Anda di halaman 1dari 13

Disusun oleh:

Bidayatul Hubbil Iffah (2002011970)

Robi’atul Adawiyah (2001012086)

Dosen Pengampu: Siti Sulaikho’ M. Pd.


FI’IL SHAHIH dan MU’TAL
A. Pengertian Fi’il Shahih & Mu’tal
Kalimat Fi’il ditinjau dari segi komponen huruf yang menyusunnya dibagi
manjadi 2 yaitu, Fi’il shahih dan mu’tal. Adapun pengertian dari masing-masing
fi’il tersebut menurut beberapa ulama nahwu ialah:

‫ص ِليَُّةُ َحرُُ ِِلَّ ُة‬


ْ َ ‫ َماُكَانَُأ َ َحدُأَحْرفِ ِهُاأل‬:ُ‫المعتل‬
ُ ‫اُمعُالدُّر ْو ِس‬ ِ ‫َج‬
‫ال َع َر ِبي َُّْة‬
َ ُ‫ص ِليَُّةُأَحْرفا‬
ُ‫ص ِح ْي َحة‬ ْ َ ‫َتُأَحْرفهُاأل‬
ْ ‫ َماُكَان‬:‫ْح‬
ُِ ‫ص ِحي‬
َ ‫ال‬

ٌُ‫ض َّمةٌأ َ ْو َيا ٌءُقَ ْبلَ َهاُ َُكس َْرة‬


َُ ُ‫هُو ٌاوُقَ ْبلَ َها‬
َ ‫ َماُكَانَُفِىُا َ ِخ ِر‬:‫المعتل‬
ٌُ‫ف ُقَ ْبلَ َهاُفَتْ َحة‬
ٌ ‫أَوأ َ ِل‬
ُ‫ِ ِِق ْي ِل‬
َُ ُ‫ش َْرحُابْن‬ ُ‫ال ِف ْعل‬
- :ُ‫ْح‬
ِ ‫ص ِحي‬
َ ‫ال‬

َ ‫اأوُواوا أ َ ْوُيَاء‬
ُ‫ُوت َس َّمىُ َه ِذ ِه‬ َ ‫ َماُ َكانَ ُا َ ِخرهُأ َ ِلف‬:‫المعتلُاأل َ ِخر‬
‫فُال ِعلَّ ُِة‬ ِ ‫األَحْر‬
ِ ‫فُالثَالث َ ِةُبِاَحْر‬
ُ‫اضح‬ َ ‫النَّ ْحو‬
ُ ِ ‫ُالو‬
ُ‫فُال ِعلَّ ِة‬
ِ ‫اُم ْنُأَحْر‬
ِ ‫ َمالَ ْمُ َيك ْنُا َ ِخرهُ َح ُْرف‬:‫ص ِحيْحُاأل َ ِخر‬
َ ‫ال‬

Terjemah:

Mu'tal: Kalimat komponen penyusunnya


tidak berupa huruf ' ilat
ُ‫اُمعُالدُّر ْو ِس‬ ِ ‫َج‬
‫العَ َربِي َُّْة‬ Shahih: Kalimat yang salah satu
komponen penyusunnya berupa huruf
ilat.

Mu'tal: Kalimat yang diahiri oleh huruf


wawu yang didahului dhomah, ya' yang
didahului kasroh dan alif yang didahului
Fi'il ُ‫ِ ِِقي ِْل‬
َُ ُ‫ش َْرحُابْن‬ fathah

Shahih: -

Mu'tal al Akhir : Kalimat yang diakhiri


oleh wawu, alif atau ya. (huruf 'ilat)
ُ‫اضح‬ َ ‫النَّحْ و‬
ُ ِ ‫ُالو‬
‫ا‬Shahih al Akhir: Kalimat yang tidak di
akhiri huruf 'ilat

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 1


Dari pemaparan mengenai pengertian fi’il shahih dan mu’tal diatas
terdapat perbedaan pengertian.
Pendapat pertama menyatakan bahwa fi’il mu’tal ialah Kalimat yang salah
satu komponen penyusunnya berupa huruf ilat baik huruf ilat tersebut berada
di awal, tengah ataupun akhir kalimat. Pernyatan tersebut memiliki cakupan
yang lebih luas bila dibandingkan dengan pendapat yang kedua dan yang
ketiga.
Pendapat kedua dan ketiga memiliki cakupan yang lebih sempit dimana
keduanya sama-sama berfokus pada bentuk huruf akhir suatu kalimat.
Menurut kedua pendapat tersebut fi’il mu’tal ialah Kalimat yang diahiri oleh
huruf wawu yang didahului dhomah, ya' yang didahului kasroh dan alif yang
didahului fathah. Sedang fi’il shahih ialah kalimat yang huruf akhirnya tidak
berupa huruf ‘ilat (alif, wawu atau ya).

