Anda di halaman 1dari 20

Sejarah Indonesia

MAKALAH
“KERAJAAN DEMAK”

NAMA KELOMPOK

1. PUTU RISKA APRILIANA ( 32 )


2. PUTU JULIANTINI ( 31 )
3. GEDE ARIMBAWA ( 04 )
4. PUTU SUMANADA ( 34 )
5. I PUTU JULI BUDI ARTANAYA ( 06 )
6. GEDE WIRIADANA ( 05 )

SMA NEGERI 1 BANJAR


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan Demak”. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi siswa-siswi pada khususnya dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Banyuatis, Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ii
………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………. 1
1
BAB I PENDAHULUAN 1
……………………………………………………... 2
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 2
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………… 3
1.4. Manfaat Penulisan ………………………………………………… 3
4
BAB II PEMBAHASAN 5
…………………………………………………........ 7
2.1. Awal Kerajaan Demak ……………………………………….... 8
…. 9
2.2. Letak Kerajaan Demak …………………………………. 10
…………
2.3. Raja-raja Kerajaan Demak ……………….…………….…………. 15
2.4. Kehidupan Kerajaan Demak 15
………………………………………. 15
2.5. Masa Kejayaan Kerajaan Demak ………………………………….
2.6. Keruntuhan Kerajaan Demak ……………………………………... 16
2.7. Peninggalan Kerajaan Demak ……………………………………..

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………


3.1. Kesimpulan ………………………………………………………..
3.2. Saran
……………………………………………………………….

iii
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai dari para bangsa Arab, Cina, dan
Persia yang datang ke Indonesia dengan tujuan untuk berdagang. Dalam
perjalanannya menuju Indonesia, para pedagang mengalami banyak proses disetiap
daerah, terutama di Pulau Jawa. Agama Islam berangsur-angsur berkembang menjadi
agama paling besar di Jawa karena dibeberapa titik temu perdagangan laut
Internasional terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jadi, penyebaran Islam di
Jawa dibawa para pedagang melalui jalur laut. Meluasnya penyebaran agama Islam
dengan menyerang dan merebut kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Menjelang akhir abad ke-15 seiring dengan kemuduran Majapahit, secara
praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-
wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim
sebagai pewaris tahta Majapahit. Runtuhnya Kerajaan Majapahit yang bercorak
Hindu di Pulau Jawa berganti dengan berdirinya Kerajaan Demak yang
menyebarluaskan agama Islam di Pulau Jawa.
Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari Kerajaan
Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari
kebesaran Majapahit. Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam
di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah awal dan letak berdirinya Kerajaan Demak?
2. Bagaimana kehidupan politik, sosial budaya dan ekonomi Kerajaan Demak?
3. Bagaimana Kerajaan Demak dapat mengalami Masa Keemasan?
4. Apa penyebab keruntuhan Kerajaan Demak?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Mengulas, mengungkap serta membahas kembali mengenai munculnya
Kerajaan Demak di Pulau Jawa. Dan memberikan gambaran mengenai masuknya
Islam pada masa Kerajaan Demak.

1.4 Manfaat Penulisan


Agar menjadi bahan acuan bagi pembaca ketika akan menulis makalah yang
benar dan sistematis. Dan memberi pengetahuan kepada setiap pembaca mengenai
Kerajaan Demak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Awal Kerajaan Demak


