Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Guru Pengampu :
Siti Mardiyah, S.Ag

Disusun Oleh :
Ayunda Eva Aulina (6)
Dewi Lestari (10)
Fitria Azka Sabila (13)
Jenni Dwi Yunitasari (15)
Nabita Sheva Raya Anindy (19)
Rizki Tri Lestari (24)

KELOMPOK 2 KELAS IX-B MTSN 5 TRENGGALEK


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk yang diberikan-Nya sehingga
tugas makalah Kelompok 2 Sejaraah Kebudayaaan Islam 9B dengan judul “Makalah Kerajaan Islam di
Pulau Jawa” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak sehingga
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari teman-teman dan guru.

Akhir kata kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
siapa saja yang membacanya, terutama teman-teman MTsN 5 Trenggalek.

Trenggalek, 20 September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
A. Kerajaan Demak .................................................................................................................. 2
B. Kerajaan Pajang ................................................................................................................... 6
C. Kerajaan Mataram .............................................................................................................. 10
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
B. Saran .................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha


yang cukup kuat dan tangguh. Setelah agama Islam dataang di Jawa dan kerajaan Majapahit semakin
merosot pengaruhnya dimasyarakat, terjadilah pergeseran dibidang politik. Menurut Sartono Kartodirjo,
Islmisasi menunjukkan suatu proses yang terjadi cepat terutama sebagai hasil dakwah para wali sebagai
perintis dan penyebar agama Islam di Jawa. Kehadiran Islam di pesisir Utara pulau Jawa dapat dibuktikan
berdasarkan arkeologi, hikayat, legenda, serta berita-berita asing Islamisasi yang terjadi di daerah pesisir
Utara Jawa dari bagian Timur-Barat lambat laun menghasilkan munculnya kerajaan Islam, mulai dari
kerajaan Demak, ke Barat Cirebon dan Banten, dari Demak ke pedalaman muncul kerajaan Pajang dan
Mataram, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan mengenai masa kejayaan, kemunduran, serta kehidupa kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa!
2. Siapa nama raja di kerajaan tersebut?
3. Sebutkan beberapa peninggalan kerajaan tersebut!

C. Tujuan Makalah
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di
atas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan Kerajaan Demak.
2. Menjelaskan Kerajaan Pajang.
3. Menjelaskan Kerajaan Banten.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. KERAJAAN DEMAK

Kerajaan Demak atau Kasultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan yang
berdiri pada awal abad ke-16 ini didirikan oleh Raden Patah. Kerajaan Demak terletak di daerah Demak,
Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak merupakan wilayah kadipaten yang tunduk pada kekuasaan
Majapahit. Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Raden
Patah dengan adanya peran sentral Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah adalah fase awal
semakin berkembangnya ajaran Islam di Jawa.

1. Masa Kejayaan Kerajaan Demak


Kejayaan Demak mencapai masa kejayaan pada saat kepemimpinan Sultan Trenggana, yang
menjabat dari tahun 1521 sampai dengan 1546. Kerajaan Demak sendiri terletak di Dema, Jawa Tengah.
Pada masa kepemimpinan Sultan Trenggana Kerajaan Demak berhasil meluaskan wilayah jawa bagian
Timur dan juga Barat. Pada tahun 1527 Portugis berhasil diusir dari Sunda Kelapa oleh pasukan
gabungan dari Demak dan Cirebon, yang dipandu oleh Fatahillah atas perintah dari Sultan Trenggana.
Setelah Portugis berhasil diusir, nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta yang memiliki arti
kemenangan yang sempurna. Pada tahun 1546, Sultan Trenggana wafat pada saat penyerangan Panarukan
yang ada di Situbondo. Sultan Trenggana wafat akibat dari perang melawan Kerajaan Blambangan
(Banyuwangi). Setelah Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak menjadi kacau. Adanya perebutan
kekuasaan yang dilakukan oleh Pangeran Sekar dengan Sunan Prawata yang merupakan putra dari Sultan
Trenggana. Akibat dari perebutan kekuasaan tersebut, Sunan prawata membunuh Pangeran Sekar dan
menduduki kekuasaannya.

