1. Iskandar Syah
Iskandar Syah merupakan raja pertama di Kerajaan Malaka. Berdasarkan sumber sejarah,
Iskandar Syah adalah seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit yang melarikan diri setelah
Majapahit kalah dalam Perang Paregrek. Nama asli Iskandar Syah adalah Paramisora. Ia
melarikan diri ke Malaka dan membangun kerajaan yang diberinya nama Malaka.
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan Islam kedua setelah Kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan ini
banyak mendapat pengaruh dari budaya Islam dari daerah Arab dan India.
Nama Iskandar Syah diperoleh setelah ia menjadi pemeluk agama Islam. Pada periode Kerajaan
Iskandar Syah dari tahun 1396 – 1414 Masehi, Kerajaan Malaka berkembang menjadi kerajaan
Islam terbesar dan disegani.
Muhammad Iskandar Syah merupakan putra mahkota Kerajaan Malaka yang naik tahta
menggantikan ayahnya, Iskandar Syah. Ia melanjutkan cita-cita ayahnya untuk memperluas
wilayah dan berhasil menguasai wilayah Semenanjung Malaya.
Sultan Muzafar Syah memerintah Kerajaan Malaka dari tahun 1424 hingga 1458 M. Ia
menggantikan Muhammad Iskandar Syah setelah menyingkirkannya dari tahta Kerajaan Malaka
melalui sebuah kemelut politik. Setelah menguasai, Muzafar Syah mempergunakan gelar Sultan
yang merupakan gelar raja-raja dalam kerajaan Islam.
Sejarah mencatat, dalam masa kekuasaannya kerajaan Malaka mendapat serangan dari Kerajaan
Siam, namun selalu berhasil digagalkan. Pada kurun pemerintahannya, Sultan Muzafar Syah juga
berhasil memperluas daerah kekuasaannya hingga ke Pahang, Indragiri, dan Kampar.
Setelah Muzafar Syah wafat, ia digantikan oleh putranya, yaitu Sultan Mansyur Syah. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Malaka berhasil menguasai kerajaan Siam sebagai taktik memperluas
wilayah kekuasaannya.
Namun demikian, Sultan Mansyur Syah tidak menyerang Kerajaan Samudra Pasai. Hal ini
merupakan kebijakan politik Sultan Mansyur Syah untuk menjalin hubungan dengan kerajaan
Islam lainnya. Sultan Mansyur Syah berkuasa di Malaka dari tahun 1458 sampai 1477 M.
5. Sultan Alaudin Syah
Setelah Sultan Mansyur Syah wafat, ia digantikan putranya yang bernama Sultan Alaudin Syah.
Pada masa pemerintahannya secara perekonomian stabil, namun secara politis mengalami
kemunduran.
Banyak daerah taklukan melepaskan diri, perang dan pemberontakan terjadi di banyak daerah
kekuasaannya. Sultan Alaudin Syah berkuasa dari tahun 1477 M hingga 1488 M.
Sultan Mahmud Syah menggantikan ayahnya setelah wafat pada tahun 1488 M. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Malaka mengalami kemunduran baik secara ekonomi maupun politis.
Secara politis, kekuasaan Kerajaan Malaka hanya tinggal mencakup wilayah utama
Semenanjung Malaka. Dalam kondisi yang makin lemah, pada tahun 1511 M, armada perang
Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque akhirnya berhasil menguasai dan
menaklukkan Kerajaan Malaka.
Kehidupan ekonomi diambil alih oleh Kerajaan Banten yang memiliki pelabuhan di tepi Selat
Sunda, karena Portugis menerapkan pajak yang sangat tinggi.
Dalam pola hidup seperti ini, pedagang dan nelayan Malaka memiliki status sosial dan ekonomi
yang lebih tinggi dibandingkan petani. Namun strata sosial ekonomi tetap diduduki oleh kaum
bangsawan, yaitu keluarga raja dan bawahannya, disusul pimpinan pelabuhan dan para ulama.
Kerajaan Malaka sangat dipengaruhi oleh budaya melayu dari budaya Islam. Ada dua alasan,
pertama : letak Kerajaan Malaka berada di Semenanjung Malaka tempat asal rumpun bangsa
Melayu. Kedua, adanya pengaruh agama Islam yang dibawa oleh oleh pedagang Islam dari
Gujarat dan Persia.