Capaian Pembelajaran
Mengidentifikasi takrif ilmu sharf (morfologi Arab) dan klasifikasi kata (kalimah)
dalam bahasa Arab.
Subcapaian Pembelajaran
1. Menemukenali takrif ilmu sharf (morfologi Arab)
2. Menemukenali objek kajian ilmu sharf
3. Menemukenali spesifikasi dan signifikansi ilmu sharf
4. Menemukenali tujuan dan manfaat pembelajaran sharf
URAIAN MATERI
1
7. صرفَالكالم, berarti: memperindah kalam/pembicaraan.
Dari makna leksikal tersebut, dapat dipahami bahwa kata “sharf” ( )صرفmemiliki arti
umum “perubahan” atau pergeseran dari suatu bentuk/keadaan ke bentuk/keadaan yang lain.
Muhammad Hamzah bin Sattar mengatakan,
ََ.َ(صرفَالكالمَعنَحقيقته)َأيَغيّرهَوبدّله:َالتحويلَوالتغييرَواالنتقالَمنَحالَإلىَحال؛َومنهَقولهم:الصرفَلغة
“Sharf” ()صرفْ secara bahasa ialah tahwîl (perubahan bentuk), taghyîr (perubahan pada
umumnya), dan intiqâl hâl ilâ hâl (perpindahan suatu kondisi ke kondisi yang lain). Dari sinilah
terdapat ungkapan Arab: ( صرف َالكالم َعن َحقيقتهsharafa al-kalâm ‘an haqîqatihî), maksudnya:
“mengubah dan mengganti ucapan/kalam dari yang sebenarnya.”
Dengan demikian, “ilmu sharf” diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang
perubahan/pergeseran bentuk atau keadaan kata bahasa Arab.
Syaikh Musthafa al-Ghalayaini, Penulis Jâmi‘al-Durûs Al-‘Arabiyyah, mendefinisikan
ilmu sharf sebagai berikut:
ُ ُ
َيبحث َعنَال َكل
َِمَمنَحيث َما َفهوَعل ٌم.فَبهاَصي ُغ َالكلماتَالعربيةَوأحوالُهاَالتيَليستَبإعرابَوالَبناء
ِ َ ُ الصرفَعل ٌم َبأصو ٍل َت
عر
.َِنعرفَماَيجبَأنَتكونَعليهَِبنيةَُالكلمةَقبلََانتظامهاَفيَالجملة
ِ ه َلهَمنَتصريفَوإعاللَوإدغامَوإبدالَوب ضُ عر
ِ َي
“Sharf ialah ilmu tentang kaidah-kaidah pokok untuk mengetahui bentuk-bentuk kata
berbahasa Arab (shiyagh al-kalimât al-‘arabiyyah) serta keadaan-keadaannya yang bukan
termasuk dalam kajian i‘râb dan binâ’. Sharf ialah ilmu yang membahas tentang kalim (kata-
kata) dari sisi perubahan yang muncul darinya seperti tashrîf, i‘lâl, idghâm, dan ibdâl. Dengan
ilmu ini, kita dapat mengetahui apa yang dipersyaratkan dalam bangunan kalimah sebelum ia
tersusun dalam jumlah (struktur/kalimat).”
Beberapa istilah yang terkait dengan definisi ilmu sharf di atas dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tashrîf ()تصريف, secara harfiah berarti perubahan bentuk (taghyîr). Dalam ilmu sharf,
tashrîf dipahami sebagai perubahan kontruksi kata (kalimah) bahasa Arab yang berkaitan
dengan harf-harf (konsonan morfem-akar) yang asli atau tambahan, shahîh (konsonan
murni) atau ‘illat (semi vokal: a, y/i, u/w), serta apakah konstruksi kata itu mengandung
i‘lâl (pembuangan, penggantian, dan penukaran posisi harf illat dengan harf shahîh) atau
ibdâl (penggantian/penukaran posisi harf shahîh dengan harf shahîh dan atau dengan harf
illat), dan sebagainya.
Menurut Syaikh Mushthafa al-Ghalayaini, istilah tashrîf memiliki dua makna, yaitu:
pertama, perubahan kalimah (akar kata) ke dalam berbagai bentuk kata baru yang
berbeda-beda dan menghasilkan aneka makna, seperti perubahan kata mashdar (infinitif)
ke bentuk fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, fi‘il amr, isim fâ‘il, isim maf‘ûl, dan seperti perubahan
bentuk nisbah dan tashghir. Makna kedua, ialah perubahan yang terjadi di dalam proses
2
pembentukan kata yang tidak menimbulkan perubahan makna, seperti ziyâdah
(penambahan harf atau sejenisnya), hadzf (pembuangan harf), ibdâl (penggantian harf),
qalb (penukaran posisi harf), dan idghâm (pemasukkan harf ke harf yang sejenis).
Secara lebih aplikatif, dalam khazanah pembelajaran ilmu sharf di Indonesia,
Muhammad Ma‘shum bin ‘Ali, penulis Al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah, memperkenalkan dua
model tashrîf, yaitu: pertama, tashrîf isthilâhî, yaitu: perubahan kata dasar (morfem-akar)
ke berbagai bentuk kalimah baru yang memiliki istilah/terminologis khusus, seperti fi‘il
mâdhi, fi‘il mudhâri‘, mashdar ghair mîmî, mashdar mîmî, isim fâ‘il, isim maf‘ûl, fi‘il amr,
fi‘il nahy, isim zamân, dan isim makân. Kata dasar dan kata-kata baru yang terbentuk
dalam pola tashrîf isthilâhî ini diurutkan secara mendatar dan di atasnya diletakkan wazn-
wazn (timbangan kata) yang menjadi acuan kata-kata di bawahnya. Model tashrîf isthilâhî
ini dapat dikatakan sebagai penjabaran makna tashrîf secara aplikatif yang telah
dikemukakan oleh Al-Ghalayaini di atas, yaitu perubahan suatu kata dasar (morfem-akar)
bahasa Arab ke dalam berbagai bentuk kata baru yang berbeda untuk menghasilkan
berbagai macam makna.
Istilah kedua yang dikemukakan oleh Muhammad Ma‘shum bin ‘Ali ialah tashrîf
lughawî, yaitu perubahan suatu kalimah secara bahasa yang disesuaikan dengan
keadaan subjek berupa dhamîr (pronomina persona). Acuan dalam tashrîf lughawî adalah
dhamîr-dhamîr yang diurutkan secara vertikal/menurun (dari atas ke bawah) dengan
klasifikasi dhamîr al-ghâ’ib, dhamîr al-mukhâthab, dan dhamîr al-mutakallim. Urutan
dhamîr tersebut ialah َهن,َهما,َهي,َهم,َهما,( هوhuwa, humâ, hum, hiya, humâ, hunna) untuk
dhamâ’ir al-ghâ’ib (kata ganti orang ketiga), lalu َأنتن,َأنتما,َِأنت,َأنتم,َأنتما, َ( أنتanta, antumâ,
antum, anti, antumâ, antunna) untuk dhamâ’ir al-mukhâthab (kata ganti orang kedua), lalu
( أناanâ) untuk dhamîr al-mutakallim wahdah (kata ganti orang pertama tunggal) dan , نحن
(nahnu) untuk dhamîr al-mutakallim ma‘al-ghair (kata ganti orang pertama jamak).
Dengan demikian, setiap kata yang ditasrifkan dengan pola tashrîf lughawî ini akan dibaca
dari atas ke bawah sesuai dengan urutan dhamîr tersebut. Muhammad Hamzah bin Sattar
dalam Tashrîf Binâ’ al-Af‘âl: Mawâzîn wa Amtsilah, (Kairo, Dar al-Fajr al-Islami, 2007),
mengikuti kedua model tasrif tersebut, yakni tashrîf isthilâhî dan tashrîf lughawî, tetapi
dengan penyempurnaan beberapa istilah terkait.
2. I‘lâl, yaitu pembuangan harf ‘illat (semi vokal), penggantiannya dengan harf shahîh atau
‘illat, dan penukaran posisinya dengan harf shahîh dan atau harf ‘illat.
3
3. Idghâm, yaitu pemasukkan satu harf (konsonan) pada harf sejenis dengan cara men-
sukûn-kan yang pertama lalu memasukkannya sehingga dilambangkan dengan satu harf
yang memiliki syiddah (_َّّ_).
4. Ibdâl, yaitu penggantian/penukaran posisi harf shahîh dengan harf shahîh dan atau
dengan harf ‘illat.