2. Keruntuhan Kerajaan Demak


Tepat setelah meninggalnya Sultan Trenggana, Kerajaan Demak mengalami kemunduran . Hal ini
ternyata disebabkan oleh pemberontakan yang dilakukan Adipati Hadiwijaya.
2
Sebenarnya Adipati Hadiwijaya termasuk seorang yang dikenal dengan kesetiaannya dengan Kerajaan
Demak. Tepat pada saat tahun 1556, terjadi kekacauan yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Arya
Penangsang telah membunuh Sunan Prawata dan juga Pangeran Kalinyamat. Setelah pemberontakan
berakhir, Adipati Hadiwijaya berhasil menduduki kekuasaan Kerajaan Demak dan juga berhasil membuat
Kerajaan Demak menjadi vazal kekuasaan Kesultanan Panjang.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Demak


Kerajaan Demak merupakan kerajaan penyebar agama Islam, sehingga kehidupan sosial dari
masyarakat yang ada pada masa Kerajaan Demak tidak terpengaruh dengan adanya kasta. Tidak adanya
persembahan yang sering dilakukan raja-raja Hindu. Menjadi perbedaan mendasar dari kehidupan
masyarakat pada zaman Kerajaan Demak dengan Kerajaan Hindu. Sistem sosial yang ada pada Kerajaan
Demak lebih mengarah ke pelaksanaan ibadah, seperti melaksanakan Sholat Jum’at yang bisa dilakukan
secara bersama-sama dengan para pejabat dan juga masyarakat biasa. Hal ini merupakan suatu kejadian
yang baru ditemui di Jawa, dimana pada kerajaan sebelumnya tidak ada yang menerapkan sistem
tersebut.

4. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak


Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi utama masyarakat Demak
adalah perdagangan laut. Tidak adanya kerajaan sahabat di Jawa juga menjadi faktor mengapa Kerajaan
Demak sangat aktif berdagang di laut. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Demak menguasai pelabuhan
utama seperti Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu,
kadipaten-kadipaten di pedalaman seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga merupakan
sumber utama pertanian dan peternakan sebagai komoditas dagang. Beras Jawa merupakan komoditas
penting dalam perdagangan internasional di Nusantara.

5. Kehidupan Politik Kerajaan Demak


Secara politik, Kerajaan Demak merupakan kekuasaan terbesar di Jawa. Mengakhiri dominasi
panjang Majapahit, dan eksistensi penguasa Sunda yang secara konsisten berdiri sejak abad ke-6 Masehi.
Kerajaan Demak menempatkan adipati-adipati sebagai perpanjangan tangan Sultan. Wilayah seperti
Surabaya, Tuban, dan Madiun memiliki adipati-adipati yang cukup berpengaruh. Kerajaan Demak juga
pertama kali bersentuhan dengan imperialisme barat.
3
Berdirinya Demak pada abad ke-16 kemudian dilanjutkan dengan pendudukan Portugis di Malaka.
Direbutnya Sunda Kelapa pada tahun 1527 adalah salah satu upaya untuk menguasai seluruh pesisir utara
dan menangkal kedatangan Portugis di Jawa.

6. Raja-raja Kerajaan Demak

Raden Patah (berkuasa 1500-1518 M)


Raden Patah merupakan pendiri Kerajaan Demak. Dia adalah putra Raja Majapahit dari istri seorang
perempuan asal Cina, yang telah masuk Islam. Raden Patah memimpin Kerajaan Demak pada 1500
hingga 1518 M. Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Kesultanan Demak menjadi pusat penyebaran
agama Islam dengan peran sentral Wali Songo. Periode ini adalah fase awal semakin berkembangnya
ajaran Islam di Jawa.

Adi Pati Unus (berkuasa 1518-1521 M)


Setelah Raden Patah wafat pada 1518, takhta Demak dilanjutkan oleh putranya, Adipati Unus (1488-
1521). Sebelumnya menjadi sultan, Pati Unus terkenal dengan keberaniannya sebagai panglima perang
hingga diberi julukan Pangeran Sabrang Lor. Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan kedua
ke Malaka melawan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran tersebut kemudian digantikan
Trenggana sebagai pemimpin ke-3 Kesultanan Demak.

Sultan Trenggono (berkuasa 1521-1546 M)


Sultan Trenggana membawa Kesultanan Demak mencapai periode kejayaannya. Wilayah kekuasaan
Demak meluas hingga ke Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527, pasukan Islam gabungan dari Demak
dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana berhasil mengusir Portugis dari
Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta atau "kemenangan yang
sempurna". Kelak, Jayakarta berganti nama lagi menjadi Batavia lalu Jakarta, ibu kota Republik
Indonesia. Saat menyerang Panarukan, Situbondo, yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan
(Banyuwangi), pada 1546, terjadi insiden yang membuat Sultan Trenggana terbunuh.

