 2(1), 4-59.
Wang, Y., & Warschauer, M. (2011). The effects of homeschooling on the academic
achievement of students. Educational Policy Analysis Archives, 19, 1-18

23

Anda mungkin juga menyukai