Selain definisi yang dikemukakan oleh al-Ghalayaini tersebut di atas, ada beberapa
defisini ilmu sharf yang cukup aplikatif sebagai berikut:
:الصرف اصطالحا
ٍ
مقصودة ٍ ِخمتلفة ل
معان ٍ أمثلة
ٍ احد إىلِ حَتويل األص ِل الو-1
ْ ُ
ِ
الكلمة اليت ليست ِِبعراب وال بناء ِ اعد تُعرف هبا أحو ُال
أبنية ِ -2
علم بقو ح حٌ
قبل تركيبِها ِ ِ ٍ
عرف هبا أحو ُال أبنية الكلم ح
علم أبصول تُ ح
ٌ -3
1. Perubahan akar kata (al-ashl al-wâhid, dasar yang tunggal) ke dalam berbagai bentuk kata
yang berbeda-beda untuk mengungkapkan aneka makna (maksud/tujuan).
2. Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dengan kaidah itu dapat diketahui keadaan
bangunan/kontruksi kalimah (kata) yang bukan termasuk bahasan i‘râb dan binâ’
(maksudnya, bukan perubahan [i‘râb] dan ketetapan [binâ’] yang terjadi pada bunyi akhir
kata sebagaimana yang dibahas di dalam ilmu nahwu).
3. Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan
bangunan/kontruksi kalim (kata-kata) sebelum disusun di dalam struktur/kalimat.
Contoh perubahan akar kata ke beberapa bentuk lainnya yang berbeda, sebagaimana
ditegaskan dalam definisi nomor 1 ialah perubahan mashdar (infinitif) ke bentuk fi‘il mâdhi
(kata kerja kala lampau), fi‘il mudhâri‘(kata kerja kala kini dan akan datang), dan fi‘il amr (kata
kerja perintah/imperatif), termasuk perubahan mashdar (infinitif) ke bentuk kata-kata benda
yang dibentuk darinya/yang menjadi turunannya (asmâ’ musytaqqât), yaitu isim fâ‘il (isim
pelaku, active participle), isim maf‘ûl (isim objek pekerjaan/passive participle), shifah
musyabbahah (adjektiva), dan sebagainya.
Perhatikan tabel perubahan akar kata berikut (dibaca dari kanan):
4
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, jelaslah bahwa ilmu sharf ialah ilmu
yang membahas tentang kaidah-kaidah perubahan pada kalimah mutasharrifah (kata yang
menerima perubahan), baik yang bersifat pembentukan kalimah baru dari akar kata yang
tunggal maupun perubahan di dalam kalimah yang disesuaikan dengan aneka dhamîr
(pronomina persona) di dalam bahasa Arab. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa ilmu
sharf secara khusus mengkaji perubahan kata-kata di dalam bahasa Arab sebelum digunakan
di dalam struktur/kalimat.
Tentang kalimah yang menjadi objek kajian ilmu sharf, al-Ghalayaini secara khusus
menyebutkan dua jenis kalimah (kata), yaitu: isim mutamakkin ( )االسمَالمتمكنatau isim mu‘rab
( )االسم َالمعربdan fi‘il mutasharrif ()الفعل َالمتصرف. Dua jenis kalimah inilah yang menjadi objek
kajian ilmu sharf karena keduanya menerima perubahan bentuk. Maksud perubahan bentuk
pada kalimah, menurut al-Ghalayaini, adalah perubahan dari akar kata tunggal ke dalam
berbagai bentuk kata baru yang memiliki aneka makna, seperti perubahan kata mashdar
(infinitif) ke bentuk fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, fi‘il amr, isim fâ‘il, dan isim maf‘ûl, dan perubahan
yang terjadi di dalam proses pembentukan kata yang tidak menimbulkan perubahan makna,
seperti ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), hadzf (pembuangan harf), ibdâl
(penggantian harf), qalb (penukaran posisi harf), dan idghâm (pemasukkan harf ke harf yang
sejenis). Lebih lanjut, al-Ghalayaini juga menandaskan bahwa persoalan yang berkaitan
dengan perubahan di dalam kata seperti tashrîf, i‘lâl, idghâm, dan ibdâl juga merupakan kajian
di dalam ilmu sharf.
Tentang objek kajian ilmu sharf, Muhammad Hamzah bin Sattar menyatakan:
وكذلك املسائل، األلفاظ العربية الفصحى من األفعال املتصرفة واألمساء املتمكنة:موضوع الصرف
إذا كان األول من املتجانسني متحركا والثاين ساكنا بسكون:الصرفية وما يتعلق هبا من أحكام؛ كقوهلم
َََ .ت؛ وحنو ذلك من مسائل الصرف ُ حنو حم حد ْد،أصلي امتنع اإلدغام
“Objek kajian ilmu sharf ialah: lafal-lafal (kata-kata) bahasa Arab Fusha yang terdiri atas
fi‘il-fi‘il mutasharrifah (kata kerja yang menerima perubahan) dan isim-isim mutamakkinah
5
(kata benda dan sifat yang dibentuk). Demikian pula persoalan-persoalan perubahan bentuk
kata dan kaidah-kaidah yang berkaitan dengannya, seperti kaidah tentang larangan idghâm
(memasukkan harf sejenis) dalam keadaan harf pertama ber-harakat/memiliki baris dan harf
kedua sejak awal ber-harakat sukûn (mati), seperti pada kata “madadtu” (َُ) َم َددْت. Juga,
beberapa persoalan perubahan bentuk kata lainnya.”
Dari penjelasan di atas, cakupan atau objek kajian ilmu sharf dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Al-hurûf al-ashliyyah, yaitu harf-harf asli atau konsonan-konsonan akar yang menjadi
elemen dasar konstruksi kalimah (kata, morfem-akar). Elemen dasar bangunan kalimah
bahasa Arab pada umumnya terdiri atas 3 (tiga) harf (konsonan).
2. Ashl al-kalimât/ashl al-musytaqqât, yaitu akar dari semua kalimah yang dibentuk atau yang
menjadi turunannya. Akar kata semua kalimah bahasa Arab menurut linguis Basrah adalah
mashdar (bentuk infinitif), sedangkan menurut linguis Kufah adalah fi‘il mâdhi (kata kerja
kala lampau).
3. al-Awzân, yaitu wazn-wazn (penimbang/acuan kata) yang menjadi patokan bagi semua
kalimah yang akan dibentuk atau yang menjadi turunannya. Acuan kata ini meliputi semua
wazn untuk kata fi‘il dan isim musytaq (yang dibentuk atau menjadi turunannya).
4. Shiyagh al-af‘âl al-mutasharrifah, yaitu semua bentuk fi‘il (kata kerja, verba) yang
mengalami perubahan, seperti fi‘il mâdhi (kata kerja kala lampau), fi‘il mudhâri‘(kata kerja
kala kini dan akan datang), dan fi‘il amr (kata kerja perintah/imperatif), dan fi‘il nahy (kata
kerja larangan).
5. Asmâ’ mutamakkinah, yaitu semua isim yang dibentuk atau diturunkan dari akar
kata/masdar (infinitif), seperti isim fâ‘il (isim pelaku, active participle), isim maf‘ûl (isim
bermakna objek/pasif, passive participle), shifah musyabbahah (kata sifat, adjektiva), dan
bentuk-bentuk isim lainnya yang menerima perubahan.
6
7. Mawâzîn wa amtsilah al-tashrîf, yaitu acuan-acuan dan contoh-contoh praktis tentang
perubahan kata dari akarnya dan proses pembentukannya. Acuan dan contoh proses
pembentukan dan perubahan kalimah yang sudah aplikatif disebut tasrif (tashrîf), yaitu:
tashrîf isthilâhî dan tashrîf lughawî. Tasrif isthilâhî ialah perubahan morfem-akar ke bentuk-
bentuk kalimah baru yang memiliki istilah/terminologis khusus sebagai acuannya.
Sedangkan, tasrif lughawî ialah perubahan kata yang disesuaikan dengan kondisi dhamîr
[pronomina persona] yang dikenal di dalam bahasa Arab.
8. al-Ma‘nâ al-sharfî, yaitu makna yang muncul dari setiap perubahan pada kalimah, seperti
ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), dan makna yang terjadi pada setiap
pembentukan kalimah baru dari akar kata yang tunggal, seperti makna dari fi‘il mâdhi, fi‘il
mudhâri‘, dan fi‘il amr, dan fi‘il nahy serta makna dari isim fâ‘il, isim maf‘ûl, shifah
musyabbahah (kata sifat, adjektiva), dan sebagainya.