4
Sunan Prawata (berkuasa 1546-1549 M)
Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggono. Suksesi Sultan Trenggana yang berlangsung
mendadak akibat kematiannya ternyata tidak berlangsung mulus.
Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan
Prawata yang merupakan putra Trenggana. Sunan Prawata kemudian membunuh Surowiyoto dan
menduduki kekuasaan.
Akan tetapi, karena insiden tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap kekuasaannya. Ia
memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Ia hanya berkuasa
selama satu tahun, ketika Arya Penangsang putra dari Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap
Prawata pada 1547.

Arya Penangsang (berkuasa 1549-1554 M)


Arya Penangsang menduduki tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Ia juga menyingkirkan
Pangeran Hadiri/Kalinyamat penguasa Jepara yang dianggap berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini
menyebabkan tidak senangnya pada adipati Demak, salah satunya Hadiwijaya dari Pajang. Hal ini
menyebabkan dipindahnya pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang.
Meski begitu, Arya Penangsang berkuasa sampai dengan tahun 1554 ketika Hadiwijaya dibantu oleh Ki
Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan anaknya Sutawijaya memberontak melawan Demak. Arya
Penangsang tewas, dan Hadiwijaya menduduki tahta dengan memindahkan kekuasaan ke Pajang,
menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Demak.

7. Peninggalan Kerajaan Demak


Beberapa peninggalan Kerajaan Demak antara lain adalah Masjid Agung Demak, Makam Sunan
Kalijaga, Soko Guru, dan Lawang Bledek.

5
2. KERAJAAN PAJANG

Kerajaan Pajang adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang terletak di daerah perbatasan
Desa Pajang, Kota Surakarta, dan Desa Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Kerajaan Pajang
berdiri pada tahun 1568 dan runtuh pada 1587. Pendiri Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya atau
dikenal juga sebagai Jaka Tingkir. Pajang merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa yang
letaknya berada di pedalaman.

1. Masa kejayaan Kerajaan Pajang


Sebagai pendiri dan raja pertama Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya berkuasa selama 15 tahun.
Selama memerintah, ia berhasil mengantarkan Pajang mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaan
Kerajaan Pajang mencapai Madiun, Blora, dan Kediri. Selain itu, Pajang adalah kerajaan bersifat agraris
yang mengalami kemajuan pesat di bidang pertanian. Hal ini didukung oleh letaknya yang berada di
dataran rendah yang mempertemukan Sungai Pepe dan Dengkeng, sehingga menjadi lumbung beras
utama di Pulau Jawa.

2. Kemunduran Kerajaan Pajang


Pada 1582 M, meletus perang Pajang dan Mataram. Sepulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya
jatuh sakit dan meninggal dunia. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Pajang mulai mengalami kemunduran
karena terjadi perebutan takhta. Putra Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benawa, dan menantunya yang
bernama Arya Pangiri saling bersaing untuk menjadi raja. Arya Pangiri berhasil naik takhta pada 1583,
sedangkan Pangeran Benawa tersingkir ke Jipang. Namun selama pemerintahannya, Arya Pangiri hanya
disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram, sementara kehidupan rakyatnya terabaikan.
Hal itu membuat Pangeran Benawa merasa prihatin dan melancarkan serangan pada 1586, dibantu oleh
Sutawijaya dari Mataram. Dalam serangan itu, Arya Pangiri kalah dan dipulangkan ke Demak. Sementara
Pangeran Benawa dinobatkan sebagai raja Kerajaan Pajang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa
hanya berlangsung singkat karena ia lebih memilih menjadi penyebar agama Islam.bPada 1587,
kekuasaannya pun berakhir tanpa meninggalkan putra mahkota. Atas kebijakan Sutawijaya, Pajang
kemudian dijadikan negeri bawahan Mataram. Riwayat Kerajaan Pajang benar-benar berakhir pada 1618
saat dihancurkan oleh pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.

