Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MEMAHAMI DALIL-DALIL TENTANG NAJIS


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
HADITS

Dosen Pembimbing :
Moh. Fadhil, M. Pd

Disusun oleh :
Nur Farida(2001011985)
Bagas Ibnu mujahid(2001012140)
Mohammad subhan(2001011960)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH (UNWAHA)
BAHRUL ULUM TAMBAK BERAS JOMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingg
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MEMAHAMI DALIL-DALIL TENTANG
NAJIS” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas bapak Moh.Fadhil, M.Pd. pada bidang
studi HADITS. Setelah itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik masalah
bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Moh .Fadhil, M.Pd.yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai yang kami pelajari.kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yanag kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu,kami butuh kritik dan saran untuk membangun makalah ini agar lebih sempurna dan lebih baik
kedepannya.

Jombang, 1 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..iii

1.1 Latar belakang masalah…………………………………………………..1


1.2 Rumusan masalah………………………………………………………...1
1.3 Tujuan penulisan………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………2

2.1    Pengertian tentang najis …………………………………...2

2.2memahami tentang mani apakah Termasuk najis…………………….......2


2.3   hadits tentang mani…………………….2
2.4pengertian fikih hadits tentang mani………………………….….2
2.5pendapat iman syafi’I tentang mani.......….... .…... … .. … 2

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….3

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...…3

3.2 Saran……………………………………………………………………….4

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…….4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dalam ajaran Islam menegaskan bahwa sebelum melakukan beberapa ibadah tertentu, terutama
shalat disyaratkan harus suci terlebih dahulu, baik suci pada pada diri orang yang melakukan
ibadah itu sendiri (suci dari hadas) atau suci pada tempat dan pakaian yang dia kenakan saat
melaksanakan ibadah tersebut (suci dari najis). Hal ini disyariatkan karena Islam selalu
mengajarkan umatnya untuk selalu suci dan senantiasa membersihkan diri baik lahir maupun
batin.
Kebanyakan orang tidak mengetahui macam-macam najis dan cara menghilangkannya.Dan yang
nantinya akan berakibat bahwa ibadah yang dilakukan akan menjadikan tidak sah.Maka dari itu
kami menyusun makalah tentang “Taharah dari Najis”.Semoga menambah wawasan dan
bermanfaat bagi pembacanya.
B. rumusan masalah
1. Apa pengertian najis ?
2. Apakah mani itu najis ?
3. Berikan hadist yang menjelaskan tentang mani ?
4. Berikan pengertian fiqih hadist tentang mani ?
5. Jelaskan pendapat imam syafi’i tentang mani ?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa pengertian najis.
2. Mengetahui hadist tentang mani
3. Mengetahui tentang mani
4. Mengetahui cara membersihkan mani
5. Mengetahui apa saja najis yang dimaafkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Izalatun najasah


Izaalah: menghilangkan'

An-Najaasah, An-Najsu adalah kotoran. Najis mencakup najis haqiqiyah( ainiyah)

dan najis hukmiyah.

An-Najaasah secara terminologi adalah kotoran tertentu seperti airseni

yang dapat mencegah (keabsahan) shalat dan ibadah lainnya'

Bab ini mengemukakan hukum-hukumnajis,cara menghilangkan'

membersihkan tempatnya dan najis-najis yang dimaafkan serta hal yang

berhubungan lainnYa.

Para ulama sepakat mengenai wajibnya menghilangkan najis dan ia

termasuk sYarat sahnYa shalat'

Najis ada dua macam'

Pertama, hukmiyah,yaifu najis yang terdapat pada sesuatu yang suci'

Najis ini didalam membersihkannya cukup dengan mengalirkan air keseluruh

Tempat tersebut,yaitu setelah unsur najisnya hilang dari tempat yang suci itu.

Kedua, ainiyah,najis ini tidak bisa disucikan

Najis memiliki tiga sifat : rasa, bau dan warna. Adanya rasa dan bau setelah

dicuci merupakan bukti masih adanya unsur najis dan masih dihukumi najis.