Ringkasnya, ilmu sharf ialah ilmu yang mengkaji ketentuan perubahan bentuk kata
bahasa Arab (qawâ‘id sharfiyyah) atau secara khusus membahas asmâ’ mu‘rabah atau
mutamakkinah (isim-isim yang dapat berubah bentuk) dan af‘âl mutasharrifah (fi‘il-fi‘il yang
menerima perubahan) berikut makna-makna yang terkandung di dalamnya. Dengan catatan,
semua kalimah yang menjadi objek kajian ilmu sharf ini belum tersusun di dalam
jumlah/struktur kalimat. Dengan demikian, objek kajian ilmu sharf dapat diungkapkan sebagai
berikut:
الكلمات العربية من األمساء املعربة واألفعال املتصرفّة وما يتعلق هبا من معانيها الصرفية:موضوع الصرف
.وقواعد تصريفها أو َتويلها يف حال إفرادها قبل انتظامها يف اجلملة
Selanjutnya, meskipun kalimah harf (partikel) tidak menjadi topik utama ilmu sharf
karena bentuknya yang tetap atau tidak berubah, kalimah harf tetap disinggung dalam ilmu
sharf sebagai suplemen. Sebab, kalimah harf juga memiliki bentuk yang khusus dan berbeda
dengan kalimah isim dan kalimah fi‘il. Menjelaskan bentuk kalimah harf merupakan tugas ilmu
sharf, karena ilmu sharf secara khusus mengkaji bentuk-bentuk kalimah. Selain itu, dengan
mengetahui bentuk kalimah harf, pelajar bahasa Arab diharapkan lebih mantap dalam
menguasai perubahan bentuk kalimah dan tidak terkecoh dengan kalimah-kalimah yang tidak
mengalami perubahan bentuk.
7
kalimat dan perubahan-perubahan yang terjadi padanya, kaidah-kaidah yang mengatur
perubahan bentuk kalimah, serta makna yang timbul akibat perubahan tersebut. Akan tetapi,
perubahan yang dikaji dalam ilmu sharf terbatas pada perubahan yang bersifat pembentukan
kalimah yang lazim disebut dengan isytiqâq dan tashrîf, bukan perubahan bunyi akhir kalimah
yang telah tersusun di dalam jumlah yang lazim disebut i‘râb.
Dari paparan di atas, spesifikasi kajian ilmu sharf dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Ilmu sharf membahas semua kalimah berbahasa Arab yang dapat berubah (mutamakkinah)
atau menerima perubahan bentuk (mutasharrifah), seperti isim fâ‘il, isim maf‘ûl, dan shifah
musyabbahah yang diturunkan dari masdar (infinitif) serta fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘,fi‘il amr,
dan fi‘il nahy.
2. Ilmu sharf membahas perubahan kalimah dalam keadaannya yang tunggal (ifrâd) atau
belum tersusun di dalam jumlah atau struktur kalimat
3. Perubahan yang dibahas di dalam ilmu sharf terkait dengan pembentukan kalimah baru
atau turunan kata (musytaqqât), baik berupa asmâ’ mu‘rabah/mutamakkinah (isim-isim
yang dapat berubah bentuknya) maupun af‘âl mutasharrifah (fi‘il-fi‘il yang menerima
perubahan)
4. Karena membahas pembentukan kalimah baru atau turunan kata (musytaqqât), ilmu sharf
secara khusus mengkaji perubahan al-hurûf al-ashliyyah, yaitu harf-harf asli atau konsonan
akar yang menjadi elemen dasar konstruksi kalimah (kata, morfem-akar), yang kebanyakan
terdiri atas 3 (tiga) harf asli. Apabila konsonan akar berupa harf illat (semi vokal: ا/a, ي/y,
و/w), sama jenisnya, atau berdekatan jenisnya, maka akan terjadi perubahan konsonan
akar berupa i‘lâl, ibdâl, dan idghâm.
5. Ilmu sharf juga membahas ashl al-musytaqqât, yaitu akar semua kalimah yang dibentuk
atau diturunkan serta mengkaji wazn-wazn (penimbang/acuan kata) yang menjadi patokan
bagi semua kalimah yang dibentuk atau menjadi turunannya.
6. Meskipun ilmu sharf lebih banyak membahas kalimah bahasa Arab, makna-makna yang
muncul dari setiap perubahan bentuk kalimah juga menjadi spesifikasi kajian ilmu sharf.
Artinya, ilmu sharf juga mengkaji makna dari kata-kata yang berubah itu.
Adapun ilmu nahwu mengkaji kondisi akhir setiap kalimah yang telah tersusun di dalam
jumlah atau struktur kalimat. Secara lebih spesifik, ilmu nahwu didefinisikan sebagai berikut:
8
وهو يبحث عن الكلمات يف. علم يبحث عن أحوال أواخر الكلمات العربية من حيث اإلعراب و البناء:النحو
.حال تركيبها أو بعد انتظامها يف اجلملة
“Nahwu ialah ilmu yang mengkaji kondisi akhir kalimah berbahasa Arab dari perspektif i‘râb
dan binâ’. Ilmu nahwu membahas kalimah (kata-kata) pada saat atau setelah ia tersusun di
dalam jumlah atau struktur kalimat.”
Maksud i‘râb ialah perubahan yang terjadi pada akhir kalimah (umumnya pada harakat
a, i, dan u atau sejenisnya) karena perubahan jabatan/kedudukan kata di dalam jumlah
(kalimat) atau karena perbedaan ‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) pada perubahan jebatan
tersebut. Sedangkan, binâ’ adalah kebalikan dari i‘râb, yaitu kondisi tetap (mabnî) pada
harakat akhir kata di dalam kalimat (jumlah), meskipun jabatannya dalam kalimat itu berubah,
atau meskipun ada ‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) pada perubahan kata tersebut.
Persoalan i‘râb dan binâ’ tidak dibahas di dalam ilmu sharf karena termasuk dalam kajian ilmu
nahwu. Begitu pula persoalan ‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) terhadap posisi atau
kedudukan kata di dalam kalimat.
Tentang spesifikasi ilmu sharf dan ilmu nahwu, sebuah ungkapan bahasa Arab
mengatakan:
“Ilmu sharf adalah (bagaikan) induk/ibu dari semua ilmu (bahasa Arab), sedangkan ilmu nahwu
adalah (bagaikan) ayah dari semua ilmu (bahasa Arab)”.
Ungkapan Arab tersebut dapat dipahami dengan meninjau dua aspek, yaitu aspek
materi yang dikaji dalam dua ilmu tersebut dan aspek peranan keduanya di dalam mengkaji
kalimah berbahasa Arab. Ditinjau dari aspek materi, ilmu sharf secara khusus membahas
materi-materi perubahan kalimah yang berada di dalam konstruksi kata yang bersifat internal,
sedangkan spesifikasi ilmu nahwu yang membahas domain perubahan akhir kalimah
berbahasa Arab yang berada di luar konstruksi kata atau bersifat ekternal, yaitu di dalam
struktur kalimat. Sedangkan ditinjau dari aspek peranannya, ilmu sharf lebih memperhatikan
perubahan-perubahan dalam pembentukan kata (kalimah) dan konstruksinya yang
merupakan domain internal kata, sedangkan ilmu nahwu tidak memperhatikan bangunan kata
secara mandiri tetapi meninjau perubahan akhir kata yang terkait dengan struktur kalimat.
Pada aspek materi dan peranannya ini, terdapat perbedaan yang siginifikan antara ilmu
sharf dan ilmu nahwu. Ilmu sharf mengurusi wilayah internal kalimah berbahasa Arab,
9
sedangkan ilmu nahwu mengurusi wilayah eksternal kalimah berbahasa Arab. Persoalan yang
dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu sharf seperti peran ibu di dalam rumah tangga
pada umumnya, yaitu melahirkan anak-anak dan mengurus semua keperluan internal rumah
tangga/keluarga, sedangkan persoalan yang dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu
nahwu bagaikan peran ayah di luar rumah, yaitu mengurus persoalan ekternal rumah tangga
serta hubungan sosial lainnya. “Anak-anak” yang dilahirkan dari ilmu sharf diumpamakan
kalimah-kalimah yang dibentuk dari akar kata yang tunggal, atau dari induk “sharf”. Ketika
“anak-anak” atau kalimah-kalimah berbahasa Arab itu telah tersusun di dalam struktur kalimat,
maka ilmu nahwu berperan untuk mengatur bagaimana interaksi itu berjalan dengan baik dan
benar. Aturan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada akhir kalimah dalam struktur
kalimah disebut dengan kaidah-kaidah nahwu (qawâ‘id nahwiyyah).
Para ahli bahasa, utamanya ilmu sharf, berbeda pendapat tentang siapa yang pertama
kali meletakkan dasar-dasar ilmu sharf atau siapa yang membidani lahirnya ilmu sharf.
Pendapat yang paling kuat menyatakan bahwa perintis ilmu sharf ialah Mu‘adz bin Muslim al-
Harra’, seorang ulama Kufah yang meninggal di Kufah pada tahun 187 H. Akan tetapi,
10
pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Sebab, Al-Kitâb karya Sibawaih sarat dengan
persoalan-persoalan perubahan kata atau ilmu sharf. Hanya saja, apa yang dikaji oleh Mu‘adz
bin Muslim pada saat itu terfokus pada persoalan-persoalan pembentukan dan perubahan
kata dengan menampilkan latihan-latihan (tamârîn). Para pakar ilmu nahwu dan sharf menilai
latihan-latihan itu sebagai tashrîf atau cikal bakal ilmu sharf.