B. Hukum dan contoh Fi’il Shahih & Mu’tal

Pada hakikatnya kalimat fi’il berhukum mabni kecuali fi’il mudhori yang tidak
bertemu dengan nun taukid dan nun niswah. fi’il mudhori yang demikian
berhukum mu’rab. Hal tersebut juga berlaku pada fi’il mudhori shahih dan
mu’tal akhir. Berikut contoh fi’il mu’tal akhir beserta hukumnya:

‫يَ ْغزو‬ ‫غَزَ ا‬


ُ‫ا ْغز‬
Sedang Telah
Berperanglah!
berperang berperang

Mabni Mu’rab Mabni

Keterangan:

Fi’il Madhi : Pada dasarnya fi’il madhi bermabni fathah = َ‫غزَو‬

Fi’il mudhari’ : Berhukum mu’rab bila tidak pertemu nun taukid dan nun
niswah =‫َي ْغ ُزو‬

Fi’il Amar : Fi’il amar yang mu’tal akhir mabninya menggunakan hadfu
harfil illah (membuang huruf illat)=‫ا ُ ْغ َُز‬

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 2


Adapun i’rab dan contoh fi’il mudhari’ shahih dan mu’tal akhir adalah
sebagai berikut:

‫رفع‬ ‫نصب‬ ‫جزم‬

‫ضهة‬ ‫فتحة‬ ‫سكون‬


dhomah fathah sukun

َُ‫يضْ رَب‬ َ‫لنَْ يضْ رَب‬ ‫ل َْم تضْ رَب‬


memukul Tidak akan Tidak memukul
memukul

‫رفع‬ ‫نصب‬ ‫جزم‬

ٌ‫ض َّمة ُم َقدَ َرة‬


َ ٌ‫َف ْت َحةٌ ُم َقدَ َرة‬ ٌ‫َف ْت َحةٌ َظاهِرة‬ ‫حذف حرف علة‬
√ √ × √
َ ‫َز ْيدٌ َي ْخ‬
‫شى‬ َ ‫لَنٌْ َي ْخ‬
‫شى‬ َ ‫لَ ٌْم َي ْخ‬
ٌ‫ش‬
Zaid takut Dia tidak Dia tidak
akan takut takut
√ × √ √
‫َي ْغ ٌُزو‬ ٌ‫لَنٌْ َي ْغ ٌُز َو‬ ٌ‫لَ ٌْم َي ْغ ُز‬
Dia Dia tidak Dia tidak
berperang akan berperang
berperang

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 3


‫الياء‬ √ × √ √
‫َي ْرمِى‬ ٌ‫لَنٌْ َي ْرم َِى‬ ٌ‫لَ ٌْم َي ْر ِم‬
Dia Dia tidak Dia
melempar akan melempar
melempar

FI’IL MA’LUM dan MAJHUL

A. Pengertian Fi’il Ma’lum Dan Majhul

Pembahasan mengenai fi’il ma’lum dan majhul tidak terlepas dari


pembahasan jum’lah fi’liyyah. Adapun jumlah fi’liyyah, ialah :

ُ‫س َّمىُج ْملَةُ ِفع ِليَة‬ ِ ‫ك ُّلُج ْملَةُتَت ََركَب‬


َ ‫ُم ْنُ ِف ْعل‬
َ ‫ُوفَا ِِلُت‬

Jumlah fi’liyyah adalah setiap kalimat yang


tersusun dari fi’il (kata kerja) dan fa’il
(pelaku/subjek).