Awal berdirinya Kerajaan Demak dimulai dari runtuhnya kerajaan Majapahit
yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun
saka 1400 atau 1478 M yang disebabkan karena perang saudara sehingga wilayah
kekuasaannya memisahkan diri Sementara Demak yang berada di wilayah utara
pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan
bahwa Demak merupakan penganti langsung dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan
Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M, oleh
Raden Fatah. Dari gelarnya, yaitu raden, dapat diduga ia bertalian darah dengan
penguasa lama.
Pada awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan
seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan
kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa
di hati raja. Raja Brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita,
hingga membawa banyak pertentangan dalam istana Majapahit. Pasalnya sang putri
telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal
dari Champa (sekarang bernama Kamboja), masih kerabat Raja Champa. Sang
permaisuri memiliki ketidakcocokan dengan putri pemberian Kaisar Yan Lu.
Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam
keadaan mengandung sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya Damar.
Raden Fatah dilahirkan dari rahim sang putri Cina di Palembang. Nama kecil Raden
Fatah adalah pangeran Jimbun. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden
Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam.
Pada masa mudanya Raden Fatah memperoleh pendidikan yang
berlatarbelakang kebangsawanan dan politik, 20 tahun lamanya ia hidup di istana
Adipati Palembang.
Babad Tanah Jawi menyebutkan, Raden Patah menolak menggantikan Arya
Damar menjadi bupati Palembang. Ia kabur ke pulau Jawa ditemani Raden Kusen
(Adik Tiri Raden Fatah). Sesampainya di Jawa, keduanya berguru pada Sunan

3
Ampel di Surabaya. Raden Kusen kemudian mengabdi ke Majapahit, sedangkan
Raden Patah pindah ke Jawa Tengah membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah
pesantren.
Semakin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Brawijaya (alias Bhre
Kertabhumi) di Majapahit khawatir kalau Raden Patah berniat memberontak. Raden
Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk
memanggil Raden Patah. Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke Majapahit.
Brawijaya (diidentifikasi sebagai Brawijaya V) merasa terkesan dan akhirnya mau
mengakui Raden Patah sebagai putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati,
sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama
Bintara.
Menurut kronik Cina, Jin Bun pindah dari Surabaya ke Demak tahun 1475.
Kemudian ia menaklukkan Semarang tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu
membuat Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi) di Majapahit resah. Namun, berkat
bujukan Bong Swi Hoo (alias Sunan Ampel), Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin
Bun sebagai anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo
(ejaan China untuk Bintoro).

2.2 Letak Kerajaan Demak


Kerajaan Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau bawahan
Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah
(dari kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari
Jeumpa (Daerah Pasai). Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk
perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi
selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar
dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat
mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang.
Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat.
Pada abad XVI agaknya Demak telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian di
tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi daerah
tersebut pada sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan
dikosongkan oleh Gusti Patih, panglima besar Kerajaan Majapahit yang bukan Islam.

4
Ini kiranya merupakan perlawanan terakhir kerajaan yang sudah tua itu. Setelah
jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah selatan Pegunungan
Muria. Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah pedalaman di Jawa
Tengah ialah Sungai Serang (dikenal juga dengan nama-nama lain), yang sekarang
bermuara di Laut Jawa antara Demak dan Jepara. Hasil panen sawah di daerah
Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk
menyelenggarakan pengaliran cukup. Lagi pula, persediaan padi untuk kebutuhan
sendiri dan untuk pergadangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak
tanpa banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman
Pegging dan Pajang.

2.3 Raja- Raja Kerajaan Demak


a. Raden Fatah
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahan Raden Patah, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena
memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil beras. Oleh karena itu,
Kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
Kalimantan.
Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara,
Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan Transito
(penghubung). Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan
pusat penyebaran agama Islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama Islam
sangatlah besar, baik di Pulau Jawa maupun di daerah-daerah diluar Pulau Jawa,
seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan
Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama
Tunggang Parangan.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun Masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu dibantu oleh para wali atau sunan. Raden Fatah tampil
sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan Kerajaan Majapahit dan

5
memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka Kerajaan Majapahit ke Demak.
Tujuannya, agar lambang Kerajaan Majapahit tercermin dalam Kerajaan Demak.

b. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta Kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus
adalah putra sulung dari Radern Patah. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-
1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal
dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota.
Adipati unus meninggal saat melakukan peryerbuan ke Malaka melawan Portugis.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Fatah, telah bersiap untuk
menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis tetapi
Adipati Unus tidak mengurungkan niatnya.
Pada tahun 1512, Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka.
Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran Sabrang Lor
dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu Sultan
Mahmud, yaitu Sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan
pada tahun 1521 oleh pangeran Sabrang Lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali
gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan. Selain itu, dia
berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan Kerajaan
Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya
menjalin kerjasama dengan orang-orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus)
wafat pada tahun 938 H/1521 M
c. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat.
Pada tahun 1522 M, Kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat
dibawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil dikuasainya antara
lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini
bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan Kerajaan
Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan

6
Fatahillah. Dengan kemenangan itu, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa
menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada
tanggal 22 Juni 1527 M itu kemudian diperingati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana
memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil dikuasai,
seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi, ketika menyerang
Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan
kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal.
Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Di masa
jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
Gunung Jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar
Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada Raden Fatah, yaitu setelah ia
berhasil mengalahkan Majapahit.

2.4 Kehidupan Kerajaan Demak


a. Kehidupan Politik
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur banyak Bupati yang ada di daerah pantai
utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-Bupati itu membentuk suatu
persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh
berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa

b. Kehidupan Ekonomi
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak
Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak
berkembang sebagai kerajaan maritim. Dalam kegiatan perdagangan, Demak
berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian
Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian
perdagangan Demak semakin berkembang. Dan hal ini juga didukung oleh
penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai Pulau
Jawa. Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak
juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu
hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan

7
perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak
memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.

c. Kehidupan Sosial Budaya


Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada
agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran
Islam di Pulau Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat
berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan
Sunan Bonar. Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa
perkembangan Kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat
bagi raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara
raja/bangsawan/para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut,
tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun
Pondok Pesantren. Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan diantara orang-orang Islam).
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang
merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid
Demak, dimana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu
yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga.
Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-
dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang
masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Hal tersebut menunjukan adanya
akulturasi kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam.

2.5 Masa Keemasan Kerajaan Demak


Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi
besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa
kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka.
Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis
di Malaka. Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti
merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan

8
mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan
(1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur
pulau Jawa (1527, 1546).
Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran
menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah
seorang panglima perang Demak waktu itu adalahFatahillah, pemuda
asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana.
Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh
Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana
Hasanudin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan
Kudus merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan
Majapahit sebelum pindah ke Kudus.

2.6 Keruntuhan Kerajaan Demak


Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat
di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan
tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di
antara para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan
kedudukan Sultan Trengggana adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia
dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati
Jipang yang beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing
Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak.
Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya
Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama
karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede
Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta Ki Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan
penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan
Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada
tahun 1568.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa.
Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya

9
Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi
diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadi bupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat
karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang
keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya
diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran
Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh
Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang.
Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan
Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mampu
mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati
yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya,
Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati
Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.

2.7 Peninggalan Kerajaan Demak


1. Pintu Bledek
Pintu Bledek atau Pintu Petir merupakan
pintu yang dilengkapi dengan pahatan yang
dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo. Dari
cerita yang beredar, Pintu Bledek ini dibuat
oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang
tersambar memakai kekuatan supranatural
yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah. Pintu tersebut lalu
dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian pintu ini dipakai untuk
pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang keadaannya sudah mulai rusak
sehingga di simpan dalam Museum dalam Masjid Agung Demak tersebut.
2. Masjid Agung Demak
Peninggalan Kerajaan Demak
selanjutnya adalah Masjid Agung

10
Demak. Masjid Agung Demak ini didirikan tahun 1479 Masehi yang kini sudah
berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri dengan kokoh sebab sudah dilakukan
renovasi sebanyak beberapa kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai
peninggalan sejarah Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat
dari pengajaran serta syiar Islam.Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas
sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian sisi Masjid Agung Demak ini juga
terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan panjang keliling 35 x 3
meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan total
128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama,
sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga
serambi berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid
Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat lengkap dengan beberapa
lengkungan. Bagian interior masjid juga memakai material kayu lengkap dengan
ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.

