Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SEJARAH SINGKAT HOMESCHOOLING & PERKEMBANGANNYA


(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Home Schooling)
Dosen : Medita Ayu W, M.Pd

Disusun Oleh :
Angelica Ayuning Putri
18060414
Kelas B6 Lanjutan 2018

IKIP SILIWANGI BANDUNG


2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Homeschooling (Sekolah Rumah) saat ini mulai menjadi salah satu model pilihan orang tua dalam
mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan. Pilihan ini muncul karena adanya pandangan para orang
tua tentang kesesuaian minat oleh anak-anaknya. Homeschooling ini banyak dilakukan di kota-kota besar,
terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri.
Di Indonesia keberadaan homeschooling sudah mulai menjamur di Jakarta dan kota besar lainnya. Untuk
tahap pertama, keberadaan proses belajar dan mengajar model rumahan ini belum menuai minat dari khalayak
umum.
Namun kini, keberadaannya justru banyak dimanfaatkan kalangan menengah keatas, seperti artis, dan
kalangan entertainer. Tak jarang didapati diantaranya kalangan olahragawan, atlit nasional juga kalangan biasa
yang menginginkan rumah sebagai ruang kelas.
Banyaknya orang tua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orang tua mendidik anaknya
di rumah. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya
mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak murid
mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada
anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya
yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi
tidak menyenangkan.
Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orang tua memilih mendidik anak-anaknya di rumah, dengan
resiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk
meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/agama dan moral serta
mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah pada makalah ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Singkat Homeschooling dan perkembangannya di Dunia?
2. Apakah Pengertian Homeschooling ?
3. Bagaimana Legalitas Homeschooling di Indonesia?
4. Bagaimana Perkembangan Homeschooling di Indonesia ?
5. Apa saja Model dan Jenis Homeschooling?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan Sejarah Singkat Homeschooling dan perkembangannya di duni
2. Mendeskripsikan Pengertian Homeschooling
3. Mendeskripsikan Legalitas Homeschooling di Indonesia
4. Mendeskripsikan Perkembangan Homeschooling di Indonesia
5. Mendeskripsikan Model dan jenis Homeschooling
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Singkat dan perkembangan Homeschooling di Dunia


Filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita
tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang
berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya” (John Cadlwell Holt dalam bukunya How Children Fail, 1964).
Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan
sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan
akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem
sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor
melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood
education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12
tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-
laki karena keterlambatan kedewasaan mereka (Sumardiono, 2007: 21).
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, Holt sendiri kemudian
menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better, (1976). Buku ini pun
mendapat sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun
1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama: Growing Without Schooling.
Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting homeschooling.
Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan
(beliefs) , pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah
formal.

2. Pengertian Homeschooling
Istilah Homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling berakar
dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home education, home based
learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga
memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis
pendidikannya. Memilih untuk bertanggungjawab berarti orang tua terlibat langsung menentukan proses
penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan,
kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar (bdk. Sumardiono, 2007:4).
Peran dan komitmen total orang tua sangat dituntut. Selain pemilihan materi dan standar pendidikan sekolah rumah,
mereka juga harus melaksanakan ujian bagi anak-anaknya untuk mendapatkan sertifikat, dengan tujuan agar dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Banyak orang tua Indonesia yang mempraktekkan homeschooling
mengambil materi pelajaran, bahan ujian dan sertifikat sekolah rumah dari Amerika Serikat. Sertifikat dari negeri
paman Sam itu diakui di Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional) sebagai lulusan sekolah Luar Negeri
(Kompas, 13/3/2005).

3. Legalitas Homeschooling di Indonesia


Sistem pendidikan alternatif ini keberadaannya sah dan diakui, serta sederajat dengan sekolah formal
menurut hukum Indonesia. Pada UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 31 Ayat (1) berbunyi
“Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Pada Ayat (2) berbunyi “Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya“.
Keberadaan homeschooling telah diatur juga dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional No
20/2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 27 ayat (1) yang berbunyi
“Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri”. Sementara pada ayat (2) berbunyi “Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
sama dengan pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan“.
Dan pada ayat (10) berbunyi “Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri“.
Pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan informal kecuali standar penilaian apabila akan
disetarakan dengan pendidikan jalur formal dan nonformal sebagaimana yang dinyatakan pada UU No.20/23, pasal
27 ayat (2).
Pada tanggal 10 Januari 2007 juga telah ditandatangani kesepakatan kerjasama Nomor: 02/E/TR/2007 dan
Nomor: 001/I/DK/AP/07 antara Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas (PLS Depdiknas) dengan Asosiasi
Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (ASAHPENA). Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Ace Suryadi,
Ph. D (Dirjen PLS Depdiknas) dan Dr. Seto Mulyadi (Ketua Umum ASAHPENA). Kesepakatan ini meningkatkan
pengakuan dan eksistensi Homeschooling di Indonesia, karena Komunitas Sekolah Rumah diakui sebagai satuan
pendidikan kesetaraan.