Jadi jumlah fi’liyah itu minimal tersusun dari fi’il dan fa’il:

‫ِف ِعل‬ ‫فَا ِِل‬


‫الجملةُالفعلية‬ Predikat/ Subjek/
Kata kerja Pelaku

Atau boleh disertai dengan objek atau maf’ul bih:

‫فِعِل‬ ‫فَاِِل‬
‫َم ْفع ْولُبه‬
‫الجملةُالفعلية‬ Predikat/ Subjek/
Kata kerja Pelaku Objek

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 4


Dengan kata lain jumlah fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan fi’il
(kata kerja). Kalimat fi’il ditunjau dari segi disebutkan atau tidaknya fa’il
(pelaku) nya dibagi menjadi 2 yaitu:

(Kata kerja aktif) ‫ال َم ْعل ْوم‬

‫الفعل‬
(Kata kerja pasif) ‫هول‬
ْ ‫ال َم ْج‬

Adapun pengertian dari keduanya adalah sebagai berikut:

Fi’il al Ma’lum

‫ص ْرف‬
َ ‫ تيسير ال‬:‫عبد القادر فيضى و عبد هللا الدارمى‬

• ‫ل‬ َّ ِ‫ُوي َس َّمىُاَيضاُال َمُْبن‬


ُِ ِِ ‫ىُ ِللفَا‬ َ ‫ال َم ْعر ْوفُه َوُالفعلُالذِىُذ ِك َرُالفَاِلُبَ ْعدَه‬
• al ma'ruf adalah kalimat fi'il (kata kerja) yang fa'ilnya (pelakunya /
subjeknya) disebut setelahnya. al ma'ruf juga dapat dinamakan al
mabni al fa'il.
‫ َجا م ُع الد ُُّر ْوس ال َع َرب َّي ْة‬: ‫الشيخ المصطفى الغال يينى‬

ِ ‫َماُذ ِك َرُفَا ِِلهُفِىُالك‬


• ُ‫َالم‬
• Kalimat yang subjeknya atau pelakunya disebutkan
Kedua pendapat tersebut memiliki persamaan yang mana keduanya sama-
sama memberi pengertian dari tinjauan penyebutan fa’il dalam kalimat.
Adapun perbedaan kedua pendapat tersebut ialah:
1. Pada pendapat pertama menggunakan redaksi kata al ma’ruf bukan al
ma’lum , sedang pendapat kedua menggunakan redaksi kata al
ma’lum.
2. Pada pendapat pertama disebutkan pula padanan kata al ma’ruf yaitu
al mabni al fai’l, sedang pendapat kedua tidak menyebutka padanan
kata untuk kata al ma’lum.

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 5


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian fi’il mabni
ma’lum ialah kalimat yang subjeknya atau pelakunya disebutkan dalam
kalimat. Adapun susunan kalimat yang menggunakan fi’il mabni ma’lum
adalah:

‫فِعِل‬
‫فَاِِل‬
ُ‫الجملة‬ Predikat ‫َم ْفع ْولُبه‬
‫الفعلية‬ Subjek/
/ Kata Objek
Pelaku
kerja

Contoh:

‫ضربَ ب ْكرَ َعمْرً ا‬


Bakar telah memukul Amar
Maf’ul Fa’il Fi’il
(Objek) (Subjek) (Kata kerja)
‫َع ْم ًرا‬ َ‫ب ْكر‬ َ‫ضرب‬
Amar Bakar Memukul

Fi’il memiliki kesamaan dengan kata kerja aktif dalam bahasa


Indonesia. Ada dua jenis kata aktif yaitu aktif transitif dan aktif intransitive.

Dimana kata kerja aktif transitif (fi’il muta’adi)mengsyaratkan adanya


objek dalam kalimat agar kalimat tersebut memiliki makna yang sempurna.

Contoh:

‫ص ٌَر َز ْيدٌ َع ْم ًرا‬


َ ‫َن‬
Zaid telah menolong Amar
Maf’ul Fa’il Fi’il
(Objek) (Subjek) (Kata kerja)

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 6


‫َع ْم ًرا‬ َ‫زيْد‬ َ‫نصر‬
Amar Zaid Menolong

Sedang kata kerja intransitive (fi’il lazim) tidak menyaratka adanya


objek dalam kalimat, sebab telah memberi makna sempurna meski tanpa di
sertai objek.