Adapun alasan utama yang melatarbelakangi lahirnya ilmu sharf (juga ilmu nahwu) ialah
menjaga kebenaran bahasa Al-Quran dari kesalahan dalam membaca, menulis, dan
memahaminya. Sebagaimana diketahui, sejak awal abad ke-2 Hijriah, Islam telah menjangkau
wilayah-wilayah non-Arab seperti Persia dan Rowami. Interaksi bahasa Arab dan budaya
Islam dengan bahasa dan budaya asing telah mendorong para pelajar non-Arab untuk
mempelajari bahasa Arab dan budaya Islam, khususnya dari Al-Quran. Akan tetapi, interaksi
itu telah menimbulkan ekses negatif berupa kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab
fusha. Dan, ilmu sharf, di antaranya, telah berperan dalam membenarkan kesalahan-
kesalahan berbahasa, khususnya dalam menggunakan aneka kalimah sesuai dengan
maksudnya.
Di sisi lain, sebenarnya para ulama Islam menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu
pengetahuan kebahasaaraban sehingga mereka telah melahirkan berbagai karya ilmu bahasa
dan sastra Arab, seperti sharf ()الصرف, i‘rab/nahwu ()اإلعرابَأوَالنحو, bayan ()البيان, ma‘ani ()المعاني,
badi‘ ()البديع, arudh ()العروض, qawafi ()القوافي, puisi/syair ()قرضَالشعر, imla’ ()اإلمالء, insya’ ()اإلنشاء,
pidato ()الخطابة, sejarah sastra ()تاريخ َاألدب, dan kajian teks bahasa ()متن َاللغة. Lahirnya karya-
karya ulama ini pada awalnya semata untuk menjaga Al-Quran dan bahasa Arab fusha dari
kesalahan dalam membaca, menuliskan, dan memahaminya.
Menurut Mushthafa al-Ghalayaini, munculnya ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terlepas dari
kekhawatiran bangsa Arab terhadap lenyapnya bahasa mereka ketika berinteraksi dengan
bahasa-bahasa asing. Kekhawatiran ini mendorong bangsa Arab untuk menuliskan bahasa
11
mereka dan meletakkan dasar-dasar pengetahuan kebahasaaraban ke dalam kamus-kamus
bahasa. Dasar-dasar pengetahuan inilah yang kemudian dikenal dengan “al-‘ulûm al-
‘arabiyyah” atau ilmu-ilmu kebahasaaraban.
"احلفاظ على حقائق لفظ وكتابة املفردات اللغوية؛ واليت مبعرفتها على أسس صحيحة نتوصل إىل فهم الشريعة
َ".وشؤوهنا املختلفة
“Menjaga realitas-realitas bunyi bahasa dan penulisan kosakatanya; yang dengan mengetahui
kosakata bahasa sesuai kaidah yang benar, kita akan sampai pada pemahaman tentang
ajaran Islam dan berbagai persoalan yang terkait dengannya.”
Secara lebih konkret dan aplikatif, tujuan pembelajaran ilmu sharf ialah untuk menjaga
kesalahan berbahasa Arab secara lisan dan tulisan, khususnya dalam menggunakan berbagai
jenis kalimah yang berbeda, serta untuk lebih memantapkan pengetahuan tentang konstruksi
kalimah bahasa Arab berupa konsonan (harf) yang asli atau tambahan (ziyâdah). Tujuan ini
dapat diungkapkan sebagai berikut:
واملساعدة على معرفة احلروف األصلية و الزائدة وما،"حفظ اللسان والقلم عن اخلطأ يف ضبط الكلمات العربية
".يعرتيها من تغيري وتصريف
“Menjaga lisan (bunyi bahasa) dan pena (penulisan bahasa) dari kesalahan dalam
menetapkan kalimah-kalimah berbahasa Arab dan membantu untuk mengetahui harf-harf
(konsonan pembentuk kata, morfem akar) yang asli dan tambahan serta hal-hal yang terkait
dengannya berupa perubahan keadaan (taghyîr) dan perubahan morfologis kosakata
(tashrîf).”
Adapun manfaat, profit, atau keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran ilmu sharf
ialah:
معرفة أبنية وأصول الكلمات العربية لصون اللسان عن الوقوع يف اخلطأ مع مراعاة نظام الكتابة
12
“Mengetahui berbagai konstruksi kalimah berbahasa Arab serta akar katanya untuk menjaga
lidah (penggunaan bahasa) dari kesalahan disertai upaya memperhatikan aturan penulisan
kosakata bahasa.”
Dari tujuan dan mafaat di atas, dapat dipahami bahwa signifikansi atau arti penting ilmu
sharf dalam tata bahasa Arab ialah adanya acuan-acuan yang benar dalam pembentukan dan
perubahan kalimah berbahasa Arab sehingga para pengguna (pelajar) bahasa Arab terhindar
dari kesalahan berbahasa, khususnya dalam mengucapkan aneka bentuk kalimah/kosakata
bahasa Arab, membacanya, dan atau menuliskannya. Acuan-acuan pembentukan dan
perubahan kalimah bahasa Arab pada awalnya ditulis dalam bentuk kaidah yang dijelaskan
secara naratif dengan mengemukakan contoh-contoh yang sesuai dengan kaidah. Akan
tetapi, seiring dengan perkembangan kepenulisan, acuan-acuan ini dapat dipaparkan secara
sistematis dan aplikatif, misalnya dalam bentuk tasrif ishthilâhî dan lughawî.
Selanjutnya, signifikansi ilmu sharf dapat dipahami dari fakta bahwa bahasa merupakan
bunyi-bunyi yang diungkapkan oleh setiap komunitas untuk menyatakan apa yang
dikehendakinya (َقوم َعن َمقاصدهم ُ )اللغةُ َألفاظٌ َي. Maksud “bunyi bahasa” adalah rangkaian
ٍ ُعبر َبها َكل
kosakata/kalimah yang dapat diujarkan, diungkapkan, dan disalin dalam bentuk teks. Karena
bahasa terdiri dari ujaran atau teks kosakata/kalimah, maka ilmu yang mempelajari tentang
bentuk kalimah harus dikuasai, sebelum atau secara bersamaan dengan ilmu bahasa yang
lain. Mempelajari ilmu sharf menjadi signifikan karena ia merupakan pengetahuan tentang
elemen dasar bahasa Arab.
Di sisi lain, menjaga kesalahan berbahasa dalam menggunakan berbagai jenis kalimah
yang berbeda-beda bentuknya dan beraneka agam maknanya tidak mungkin dilakukan oleh
13
pelajar/pengguna bahasa Arab yang tidak/belum mengetahui konstruksi kalimah berbahasa
Arab, akar katanya, wazan yang menjadi acuan, dan kata-kata yang terbentuk atau diturunkan
dari akar kata tersebut. Oleh karena itu, rasanya mustahil bila seseorang dapat mahir
berbahasa Arab secara lisan dan tulisan, apabila ia tidak menguasai ilmu sharf. Sebab,
menguasai ilmu sharf dan nahwu merupakan syarat mutlak bagi seseorang untuk dapat
menguasi bahasa Arab dengan baik, secara lisan dan tulisan. Betapa penting dan signifikan
ilmu sharf dalam bahasa Arab, hingga dikatakan bahwa induk ilmu pengetahuan bahasa Arab
adalah penguasaan ilmu sharf (al-sharf umm al-‘ulûm).
Perhatikan juga perbedaan teks kalimah dan makna jumlah di bawah ini:
الجملة
ََ أ َ ْخ َر
جَالرجلَالكلب جَالرجل
ََ خ ََر
Lai-laki itu mengusir anjing Laki-laki itu keluar
بَزيدَعمرا
ََ ار
َ ضَ بَزيدَعمرا
ََ ض َر
َ
Zaid dan Amr saling memukul Zaid memukul Amr
غلَّقتََُالباب أغل ْقتََُالباب
Saya menutup pintu berkali-kali Saya menutup pintu
وج َدناَالمعلم وجدْناَالمعلم
Kami ditemukan oleh guru Kami menemukan guru itu
14
Pada dua tabel di atas, dapat diketahui bahwa perubahan bunyi kalimah dan perbedaan
bentuk kalimah sangat mempengaruhi arti ungkapan berbahasa Arab. Perbedaan bentuk
kalimah dapat diketahui dari ilmu sharf. Kesalahan membaca dan menulis bentuk kalimah
dapat mengakibatkan kesalahan dalam pemahaman struktur kalimat. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa signifikansi ilmu sharf ialah menjaga terjadinya kesalahan membaca dan
menulis aneka bentuk kalimah, serta membantu seseorang dalam memahami struktur kalimat
berdasarkan komponen kosakata yang tersusun di dalam struktur tersebut.