6
3. Kehidupan Politik Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang ini bisa dikatakan sebagai kerajaan bekas dari Demak. Hal ini karena sejarah
berdirinya Kerajaan Pajang tidak bisa dipisahkan dari Kerajaan Demak. Pendiri Kerajaan Pajang adalah
Joko Tingkir yang kala itu berhasil menumpas Aryo Penangsang. Aryo Penangsang sendiri adalah raja di
Demak yang tidak diinginkan oleh peihak keluarga besar Demak. Dari sini kemudian keluarga meminta
bantuan Joko Tingkir untuk menyingkirkan Aryo Penangsang. Setelah berjalannya waktu, Kerajaan
Demak runtuh maka Joko Tingkir kemudian menggeser pusat pemerintahan di Demak ke Pajang yang
sekaligus menjadi penanda berdirinya Kerajaan Islam Pajang. Kehidupan politik Kerajaan Pajang ini
sebenarnya mulai mapan dan stabil. Namun disayangkan perjalanan Kerajaan Islam Pajang tidak cukup
lama karena beberapa konflik yang terjadi. Kerajaan Pajang sendiri berpusat di Jawa Tengah bekas
Kerajaan Demak lebih tepatnya yaitu di daerah Kartasura dekat Surakarta atau Solo. Kerajaan Pajang ini
sebenarnya meski muncul belakangan, pernah juga disebut oleh Hayam Wuruk dalam kitab
Negarakertagama. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, kerajaan Pajang dan kerajaan Demak sudah
disinggung di dalam kitab tersebut.

4. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Pajang


Meski merupakan kerajaan baru jika dibanding dengan Kerajaan Demak, namun secara ekonomi
Kerajaan Pajang sangatlah baik. Kesejahteraan rakyatnya cukup terjamin dengan berbagai hasil bumi
yang dihasilkan. Ketika Kerajaan Demak masih berkuasa, bahkan Kerajaan Pajang ini sudah berhasil
mengekspor beras ke beberapa daerah melalui perniagaan dengan memanfaatkan Bengawan Solo sebagai
jalur transportasi. Pada umumnya, masyarakat Pajang mengandalkan hasil kebun dan pertanian untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan Pajang berhasil menjadi lumbung beras pada sekitar abad ke 16
dan ke 17. Hal ini karena irigasi di daerah Pajang sangat bagus dengan adanya Bengawan Solo sehingga
irigasi lancar yang kemudian membuat hasil pertanian melimpah. Kelemahan masyarakat Pajang pada
saat itu adalah ketidakmampuan dalam bidang perniagaan. Sehingga meski memiliki hasil agraris yang
sangat melimpah, kedigdayaan ekonomi Kerajaan Pajang ini tidak berlangsung lama. Terlebih lagi
perniagaan dengan basis laut atau maritim yang sedang ngetrend pada saat itu, semakin membuat
Kerajaan Pajang tertinggal dengan kerajaan lain di bidang ekonomi perniagaan. Karena masyarakat
pajang kurang ahli dalam masalah kelautan, padahal pada saat itu semua perdagangan hampir dilakukan
di lautan.

7
5. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Pajang
Meski Kerajaan Pajang merupakan salah satu Kerajaan Islam di Jawa, namun pengaruh tradisi Hindu
masih kentara. Sehingga beberapa kebudayaan pun masih ada yang menggunakan tradisi-tradisi Hindu.
Masyarakat di Pajang juga masih banyak yang menjalankan beberapa tradisi yang sudah turun temurun
dari nenek moyang mereka. Pada masa kejayaan Kerajaan Pajang, terjadi akulturasi budaya antara Hindu
dan Islam yang kuat. Bahkan, kemunculan Kerajaan Pajang ini juga banyak yang menafsirkan
kembalinya kekuasaan Islam kejawen dari Islam ortodok.

6. Raja-Raja Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir
Jaka Tingkir atau Hadiwijaya memerintah dari tahun 1568 – 1583. Raja pemberani tersebut lahir di
Pengging, daerah di lereng Gunung Merapi. Ia merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari
Kadilangun. Jaka Tingkir mempunyai nama kecil Mas Krebet.Nama tersebut ia dapatkan karena
kelahirannya bertepatan dengan adanya pertujukan wayang beber di rumahnya. Saat remaja, ia
memperoleh nama Jaka Tingkir. Jaka Tingkir menikah dengan puteri dari Sultan Trenggana, Raja
Kerajaan Demak. Setelah berhasil menggulingkan Arya Penangsang, ia diangkat menjadi Raja Demak.
Gelar “Hadiwijaya” ia dapatkan. Hadiwijaya lalu memindahkan pemerintahan ke Pajang dan sukses
mendirikan Kerajaan Pajang. Ia berhasil menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah selatan Jawa.
Wilayah kekuasaanya juga meluas sampai ke Jawa Timur.

