Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya


penulis dapat menyelesaikan makalah  yang berjudul “PERANAN KELUARGA DAN
MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas akhir Pengantar Pendidikan,
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Ibu MAWARDANIAH,M.Pd sebagai dosen
pembimbing.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
terselesaikannya makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian materi dalam
makalah ini. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.

LHOKSUKON, 04 OKTOBER 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                   ……………………………………………..…

DAFTAR ISI                                                 ………………………………………………..

BAB 1: PENDAHULUAN                           ………………………………………………..

A. LATAR BELAKANG                   ……………………………………………….

B. RUMUSAN MASALAH               ……………………………………………….

C. TUJUAN                                         ………………………………………………

BAB 2: PEMBAHASAN                               …………………………………………........

A. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN OLEH ORANGTUA  


B. ……………….
B. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH ……………..
C. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN OLEH MASYARAKAT ……………

BAB 3: PENUTUP                                        ………………………………………………

A. KESIMPULAN                              ……………………………………………..

B. KRITIK DAN SARAN                 ………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia membutuhkan sinergi antar
komponen dan membutuhkan kesepahaman visi seluruh stake holder yang terlibat.
Komponen pendidikan yang meliputi material (input siswa) , tools (alat-alat dan sarana
prasarana), serta process (metode pembelajaran) adalah sebuah sistem yang akan
menentukan kualitas out put (lulusan), sedangkan stake holder yang terdiri atas siswa,
guru, kepala sekolah, wali murid, dinas terkait dan pemerintah daerah harus sevisi dan
sinergi sehingga memperlancar dan mempermudah pencapaian tujuan baik tujuan
akademis maupun pembentukan moral.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dinilai banyak pihak belum berkualitas,
sebagai indikatornya adalah kualitas Human Development Index (Indeks Kualitas
Manusia) berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singgapura,
Thailand, bahkan Vietnam. Ada beberapa faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan
di tanah air antara lain: proses pembelajaran belum memperoleh perhatian optimal, guru
lebih banyak bekerja sendirian, forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) belum
berfungsi optimal, sekolah belum menjadi pusat belajar bagi guru. Berdasar UU No 14
Tahun 2005 guru dituntut untuk profesional. Indikator keprofesionalan guru mencakup
empat hal yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi sosial.Untuk mencapai keempat kompetensi tersebut selama ini ditempuh
secara konvensional yakni melalui diklat dan penataran. Akan tetapi model konvensional
tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal karena materi penataran akan dilupakan
begitu saja setelah sampai disekolah.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Peranan pemerintah dalam pendidikan
b. Peranan keluarga dalam pendidikan
c. Peranan masyarakat dalam pendidikan
C. TUJUAN MASALAH
a. Agar mengetahui peranan pemerintah dalam pendidikan
b. Agar mengetahui peranan keluarga dalam pendidikan
c. Agar mengetahui peranan masyaraat dalam pendidikan

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN OLEH ORANGTUA
Peran orang tua sangat besar dalam mendidik anaknya. Seorang ibu yang
melahirkan anak menjaga dan memeliharanya dengan baik. Ibu menyusui anaknya orang
tua memperkenalkan alam kepada anaknya. Bahkan sampai menginjak dewasa, orang tua
masih terus mendidik anaknya agar menjadi anak yang mandiri dan matang, dan dapat
menjalani hidupnya sendiri. Selain itu, orang tua memberikan nilai-nilai etis: apa yang
baik dan yang tidak baik bagi masyarakat. Apa yang diberikan orang tua kepada putra-
putrinya merupakan esensi dari pendidikan secara umum.
Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Orang tua mendidik
anaknya tentang prinsip hidup; bagaimana anak seharusnya hidup; bagaimana anak
berinteraksi kepada Penciptanya, sesama manusia dan alam. Meminjam istilah para
filosof, orang tua mengajarkan kebenaran kepada putra-putrinya.
Dituntut sebuah kesadaran, peran orang tua dan masyarakat untuk
memperjuangkan pendidikan yang baik. Masih diperlukan banyak pemikiran bagaimana
pendidikan yang menghasilkan anak didik yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
yang berkarakter. Keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam rangka
melakukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan. Meskipun jumlah
institusi pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang yang paling tinggi
semakin hari semakin banyak, namun peran keluarga dalam transformasi nilai edukatif
ini tetap tidak tergantikan. keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama
di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat
penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun – tahun pertama dalam
kehidupanya (usia prasekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam
diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Dari
sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena
keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama
untuk mencetak dan mempersiapkan anaknya.

