HOME SCHOOLING
Disusun oleh
Aurea Desya Fitri 201260003
Siti Hanifatuzahra 201260004
Yuwan Rahma M. 201260006
Irma Sanita 201260015
Aulia Febrianti 201260016
Nada Isrina Daulay 201260017
Syafiqah Juwitanur 201260019
Nurlela 201260021
Ery Syahriyah 201260025
Husna Nuraeni 201260031
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, dan cara berpikir manusia saat ini, dapat
menyebabkan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan
yang sungguh pesat sekali. Maka dari itu suatu bangsa tidak akan bisa maju selama
belum memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Pada saat ini di Indonesia,
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada Bab VI membahas mengenai Jalur
pendidikan yakni jalur pendidikan Formal, pendidikan Nonformal, dan pendidikan
Informal.1 Jalur pendidikan merupakan cara yang dilakukan oleh peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan berbagai
macam jalur pendidikan yang tersedia, semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu
memberikan pengetahuan bagi peserta didiknya. Jalur pendidikan formal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya dan mempunya i
jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menenga h
sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupajkan jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerluka n
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan
jalur pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkunga n
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
1 Lutfi Ariefianto, Persepsi dan problematika Homeschooling, Jurnal Edukasi, 2017, Vol. IV (2): 21-26.
1
pendekatan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar menyenangka n,
ramah dan bersifat kekeluargaan. Strategi pembelajaran ini juga memperhatika n
ketercapaian kompetensi dan kualitas materi yang sama dengan kurikulum sekolah
pada umumnya. Homeschooling HSPG juga menggunakan pendekatan psikologis dan
akademis yang terintegrasi. Strategi ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan
peserta didik pada aspek kognitif, soft skills dan hard skills yang berorientasi pada
aspek rekayasa dan teknologi, bahasa, dan keterampilan abad 21 yang dikenal dengan
4C (communication, collaboration, critical thinking dan creativity). Pendekatan
psikologis yang diberikan kepada peserta didik meliputi penggalian pada aspek bakat
dan minat, hambatan belajar, karakteristik dan latar belakang peserta didik yang
didasari berbagai macam tes diagnostik psikologi. Sementara itu, pendekatan
akademis terdiri dari analisis modalitas belajar peserta didik yang meliputi tingkat
kemampuan belajar, gaya belajar (learning style), dan gaya komunikasi belajar yang
digunakan oleh peserta didik. Metode yang diterapkan di HSPG yaitu learning how to
learn (belajar bagaimana caranya belajar). Metode ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pemahaman peserta didik mengenai literasi dan numerasi yang
berfokus pada pemahaman konsep suatu bacaan, penggunaan rumus, cara belajar yang
benar dan kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi evaluasi akhir
di setiap kompetensinya. Selain itu, fun learning, contextual learning, scientific
method, serta creative innovative and entrepreneurship merupakan metode
pembelajaran lainnya yang digunakan di dalam proses pembelajaran untuk
mengoptimalkan output dan outcome yang diharapkan yaitu, memiliki sikap yang
terpuji (excellent attitudes), memiliki kecakapan hidup yang aplikatif (proper life
skills) dan ilmu pengetahuan yang baik (good knowledge).
2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
3
dapat mendaftarkan anak pada sekolah musik. Orang tua juga dapat memperdala m
agama sang anak dengan menitipkan sang anak pada seorang ustad atau syeikh untuk
menggali potensi yang ada pada anak, seperti mengaji dengan nada (qori), bagaimana
cara berbicara dihadapan orang banyak, dan sebagainya. Disamping itu, anak juga dapat
diikutsertakan dengan kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan lain untuk
sosialisasi anak dengan teman sebaya. Untuk mengikuti kegiatan kepramukaan atau out
boud dan perkemahan, anak tidak perlu untuk mendaftar menjadi murid disatu sekolah.
Dengan demikian anak tidak akan mengalami tekanan atau paksaan dalam belajar.
Anak menganggap bahwa learn is fun, with learning we can strunggle on our life.
Learning is everyday needed.
4
(Dirjen PLS Depdiknas) dan Dr. Seto Mulyadi (Ketua Umum ASAH PENA).