15
KEGIATAN BELAJAR 2:
KLASIFIKASI KATA DALAM BAHASA ARAB
Capaian Pembelajaran
Mampu mengidentifikasi berbagai bentuk kata dalam bahasa Arab berdasarkan ciri-cirinya.
Subcapaian Pembelajaran
Mengidentifikasi kata isim, kata fi’il, dan kata harf secara tepat sesuai dengan ciri-cirinya.
PETA KONSEP
1
Perhatikan bagan berikut!
الكلمة
العربية
أقسامه أقسامه
المعاني حروف
Partikel Klasifikasi Klasifikasi
Semantis
أحواله أحواله
المباني حروف
Pertikel Statis
التصريف تركيبه
Konjugasi Struktur Nomina
2
Uraian Materi
A. Definisi Kalimah
Menurut Muhammad bin ‘Abdillah Ibnu Malik di dalam Nazhm al-Alfiyyah, kata “kalimah”
( )كلمةberbentuk mufrad (tunggal, satuan) dan berasal dari isim jenis “kalim” ()كِلم. Ibnu ‘Aqil al-
Hamadzani, seorang pensyarah Nazhm al-Alfiyyah terkemuka, menegaskan bahwa “kalimah”
itu bermakna tunggal, sedangkan “kalim” menunjukkan makna tidak tunggal atau lebih dari
dua. Ibnu ‘Aqil mengatakan:
. هي اللفظ الموضوع لمعنى مفرد: والكلمة،".... "إن قام زيد: كقولك، ما تركب من ثالث كلمات فأكثر:الكلم
Artinya: “Kalim” ( )كِلمialah susunan kalimat yang terdiri atas tiga kalimah atau lebih, seperti
ucapan: “،إن قام زيد...” (Jika Zaid berdiri…), sedangkan “kalimah” ( )كلمةialah lafazh (ujaran) yang
sengaja diucapkan untuk makna yang tunggal (mufrad).
Akan tetapi, “kalimah” kadang juga digunakan untuk makna “kalâm”, yaitu lafazh yang
tersusun dan mengandung pengertian sempurna, seperti ucapan ( كلمة اإلخالصkalimah al-
ikhlash) dan ( كلمة التوحيدkalimah al-tauhîd), yaitu ( ال إله إال هللاlâ ilâha illallâh: tiada tuhan selain
Allah). Juga, seperti sabda Nabi Saw.:
: يريد قصيدة لبيد بن ربيعة العامري التي أولها.""أفضل كلمة قالها شاعر كلمة لبيد
وكل نعيم ال محالة زائل/ أال كل شئ ما خال هللا باطل
Artinya: “Sebai-baik kalimah yang diucapkan oleh penyair adalah kalimah Lubaid”.
Maksudnya, senandung syair dari Lubaid bin Rabi‘ah al-‘Amiri yang dimulai dengan: “Ingatlah,
segala sesuatu yang bukan karena Allah itu batil (rusak), dan setiap kesenangan itu pasti akan
sirna.”
Kalimah (kata), sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu ‘Aqil dan para ahli tata bahasa Arab,
adalah unsur pembentuk kalimat yang lazim disebut kalâm, atau dalam istilah lain adalah
“jumlah”. Menurut Ibnu Malik, kalâm ialah ujaran (lafzh) yang memberikan makna kepada
lawan bicara, seperti kata “( ”اِستَقِمistaqim): “bersikap luruslah” atau “tetaplah dalam kebaikan”,
meskipun ujaran “ ”اِستَقِمitu tidak tersusun dari dua kata atau lebih. Sedangkan “kalim” ialah
susunan tiga kalimah atau lebih, meskipun tidak memberikan makna kepada lawan bicara,
seperti ucapan: “،إن قام زيد...” (Apabila Zaid berdiri…) yang belum sempurna.
Dalam al-Mu‘jam al-Wasîth, dikatakan:
(الكلمة والكلمة) اللفظة الواحدة و (عند النحاة) اللفظة الدالة على معىن مفرد ابلوضع سواء أكانت حرفا واحدا
حكمه: وكلمة هللا. اجلملة أو العبارة التامة املعىن كما يف قوهلم "ال إله إال هللا" كلمة التوحيد- و.كالم اجلر أم أكثر
3
الكالم- و (كذلك حقت كلمة ربك على الذين فسقوا)؛ و،) ويف التنـزيل العزيز (وكلم ة هللا هي العليا.أو إرادته
. أو رسالة، أو مقالة، أو خطبة، قصيدة،املؤلف املطول
“Kalimah” dan “Kilmah”: ujaran/lafazh yang tunggal; menurut ahli nahwu (tata bahasa): lafazh
tunggal yang menunjukkan makna satuan dengan cara disengaja, baik ia berupa satu harf
(partikel), seperti lâm al-jarr (lam yang menyebabkan isim setelahnya dibaca jarr) maupun
lebih dari satu kalimah. “Kalimah” berarti: kalimat atau ungkapan yang sempurna maknanya,
seperti ucapan orang Arab: “Lâ ilâha illallâh ialah kalimah tauhid.” Kalimah Allah: hukum-Nya
dan kehendak-Nya. Di dalam Al-Quran dikatakan, “Kalimah (hukum dan kehendak) Allah itulah
yang tinggi.” Dan, “Demikianlah hukum Tuhanmu itu tetap bagi orang-orang yang fasik.”
“Kalimah” berarti juga: ucapan yang tersusun panjang; kasidah/kumpulan puisi; khutbah;
makalah; atau surat.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa makna leksikal “kalimah” ialah ujaran
bahasa yang tunggal. Secara umum, maksud ujaran bahasa yang tunggal adalah kata,
sehingga dapat dikatakan bahwa arti kalimah adalah kata. Sedangkan penggunaan “kalimah”
memiliki maksud yang berbeda-beda, di antaranya: kalimat, hukum, ucapan yang tersusun
panjang, kasidah/kumpulan puisi, khutbah, makalah, atau surat. Selain itu, di dalam bahasa
Arab kontemporer, dijumpai variasi penggunaan yang lain, seperti:
1. أعطى له الكلمة: saya memberinya kesempatan bicara,
2. اجتمعت كلمتهم على كذا: mereka bersepakat kata tentang masalah ini,
3. الكلمات األخيرة: kata-kata atau pesan terakhir sebelum wafat,
4. الكلمة األخيرة: keputusan terakhir,
5. الكلمة العليا: kekuasaan, pendapat, keputusan,
6. الكلمة المفتاحية: kata kunci,
7. ما نفذت كلمات هللا: tidak akan habis ilmu-ilmu Allah, dan lain sebagainya
Adapun menurut ahli nahwu (tata bahasa Arab), kalimah (kata) ialah sebuah ujaran
(bunyi bahasa) yang membentuk kalâm atau jumlah. Joseph Ilyas dan George Nasief di dalam
al-Wajîz fi al-Sharf wa al-Nahw wa al-I‘râb mengatakan:
4
linguistik umum, kata ialah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat diujarkan sabagai bentuk
yang bebas dan mengandung makna; atau satuan (unsur) bahasa yang berupa morfem bebas
dan mengandung makna.
Dalam definisi lain diungkapkan:
. وحرف، وفعل، وهي ثالثة أقسام اسم.ٍمعنى مفرد
ً الكلمة لفظ يدُّل على
“Kalimah ialah lafzh (ujaran, kata) yang menunjukkan makna tunggal. Kalimah dibagi
tiga, yaitu: isim, fi‘il, dan harf
B. Klasifikasi Kalimah
Dalam bahasa Arab, kalimah (kata) dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu isim, fi’il, dan harf.
Sedangkan dalam linguistik umum, dikenal beberapa label kelas kata, yaitu: nomina (n), verba
(v), adjektiva (a), adverbial (adv), numeralia (num), partikel (p), pronominal (pron).
Berikut ini diurakan takrif kalimah isim, fi‘il, dan harf.
1. Isim (kata benda atau sejenisnya)
Di dalam Syarh Matn al-Âjurûmiyyah, isim ditakrifkan sebagai berikut:
.االسم هو كلمة دلت على معنى في نفسها ولم تقترن بزمن وضعا ً كزيد وأنا وهذا
Isim ialah kalimah (kata) yang menunjukkan arti pada dirinya dan situasinya tidak disertai
dengan kala/waktu, seperti kata ( زيدZaid; nama orang), ( أناsaya; kata ganti orang pertama),
dan ( هذاini; kata tunjuk).
