Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI


DENGAN MEMODIFIKASI OBJEK
Guru Mapel: Ibu Rahma

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. ARI RUDICHA
2. LINDA SARI
3. VINA DEWI
4. RAHMAT DANU
5. IMADE SUDIRIAWAN
6. RANGGA SAPUTRA

SMA NEGERI 2 TOPOYO


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah yang berjudul “ Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi dengan Memodifikasi Objek ”.
Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya..

Penulis mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh
karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
makalah ini. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis
miliki. Dimana penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Penulis akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki
makalah penulis di masa datang. Sehingga semoga makalah berikutnya dan karya tulis lain
dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2

A. Pengertian Seni Rupa Tiga Dimensi....................................................................2


B. Patung Sebagai Seni Tiga Dimensi.......................................................................2
C. Memodifikasi Objek .............................................................................................3
D. Jenis Karya Seni Rupa Tiga Dimensi...................................................................6
E. Fungsi Seni Rupa Tiga Dimensi ..........................................................................7

BAB III PENUTUP............................................................................................................8

A. Kesimpulan..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembentukan negara laut dimulai dalam abad ke-1 Masehi. Pada saat itu ada
pemimpin yang kuat di daerah masing-masing, terutama dalam daerah pantai yang
termasuk pada sebuah tempat perdagangan. Sebagian besar pada sebuah kerajaan
yang baru muncul dalam sebagian besar membangun kekuatan dalam bidang ekonomi
dan politik mereka dengan berdasarkan aktivitas maritim.

Indonesia adalah negara kepulauan. Maka tidak mengherankan jika dalam


sejarah Nusantara, banyak berdiri kerajaan maritim yang berpengaruh, termasuk pada
masa Islam, dari Kesultanan Samudera Pasai, Aceh, Banten, Demak, hingga Ternate
dan Gowa-Tallo di kawasan timur. Masa kerajaan/kesultanan Islam di Indonesia
berlangsung sejak abad ke-12 Masehi setelah fase sebelumnya yaitu masa Kerajaan
Hindu-Buddha. Mulai muncul kerajaan atau kesultanan bercorak Islam yang sekaligus
semakin menggerus eksistensi kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Agama Islam masuk
ke Nusantara diperkirakan sudah sejak sekitar abad ke-7 Masehi,

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kerajaan maritim?


2. Siapa saja yang termasuk kerajaan maritime

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu kerajaan maritime


2. Memahami berbagai macam kerajaan maritim

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Maritim

Maritim berasal dari bahasa latin à MARITIMUS à artinya LAUT Menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Maritim artinya Berkenaan dengan laut,
berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut
 Bangsa indonesia telah lama dikenal sebagai bangsa yang mengembangkan
budaya maritim.
 Perkembangan budaya maritim tidak terlepas dari kondisi geografis indonesia
yang berbentuk kepulauan.
Kebudayaan maritim berkembang di indonesia sejak masa kerajaan hindu-buddha dan
islam. Oleh karena itu, kerajaan-kerajaan tersebut dapat disebut kerajaan maritim
 Kerajaan maritim pada umumnya terletak di pesisir pantai atau muara sungai.
 Kegiatan perekonomian bertumpu pada sektor pelayaran dan perdagangan.
 Pelabuhan menjadi unsur terpenting bagi kerajaan maritim karena pelabuhan
digunakan sebagai pusat perdagangan, tempat penyimpanan barang dagangan,
serta tempat persinggahan kapal dari berbagai daerah

B. Kerajan-kerajaan Maritim Islam di Indonesia

Dalam sebuah kerajaan nusantara telah memiliki sebuah bentuk pada abad ke-
2 M dan jumlah mereka cukup besar. Kerajaan-kerajaan ini adalah kerajaan besar atau
kecil, yang berasal dari negara-negara Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Sumatra,
dan Bali. Berdasarkan dalam sebuah bukti sejarah, nusantara mempunyai suatu
budaya laut yang sangat kuat.

1. Samudra Pasai

kerajaan Samudra Pasai. Berdiri sejak tahun 1128 dan terletak di pantai


timur Sumatra, Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan maritim karena
didukung kawasan Selat Malaka yang strategis.  Hal ini membuat Samudra Pasai
banyak dijadikan tempat singgah dan menetap oleh banyak pedagang.

Wilayah kerajaan Samudra Pasai

2
Samudra Pasai juga menjadi pusat studi Islam di Asia Tenggara ada awal abad
ke-14 Para elite kerajaan menjadikan lingkungan kerajaan sebagai tempat diskusi
ulama dengan elite atau antar ulama.