Kesepakatan ini meningkatkan pengakuan dan eksistensi homeschooling di Indonesia,
karena Komunitas SekolahRumah diakui sebagai satuan pendidikan kesetaraan.
B. Sekolah Formal
Sekolah formal atau Pendidikan formal adalah pendidikan yang
diselenggarakan secara terstruktur, memiliki jenjang atau tingkatan, berada di dalam
periode waktu-waktu tertentu, dilangsungkan dari sekolah dasar sampai dengan jenjang
universitas. Pendidikan formal selain mencakup program pendidikan akademis umum,
juga meliputi berbagai program khusus serta lembaga yang dipergunakan untuk
5
berbagai macam pelatihan teknis dan professional. Sekolah merupakan istilah yang
lazim digunakan di dalam dunia pendidikan. Sekolah merupakan suatu tempat
berlangsungnya proses pembelajaran dan pengajaran yang terstruktur sesuai dengan
jenjang dan waktu tertentu. Sekolah adalah salah satu pusat pendidikan yang dari hasil
proses pembelajaran di dalamnya diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan anak
bangsa dan mengembangkan manusia. 3
1) Taman Kanak-kanak
2) Raudatul Athfal
3) Sekolah Dasar
4) Madrasah Ibtidaiyah
5) Sekolah Menengah Pertama
6) Madrasah Tsanawiyah
7) Sekolah Menengah Atas
8) Madrasah Aliyah
9) Sekolah Menengah Kejuruan
10) Perguruan Tinggi, meliputi; Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut dan Universitas.
6
Pengiriman anak ke sekolah-sekolah oleh para orangtua dilatar belakangi
karena tidak semua tugas mendidik dapat dipenuhi oleh orang tua di dalam keluarga
masing- masing terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan bermacam-maca m
keterampilan. Oleh karenanya anakanak dikirimkan ke sekolah dan lembaga
pendidikan formal lainnya.
Sekolah memiliki tanggung jawab atas pendidikan para peserta didik selama
mereka diserahkan dan berada di lingkungan sekolah. Jadi, pendidikan di sekolah atau
pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di lembaga pendidika n
sekolah secara teratur, sistematis, berjenjang dan dengan mengikuti syarat-syarat yang
jelas dan ketat mulai dari taman kanak - kanak sampai dengan perguruan tinggi.
7
B, dan C sesuai dengan peraturan undang-undang. Untuk kegiatan lain semacam
ekstrakurikuler, orang tua harus mencari sendiri kursus atau klub olahraga bagi anak.Di
bangku sekolah, anak lebih cenderung pasif, sebab sebagian besar subjek pelajaran akan
dijelaskan oleh guru. Fokus guru akan terbagi pada seluruh murid di kelas, sehingga
tujuan akhirnya adalah siswa secara umum mengerti materi yang dijelaskan. Dengan
demikian, anak akan lebih banyak mempelajari teori-teori subjek pelajaran. Pada sistem
homeschooling, mentor atau pendidik akan lebih fokus pada pemahaman anak. Mentor
dapat mengajar lebih fleksibel sesuai daya tangkap anak. Namun perlu diingat, kendati
sudah ada mentor namun penerapan ilmu yang didapat juga membutuhkan peran orang
tua diluar jadwal kunjung mentor.
Situasi lingkungan belajar juga tidak boleh diabaikan, sebab hal ini akan
berpengaruh pada suasana hati anak dalam perkembangan pendidikannya. Pada sekolah
formal, lingkungan belajar cenderung lebih kondusif sebab fasilitas pendidikan sudah
lebih tertata dengan baik.Contohnya, meja dan kursi belajar, papan tulis, laboratorium
IPA, ruang komputer, dan fasilitas lain. Selain itu anak juga akan memiliki teman-
teman sebaya yang ikut berkembang bersama secara lebih sistematis. Dengan demikia n,
anak dapat memiliki pengalaman belajar serta pertemanan yang lebih luas. Sementara
pada sistem homeschooling, orang tua wajib menyediakan sendiri ruang belajar yang
ideal untuk anak, sementara pengajar akan datang sesuai jadwal yang sudah dibuat
bersama orangtua. Sistem pembelajaran menjadi lebih privat dan fokus pada
perkembangan individu anak.