Adapun adanya wama setelah dicuci secara baik, maka ia tidak berbahaya

karena hal itu dimaafkan.


BAB III

3.1 HADIST-HADIST TENTANG IZALATUN NAJASAH BESERTA PENJELASANNYA

3.2 Tentang mani

‫ظ ُر إِلَى أَ َث ِر‬
ُ ‫ َوأَ َنا أَ ْن‬,ِ‫ك اَ َّلث ْوب‬ َّ ‫ ُث َّم َي ْخ ُر ُج إِلَى اَل‬, َّ‫ان َرسُو ُل هَّللَا ِ َي ْغسِ ُل اَ ْل َمنِي‬
َ ِ‫صاَل ِة فِي َذل‬ ْ َ‫ َقال‬,‫ َو َعنْ َعا ِئ َش َة َرضِ َي هَّللَا ُ َع ْن َها‬,1
َ ‫ { َك‬:‫ت‬
. ِ ‫اَ ْل ُغسْ ِل فِي ِه } ُم َّت َف ٌق َعلَيْه‬
ُ ‫ت أَ ُح ُّك ُه َي ِابسً ا ِب‬
{ِ‫ظفُ ِري مِنْ َث ْو ِبه‬ َ ‫ َف ُي‬,‫ُول هَّللَا ِ َفرْ ًكا‬
ُ ‫ { لَ َق ْد ُك ْن‬:ُ‫صلِّي فِي ِه { َوفِي لَ ْفظٍ لَه‬ ٍ ‫ت أَ ْف ُر ُك ُه مِنْ َث ْو‬
ِ ‫ب َرس‬ ُ ‫ { لَ َق ْد ُك ْن‬:‫َولِمُسْ ل ٍِم‬

Dari Aisyah RA, dia berkata: Rasullalh SAW (pernah) mencuci mani (dari bajunya), kemudian beliau
keluar (rumah)untuk melakukan shalat dengan bajunya tersebut (Saat itu) aku melihat bekas cucian
itu (atsar algusl).(muttafaqun alaih )

Dalam redaksi hadits yang diriwayatkan oleh Muslim terdapat kalimat: "Aku pemah menggosok-
gosok (air mani) dari baiu Rasullah SAW lalu beliau shalat dagan baju tersebut " sementara dalam
redaksi Muslim yang lain disebutkan, "Aku pemah mengerik (mani yang kering) dari baiu beliau sAW
dengan kukuku

Makna Hadis

Allah (s.w.t) memuliakan umat manusia dan mengutamakannya atas seluruh makhluk yang
lain dengan menjadikan suci asal kejadiannya dan mulia asal penciptaannya. „Aisyah Ummu al-
Mu‟minin telah menceritakan bahawa beliau pernah mengorek kesan air mani yang ada pada
pakaian Rasulullah (s.a.w) dengan kukunya.

Periwayat Hadis

Aisyah binti Abu Bakar al-Siddiq, wanita yang telah dibebaskan oleh Allah daripada tuduhan dusta
yang ditujukan atas dirinya. Beliau adalah salah seorang Ummu al-Mu‟minin Beliau sangat dicintai
oleh Rasulullah (s.a.w). Beliau pun seorang wanita ahli fiqh. Seluruh hadis yang diriwayatkannya
berjumlah 2,210. Beliau berpuasa sepanjang tahun setelah Nabi (s.a.w) wafat. Hisyam ibn „Urwah
mengatakan bahawa Aisyah meninggal dunia pada tahun 57 Hijrah dan dikebumikan di al-Baqi

Analisis Lafaz

‫ المني‬air mani lelaki adalah berwarna putih agak kental. Ia memancut-mancut ketika keluar apabila
nafsu telah mencapai kemuncaknya disertai perasaan tegang dan nikmat pada lelaki berkenaan.
Baunya mirip dengan bau pandan

‫ أفركه‬aku mengoreknya hingga hilang dan tidak ada lagi bekasnya.

