OLEH KELOMPOK 2:
Defryanto Umar
Nur Alfath
XII IPA I
KATA PENGANTAR
Syukur allhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI),
dengan judul: ‘’Kerajaan islam di jawa (Kerajaan demak & Kerajaan pajang)”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan serta kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berhara semoga makalah ini dapat member manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….
1) Kerajaan Demak
2) Kerajaan Pajang
PENDAHULUAN
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Islam lahir di
Jazirah Arab. Islam berkembang sampai ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari Arab,
Persia, dan Gujarat, sekitar abad ke-7 hingga abad ke-8. Islam diterima dengan baik dan
berkembang dengan pesat di Indonesia. Faktor pendorong Islam cepat berkembang di
Indonesia :
Di pulau Jawa, ada sembilan tokoh penyebar agama Islam yang dikenal sebagai Wali Sanga
(wali sembilan). Peranan Wali Sanga antara lain:
PEMBAHASAN
1) Kerajaan Demak
Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M.
Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala:
Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan Demak
itu didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para
wali dan saudagar Islam. Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut
sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden
Fatah dilahirkan di Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Fatah
dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam. Setelah usia 20
tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di bawa asuhan
Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah
menetap di Demak (Bintoro).
Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah gurunya
dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya
tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama
kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat
ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan
akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa. Desa Glagahwangi, dalam
perkemabangannya kemudian karena ramainya akhirnya menjadi ibukota negara dengan
nama Bintoro Demak.
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir
dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat
menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah. Raden
Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya,
kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang
luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan
Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku
dan Samudera Pasai.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak
dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas
perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu
memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum
berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas
usahnya itu Adipati Unus mendapat julukanPangeran Sabrang Lor.
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia
memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak
begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan
seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan
Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan
Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk
menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati
unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada
perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada
pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh
menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua
dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi
kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan. Selain itu, dia
berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan
Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin
kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun
938 H/1521 M.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari
Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar
Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia
berhasil mengalahkan Majapahit.
Sunan Prawata adalah nama lahirnya ( Raden Mukmin) adalah seorang raja
keempat kesultanan demak, yang memerintah tahun 1546- 1549. Ia lebih cenderung
sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik.
Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu
Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan
antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan
Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh
Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda
Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa
kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan
luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari
pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon.
Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi
kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama
perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan
prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak
yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima
perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran
Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas
kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan
kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai
Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah
wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta
dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung
menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak
sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan
mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah
masjid Demak dan Klenteng. Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan
mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam
pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah
keluarga ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke
Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah
Majapahit di daerah Surakarta.
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto
dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat,
maka janda dari pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa
membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku.
Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka
Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan
Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan.
Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng
Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah
mataram.
Perekembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern” juga
mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang dahulu keramat
dan sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang berpusat di bandar-bandar
pantai utara dan pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya pada abad XV tidak semata-
mata bersifat Islam. Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas
menunjukkan hubungan dengan meluasnya agama Islam.
Pada awal berdirinya atau pada tahun 1549, bahwa wilayah Pajang yang terkait
eksistensi Demak pada masa sebelumnya, hanya meliputi sebagian Jawa Tengah. Hal ini
disebabkan
Meskipun tidak lagi bersidang secara aktif, sedikit banyak para wali masih berperan
dalam pengambilan kebijakan politik Pajang. Misalnya, Sunan Prapen bertindak sebagai
pelantik Hadiwijaya sebagai raja. Ia juga menjadi mediator pertemuan Hadiwijaya dengan
para adipati Jawa Timur tahun 1568. Sementara itu, Sunan Kalijaga juga pernah
membantu Ki Ageng Pemanahan meminta haknya pada Hadiwijaya atas
tanah Mataram sebagai hadiah sayembara menumpas Arya Penangsang. Wali lain yang
masih berperan menurut naskah babad adalah Sunan Kudus. Sepeninggal Hadiwijaya
tahun 1582, ia berhasil menyingkirkan Pangeran Benawa dari jabatan putra mahkota, dan
menggantinya dengan Arya Pangiri. Dimungkinkan bahwa yang dimaksud dengan Sunan
Kudus dalam naskah babad adalah Panembahan Kudus, yang mana Sunan Kudus sejatinya
telah meninggal tahun 1550.