8
Dalam hal pertemanan, orang tua tentu wajib berpikir tentang sosialisasi anak
sebab mereka perlu menemukan teman sebaya di luar rumah. Kondisi ini sebenarnya
cocok bagi orangtua yang khawatir dengan kondisi lingkungan sekolah yang mungk in
berbahaya untuk anak, seperti pengaruh buruk pergaulan maupun isu- isu
perundungan.Peran orang tua tentu tidak bisa dilepaskan dalam proses pendidikan anak.
Tidak melulu tentang pemenuhan biaya pendidikan, orang tua juga perlu mendukung
pendidikan anak secara menyeluruh.
9
2) Kekurangan homeschooling, antara lain
a) Keterbatasan sosial: Anak-anak homeschooling mungkin memilik i
keterbatasan dalam interaksi sosial dengan teman sebaya mereka,
yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraks i
dengan orang lain.
b) Kurangnya pengalaman belajar di luar rumah: Anak-anak
homeschooling mungkin tidak memiliki kesempatan untuk belajar
di luar rumah, seperti dalam kunjungan ke museum atau kegiatan di
luar ruangan.
c) Keterbatasan keahlian pengajaran: Orang tua atau tutor mungk in
tidak memiliki keahlian atau pengalaman dalam pengajaran mata
pelajaran tertentu, yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan
yang diberikan.
d) Kurangnya pengawasan pemerintah: Dalam beberapa negara,
homeschooling tidak diawasi oleh pemerintah, sehingga sulit untuk
memastikan bahwa anak-anak menerima pendidikan yang
berkualitas dan sesuai dengan standar akademik yang ditetapkan
10
2) Kekurangan sekolah formal, antara lain
a) Biaya yang tinggi: Sekolah formal seringkali memerlukan biaya
yang tinggi, seperti biaya pendaftaran, biaya bulanan, dan biaya-
biaya tambahan lainnya, yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh
semua keluarga.
b) Kurangnya fleksibilitas waktu: Siswa di sekolah formal harus
mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh sekolah, sehingga kurang
fleksibel dalam menentukan jadwal belajar yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
c) Keterbatasan individualisasi pendidikan: Siswa di sekolah formal
diharuskan mengikuti kurikulum yang sama, tanpa memperhatika n
kebutuhan belajar masing- masing siswa secara individual.
d) Keterbatasan dalam pendekatan pembelajaran: Sekolah formal
seringkali menggunakan metode pengajaran yang sama untuk semua
siswa, yang mungkin tidak efektif untuk semua tipe belajar.
e) Risiko kekerasan dan bullying: Siswa di sekolah formal berisiko
mengalami kekerasan dan bullying, yang dapat mempengar uhi
kesejahteraan mental dan emosional mereka.
11
3) Fasilitas dan sumber daya: Siswa homeschooling seringka li
membutuhkan akses ke fasilitas dan sumber daya yang dibutuhka n
untuk belajar, seperti buku-buku, alat praktikum, dan bahan ajar lainnya.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan akses dan
dukungan terhadap fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan siswa
homeschooling.
4) Interaksi sosial dan pengembangan karakter: Siswa homeschoo ling
perlu diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain dan
berkembang dalam aspek sosial dan karakter. Oleh karena itu, perlu
adanya program-program yang mendukung interaksi sosial dan
pengembangan karakter, seperti kegiatan ekstrakurikuler atau program
mentoring.
5) Pengawasan dan evaluasi: Sistem homeschooling seringkali tidak
memiliki pengawasan dan evaluasi yang ketat, sehingga perlu adanya
pengawasan dan evaluasi yang lebih ketat untuk memastikan bahwa
siswa homeschooling memperoleh pendidikan yang sesuai dan
berkualitas.
12
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian kali ini dapat diperjelas dengan menggunakan metode kualitatif,
sumber data menggunakan data primer dengan metode observasi, yakni menggunakan data
yang dikumpulkan secara langsung dari sumber utamanya, seperti wawancara, survei dan
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keingintahuan tentang konsep dan
aplikasi Homeschooling Kemudian data yang diperoleh di analisis, dan dinilai oleh peneliti
untuk dijadikan evaluasi untuk lembaga tersebut kedepannya.