4. Perkembangan Homeschooling di Indonesia


Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada penelitian
khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia. Namun
jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias
otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah
mempraktekkan homeschooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka (Makalah Dr. Seto
Mulyadi, 18 Juni 2006).
Dalam pengertian homeschooling ala Amerika Serikat, sekolah rumah di Indonesia sudah sejak tahun
1990-an. Misalnya Wanti, seorang ibu yang tidak puas dengan sistem pendidikan formal. Melihat risiko yang
menurut Wanti sangat mahal harganya, dia banting setir. Tahun 1992 Wanti mengeluarkan semua anaknya dari
sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya di rumah. Ia mempersiapkan diri selama 2 tahun sebelum
menyekolahkan anaknya di rumah. Semua kurikulum dan bahan ajar diimpor dari Amerika Serikat.Wanti sadar
keputusannya mengandung konsekuensi berat. Dia harus mau capek belajar lagi, karena bersekolah di rumah berarti
bukan anaknya saja yang belajar, tetapi justru orangtua yang harus banyak belajar.
Demikian juga Helen Ongko (44), salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah di rumah,
sampai harus ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar tentang hal ini. Dia ingin benar-benar mantap, baru
mengambil keputusan. “Kebetulan waktu itu kondisi ekonomi sedang krisis sehingga kami banyak di rumah. Eh,
ternyata enak ya belajar bersama di rumah,” kata Helen yang mulai mengajar anak di rumah tahun 2000 (Kompas,
13/3/2005).
Di Indonesia baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, seperti Morning Star
Academy dan lembaga pemerintah berupa Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Morning Star Academy,
Lembaga pendidikan Kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan selain memberikan edukasi yang bertaraf
internasional, juga membentuk karakter siswanya.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan program pemerintah dalam menyelenggarakan
pendidikan jalur informal. Badan penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di Indonesia. Di Jakarta Selatan aja, ada
sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah siswa lebih kurang 100 orang. Setiap program PKBM
terbagi atas Program Paket A (untuk setingkat SD), B (setingkat SMP), dan Paket C (setingkat SMA). PKBM
sebenarnya menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah para
murid. Para murid harus mengikuti ujian guna mendapatkan ijazah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya. Perbedaan Ijazah dengan sekolah umum, PKBM langsung mengeluarkannya dari pusat.
Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang
semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.

5. Jenis dan model Homeschooling


 Homeschooling Tunggal
Homeschooling tunggal, merupakan homeschooling yang hanya melibatkan orangtua dalam satu keluarga
dan tidak bergabung dengan keluarga lainnya. Pada homeschooling tunggal peran orangtua sangatlah penting
sebagai pembimbing, teman belajar ataupun penilai. Homeschooling ini memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi
karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Dalam homeschooling tunggal ini juga termasuk didalamnya
orang tua yang menyelenggarakan homeschooling mandiri dengan sistem online program. Orangtua berlangganan
program secara online dalam pembelajaran homeschooling bagi anaknya.
 Homeschooling Majemuk
Homeschooling Majemuk, dilaksanakan oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu,
dengan kesamaan minat tertentu, sedangkan kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing.
Homeschooling ini dapat merangsang insting social anak karena melibatkan anak-anak lain,anak akan terpacu pula
untuk berkompetisi sehingga akan timbul semangat untk bersaing untuk berprestasi menjadi yang lebih baik akan
tetapi tetap positif. Homeschooling ini terbentuk biasanya berdasarkan minat yang sama, atau memiliki tujuan
pembelajaran dalam agama yang sama.
 Homeschooling Komunitas
Homeschooling komunitas, merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan
menentukan silabus, RPP, bahan ajar, sarana, serta jadwal pembelajaran. Peserta didik yang mengikuti
homeschooling komunitas memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan homeschooling
lainnya.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk
bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis
pendidikannya.Tujuannya, agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Homeschooling ada 3 jenis yaitu : Homeschooling tunggal, Homeschooling majemuk, dan Homeschooling
komunitas. Tiap jenis homeschooling tersebut mempunyai tantangan sendiri-sendiri.
Kurikulum homeschooling tergantung pada orang tua, atau dengan kata lain orang tua memilih sendiri
kurikulum dan materi ajar untuk anaknya. Setiap keluarga memiliki pilihan untuk menentukan kurikulum dan
bahan ajar yang akan digunakan sebagai acuan.

2. Daftar Pustaka
https://www.padamu.net/homeschooling-model-tujuan-dan-manfaat
http://eprints.umm.ac.id/39924/2/jiptummpp-gdl-wahyuniina-55169-2-babi.pdf

Anda mungkin juga menyukai