Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Imam Ath-Thabari, Sosok Mufassir Polimatik 

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Ath-Thabari adalah seorang mufassir dan
sejarahwan polimatik. Beliau dilahirkan di kota Amil, Tabaristan pada akhir tahun 224 hijriyah.
Beliau mulai menghafal Al-Qur’an sejak kecil, dan mendapatkan perhatian serius dari orang
tuanya.
Pada waktu itu, kota Baghdad adalah sentral dunia Islam Arab, juga tempat berkumpulnya ilmu
dan ulama. Imam Ath-Thabari melalang buana ke sana untuk mencari ilmu, karena tidak
mungkin seseorang mendapatkan ilmu tanpa langsung bertatapan langsung dengan para guru.
Beliau rihlah ke Baghdad untuk mendengarkan secara langsung di depan para ulama besar.
Di Baghdad ada sosok Imam Ahmad bin Hambal. Namun Ath-Thabari kurang beruntung. Beliau
datang belum lama setelah Imam Ahmad wafat. Tetapi beliau tidak putus asa.

KARYA TULISNYA

Ibnu Jarir adalah sosok ulama yang sangat tekun dan semangat dalam menulis. Al Khatib
menuturkan "Aku pernah mwndengar Samsani mengatakan bahwa Ibnu Jarir selama empat
puluh tahun mampu menulis empat puluh halaman dalam setiap harinya.

Subhanallah, luar biasa memang ketekunan dan antusias beliau dalam menghasilkan karya tulis.

Berikut sebagian karya-karya ini beliau

1. Jami' Al Bayan fi Tafsir Al Quran yang lebih populer dengan nama Tafsir Ath-Thabari. Ini
merupakan salah satu karya monumental beliau dalam bidang ilmu tafsir.
2. Tarikhul Rijal 
3. Lathiful Qaul fi Ahkami syara il
4. Al Qira'at wat Tanzil wall Adad
5. Ikhtilaful Ulama Al-Amshar
6. Al-Khafif fi Ahkami syara' il Islam 
7. Ath-Tabshir
8. Tahdzibul Atsar Musnad Ibnu Abbas. Namun beliau meninggal sebelum menyelesaikan kitab
ini. Dan masih banyak yang lainnya.
SANJUNGAN PARA ULAMA

Pujian para ulama pun mengalir kepada lbnu Jarir Ath-Thabari yang menunjukkan
bahwa kapasitas belia sebagai ulama besar memang diakui.

Abu Said bin Yunus mengatakan, "Muhammad bin Jarir termasuk penduduk Amul. Ia
menulis di Mesir kembali ke Baghdad dan ia mampu menghasilkan karya-karya indah
yang menunjukkan keluasan ilmunya."

Al-Khatib berkata, "Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib adalah
seorang ulama besar. Fatwanya dijadikan rujukan dan pendapatnya diambil karena
pengetahuan serta keutamaannya. Ia mampu menghimpun berbagai cabang ilmu yang
tidak mampu dilakukan oleh seorang pun di masanya. Ia hafal Kitabullah, menguasai
berilmu tentang makna-maknanya uran), faqih berbagai hukum Al-Quran, dalam
berilmu tentang dan jalan-jalan periwayatannya, mampu memilah shahih, lemah,
nashikh, man mengerti tentang ucapan para sahabat dan tabiin, berilmu juga tentang
hari-hari kemenangan kaum muslimin dan berita-berita tentang mereka. Ia mempunyai
sebuah kitab yang sangat populer tentang berita dan sejarah umat terdahulu. Ia juga
punya kitab tafsir yang bernama Tahdzibul Atsar yang belum pernah aku melihat
sebelumnya makna makna yang terkandung di dalamnya Namun ia belum
menyempurnakan kitab itu. Ia juga memiliki kitab yang banyak tentang ushul fiqh dan
cabang cabangnya dari ucapan para ahli fiqh."

Adz-Dzahabi sendiri menyatakan "Ibnu Jarir adalah seorang yang tsiqah (terpercaya),


jujur, hafizh, pemimpin dalam bidang ilmu tafsir, imam dalam ilmu fikih, ijma', dan
perselisihan ulama juga seorang yang sangat berilmu dalam hal sejarah dan
kemenangan muslimin, menguasai ilmu qira'ah, bahasa dan yang lainnya"

AKHIR HAYATNYA

Abu Muhammad Al Farghani (salah seorang murid Ibnu Jarir) mengatakan Abu Bakr
Ad-Dinawari berkisah bahwa ketika tiba waktu salat Zhuhur pada hari meninggalnya
beliau yaitu hari senin, Ibnu Jarir memint air untuk memperbarui wudhunya. Lalu ada
yang berkata kepadanya, "Sebaiknya anda mengakhirkan salat Zhuhur dan menjamaknya
dengan salat Ashar".

Namun beliau menolak dan mengerjakan salat Zhuhur sendiri pada awal waktunya.
Demikian halnya salat Ashar beliau kerjakan pada waktunya dengan tata cara salat yang
sempurna dan baik.

Tatkala Ibnu Jarir akan meninggal dunia, ada beberapa orang yang yang berada di
samping beliau dan di antaranya adalah Abu Bakr bin Kamil. Saat itu ada yang bertanya
kepada beliau sebelum menghembuskan nafas yang terakhir. "Wahai Abu Ja'far, anda
adalah hujjah antara kami dan Allah pada urusan agama kami. Apakah ada sesuatu
yang hendak anda wasiatkan kepada kami terkait dengan urusan agama kami atau suatu
keterangan yang kami mengharapkan keselamatan dengannya?"

Anda mungkin juga menyukai