Arya Pengiri
Arya Pengiri naik tahta menjadi Raja Pajang menggantikan Hadiwijaya. Ia memimpin dari 1583 – 1586.
Namun pada masa di tangannya, Kerajaan Pajang mengalami kemunduran. Ia kurang bijaksana dalam
memimpin. Karena hal itu, pemerintahannya diserang oleh persekutuan antara Pengeran Benawa dan
Sutawijaya Mataram pada 1588. Arya Pangiri pun lengser. Kekuasaan Pajang kemudian diperintah oleh
Pangeran benawa.

8
Pangeran Benawa
Pangeran Benawa menduduki tahta Kerajaan Pajang setelah menggulingkan Arya Pengiri. Ia memerintah
dari 1586 – 1587. Pada masa pemerintahannya ia menjali kerjasama yang baik dengan Kerajaan
Mataram. Pangeran Benawa hanya memerintah selama satu tahun, kemudian wafat. Sesuai keinginannya,
Kerajaan Pajang kemudian diambil alih oleh Sutawijaya Mataram.

Gagak Bening
Selepas Pangeran Benawa mangkat, Pajang berada di bawah Matara. Namun Pajang tetap memiliki raja,
yakni Gagak Bening. Gagak Bening merupakan seorang Pangeran dari Mataram. Saat memerintah,
Gagak Bening gencar melakukan perombakan dan perluasan istana. Namun Gagak bening hanya
memimpin sebentar dari 1587 – 1591.

Pangeran Benawa II
Setelah wafatnya Gagak Bening, pemerintahan Pajang dipegang oleh Pangeran Benawa II, yang
merupakan cucu Sultan Hadiwijaya. Pangeran Benawa memimpin Pajang di usia yang muda. Masa
pemerintahannya berjalan biasa-biasa saja tanpa masalah. Baru pada 1617-1618, banyak pihak
mendukung agar Pajang melepaskan diri dari Mataram. Pangeran Benawa II kemudian mengerahkan
pasukan untuk menyerang Mataram. Namun serangan tersebut justru membuat Pajang kalah dan hancur.

7. Peninggalan Kerajaan Pajang


Kerajaan Pajang mempunyai beberapa peninggalan yang masih bisa disambangi sampai sekarang
yaitu seperti Makam Jaka Tingkir, Kampung Batik Laweyan, dan Masjid Leweyan Solo.

9
C. KERAJAAN BATEN

Kerajaan Banten adalah kerajaan Islam yang berada di Pulau Jawa, tepatnya di Tanah Sunda,
Provinsi Banten. Dengan lokasinya yang strategis, sehingga Demak diuntungkan dan menjadi penguasa
jalur pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Banten berdiri pada tahun 1526 M. Syarif Hidayatullah atau
Sunan Gunung Jati merupakan pendiri Kerajaan Banten. Meskipun sebagai pendiri, ia tidak pernah
menjabat sebagai raja. Justru raja pertama Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan
anak dari Sunan Gunung Jati. Sultan Hasanuddin memimpin kekuasaan sejak 1552-1570 M.

1. Masa kejayaan Kerajaan Banten


Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa. Beberapa hal yang dilakukan untuk memajukan Kesultanan Banten sebagai berikut :
- Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan.
- Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan
pedagang Eropa.
- Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam.
- Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel.
- Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan
Eropa.
Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang pendudukan VOC di
Indonesia. Di bawah kekuasaannya, kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat.

2. Kemunduran Kerajaan Banten


Kegigihan Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan VOC mendorong Belanda melakukan politik
adu domba. Politik adu domba ditujukan kepada Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji,
yang kala itu sedang terlibat konflik. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji mau bekerjasama
dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya. Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap
dan dipenjara sehingga harus menyerahkan kekuasaannya kepada putranya. Penangkapan Sultan Ageng
Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC di Banten.

10
Meski Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji diangkat menjadi raja, tetapi pengangkatan
tersebut disertai beberapa persyaratan yang tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat itu, Kesultanan
Banten tidak lagi memiliki kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin berat. Dengan kondisi demikian,
sangat wajar apabila masa pemerintahan Sultan Haji dan sultan-sultan setelahnya terus diwarnai banyak
kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC
berlangsung hingga awal abad ke-19. Untuk mengatasi hal itu, pada 1809 Gubernur Jenderal Daendels
menghapus Kesultanan Banten.