Perdagangan merupakan bagian dari kehidupan ekonomi Samudra Pasai yang


cemerlang. Untuk mendukung perekonomian, masyarakat Samudra Pasai
menggunakan alat tukar berupa koin dinar emas dan keueh dari timah. Nilai 1 dinar
sama dengan 1.600 keueh.

Meski berjaya, peran Samudra Pasai sebagai pusat dagang di Selat Malaka
mulai digantikan oleh pelabuhan-pelabuhan baru di Semenanjung Malaya. Hal ini
menyebabkan kemunduran ekonomi Samudra Pasai, ditambah kedatangan Portugis
yang menguasai dan memonopoli Malaka.

Foto naskah surat Sultan Zainal 'Abidin yang saat ini terdapat di Museum Negeri Aceh, Banda
Aceh

2. Aceh Darussalam

Selain Samudra Pasai, di wilayah Aceh juga berdiri kerajaan lainnya.


Namanya Aceh Darussalam dan didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada
abad ke-16. Pusat kerajaannya berada di ujung utara Sumatra yang kini
merupakan Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan
besar sejak Portugis menguasai Malaka dan banyak pedagang Muslim berpindah ke
Aceh. Merasa akan dikalahkan, Portugis kemudian berusaha menaklukan Aceh.
Usaha mereka gagal pada tahun 1521 karena dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat
Syah. Pada tahun 1524 pun, pasukan Aceh berhasil menguasai Samudra Pasai.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam mencapai


kejayaan. Wilayah kekuasaan Aceh mencapai wilayah-wilayah yang saat ini berada di
Sumatera Utara, Riau, hingga Jambi. Kekuatan angkatan laut Aceh yang tangguh
ketika masa Sultan Iskandar Muda mengkhawatirkan Belanda dan Inggris yang ingin
menguasai Selat Malaka.

3
Pemimpin Kesultanan Aceh, Sultan Iskandar Muda

Bagai kehilangan induknya, Aceh mengalami kemunduran setelah Sultan


Iskandar Muda wafat. Pengaruh Belanda dan Inggris mulai mengusik Aceh, dengan
menguasai wilayah-wilayah kerajaan Aceh. Pada tahun 1873 Belanda menyatakan
perang terhadap Aceh. Kegigihan rakyat Aceh mampu menahan serangan Belanda
hingga awal abad ke-20. Belanda akhirnya berhasil mengurangi kekuatan Aceh dan
pada tahun 1903, Sultan Muhammad Daud Syah menyerah

Salah satu tinggalan Kesultanan Aceh, Masjid Raya Baiturrahman. Dibangun oleh Sultan Iskandar
Muda pada tahun 1022 H/1612 M

3. Demak

Demak merupakan kerajaan maritim Islam pertama di Jawa. Demak berdiri


di abad ke-16 dan menguasai seluruh pantai utara Jawa. Demak memanfaatkan
kemunduran Majapahit untuk membuat daerah-daerah pesisir melepaskan diri dari
Majapahit dan bergabung dengan Demak.

Masjid Agung Demak merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Demak


4
Portugis yang menguasai Malaka sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi
perkembangan Demak. Demak kemudian melakukan ekspansi ke Selat Malaka yang
dipimpin Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) pada tahun 1512-1513.
Sayangnya, ekspansi tersebut belum berhasil karena dikalahkan Portugis yang
memiliki armada lebih kuat, dan kurangnya perbekalan pasukan Demak.

Demak di masa Sultan Trenggana memperluas kekuasaannya hingga ke


seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta memantapkan penguasaan pesisir Jawa.
Hampir seluruh Jawa berada di bawah kekuasaan Demak. Kerajaan Demak juga
mengirim Fatahillah untuk menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon pada 1522.
Serangan tersebut bertujuan untuk memutuskan pengaruh Portugis di Pajajaran.

Pada tahun 1527, pasukan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa setelah


mengalahkan kekuatan Portugis. Fatahillah kemudian mengubah nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta. Ini dia asal-usul nama Jakarta, Squad. 

4. Banten

Di ujung barat Pulau Jawa, Kerajaan Banten berdiri sekitar tahun 1552.


Wilayah kekuasaannya meliputi bagian barat Jawa, Lampung, Sumatra Selatan,
dan Kalimantan Barat. Kemunculan kerajaan ini berhubungan dengan pengaruh
Demak.

Banten kemudian menjadi kerajaan yang mandiri seiring melemahnya Demak.


Lokasi Banten strategis karena di sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa, sehingga
memungkinkan munculnya pelabuhan-pelabuhan besar untuk perdagangan. Banten
menjadi kerajaan maritim yang terbuka, dengan kedatangan para pedagang asing dari
Arab, Turki, Tiongkok, India, Melayu, Portugis, dan Belanda.