Atau dapat diungkapkan:
كلمة دلت على معنى في نفسها ولم تقترن بأحد األزمنة الثالثة
“Kalimah yang menunjukkan makna pada dirinya dan tidak disertai dengan kala/waktu yang
tiga (mâdhî/lalu, mudhârî/sekarang, dan mustaqbal/nanti).”
Dalam definisi lain diungkapkan:
أن يَصح اإلخبار عنه: وعالمته.ودار وحنط ٍة وماء
ٍ صفور
ٍ فر ٍس وع َ قتر ٍن بزمان كخالد َو
ِ معنى في نفسه غير م
ً ما د َّل على: االسم
حرف النداء كيا أيُّها
َ أو ،س كفر
َ ،التنوين أو ،كالرجل ""أل ل
َ بيق أو ،""كتبوا من والواو "اب
َ "كت من واأللف ،" كالتاء من "كتبت
.الجر كاعتمد على من تثِق به
ِ حرف
َ أو،الناس
“Isim ialah kata yang menunjukkan makna pada dirinya yang tidak disertai dengan
kala/waktu, seperti kata: “( خالدkhâlid; nama orang), ( فرسfaras; kuda), ‘( عصفورushfûr;
burung), ( حنطةhinthah; gandum), dan ( ماءmâ’; air). Ciri-ciri isim ialah: dapat digantikan oleh
lafazh yang berfungsi untuk memberitahukan, seperti dhamîr تpada kata: ( كَ ََ ت َبتkatabtu:
saya telah menulis), dhamîr “ ”اpada kata ( كَ ََ ت َ َباkatabâ: dua orang telah menulis), dan
dhamîr “ ”وpada kata ( كَ ََ ت َبواkatabû: mereka [3 orang atau lebih] telah menulis), menerima
“ ”الdi awal, seperti kata ( الرجلlaki-laki itu), menerima tanwin ( )ـًــٍــdi akhir, seperti kata فَ َرس,
menerima harf (partikel) sapaan “ ”ياseperti pada kata: ( أيها الناس يَاhai manusia!), atau harf
5
al-jarr (partikel yang men-jarr-kan isim), seperti kalimat: علَى
َ ( َمن تثِق به اِعتَمِ دberpeganglah
kepada orang yang kamu percayai!)”
● kampus
(semuanya didahului ال
untuk arti khusus)
خَالِد التنوين "ًـٍـ" في آخره 3
● Khalid
َبيت
● rumah فَ َرس
● kuda
(semuanya diakhir
tanwin)
يا محمد قبول "يا" حرف النداء 4
● Hai Muhammad
يا فاطمة
● Hai Fatimah يا رحمن
● Wahai Yang Maha
يا غفور
Pemurah
● Duhai Yang Maha
Pengampun
(semuanya didahului
partikel sapa ‘)’يا
من الجامعة : مثل،قبول حرف الجر 5
● Dari kampus
إلى المسج ِد .عنَ ، إلى،مِ ن
● Ke mesjid علَى َمن تثِق بهَ اِعتَمِ د
● Berpeganglah pada
orang yang kamu
percayai
Kalimah isim secara umum menunjukkan arti benda (nomina) atau yang menurut ahli
bahasa Arab dianggap “sejenis” dengan arti benda, seperti kata pelaku (isim fâ‘il), kata
objek (isim maf‘ûl), dan kata sifat (shifah musyabbahah, isim tafdhîl, dan shîghah
mubâlaghah). Juga, seperti isim ma‘nâ atau mashdar yang artinya hanya dapat dicerap
6
oleh akal dan tidak memiliki wujud benda/fisik. Tentang isim ma‘nâ atau mashdar akan
dijelaskan pada bab ketiga yang mengulas tentang isim jâmid, yaitu kalimah yang statis,
sangat sedikit perubahannya, dan tidak memiliki akar, dan isim musytaqq, yaitu kalimah
yang berkembang, mengalami beberapa perubahan bentuk, memiliki akar kata, dan
dibentuk dari satu kata akar.
2. Fi‘il (kata kerja, verba)
Fi‘il, di dalam Matn al-Âjurûmiyyah, ditakrifkan sebagai berikut:
:الفعل هو كلمة دلت على معنى في نفسها واقترنت بزمن وضعاً؛ فإن دلت تلك الكلمة على زمن ماض فهي الفعل الماضي نحو
وإن دلت على طلب شىء في المستقبل فهي فعل، يقوم: وإن دلت على زمن يحتمل الحال واالستقبال فهي الفعل المضارع نحو،قام
. األمر نحو قم
“Fi‘il ialah kalimah (kata) yang menunjukkan arti pada dirinya dan situasinya disertai dengan
kala/waktu. Apabila kalimah itu menunjukkan kala yang telah lalu, ia disebut dengan fi‘il
mâdhi ()فعل ماض, seperti kata: ;قـامapabila kalimah itu menunjukkan kala sekarang/kini atau
akan datang/nanti, ia disebut dengan fi‘il mudhâri‘ ()فعل مضارع, seperti kata: يقـوم, dan
apabila kalimah itu menunjukkan permintaan sesuatu pada kala yang akan datang, ia
disebut fi‘il amr ()فعل األمر, seperti kata: قــم.”
Dari takrif di atas, diketahui bahwa kalimah fi‘il ialah kata yang menunjukkan arti pada
dirinya. Secara umum, arti yang ditunjukkan kalimah fi‘il ialah perbuatan atau kejadian.
Karena itu, kata ini disebut dengan ( فِعلfi‘l[un]) yang artinya perbuatan, pekerjaan, atau
kejadian. Selanjutnya, apabila ditinjau dari kala/waktu yang menyertai situasinya, kalimah
fi‘il dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: fi‘il mâdhi ()فعل ماض, fi‘il mudhâri‘ ()فعل مضارع, dan fi‘il amr
َ َق.
()فعل األمر, seperti kata-kata: قــم- ام – يَقوم
Takrif yang lebih sederhana dapat diungkapkan sebagai berikut:
.وجئ
ِ بزمان كجا َء و َيجيء
ٍ قترن
ِ معنى فى نَفسه م
ً ما دل على
“Fi‘il ialah kata yang menunjukkan arti pada dirinya yang disertai dengan kala/waktu,
seperta kata: ِجئ، َي ِجيء، َجا َء.”
Tentang ciri-ciri fi‘il diungkapkan sebagai berikut:
قد، قد قا َم: ومثاله."ِ أو "نون التوكيد،""ضمير الفاعل
َ أو،ث الساكنةِ أو "تا َء التأني،"وعالمته أن يقب َل "قَد" أو "السينَ " أو "سوف
. اكتبَن، اكتبن، لِيكت َبن، يكتبَن،ِ قمت، َ قمت، قامت، سوف نذهب، ستذهب،يقوم
“Ciri-ciri fi‘il ialah dapat menerima سوف,س َ ,( قَدdi awal), ( تdi akhir), dhamîr al-fc‘il (kata ganti
untuk pelaku), atau ن/( َّنnûn taukîd) di akhir kata. Contohnya ialah: قد قام, قد يقوم, سـتذهب, سوف
نذهب, قامت, َقمت, َقمت, ََيكتبن, ََليكتبن, ََاكتبن, َاكتبن.
7
● Orang-orang Mukmin
benar2 telah menang
● Ahmad akan membaca سـيقرأ أحمد "س" في أوله
َ دخول 2
سـتذهب فاطمة
● Fathimah akan pergi سـيقول السفهاء
● Orang-orang bodoh
akan berkata
● Nanti kita akan pergi سوف نذهب ف" في أوله
َ سو
َ " دخول 3
سوف تعلمون
● Kelak kamu semua
akan mengetahui
● A’isyah telah kembali َر َجعَـت عائشة قبول "ت" (التأنيث) في 4
إذا السماء انشَقـت أخره
● Ketika langit terbelah
قالـت نَملَة
● Seekor semut
berkata…
● Jika kamu telah selesai صب َ إذا فرغـتَ فان- " ت،ِ ت، َقبول ضمير "ت 5
(dari satu urusan), ت شَيئًا فَ ِريًّا
ِ لقد ِجئـ- الفاعل في أخره
tetaplah bekerja keras لَقَد َخلَقـتكَ مِن قَبل َولم ت َك-
َ
(untuk urusan lain) شَيئًا
● Sungguh, engkau telah
membawa sesuatu
yang sangat mungkar
● Sungguh, engkau telah
Aku ciptakan sebelum
itu, padahal kamu
belum berwujud sama
sekali
● Pasti akan kuhukum ia َ عذَابًا
شدِيدًا َ ع ِذ َبنَّه
َ ََ أل " ن،قبول نون التوكيد "ن 6
dengan hukuman yang ًسالَة
َ اكَتبَن ِر في أخره
berat
● Tulislah dengan
sungguh-sungguh
sebuah surat
، والحرف ال يدخل في تأليف الكالم إال إذا كان له معنى كهل ولم.الحرف هو كلمة دلت على معنى في غيرها نحو إلى وهل ولم
زاي زيد: ال يدخل في تركيب الكالم كحروف المباني نحو، فإن لم يكن له معنى.فإن (هل) معناها االستفهام و(لم) معناها النفي
. فإن كالً منها حرف مبني ال حرف معنى،ويائه وداله
Harf ialah kalimah yang menunjukkan arti pada (bersama) kalimah lain, seperti ( إلىke), هَل
(apakah), dan ( لَمtidak/belum). Harf tidak masuk ke dalam susunan kalam kecuali ia memiliki
makna, seperti harf هَلyang artinya istifhâm (kata tanya: apakah) dan harf لَمyang artinya
nafy (tidak/belum). Apabila harf tidak memiliki arti, maka ia tidak masuk ke dalam struktur
8
kalimat, seperti harf ز/z, ي/y, dan د/d, yang membentuk kata زيد. Harf ي,ز, dan دadalah hurûf
al-mabânî (tetap, tidak memiliki arti), bukan harf ma‘nâ (yang memiliki arti bila bersanding
dengan kalimah lain).