Contoh:

َ‫قامَ زيْد‬
Zaid berdiri
Fa’il Fi’il
(Subjek) (Kata kerja)
َ‫زيْد‬ َ‫قام‬
Zaid Berdiri

Fi’il al Majhul

‫ص ْرف‬
َ ‫ تيسير ال‬:‫عبد القادر فيضى و عبد هللا الدارمى‬

َ ‫ّضنُالفَاِلُبَ ْعدَهُ َولَ ِك ْنُاقِي َْمُال َم ْفع ْولُبِ ِهُ َمِقَا َمه‬
• ُ‫ُويُ َس َّمى‬ َ ‫ال َم ْجهولُه َوُالفعلُالذِىُُلَ ْمُيذْك َْر‬
ْ ‫ُوُلَ ْمُيبَي‬
ُ‫ىُال َم ْفع ْول‬
َّ ِ‫اَيضاُال َم ْبن‬
• al majhul adalah kalimat fi'il (kata kerja) yang fa'ilnya (pelakunya)
tidak disebutkan sesudahnya. Namun fa'il (pelaku/subek) tersebut
digantikan dengan maf'ul bih (objek)

‫ َجا م ُع ال ُّد ُر ْوس العَ َربيَّ ْة‬: ‫الشيخ المصطفى الغال يينى‬

ُ ‫َالمُبَ ْلُكَانَُ َمحْذ ْوفاُ ِلغ ََر‬


• ‫ض‬ ُْ ‫َما لَ ُْم يذْك‬
ِ ‫َر فَا ِِلهُفِىُالك‬
• Kalimat yang subjeknya atau pelakunya tidak disebutkan sebab
dibuang karena tujuan tertentu

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 7


Kedua pendapat tersebut memiliki persamaan yang mana keduanya sama-
sama memberi pengertian dari tinjauan tidak disebutkannya fa’il dalam
kalimat.
Adapun perbedaan kedua pendapat tersebut ialah:
1. Pada pendapat pertama disebutkan adanya penggantian dari fa’il yang
tidak disebutkan. Sedang pada pendapat kedua tidak ada.
2. Pada pendapat kedua dipaparkan bahwa pembuangan fa’il disebabkan
oleh tujuan tertentu. Sedang pada pendapat pertama tidak dipaparkan
demikian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fi’il mabni majhul ialah


kalimat yang fa’ilnya dibuang yang posisinya digantikan oleh maf’ul bih. Fi’il
mabni majhul ini memiliki kesaman dengan kata kera pasif dalam bahasa
Indonesia. Adapun susunan kalimat yang didahului oleh fi’il mabni
majhuladalah:

‫فِ ِعل‬
‫نَائِبُالفَُا ِِل‬
‫الجملةُالفعلية‬ Predikat/
Subjek
Kata kerja

Contoh:

ٌ‫ب َع ْمر‬
ٌَ ‫ض ِر‬
ُ
Amar dipukul

Fa’il Fi’il
(Subjek) (Kata kerja)

َ‫عمْر‬ َ‫ضُرب‬
Amar Dipukul

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 8


CARA MEMBUAT
FI’IL MABNI
MAJHUL

‫فعل ماضي‬
}َ‫{ ضُمَ اول ُ َُه وَ ُكسرَ ما قبْلَ اآلخر‬
Dhammah huruf pertama dan kasrah huruf sebelum akhir
‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
َ‫ُنصر‬ َ‫نصر‬
Ditolong Menolong
‫فعل مضارع‬
}َ‫{ ضُمَ اول ُ َُه وَ فُتحَ ما قبْلَ اآلخر‬
Dhammah huruf pertama dan fathah huruf sebelum akhir
‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
َ‫ُي ْنص ُر‬ ُ ‫ي ْن‬
َ‫ص ُر‬
Ditolong Menolong
Diawali ‫تاء مطاوعة‬
}‫{ ضُمَ اول ُ َُه و ثانيه‬
Dhammah huruf pertama dan kedua
‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
َ‫ُت ُكسِّر‬ َ‫تكسر‬
Dipecah Memecah
Diawali ‫همزة وصل‬
}‫{ ضُمَ اول ُ َُه و ثالثه‬
Dhammah huruf pertama dan ketiga
‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
َ‫ا ُ ْن ُتصر‬ َ‫ا ْنتصر‬
Ditolong Menolong
‫ بناء اجواف‬cara memajhulkannya dapat dengan mengharakati fa’ fi’ilnya
dengan harakat dhommah atau kasrah.