3. Perkembangan Agama Islam dan Kehidupan Sosial Kerajaan Banten


Saat menjadi raja, Sultan Maulana Hasanuddin meneruskan cita-cita sang ayah untuk meluaskan
penyebaran agama Islam di tanah Banten. Dan semua itu berjalan dengan baik, hingga Banten
mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara di wilayah Jawa Barat, Jakarta,
Lampung, dan sampai ke Sumatera Selatan. Agama Islam sangat diterapkan dalam kehidupan sosial
masyarakat Banten, masyarakat Banten telah menjalankan praktik toleransi kepada penganut agama
lain. Karena di Banten banyak ditinggali penduduk dari Arab, India, China, Melayu, dan Jawa. Budaya
toleransi ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah klenteng di Pelabuhan Banten pada masa
pemerintahan 1673 M.

4. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten


Sebelum menjadi kesultanan, Banten merupakan penghasil rempah-rempah lada yang menjadi
komoditas perdagangan. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, hal itu dimanfaatkan
untuk mengembangkan Banten menjadi bandar perdagangan yang lebih besar. Setelah Sultan Maulana
Yusuf berkuasa, menggantikan Maulana Hasanuddin, sektor pertanian juga dikembangkan untuk
mendukung perekonomian rakyatnya.

5. Raja-raja Kerajaan Banten


1. Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin (1552-1570 M).
2. Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan (1570-1580 M).
3. Sultan Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana (1580-1596 M).
4. Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu (1596-1647 M).
5. Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad atau Pangeran Anom (1647-1651 M).

11
6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683 M).
7. Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687 M).
8. Sultan Abu al-Fadhi Muhammad Yahya (1687-1690 M).
9. Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin (1690-1733 M).
10. Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin (1733-1750 M).
11. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil atau Pangeran Syarifuddin (1750-1752 M).
12. Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi atau Pangeran Arya Adisantika (1752-1753 M).
13. Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulsyiqin (1753-1773 M).
14. Sultan Aliyuddin atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin (1773-1799 M).
15. Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1801 M).
16. Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin (1801-1802 M).
17. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803 M).
18. Sultan Aliyuddin II atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin (1803-1808 M).
19. Sultan Wakil Pangeran Suramenggala (1808-1809 M)
20. Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (1809-1816 M)

6. Peninggalan Kerajaan Banten


Beberapa peninggalan Kerajaan Banten antara lain adalah Masjid Agung Banten, Masjid
Kasunyatan, Benteng Keraton Surosowan, Masjid Pacinan, dan Benteng Speelwijk.

12
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jawa adalah wilayah yang dahulunya banyak terdapat kerajaan-kerajaan. Kehadiran Islam di pesisir
utara pulau Jawa dapat dibuktikan berdasarkan arkeologi, hikayat, legenda, serta berita-berita asing.
Islamisasi yang terjadi di daerah pesisir utara Jawa dari bagian timur-barat lambat laun menghasilkan
munculnya kerajaan Islam, mulai dari kerajaan Demak ke barat yaitu Banten, dan ke pedalaman muncul
kerajaan Pajang, dll.

B. Saran
Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan, saran yang dapat penulis sampaikan yaitu
semoga dengan mengetahui sejarah perkembangan Islam di Jawa kita dapat menghormati dan
menghargai hasil jerih payah mereka dalam menegakkan Islam di daerah Jawa walaupun harus berkorban
nyawa dalam memerangi Belanda yang pernah menguasai daerah-daerah di Kalimantan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.romadecade.org/kerajaan-demak/#

https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6084921/kerajaan-demak-sejarah-raja-raja-masa-kejayaan-
dan-keruntuhannya

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/01/170622379/raja-raja-kerajaan-banten

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162417479/kerajaan-banten-sejarah-masa-kejayaan-
kemunduran-dan-peninggalan?
page=all&jxconn=1*19m56vo*other_jxampid*aE92aXFPNDZ2M1hRQjdCc3ptdnhyU2VjRG1FQTB
4ZlNNVW1vY0pkRGo5UjFBbkl4eURoN2tYcWUzYnNaeUUtaQ..#page2

https://sejarahindonesiadahulu.blogspot.com/2017/03/sejarah-kerajaan-pajang-kehidupan.html?m=1

https://voi.id/memori/41020/sumber-sejarah-kerajaan-pajang-raja-raja-runtuhnya-dan-peninggalan-
peninggalan

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/27/180847079/kerajaan-pajang-pendiri-raja-raja-
kemunduran-dan-peninggalan?
page=all&jxconn=1*1dag277*other_jxampid*aE92aXFPNDZ2M1hRQjdCc3ptdnhyU2VjRG1FQTB4
ZlNNVW1vY0pkRGo5UjFBbkl4eURoN2tYcWUzYnNaeUUtaQ..#page2

14

Anda mungkin juga menyukai