Dari takrif di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimah harf ialah kalimah yang tidak
memiliki arti yang sempurna kecuali setelah berhubungan dengan kalimah lain. Kalimah
harf bersifat pengait atau penghubung kalimah lain. Bentuk kalimah harf berbeda dengan
kalimah isim dan fi‘il. Dan, semua ciri kalimah isim dan kalimah fi‘il tidak terdapat pada
kalimah harf.
Perhatikan contoh kalimah isim, fi‘il, dan harf berikut:
9
KEGIATAN BELAJAR 3:
KLASIFIKASI KATA ISIM DAN KATA FIIL
PETA KONSEP
1
yaitu fi‘il rubâ‘î yang ditambah satu huruf ( )المزيد بحرف الرباعيdan dua huruf
()المزيد بحرفين الرباعي.
● Kalimah fi‘il ditinjau dari kala/waktu yang menyertai situasinya dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: fi‘il mâdhi ()فعل ماض, fi‘il mudhâri‘ ()فعل مضارع, dan
fi‘il amr ()فعل أمر. Jenis fi‘il mâdhi memiliki 14 (empat belas) bentuk sesuai
dengan dhamîr yang berfungsi sebagai pelakunya (fâ‘il). Jenis fi‘il
mudhâri‘ juga memiliki 14 (empat belas) bentuk sesuai dengan dhamîr
yang berfungsi sebagai pelakunya (fâ‘il). Sedangkan jenis fi‘il amr
memiliki 6 (enam) bentuk sesuai dengan dhamîr yang berfungsi sebagai
pelakunya (fâ‘il).
● Kalimah fi‘il ditinjau dari kebutuhannya pada objek dibagi menjadi dua,
yaitu: fi‘il lâzim ( )فعل الزمdan fi‘il muta‘adî ()فعل متعدي. Fi‘il lâzim ialah fi‘il
yang tidak membutuhkan maf‘ûl bih (objek/penderita). Sedangkan, fi‘il
muta‘adî ialah fi‘il yang membutuhkan maf‘ûl bih (objek/penderita).
● Kalimah harf dibagi menjadi tiga macam, yaitu: harf yang masuk pada
kalimah fi‘il, harf yang masuk pada kalimah isim, dan harf yang bisa
masuk pada kalimah isim dan fi‘il.
URAIAN MATERI
2
b. Mu’annats ma‘nawî, yaitu isim yang tidak berakhiran tâ’ ta’nîts (ta’ penanda perempuan)
tetapi menunjukkan arti perempuan. Contohnya: ( َم ْريَمMaryam), ( زَ ْينَبZaenab), ٌٌِه ْند
ُ (Su‘ad), dan ٌ( أُمIbu)
(Hindun), س َعاد
c. Mu’annats majâzî, yaitu isim yang menurut kaidah bahasa Arab dihukumi mu’annats.
Contohnya: ٌش ْمس َ (matahari), ٌ( َدارrumah/kampung), ٌ( ِريْحangin), ٌ( أ َ ْرضbumi), ٌعيْن
َ
(mata), ٌ( ِرجْ لkaki).
Selain tâ’ ta’nîts, isim mu’annats dapat ditandai dengan alif ta’nîts maqshûrah dan alif
ta’nîts mamdûdah. Contoh yang ditandai alif ta’nîts maqshûrah ialah: ( ُكبْرىyang besar;
mudzakkar-nya: ع ُْل َيا,)( أكبرyang tinggi; mudzakkar-nya: عطشى,)( أعلىyang haus), dan فتوى
(fatwa).
Contoh isim mu’annats yang alif ta’nîts mamdûdah ialah: ( حمراءyang merah;
mudzakkar-nya: عرجاء,)( أحمرyang pincang; mudzakkar-nya: صحراء,)( أعرجbatu besar), dan
( عاشوراءbulan Syuro/Muharram)
Ada beberapa isim mudzakkar yang memiliki tanda isim mu’annats tetapi tetap
dihukumi mudzakkar. Contohnya: ( طلحةThalhah), ( حمزةHamzah), ( حذيفةHudzaifah), dan
( مسيلمةMusailamah).
Jamak taksîr untuk kata-kata yang menunjukkan arti ghair al-‘âqil (benda atau
binatang yang tidak berakal) juga dipandang mu’annats (perempuan). Contohnya: ٌأ َ ْقالَم
(pena-pena; jamak taksîr dari ٌ ُكتُب,)( قَلَ ٌمbuku-buku; jamak taksîr dari صا ِب ْي ُح
َ َم,) ٌ( ِكتَابlampu-
lampu; jamak taksîr dari صبَا ٌح َ
ْ ِ)م, dan ٌ( أب َْوابpintu-pintu; jamak taksîr dari ٌ)بَاب. Akan tetapi,
kadang kata jamak taksîr yang ‘aqil juga dianggap mu’annats. Contohnya: ٌ( يَ ُه ْودYahudi)
dan ارى
َ ص
َ َ( نNasrani).
Selain klasifikasi mudzakkar dan mu’annats, sebenarnya ada beberapa kata yang
tidak dikelompokkan ke dalam mudzakkar dan mu’annats, tetapi dianggap seimbang antara
mudzakkar dan mu’annats. Kata-kata tersebut seperti: ٌ( َد ْلوember), ( ِس ِ ّكيْنpisau), سبِيْل َ (jalan,
َ (jalan kendaraan, jalur), س ْوق
rute), ط ِريْق ُ (pasar), ( لسانlidah), ( ذراعsejengkal), ٌ( ِسالَحsenjata),
dan sebagainya.
3
Perubahan bentuk dhamîr secara lengkap akan dipaparkan dalam bab kalimah
jâmidah sebagai pengantar untuk memahami tashrîf lughawî.
c. ‘Alam, yaitu isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia maupun yang
lainnya. Contohnya: ( محمدMuhammad), ( صالحShalih), ( يوسفYusuf), ( إبراهيمIbrahim),
‘( عائشةAisyah), ( فاطمةFathimah), ( مصرMesir), ( عراقIrak), ( مكةMekah(, ( المدينةMadinah),
( جاكرتاJakarta).
Dilihat dari susunannya, isim ‘alam dibagi tiga macam, yaitu:
1) ‘Alam kunyah, yaitu nama yang didahului lafadz: أب، ابن، أم
Contohnya: ( أبو بكرAbu Bakar), ( أبو هريرةAbu Hurairah), ( ابن عباسIbnu Abbas), ابن
( مالكIbnu Malik), ( أم كلثومUmmu Kultsum), ( أم عطيةUmmu ‘Athiyyah)
2) ‘Alam laqab, yaitu nama julukan yang dikenal karena sifat atau keadaannya.
Contohnya: ( الفاروقSang Pembeda benar-salah), ( حجة اإلسالمSang Pembela Islam),
( المرشدSang Penunjuk), ( الكذّابSang Pembohong)
3) ‘Alam ismî, yaitu ‘alam yang termasuk kuniyah dan laqab. ‘Alam ismî ada tiga
macam, yaitu mufrad, murakkab idhâfî, dan murakkab mazjî.
a) Mufrad; terdiri dari satu kalimah.
Contohnya: ( بغدادBaghdad), ‘( عليAli), ( زينبZaenab)
b) Murakkab idhâfî; terdiri dari mudhâf dan mudhâf ilaih.
Contohnya: ( عبد هللاAbdullah), ( عبد الرحمنAbdurrahman),
ّ
المطلب ( عبدAbdul Muththalib), ( عبد القديرAbdul Qadir)
c) Murakkab mazjî; terdiri dari 2 kata yang telah bercampur.