3. Soko Guru atau Soko Tatal


Soko Guru atau Soko Tatal merupakan tiang
penyangga dari Masjid Agung Demak yang
terbuat dari material kayu dengan diameter 1
meter dan berjumlah sebanyak 4 buah. Semua
Soko Guru ini dibuat oleh Sunan Kalijogo dan
menurut cerita Sunan Kalijogo baru
menyelesaikan 3 buah soko guru dan Masjid Agung Demak sudah dibangun serta
sudah mulai masuk dalam tahapan pemasangan atap. Sehingga karena dikejar
waktu, Sunan kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit kayu yang
berasal dari sisa pahatan dari 3 soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru
memakai kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah yang
menyebabkan soko guru diberi istilah soko tatal.

4. Bedug dan Kentongan


Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan
rakyat sekitar Masjid untuk menandai masuknya waktu sholat. Kedua benda ini
ditemukan dalam Masjid Agung Demak dengan bentuk seperti tapal kuda dengan

11
folosofi saat dibunyikan atau dipukul maka rakyat sekitar masjid harus datang
untuk menunaikan sholat. Bedug dan kentongan ini menjadi peninggalan sejarah
Kerajaan Demak yang juga masih bisa dilihat hingga sekarang.

5. Situs Kolam Wudhu


Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di pakai untuk
tempat wudhu para musyafir dan juga santri yang akan melaksanakan sholat,
akan tetapi sekarang kolam wudhu ini tidak lagi dipergunakan sebagai tempat
berwudhu pada saat ingin melaksanakan sholat.

6. Makam Sunan Kalijaga


Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu
dari 9 Sunan WaliSanga yang berdakwah di
sekitar wilayah Jawa. Sunan Kalijaga wafat
tahun 1520 lalu dikebumikan di Desa
Kadilangu berdekatan dengan Kota Demak.
Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi
peziarah dan juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi
salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak. Banyak orang yang berkunjung
untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan kemudahan dan juga
keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh pengelolanya, agar
pengunjung atau peziarah nyaman saat berdoa dan bersholawat.

7. Maksurah
Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai
interior dinding Masjid Agung Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan
Aryo Purbaningrat yang merupakan adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini
menceritakan mengenai ke-Esaan Allah.

8. Dampar Kencana
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar
Kencana merupakan singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian
digunakan sebagai mimbar khotbah pada Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan

12
tetapi tidak lagi digunakan dan disimpan pada museum Masjid Agung Demak
agar terhindar dari kerusakan.

9. Piring Campa
Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah yang saat ini
dipasang pada interior dinding Masjid Agung Demak. Seperti namanya, piring ini
merupakan hadiah dari putri Campa yakni ibu dari Raden Patah, pendiri Kerajaan
Demak.

10. Serambi Majapahit


Serambi yang ada di Masjid Agung Demak ini terlihat sangat indah dengan
arsitektur unik dan antik yang memiliki arti sejarah didalamnya. Dari sejarah
Kerajaan Demak, serambi Majapahit ini memiliki 8 buah tiang pendopo yang
berasal dari Kerajaan Majapahit, akan tetapi saat Kerajaan Majapahit runtuh,
beberapa peninggalannya tidak lagi terawat sehingga Adipati Unus membawa
benda pusaka tersebut menuju Demak yang sekarang ditempatkan di serambi
Masjid Agung Demak dan masih bisa dilihat sampai sekarang.

11. Mihrab
Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan
Demak yang didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro
Sengkolo. Prasasti Condro Sengkolo ini mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating
Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini membuat kesimpulan jika di masa
Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab atau pengimaman yang
berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam dan juga Jawa.