‫ فركا‬masdar yang maknanya mengukuhkan fi‟il-nya untuk menunjukkan kesungguhan perbuatan.

‫ أحكه‬al-hakk maknanya sama dengan al-fark, iaitu mengorek atau mengerik untuk menghilangkan
kesan sesuatu yang kering.
Fiqh Hadis

Mencuci bekas air mani ialah apabila masih dalam keadaan basah, namun apabila sudah kering,
maka cukup dengan cara mengoreknya. Ulamak berbeda pendapat

kalangan Hanaftyah dan Malikiyyah berpendapat bahwa mani adalah najis. Mereka berdalil

dengan beberapa hal berikut:

a. Hadits hadits yang menjelaskan bahwa penyucian air mani (dengan air) dari baju beliau.
Pencucian dengan air merupakan cara yang hanya dilakukan karena adanya kenajisan.
b. Air mani keluar melalui saluran air seni, untuk itu pencucian denganfasilitas air menjadi satu-
satunya cara pernbersihan, sebagaimana yang berlaku pada najis-najis lain.
c. Status air seni (dalam hal kenajisannya) disamakan dengan hasil-hasil buangan tubuh
manusia lainnya yang dianggap kotor atau jorok, seperti air seni dan tinja. Alasan
penyamaan ini adalah bahwa materi-materi tersebut merupakan hasil uraian (biologis)
makanan (oleh tubuh).
d. Tidak ada kendala untuk mengatakan bahwa asal muasal manusia,yaitu mani adalah
sesuatu barang najis. Sebab mereka yang mengatakan sebaliknya juga berpendapat bahwa
‘alaqah (segumpal darah yangmerupakan kalanjutan dari perkembangan air mani dalam
rahim) adalah najis, karena ia merupakan darah sementara darah adalah najis. Padahal
‘alaqoh juga merupakan cilal bakal tubuh manusia’

Menurut mazhab Imam al-Syafi‟i, ulama hadis dan Imam Ahmad dalam salah satu yang paling sahih
daripadanya pula bahawa air mani itu suci. Mereka mengambil kesimpulan demikian kerana
berlandaskan kepada hadis Ibn Abbas (r.a) yang menceritakan bahawa:

‫ إنما هو بمنزلة المخاط والبصاق وإنما‬: ‫ { سئل النبي – صلى هللا عليه وسلم – عن المني يصيب الثوب فقال‬: ‫عن ابن عباس قال‬
{‫يكفيك أن تمسحه بخرقة أو بإذخرة‬

“Rasulullah (s.a.w) pernah ditanya mengenai air mani yang terkena pakaian lalu baginda bersabda:
“Sesungguhnya air mani itu sama kedudukannya dengan ingus dan ludah.” Rasulullah (s.a.w)
melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya sudah memadai bagimu dengan mengusapnya dengan kain
atau idzkhir.” (Disebut oleh al-Daruquthni dan al-Baihaqi) Menyerupakan air mani dengan hingus
dan ludah menunjukkan bahawa air mani itu suci. Adapun perintah untuk mengelapnya dengan kain
atau sabut idzkhir, maka itu bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang tidak patut dikekalkan
pada pakaian yang hendak dipakai untuk mengerjakan solat

3.2 Tentang kencing bayi

ُ ‫َّحهُ اَ ْل َحا ِكم‬


َ ‫صح‬َ ‫ َو‬,‫ َوالنَّ َسائِ ُّي‬,َ‫ َوي َُرشُّ ِم ْن بَوْ ِل اَ ْلغُاَل ِم } أَ ْخ َر َجهُ أَبُو دَا ُود‬,‫اريَ ِة‬
ِ ‫ قَا َل اَلنَّبِ ُّي { يُ ْغ َس ُل ِم ْن بَوْ ِل اَ ْل َج‬:‫ال‬ ِ ‫ َوع َْن أَبِي اَل َّس ْم‬2.
َ َ‫ح ق‬