4
Karena itulah, peran keluarga dalam hal ini begitu berarti. Bahkan bisa dikatakan
bahwa tanpa keluarga, nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan di bangku meja formal
tidak akan ada artinya sama sekali. Sekilas memang tampak bahwa peran keluarga tidak
begitu ada artinya, namun jika direnungkan lebih dalam, siapa saja akan bisa merasakan
betapa berat peran yang disandang keluarga. Problem yang dialami oleh ‘anak jalanan’
untuk memperoleh pendidikan salah satunya adalah minimnya, bahkan tak adanya peran
keluarga. Kalaupun akhirnya mereka bersekolah, mereka hanya mendapatkan
pengetahuan formal saja. Sementara kasih sayang, sopan santun, moralitas, cinta dan
berbagai nilai afektif lainnya sulit mereka dapatkan. Mereka merasa tidak ada tempat
yang baik untuk berlindung dan mengungkapkan seluruh perasaan secara utuh dan bebas.
Umumnya mereka tidak memiliki keluarga yang mengemban peran tersebut.
Kalaupun mereka memiliki keluarga, tidak ada situasi yang kondusif untuk saling berbagi
perasaan antar anggota dalam sebuah keluarga. Ini merupakan salah satu kesulitan yang
dihadapi oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang mencoba memberdayakan
‘anak jalanan’. Mungkin persoalan sulitnya bagaimana dia mendapatkan pendidikan
secara formal, tidak sesulit bagaimana dia memperoleh kasih sayang sejati.
Dari paparan itu kita bisa mengerti betapa peran penting keluarga dalam rangka
mengemban misi-misi pendidikan tidak bisa diabaikan. Di dalam keluarga tercermin
jalinan kasih dan cinta dalam ikatan emosional, darah dan kekerabatan sangat
mendominasi. Dengan demikian, keluarga merupakan cetak biru (blue print) akan
menjadi apa seorang anak kelak. Sebagian orang secara tidak sadar mengatakan bahwa
sebenarnya peran keluarga adalah sekunder, alias hanya menjadi pelengkap saja. Sebab
pengetahuan formal sudah mereka dapatkan di bangku sekolahan. Logika ini tidak saja
keliru secara etis, tapi juga patut dipertanyakan pula pandangan moralnya terhadap
keluarga. Yang logis, keluarga justru merupakan institusi pendidikan pertama dan utama,
kemudian baru dilengkapi dengan nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan dari bangku
sekolahan.

B. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH

5
Sprivatisasi pendidikan yang selama ini berlaku di negara kita dengan dalih aksi
bersama masyarakat itu, sebenarnya adalah pengalihan tanggung jawab
pemerintah kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Pemerintah menyerahkan
tanggung jawab itu kepada publik sehingga pendidikan menjadi jasa yang
diperjualbelikan. Hanya mereka yang memiliki uang banyaklah yang mendapatkan
pendidikan bermutu dan berstandar internasional. Hal ini jelas bertentangan dengan UUD
1945. Pemerintah adalah pihak yang berkewajiban untuk memenuhi hak konstitusi
bangsa yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan kembali
dalam Pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi demikian :
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
c. Pendidikan keaksaraan menjadi sangat penting, karena dengan kemampuan membaca,
menulis dan berhitung, setiap orang dapat mengakses informasi dan bernegosiasi.
d. Dengan membaca ia dapat terus mengembangkan diri sehingga skill of lifenya
meningkat, dengan demikian mereka dapat mengatasi tantangan hidup dan dapat
berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat..
e. Selain itu, Pemerintah juga berkewajiban untuk menyediakan tenaga pendidik yang
berkualitas, bukan sekedar lulusan Sekolah Pendidikan Guru atau Fakultas Ilmu
Keguruan saja.
f. Guru adalah seorang pendidik profesional yang tugas utamanya adalah mendidik,
mengajar, membimbing, dan mengarahkan (Permen PAN No.16 tahun 2009 ). Karena
dituntut untuk menjadi pendidik profesional itulah, maka ia harus memiliki kapasitas
yang dapat mengakomodir kebutuhan anak dalam dunia pendidikan.
Guru adalah orang yang terus-menerus mengembangkan diri sesuai dengan
kebutuhan, kreatif dan tidak hanya menggantungkan metode pengajaran pada kurikulum
semata serta komunikatif. Mereka harus paham bagaimana mengajar dengan cara yang
menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa takut dan bosan. Pemerintah harus
memastikan bahwa tenaga pendidik yang dipercayakan untuk mencerdaskan bangsa itu
memang memiliki semua kapasitas itu.