jaka tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya (1568 – 1582). Gelar itu disahkan oleh sunan Giri,
dan segera mendapat pengakuan dari para adipati di jawa tengah dan jawa timur. Sebagai langkah
pertama peneguhan kekuasaan, hadiwijaya memerintahkan agar semua benda pusaka demak
dipindahkan ke Pajang. Setelah itu, ia menjadi salah satu raja yang paling berpengaruh di Jawa.
Sultan Hadiwijaya memperluas kekuasaannya di jawa pedalaman ke arah timur sampai daerah
madiun, di aliran anak bengawan Solo yang terbesar. Tahun 1554, Blora, dekat Jipang, diduduki
pula. Kediri ditundukannya pada tahun 1577. tahun 1581, sesudah usia sultan Hadiwijaya
melampaui setengah baya, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan islam dari raja-raja
terpenting di jawa timur.
Meskipun sultan hadiwijaya sangat berpengaruh dan kuat, akan tetapi pajang tidak mampu
memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah lautan. Bahkan madura pun tidak masuk dalam
wilayah kekuasaan pajang. Mungkin, ini merupakan salah satu akibat posisi pajang yang berada
terlalu masuk ke pedalaman jawa. Meskipun perluasan wilayah tidak dapat dijalankan secara
maksimal, selama pemerintahan hadiwijaya, bidang kesusastraan dan kesenian yang sudah maju di
Demak dan Jepara lambat laut dikenal di pedalaman jawa. Pengaruh islam yang kaut di daerah
pesisir pun menjalar dan tersebar ke pedalaman.
Hadiwijaya meninggal dunia pada tahun 1587. jenazahnya dimakamkan di Butuh, suatu
daerah sebelah barat taman keraton pajang. Ia digantikan oleh menantunya, Arya Pangiri, anak
Sunan Prawoto. Sebelum diangkat ke tahta pajang, Arya Pangiri adalah penguasa demak. Sementara
itu, anak sultan Hadiwijaya, pangeran Benawa, disingkirkan oleh Arya Pangiri, dan dijadikan
Adipati Jipang.
Pangeran Benawa lantas meminta bantuan danang Sutawijaya penguasa mataram, untuk
menggulingkan Arya Pangiri. Mereka berhasil dan pangeran Benawa naik ke singgasana pajang.
Meski demikian, benawa mengakhiri kekuasaannya dengan mengundurkan diri dari tahta, lalu
memilih hidup mengabdi untuk agama.
Selanjutnya, kesultanan pajang kalah pamor terhadap kekuasaan Mataram. Sebagai pengganti
pengeran benawa, raja mataram mengangkat Gagak bening. Namun, posisinya hanyalah sebagai
adipati Pajang. Sayang, usianya tidak panjang. Ia meninggal pada tahun 1591. akhirnya, raja
mataram mengangkat putra pangeran benawa sebagai adipati pajang. Riwayat kerajaan pajang
bearkhi di tahun 1618.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira sejak abad ke-7. Kerajaan-Kerajaan Islam
yang berkembang di Indonesia antara lain: Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra Pasai,
Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten,
Kerajaan Cirebon, Kerajaan Goa-Tallo, Kerajaan Ternate dan Tidore. Islam berkembang
pesat di Indonesia dibuktikan dengan Agama Islam merupakan agama yang mendominasi
wilayah Indonesia. Selain itu sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
termasuk dalam sistem pemerintahan monarki, karena para penguasa masih ada ikatan
keturunan.
3.2 Saran
https://makalahkerajaandemakdanpajanglengkap.blogspot.com/2016/01/makalah-
kerajaan-demak-dan-pajanglengkap.html