Dari Abu al-Samh (r.a) bahawa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda: “Air kencing bayi perempuan
hendaklah dibasuh sedangkan air kencing bayi lelaki
memadai dengan dipercikkan air sahaja.” (Disebut oleh Abu Dawud, al-Nasa‟i dan
dinilai sahih oleh Hakim)
Makna Hadis
Syariat sungguh bijaksana dalam setiap keputusan yang dibuat. Kita sering kali menggendong bayi
lelaki dan memeluk mereka. Di sini syariat meringankan najis air kencing mereka dengan syarat bayi
lelaki itu masih belum berusia dua tahun dan hanya meminum susu. Cara menyucikan air kencingnya
ialah dengan memercikkan air ke atasnya. Ini berbeza dengan air kencing bayi perempuan di mana
cara menyucikannya ialah dengan membasuhnya, kerana najisnya lebih berat daripada najis air
kencing bayi lelaki. Selain najis air kencing, tidak ada
perbedaan di antara keduanya, yakni sama-sama najis.

Periwayat Hadis
Abus al-Samh, nama aslinya adalah Ayyad, mawla Nabi (s.a.w). Beliau seorang sahabat dan hanya
mempunyai dua buah hadis yang kedua-duanya diambil riwayat oleh Mahall ibn Khalifah.

Analisis Lafaz
‫ الجارية‬:bayi permpuan
‫ يرش‬: menuangkan air ke atasnya tanpa mengalirkannya, yakni memercikannya
‫ الغالم‬: bayi laki laki
Keduanya adalah yang belum mengkonsumsi apapun kecuali asi

Fiqh Hadis
Perbedaan yang ada antara air kencing bayi lelaki dengan bayi perempuan menurut hukum ialah
sebelum mereka memakan makanan lain selain air susu. Air kencing keduanya sama-sama najis,tetapi
untuk membersihkan air kencing le1aki cukup dengan memercikkannya dengan air, yakni
menyiramnya tanpa mengalirkan air. Ini merupakan kemudahan syariat. Cara membersihkan air
kencing bayi perempuan pula tidak cukup hanya dengan memercikkan air ke
atasnya, melainkan wajib dibasuh.
Hikmah yang terdapat dalam masalah ini menurut satu pendapat adalah bersifat ta‟abbudiyyah
(semata-mata mematuhi perintah syariat), sedangkan menurut pendapat yang lain mengatakan itu
kerana orang kebanyakan lebih menyukai bayi lelaki dan sering kali menggendongnya. Oleh itu,
syariat memberikan keringanan dalam masalah ini. Menurut pendapat yang lain pula, air kencing
bayi perempuan lebih pekat, manakala air kencing bayi lelaki tidak demikian.
Dalam kaitan ini para ulamak berbeza pendapat. Imam Ahmad dan Imam alSyafi‟i mengatakan
adanya rukhsah terhadap air kencing bayi lelaki sebelum usia dua tahun dan belum memakan
makanan lain selain air susu. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah dan pendapat masyhur di
kalangan mazhab Maliki, air kencing bayi lelaki dan bayi perempuan sama-sama najis, dan mesti
tetap dibasuh
3.3 Tentang hukum warna bekas najis

,‫ي‬ ُ َ‫ َواَل ي‬,‫ "يَ ْكفِي ِك اَ ْل َما ُء‬:‫ فَإِنْ لَ ْم يَ ْذه َْب اَل َّد ُم? قَا َل‬,ِ ‫سو َل هَّللَا‬
ُّ ‫ض ُّر ِك أَثَ ُرهُ" } أَ ْخ َر َجهُ اَلت ِّْر ِم ِذ‬ ُ ‫ { يَا َر‬:ُ‫ قَالَتْ َخ ْولَة‬:‫َوعَنْ أَبِي ه َُر ْي َرةَ قَا َل‬
ٌ ‫ض ِعيف‬ َ ُ‫سنَ ُده‬
َ ‫َو‬