Komoditas penting yang diperdagangkan di kerajaan Banten adalah lada.


Lada banyak dihasilkan di Lampung dan Sumatra Selatan yang
merupakan vassal kerajaan Banten. Adapun Kalimantan Barat merupakan
penghasil berlian. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai puncak
kejayaan. Kejayaan Banten juga dapat menandingi VOC dalam perdagangan di Selat
Sunda dan Laut Jawa.

Masjid Agung Banten merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Banten di kawasan Banten Lama

5
5. Ternate

Ternate terletak di barat Halmahera dan di utara Tidore. Saat menjadi


kerajaan Islam di wilayah Ambon Utara, Ternate merupakan pemasok cengkeh untuk
para pedagang dari Jawa, Banten, Melayu, Makassar, dan Bugis.

Di Ternate, pernah terjadi pertempuran dengan Kesultanan Tidore.


Ternate memimpin Uli Lima untuk bersaing dengan Tidore yang memimpin Uli Siwa.
Persaingan itu semakin buruk ketika Portugis dan Spanyol datang berebut rempah-
rempah di Maluku. Portugis semakin ingin menguasai Ternate setelah Spanyol pergi
dari Maluku akibat Perjanjian Saragosa.

Sultan Baabullah berhasil membuat Ternate berjaya. Kora-kora sebagai kapal


armada perangnya berhasil memperluas kekuasaan Ternate. Wilayah kekuasaan
Ternate meliputi Maluku Utara, Pulau Buru, Seram, Sulawesi Utara, dan sekitar Teluk
Tomini.

Pembagian wilayah Uli Lima dan Uli Siwa

6. Gowa-Tallo (Makassar)

Kerajaan Gowa berawal dari penyatuan sembilan distrik yang disebut bate


salapang oleh Pancalaya (ketua dewan adat), kemudian didirikan kerajaan dengan
raja pertama bernama Tumanurung. Islam masuk ke Gowa pada masa Raja Gowa
X, Karaeng Tunipallangga Ulaweng. Adapun Raja Gowa XIV I Mangarangi
Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) merupakan raja pertama yang beragama Islam.

Peran orang Makassar dalam pelayaran di Nusantara berlangsung sejak abad


ke-16. Gowa dengan Somba Opu sebagai pelabuhannya adalah kerajaan dagang yang
kuat. Kerajaan ini memperdagangkan rempah-rempah untuk ditukarkan
dengan komoditas dari Jawa dan Malaka, seperti beras, tekstil, sutra, dan
porselen.

6
Wilayah Kerajaan Gowa-Tallo

Kemajuan perdagangan bebas Makassar mengancam VOC yang sedang


berusaha memonopoli rempah-rempah Nusantara. VOC tidak mau Makassar
menandingi perdagangan VOC di Ambon dan Batavia, sehingga
menyebabkan Perang Makassar (1666-1669). Perang ini akhirnya meruntuhkan
politik dan ekonomi Kerajaan Gowa-Tallo.

Ilustrasi penyerangan Makassar oleh VOC

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan maritim islam merupakan salah satu kerajaan yang berjaya pada
masa itu. Islam lahir di jazirah arab. Masuknya Islam ke Indonesia melalui para
pedagang arab yang berniaga ke Indonesia sekaligus berdakwah. Agama Islam masuk
ke Indonesia kira-kira sejak abad ke-7. Kerajaan-Kerajaan Islam (maritim) yang
berkembang di Indonesia antara lain: Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh,
Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan Gowa-Tallo, Kerajaan Ternate.
Perkambangan kerajaan islam juga di pengaruhi oleh bebrapa factor termasuk factor
alam yaitu dengan adanya teknologi perkapalan pada masa itu yang mengandalkan
energy angina. Sehingga, para pelayar harus singgah terlebih dahulu di Nusantara
sebelum berlayar ke tempat tujuannya. Hal itu memberikan dampak pada
perkembangan Islam dan kemaritiman di Indonesia

B. Kritik dan Saran


Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu perlu adanya kritikan
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://guruakuntansi.co.id/kerajaan-maritim/

https://www.kompasiana.com/adityapradana0312/62ced648bb448617485e4242/
rangkuman-kerajaan-kerajaan-maritim-di-indonesia-masa-hindu-buddha?
page=all#section2

https://www.ruangguru.com/blog/kerajaan-kerajaan-maritim-islam-di-nusantara

https://tirto.id/sejarah-daftar-kerajaan-kerajaan-maritim-islam-di-indonesia-f7Kx

Anda mungkin juga menyukai