Subjek kasus dalam penelitian ini adalah pemilik lembaga yang bersikeras
mengharumkan dan meningkatkan kualitas pendidikan Homeschooling HSPG, sehingga dapat
memberikan celah serta mengoptimalkan kemampuan peserta didik yang terhambat ketika
bersekolah formal, melalui sistem pembelajaran yang fleksibel. Pengambilan data dilakukan
melalui wawancara, survey, penilaian, dan dokumentas. Teknik analisis data melip uti:
Pengumpulan data (data collection), reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Adapun jenis data dan teknik pengumpulan data yag digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Observasi
Merupakan kegiatan pengumpulan data berdasarkan pegamatan langsung ke Jl.
Karya Bhakti 3C No.79, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42118.
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatetan secara sistematis. observasi ialah
studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis
dengan jalan pengamatan dan pencatetan. Selain itu, observasi tidak harus dilakukan
oleh peneliti sendiri, sehingga peneliti dapat meminta bantuan kepada orang lain untuk
melaksanakan observasi.
b. Wawancara
Merupakan tahap pengumpulan data melalui wawancara dan tanya jawab
dengan sumber atau pihak-pihak yang terkait diantaranya pemilik lembaga HSPG, serta
peserta didik yang akan menjadi sampel penelitian. Wawancara atau interview adalah
suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperole h
informasi dan dalam wawancara berarti melakukan interkasi komunikasi atau
percakapan antara peawancara dengan orang yang diwawancarai. Orang yang
13
diwawancarai dalam penelitian kualitatif adalah informan yang melebihi pengetahua n
dan pemahaman (pewawancara) yang dimaksudkan dan terawancara (yang di
wawancarai) menghimpun informasi dari interview.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk
tulisan, gambar atau karya monumental. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat
dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data dari sumber noninsani. Sumber ini dari dokumen dan rekaman.
14
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan alternatif yang saat ini menjadi salah
satu pilihan orang tua dan masyarakat pada umumnya untuk memberikan pendidikan pada
anak-anaknya. Keberadaan homeschooling adalah sah, diakui, sama sederajat dengan sekolah
formal sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan
Permendikbud No. 129 tahun 2014.Homeschooling atau sekolah rumah yang telah diatur
dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang penyelenggaraan sekolah rumah
adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas.
Proses pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap
potensi peserta didik yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Metode yang diterapkan di HSPG yaitu flipped classroom, learning how to learn
(belajar bagaimana caranya belajar). Metode ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemahaman
peserta didik mengenai konsep suatu bacaan atau literasi baca lanjutan, numerasi termasuk di
dalamnya penggunaan rumus, cara belajar yang benar dan kemampuan untuk mempersiapka n
diri menghadapi evaluasi akhir di setiap kompetensinya. Selain itu, fun learning contextual
learning scientific method serta creative, innovative and entrepreneurship merupakan metode
pembelajaran lainnya yang digunakan dari dalam proses pembelajaran untuk meningka tka n
output dan outcome yang diharapkan yaitu memiliki sikap yang terpuji excellent attitude,
memiliki kecakapan hidup yang aplikatif proper life skills dan ilmu pengetahuan yang baik
good Knowledge.
15
1. Sistem Kelas
1. Kelas Individu
Sistem kelas untuk satu orang peserta didik kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan di rumah atau lingkungan yang mendukung dengan jadwal yang telah
diatur hspg
Sistem kelas untuk 2 sampai dengan 6 orang peserta didik dalam satu
kelompok belajar yang dilaksanakan di hspg dengan mode luar jaringan luring atau
dengan mode dalam jaringan daring.
Sistem kelas minimal 6 sampai dengan 10 orang peserta didik dalam satu
kelompok belajar yang dilaksanakan di hspg dengan mode luar jaringan luring atau
dengan mode dalam jaringan daring.
Sistem kelas jarak jauh khusus untuk peserta didik yang tidak berdomisili di
daerah diselenggarakannya hspg kelas ini termasuk pengembangan dari kelas
individu media belajar melalui video online Skype Zoom antara siswa dan guru
pengajar di HSPG.