Daripada Abu Hurairah (r.a), beliau berkata: “Khaulah bertanya: „Wahai Rasulullah, bagaimana kalau
warna darahnya masih juga tidak hilang?” Nabi (s.a.w) menjawab: “(Membasuhnya dengan) air sudah
memadai bagi kamu dan tidak membahayakanmu kesan yang masih ada itu.” (Disebut oleh al-
Tirmizi, tetapi sanad hadis ini dha‟if)

Makna Hadis
Seorang manusia berdiri di hadapan Allah harus dalam keadaan tubuh badan yang suci. Untuk itu,
pakaiannya pun harus suci. Jika salah satu najis seperti darah terkena pakaiannya, dia wajib
menghilangkannya dengan apapun cara disertai dengan usaha keras untuk membersihkannya. Jika
warna najis tersebut sukar untuk dihilangkan dari pakaian, maka itu dimaafkan oleh agama Islam.
Rosululloah SAW bersabda
‫َي ٍء ِمنَ ال ُّد ْل َج ِة‬
ْ ‫اربُوا َوأَب ِْشرُوا َوا ْست َِعينُوا بِ ْال َغ ْد َو ِة َوالرَّوْ َح ِة َوش‬
ِ َ‫إن ال ِّدينَ يُ ْس ٌر َولَ ْن يُشَا َّد ال ِّدينَ أَ َح ٌد إِاَّل َغلَبَهُ فَ َس ِّددُوا َوق‬
َّ

“Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak ada seorang pun yang hendak menyusahkan agama
(Islam) kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah, berbahagialah dan manfaatkanlah
waktu pagi, sore dan ketika sebagian malam tiba.” (HR. Bukhari)

Periwayat Hadis
Khaulah ialah Khaulah bind Yasar (r.a)

Analisis Lafaz
‫ أثره‬: bekas warna
‫ وسنده ضعيف‬: sanad hadis ini dha’if kerana di dalamnya terdapat Ibn Lahai’ah seorang perowi yang
dho’if

Fiqh Hadis
1. Tidak wajib menggunakan barang kesat seperti bahan yang digunakan untuk
menyamak atau sabun untuk menghilangkan warna najis, sebaliknya sudah cukup dengan
menggunakan air.
2. Sisa bau najis atau warnanya tidak membuat mudarat apabila sukar
dihilangkan.
3. Disunatkan merubah kesan warna darah dengan shufrah atau minyak zakfaran
untuk menutupi warna aslinya dan mengelakkan diri daripada terus
melihatnya seperti mana yang telah dinyatakan dalam hadis yang disebut oleh
al-Darimi.
3.4 Kesimpulan
Hadis-hadis yang telah disebut dalam bab ini memberitahu najisnya benda-benda
berikut, air mani, air kencing bayi perempuan dan laki laki dan darah.serta cara menghilangkannya
dan permasalahan dalam menghilangkannya

B. Saran
Dalam makalah ini pastinya terdapat kekurangan, maka dari itu bila dalam kepenulisan,
pengetikan dan hal-hal yang lain terdapat kesalahan mohon untuk memberi masukan ataupun
saran yang membangun sehingga dapat di periksa dan di perbaiki. Selain itu semoga dengan
penulisan makalah ini dapat membantu dalam mempelajari bagaimana sejarahnya pendidikan
islam,dan apa saja perkembangannya dari zaman dahulu sampai sekarang ini. Maka dari itu,
semoga bermanfaat umumnya kepada pembaca.
Daftar Pustaka
Alawi,Abbas al maliki,Hassan sulaiman ,al nuri, 2010M ,ibanatul ahkam syarah bulughul
marom,koala lumpur,alhidayah
Albassam,abdullah bin abdurrahman,1414H,syarah bulughulmarom,makkah,azzam

Anda mungkin juga menyukai