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 9


‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
َ‫قُ ْولَ\ قيْل‬ َ‫قال‬
Dibicarakan Bebicara
‫ بناء اجواف‬yang apabila bertemu dhomir fa’ fi’ilnya berharakat dhommah
Maka, apabila di mabni majhulkan fa’ fi’ilnya diganti kasrah agar tidak
terjadi keserupaan dengan bentuk ma’lumnya.
‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
ُ ْ‫زر‬
َ‫ت‬ ُ ْ‫ُزر‬
َ‫ت‬
Aku dikunjungi Aku mengunjungi
‫ بناء اجواف‬yang apabila bertemu dhomir fa’ fi’ilnya berharakat kasrah Maka,
apabila di mabni majhulkan fa’ fi’ilnya diganti dhammah agar tidak terjadi
keserupaan dengan bentuk ma’lumnya.
‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
َ‫بُعْ ت‬ َ‫بعْ ت‬
Aku dijual Aku menjual
‫ بناء مضاعف‬cara memajhulkannya dapat dengan mengharakati fa’ fi’ilnya
dengan harakat dhommah atau kasrah.
‫فعل مبنى مجهول‬ ‫فعل مبنى معلوم‬
َ‫حُ بَ\حب‬ َ‫حب‬
Dicintai Mencintai

Contoh perubahan kalimat dari mabni ma’lum menjadi


mabni majhul

َ ٌُ ‫ص َُر زَ ْيد‬
‫ِ ْمرا‬ َ َ‫ن‬
Zaid menolong Amar. 1

ُ‫ِ ْم ٌر‬
َ ‫ص َُر‬
ِ ُ‫ن‬
Amar ditolong.

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 10


َّ ‫سحُ التِ ْل ِميْذُال‬
َ‫سب ْو َُر ُة‬ َ ‫يَ ْم‬
Seorang murid menghapus papan tulis 2

ُ‫سب ْو َُرة‬
َّ ‫سحُ ال‬
َ ‫تُ ْم‬
Papan tulis dihabus

َ‫حبَُّ األ ْستَاذُالتِ ْل ِم ْي ُذ‬


َُ
Guru mencintai murid 3

ُ‫حُبَُّ التِلميْذ‬
Murid dicintai

Analisis perubahan:

1. Contoh nomer satu merupakan jumlah fi’liyyah yang diawali oleh fi’il madhi
mabni ma’lum. Bila hendak mengubah fi’il tersebut menjadi fi’il mabni majhul
maka. Huruf pertama harus diharakati dengan dhammah dan huruf sebelum
akhir harus dikasrah. Kemudian fa’il dibuang dan maf’ul bih menempati
tempat fa’il tersebut menadi naibul fa’il. Sebagaimana fa’il, naibul fa’il harus
juga beri’rab rafa.

2. Contoh nomer dua merupakan jumlah fi’liyyah yang diawali oleh fi’il mudhari’
mabni ma’lum. Bila hendak mengubah fi’il tersebut menjadi fi’il mudhari’
majhul maka. Huruf pertama harus diharakati dengan dhammah dan huruf
sebelum akhir harus difathah. Kemudian fa’il dibuang dan maf’ul bih
menempati tempat fa’il tersebut menjadi naibul fa’il. Sebagaimana fa’il, naibul
fa’il harus juga beri’rab rafa. Pada contoh nomer dua huruf mudhara’ah yang
asalnya ya’ diganti dengan ta’ sebab naibul fa’il mu’annas.

3. Contoh nomer satu merupakan jumlah fi’liyyah yang diawali oleh fi’il madhi
mabni ma’lum yang berbentuk mudho’af . Bila hendak mengubah fi’il tersebut
menjadi fi’il mabni majhul maka. Huruf pertama boleh diganti dengan
dhammah atau kasrah. Dalam contoh tersebut huruf pertamanya diganti
dhammah. Kemudian fa’il dibuang dan maf’ul bih menempati tempat fa’il
tersebut menadi naibul fa’il. Sebagaimana fa’il, naibul fa’il harus juga beri’rab
rafa.

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 11


Referensi:

Al Faidhi, Abdullah Qadir dan


Abdullah Al Darimy. Taisir al
Sharfi: El Fath Press
Al Gholayain, Musthofa. Jami’ al
Durus al Arabiyyah: Al
Maktabah Al Taufiqiyah
Aljarimy, Ali dan Musthofa Amin.
An Nahwu al Wadhih: El Fath
Press
Muhammad, Jamaluddin. Syarah
Ibnu Aqil ala alfiyah: Al
Haromain

FI’IL SHOHIH, MU’TAL & MA’LUM MAJHUL 12

Anda mungkin juga menyukai