12. Dampar Kencono


Jika dilihat dari sejarah, Dampar Kencono merupakan Peninggalan Kerajaan
Majapahit, sebab Dampar adalah hadiah yang diberikan Prabu Bhrawijaya ke V
yakni Raden Kertabumi untuk Raden Patah yang merupakan raja pertama
Kerajaan Demak sehingga ahli sejarah mengatakan jika di masa akhir Kerajaan
Majapahit, banyak rakyat yang sudah memeluk agama Islam.

13. Pawestren

13
Dari sejarah Kerajaan Demak dikatakan jika
faham Islam sudah maju pada saat tersebut dan
jamaah sholat laki-laki serta perempuan sudah
dipisahkan. Tempat sholat berjamaah perempuan
ini dinamakan pawestren. Pawestern ini merupakan bangunan dengan 8 tiang
penyangga yang 4 tiang uatam di topang belandar balok bersusun tiga lengkap
dengan ukiran motif Majapahit. Motif maksurah tahun 1866 Masehi ini
diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.

14. Surya Majapahit


Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya
Majapahit merupakan gambar dekorasi bentuk segi delapan yang sangat terkenal
di era Majapahit. Beberapa sejarawan memperkirakan jika benda tersebut
merupakan lambang Kerajaan Majapahit, sementara Surya Majapahit yang
terdapat di Masjid Agung Demak tersebut dibuat tahun 1401 tahun saka atau
1479 Masehi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah, putra dari Raja Brawijaya V
(Bhre Kertabumi) dengan seorang putri Campa sekitar tahun 1500 M. Setelah
berhasil mengalahkan Majapahit dan memindahkan seluruh perangkat kerajaan ke
Demak. Kerajaan Demak terletak didaerah Bintoro atau Gelagahwangi yang
sebelumnya merupakan daerah kadipaten dibawah kekuasaan Majapahit. Kerajaan
Demak merupakan kerajaan Islam pertama ditanah Jawa dan berkuasa selama hampir
setengah abad sebelum runtuh dan berganti nama menjadi Pajang.
Kerajaan Demak mencapai kejayaan pada masa Sultan Trenggono, kejayaan ini
terlihat dari kemajuan di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan. Di bidang
ekonomi, Demak merupakan negara yang menjadi daerah penghasil beras dan
penghubung jalur perdagangan nusantara,. Di bidang sosial dan politik, Kerajaan
Demak memiliki daerah kekuasaan yang luas dan menjadi pusat penyebaran Islam.
Di bidang kebudayaan, Kerajaan Demak menjadi pelopor dari lahirnya karya-karya
sastra Jawa yang berakulturasi dengan budaya Islam.
Kerajaan Demak runtuh akibat perebutan kekuasaan dan pembalasan dendam
diantara para penerus kerajaan tersebut, yaitu antara Arya Penangsang, putra
Pangeran Sekar Ing Seda Lepen dengan Sunan Prawoto, anak dari Sultan Trenggono.
Sebuah pelajaran dari sejarah bahwa perebutan kekuasaan dan perpecahan dari
dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan. Bangsa Indonesia harus belajar
dari sejarah Kerajaan Demak jika tidak ingin hancur, bukan tidak mungkin jika para
penguasa negeri ini melakukan kesalahan yang sama maka nasib negeri ini akan
seperti Kerajaan Demak.

3.2 Saran

15
Keterbatasan informasi dan ketelitian penulis dalam menyusun makalah ini,
menjadi sebab adanya keurangan-kekurangan yang tidak dapat kami hindari. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penambahan wawasan bagi
para penulis khususnya.
DAFTAR PUSAKA

Analisis sendiri melalui (http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak)


http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak
pendidikan4sejarah.blogspot.com
http://wowgi.blogspot.com/2013/05/sejarah-kerajaan-demak-di-nusantara.html
http://ilmusini.blogspot.com/2010/12/kerajaan-demak.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak)
www.wpmeteorologist.com/2013/04/beberapa-peninggalan-kerajaan-demak.html

16

Anda mungkin juga menyukai