Sistem kelas di mana Siswa belajar secara mandiri atau didampingi orang
tua atau pengajar pribadi di luar pengajar hspg peserta didik sepenuhnya
mendapatkan hak atau fasilitas dari HSPG.
16
3. active and fun English
4. cooking
5. coding
6. steam
7. musik
8. futsal
9. basket
10. bahasa Korea
11. robotic
12. design grafis
13. konten maker (youtuber)
14. bisnis dan kewirausahaan
3. Fasilitas
1. Program
17
a. Program PAUD
b. Setara SD
c. Setara SMP
d. Setara SMA
e. Cambridge International Examination (CIE)
f. Program Inklusi
g. Private Lesson Exclussive
h. Pendidikan vokasi (IT, IELTS, Active English, Bahasa Korea, Cooking,,
Steam, dan Science.
2. Kurikulum
a. Kurikulum Nasional
b. Kurikulum International
c. Inclusive Curriculum
a. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Tetap muka diadakan seminggu 3-4 kali
pertemuan.
b. Kegiatan Belajar Mandiri dapat diadakan diluar Homeschooling HSPG dengan
jadwal yang telah diatur oleh Akademik HSPG.
18
c. Sekali pertemuan terdapat 2 hingga 3 mata pelajaran.
d. Setiap mata pelajaran diberikan maksimal 60 menit.
19
BAB 5
PENUTUP
Homeschooling atau sekolah rumah yang telah diatur dalam peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang penyelenggaraan sekolah rumah adalah proses layanan
pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau
tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas. Proses pembelajaran dapat
berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi peserta didik yang
unik dapat berkembang secara maksimal. Selain itu, homeschooling juga dapat di lakukan di
mana saja selain disekolah, seperti di masjid, di pasar, di sawah, di hutan, dan di tempat-tempat
lain yang dapat menjadi sumber dalam belajar. Sumber materi pada homeschooling tidak hanya
terbatas pada buku yang telah ditetapkan pemerintah. Secara etimologis, homeschooling (HS)
adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut homeschoooling, tidak berarti anak
akan terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan saja
asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada
dirumah.
Home Schooling HSPG kota serang ini merupakan lembaga yang termasuk dalam
kategori sekolah paket, atau biasa sering disebut dengan PKBM, yang diperuntukan bagi
manusia yang ingin mendapatkan ijazah resmi walau terlambat umurnya (putus sekolah).
Biasanya orang tua memasukan anaknya ke homeschooling dikarenakan kesibukan orang tua,
kesehatan anak, dan lain sebagainya. Orang tua tersebut tidak ingin anaknya tertingga l
pendidikan karena pada hakikatnya pendidikan adalah pilihan dan sekolah dapat dilakukan
dimana saja, sehingga terwujudlah HOME SCHOOLING.
20
Dokumentasi
21
22
Daftar pustaka
Belfield, C. R., & Levin, H. M. (2007). Homeschooling and the question of quality. Educationa l
Policy, 21(1), 110-131.
Cogan, M. F. (2010). Exploring academic outcomes of homeschooled students. Journal of
College Admission, (208), 18-25.
Gaither, M. (2008). Homeschooling and the quest for socialization. Journal of College
Admission, (198), 18-25.
Kunzman, R. (2017). Homeschooling: A comprehensive survey of the research. Other
Education: The Journal of Educational Alternatives, 6(1), 4-59.
Martínez, P. M. P., & Pardo, J. M. M. (2018). The pros and cons of homeschooling: A critical
appraisal. Education Sciences, 8(4), 194.
Medlin, R. G. (2013). Homeschooling and the question of socialization revisited. Peabody
Journal of Education, 88(3), 284-297.
Ray, B. D. (2017). Academic achievement and demographic traits of homeschool students: A
nationwide study. Journal of School Choice, 11(4), 444-466.
Romanowski, M. H., & West, M. (2018). Homeschooling in the United States: Examining the
rationales for individualizing education. Journal of School Choice, 12(2), 168-185.
Rudner, L. M. (2013). Homeschooling: A comprehensive survey of the literature. Other
Education: The Journal of Educational Alternatives, 2(1), 4-59.
Wang, Y., & Warschauer, M. (2011). The effects of homeschooling on the academic
achievement of students. Educational Policy Analysis Archives, 19, 1-18
23