6
Karena pendidikan adalah hak semua orang, tidak terbatas pada ras, jenis kelamin,
agama, golongan, usia dan kelas sosial, maka Pemerintah harus juga menjangkau
masyarakat usia dewasa yang menderita tuna aksara. Mereka yang selama ini terabaikan,
dianggap sudah tidak pantas lagi untuk sekolah karena sudah tua, juga memiliki hak
untuk mendapatkan pendidikan. Bahkan satu menit sebelum menutup usiapun, mereka
masih punya hak untuk belajar dan diajar. Pendidikan adalah tanggung jawab
konsitutional pemerintah. Undang-undang BHP bisa menjadi landasan bagi pemerintah
untuk melepaskan diri dari tanggung jawabnya terhadap pembiayaan pendidikan.
Sebagaimana diatur dalam UU tersebut lembaga pendidikan yang berstatus badan hukum
pendidikan (BHP) harus menanggung seluruh biaya operasional sendiri tanpa subsidi dari
negara. UU BHP ini dibuat hanya untuk mengalihkan tanggung jawab pemerintah dari
besarnya biaya pendidikan. Ditambahkan, dengan berlakunya UU No 9/2009 tentang
Badan Hukum Pendidikan, potensi meningkatnya biaya pendidikan yang harus
ditanggung orang tua dan peserta didik cukup terbuka. dalam pasal 41 ayat 7 disebutkan
bahwa peserta didik yang ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan harus
menanggung biaya tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik, orang tua atau pihak
yang bertanggung jawab membiayainya. UU BHP juga mengatur pembatasan kuota bagi
pelajar berprestasi yang berhak memperoleh beasiswa pendidikan, yakni sebesar 20%
dari total jumlah peserta didik pada sebuah lembaga pendidikan yang berstatus badan
hukum.
Pendidikan nasional yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa adalah pendidikan
yang bermakna proses pembudayaan. Pendidikan yang demikian akan dapat memajukan
kebudayaan nasional Indonesia . Dalam pembukaan UUD 1945, jelas tertera bahwa
tujuan pendirian negara adalah untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari kutipan
tersebut, nampak jelas bahwa pemerintah negara republik adalah pemerintah yang
menurut deklarasi kemerdekaan harus secara aktif melaksanakan misi tersebut. Di
antaranya, dengan memajukan kesejahateraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
C. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN OLEH MASYARAKAT

7
Tanggung jawab masyarakat terhadap dunia pendidikan tetap memegang peran
penting. Dalam undang - undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
( sisdiknas ) ditegaskan, Pendidikan Nasional berfungsi mengembankan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis sera bertanggung jawab.
Fungsi pendidikan nasional yang begitu luhur tersebut pelaksanaannya mengikat bangsa
secara keseluruhan, baik pemerintah maupun masyarakat.
Meningkatkan Peran Serta Masyarakat memang sangat erat berkait dengan
pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Ini tentu saja bukan hal yang
mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, bila tidak sekarang dilakukan dan dimulai, kapan
rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan
tingkatan maksimal dapat diperoleh dunia pendidikan.
Ada 7 tingkat peranan serta masyarakat:
1. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Pada tingkatan ini
masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak-anak mereka.
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada jenis ini
masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan
menyumbangkan dana, barang, atau tenaga.
3. Peran serta secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan menerima
apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah
memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orang
tua menerima keputusan itu dengan mematuhinya.
4. Peran serta melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orang tua datang ke sekolah
untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya.
5. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyakarat terlibat dalam kegiatan sekolah,
misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur, pramuka, kegiatan
keagamaan, dsb.

8
6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta orang
tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah
jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya, berpartisipasi dalam mencatat anak usia
sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya, menjadi nara sumber,
guru bantu, dsb.
7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam
pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan ikut
dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah.
Pada saat di mana suatu program pembangunan didominasi oleh peran pemerintah
dan peran masyarakat lemah, maka masyarakat lalu hanya ditempatkan sebagai saluran
mempercepat program-program pembangunan itu. Sebaliknya, apabila kemudian peran
masyarakat kuat dan ditempatkan sebagai subjek, maka akan bermakna sebagai upaya
pemberdayaan atau penguatan masyarakat, baik secara institusional maupun
perseorangan anggota masyarakat.
Penguatan masyarakat secara institusional bisa diartikan sebagai pengelompokan
anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan bebas dan egaliter
bertindak aktif dalam wacana dan praksis mengenai segala hal yang berkaitan dengan
masalah kemasyarakatan pada umumnya. Termasuk di dalamnya adalah jejaring,
pengelompokan sosial yang mencakup mulai dari rumah tangga (household), organisasi –
organisasi sukarela (termasuk partai politik), sampai organisasi – organisasi yang
mungkin pada awalnya dibentuk oleh negara, tetapi melayani kepentingan masyarakat
yaitu sebagai perantara dari negara di satu pihak dengan individu dan masyarakat di
pihak lain (Hikam, 1993).
tanggung jawab pengembangan pendidikan sebagai proses sosialisasi adalah berada
pada orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat yang berkepentingan. Tanggung
jawab tersebut tidak pernah lepas tetapi pernah mengendor, sejalan dengan dominannya
paradigma pembangunan sentralistik. Oleh karena paradigma tersebut telah bergeser
menuju kepada peluang yang lebar bagi teraktualisasikannya kembali partisipasi
masyarakat, maka perlu segera dilakukan upaya pemulihan dan pengembalian tanggung
jawab masyarakat terhadap pengembangan pendidikan baik dalam skala mikro maupun
skala makro. Inilah yang saya sebut sebagai reaktualisasi partisipasi masyarakat, karena

9
sebenarnya yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah justru masyarakat itu sendiri.
Mengacu pada lingkup partisipasi masyarakat, maka dalam pengembangan pendidikan,
masyarakat harus dilibatkan sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan
hasil dan evaluasinya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Adanya opini masyarakat bahwa tanggung jawab utama pembangunan (dalam
bidang pendidikan) hanya terletak di tangan pemerintah, menyebabkan
masyarakat merasa hanya ditempatkan sebagai “bukan pemain utama” dan
berakibat melemahkan kemauan berpartisipasi warga dan kelompok – kelompok
masyarakat dalam
2. sendiri dan semakin memberatkan pemerintah sebagai penyelenggara negara.
3. Perkembangan teknologi (terutama di bidang teknologi informasi) menyebabkan
peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan mulai bergeser. Di kemudian hari
sekolah tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas
belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan
menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber
informasi yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar. Peranan orang tua
dan kelompok-kelompok masyarakat menjadi sangat penting untuk mengisi
kekosongan peran yang tidak lagi mampu diambil oleh sekolah/lembaga
pendidikan.
4. Bergesernya paradigma pembangunan sentralistik ke desentralistik telah
membuka peluang yang lebar bagi teraktualisasikannya kembali partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan.

10
5. Orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat harus dilibatkan dalam
pengembangan pendidikan sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan hasil dan evaluasinya.
6. Media dan forum yang dapat dimanfaatkan untuk penyaluran partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan antara lain adalah media
musyawarah dan pembentukan institusi masyarakat yang mampu menampung
aspirasi masyarakat, terutama di wilayah atau komunitas tempat sekolah/lembaga
pendidikan berada.
7. Diperlukan adanya peraturan perundangan yang mengatur mekanisme partisipasi
masyarakat terhadap pengembangan pendidikan baik dalam skala nasional,
daerah, maupun tingkat penyelenggara pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Paulinna Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta: UT, . 2001


Khaerudin dan Mahfud Junaedi, KTSP untuk Madrasah, Yogyakarta: Pilar Media, 2007
Paulinna Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta: UT, . 2001
Sumar Hendiyana, Makalah dalam KGI, 2008
Suwarsih Madya, Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1994
 

12

Anda mungkin juga menyukai