Contohnya: ( سيبويهSibawaih), ( بعلبكBa‘albak), ( يوكياكرتاYogyakarta), سورابايا
(Surabaya), dan ( نيو يوركNew York)
d. Isim isyârah, yaitu isim yang digunakan untuk menunjukkan suatu benda atau disebut
juga kata tunjuk.
Contohnya: ( هذاini) untuk mudzakar tunggal, ( ذلكitu) untuk mudzakar tunggal, dan أوآلء
(ini/itu) untuk mudzakar dan mu’annats jamak.
Ditinjau dari bentuknya, isim isyârah mengalami perubahan sesuai dengan bilangan
pada artinya, yaitu ifrâd (tunggal), tatsniyah (dua), dan jama‘ (lebih dari dua).
Perubahan bentuk isim isyârah secara lengkap akan dipaparkan dalam bab kalimah
jâmidah.
e. Isim maushûl, yaitu isim yang menunjukkan arti “yang” dan berposisi sebagai
perantara kalimah sebelumnya dengan kalimah setelahnya (shilah). Dalam bahasa
Indonesia, isim maushûl sering diartikan “yang”. Contohnya: الذيuntuk mudzakar dan
التيuntuk mu’annats. Ditinjau dari bentuknya, isim maushûl juga mengalami
perubahan sesuai dengan kondisi ifrâd, tatsniyah, dan jama‘ kata yang menjadi
rujukan (‘â’id) atau kedudukan isim maushûl dalam kalimah. Perubahan bentuk isim
isyârah akan dipaparkan dalam bab tentang kalimah jâmidah.
f. Isim yang di-mudhâf-kan (disandarkan) kepada isim ma‘rifah lainnya.
Contohnya: ( كتابِيbuku saya), disandarkan kepada dhamîr; ( كتابُ مح َّمدbuku
Muhammad), disandarkan kepada isim ‘alam; ( أهل القرآنpenghafal Al-Quran),
4
disandarkan kepada isim berawalan ( ال; أهل الكتابpenganut Al-Kitab/Nasrani dan
Yahudi), disandarkan kepada isim berawalan ال.
g. Munâdâ maqshûd, yaitu isim bermakna khsusus yang didahului oleh harf nidâ
(partikel sapaan/panggilan).
Contohnya: ( يا محمدwahai Muhammad!), ( يا رسول هللاwahai Rasulullah!), ( يا طالب العلمwahai
Pencari ilmu!).
5
أفعالberubah menjadi أبيات, سالحmengikuti wazan أفعلةberubah menjadi أسلحة, dan فتى
mengikuti wazan فِ ْعلَةberubah menjadi فِتْيَة.
2. Jama‘ taksîr katsrah ( )جموع الكثرةialah jama‘ taksîr yang menunjukkan arti banyak tidak
terbatas, antara 3 sampai jumlah tak terbatas. Wazan jama‘ taksîr katsrah ini banyak
sekali. Di antaranya:
a) Untuk jamak mudzakkar yang berakal ()للمذكر العاقل
Contohnya:
َ
طالبmengikuti wazan فَ َعلَةberubah menjadi طلَبَة
شريفmengikuti wazan فُعَالَءberubah menjadi ش َرفَاء
ُ
كاتبmengikuti wazan فُعّالberubah menjadi ُكتّاب
ولدmengikuti wazan فِ ْعالَنberubah menjadi ِو ْل َدان
b) Untuk isim yang mufrad-nya berwazan ٌٍ فَعَلatau ٌٍ فَ ْعلmengikuti wazan فعالatau فعول
atau أفعال.
Contohnya:
جبلberubah menjadi ;جبال
قلبberubah menjadi ; قلوب
هدفberubah menjadi ;أهداف
غرضberubah menjadi أغراض
c) Untuk isim berwazan ٍُ أ َ ْفعَلyang mu’annatsnya ٍُ فَ ْعالَءmengikuti wazan فُ ْعل
Contohnya:
6
D. Klasifikasi Isim Berdasarkan Harf Akhirnya
Ditinjau dari harf (kosonan) terakhir yang terdapat pada bentuk kalimah, isim dibagi
menjadi dua, yaitu: Shahîh al-Âkhir dan Ghair Shahîh al-Âkhir.
Isim Shahîh al-Âkhir ialah isim yang harf terakhirnya berupa harf shahîh (konsonan
murni) atau harf yang dianggap shahîh, seperti ya’ bersyiddah (ي ّ ), wawu bersyiddah atau
bertanwin ()و ; ٌو,
ّ dan hamzah asli ()ء, bukan pergantian atau tambahan. Contohnya ialah kata-
kata berikut:
( هللاAllah), ( القرآنAl-Qur’an), ( اإلسالمIslam), ( محمدMuhammad), ( رسولutusan), ٌ( نبيnabi), ٌعلي
(Ali), ٌ( كرسيkursi), ( فاطمةFathimah), ( عائشةA’isyah), ٌٌعدُو َ (musuh), ٌ( غ َْزوperang), ٌبَدْء
(permulaan).
Isim Ghair Shahîh al-Âkhir ialah isim yang berakhiran alif lâzimah, ya’ lâzimah dan alif
hamzah. Isim ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu: isim maqshûr, isim manqûsh, dan isim
mamdûd.
1. Isim maqshûr ()االسم المقصور
Isim maqshûr ialah isim yang berakhiran alif lâzimah dan sebelumnya dibaca fathah.
Contohnya ialah kata-kata sebagai berikut:
( موسىMusa), ( عيسىIsa), ( يحيىYahya), ( زكرياZakaria), ( مصطفىMusthofa), ( فَتىpemuda), هُدى
(petunjuk), ( ُمنَىharapan), ( ملهىtempat hiburan), ( عصاtongkat).
2. Isim manqûsh ()االسم المنقوص
Isim manqûsh ialah isim yang berakhiran yâ’ lâzimahi dan sebelumnya dibaca kasrah.
Contohnya ialah kata-kata sebagai berikut:
( القاضيhakim), ( الهاديpemberi petunjuk), ( الراجيyang berharap), ( الواديlembah), ( الراضيyang
meridhai), ( المحاميpembela/lawyer), ( الراعيpenggembala).
3. Isim mamdûd ()االسم الممدود
Isim mamdûd ialah isim yang berakhiran hamzah dan sebelumnya berupa alif. Disebut
mamdûd (dipanjangkan) karena bila hamzah didahului alif, maka bacaanya menjadi
panjang. Contohnya ialah kata-kata sebagai berikut:
( سماءlangit), ( كساءpakaian), ع َلماءُ (para ilmuwan), ( عُظماءpara pembesar), ( بُ َخالَءorang-orang
kikir), ( ُج َهالءorang-orang bodoh), صحْ راء َ (batu besar), ( َح ْم َراءyang merah), ص ْف َراء
َ (yang
kuning), س ْو َداء
َ (yang hitam), اءضَ َي
ْ ب (yang putih).
7
b. Mahmûz ()مهموز, yaitu fi‘il yang salah satu huruf aslinya (morfem akar) berupa hamzah.
Contohnya: قرأ – يقرأ، سأل – يسأل، أخذ – يأخذ
c. Mudha‘‘af ()مض ّعف, yaitu fi‘il yang huruf kedua dan ketiganya sejenis pada fi‘il tsulâtsî
mujarrad (jumlah huruf aslinya tiga), atau berjumlah fi‘il yang huruf pertama dan
ketiganya sejenis pada fi‘il rubâ‘î mujarrad (jumlah huruf aslinya empat).
Contohnya: ٍّهز – يهز
ّ ، ر ّد – ير ّد، س ّد – يس ّدdan قلقل، عسسعس،زلزل
2. Fi‘il Mu‘tall ( ٍّ)الفعل المعتل
Fi‘il Mu‘tall ialah fi‘il yang salah satu atau dua huruf aslinya (morfem akar) berupa
huruf ‘illat. Huruf ‘illat ada tiga, yaitu alif, wawu, dan ya’ (ا, و, )ي. Contohnya: طار – يطير, وضع
– يضع, يروي – روى.
Fi‘il mu‘tall dibedakan menjadi lima macam:
a. Fi‘il mitsâl ()مثال, yaitu fi‘il yang huruf awalnya berupa huruf ‘illat.
Contohnya: يسر – يسر، ومق – يمق، وعد – يعد
b. Fi‘il ajwaf ()أجوف, yaitu fi‘il yang huruf keduanya berupa huruf ‘illat.
Contohnya: سار – يسير، صام – يصوم، قال – يقول
c. Fi‘il nâqish ()ناقص, yaitu fi‘il yang huruf akhirnya berupa huruf ‘illat.
Contohnya: وأى – يرى، غزا – يغزو، رضي – يرضى
d. Fi‘il lafîf mafrûq, yaitu fi’il yang huruf pertama dan huruf ketiganya berupa huruf ‘illat.
Contohnya: وفى – يفي، وقى – يقي، وصى – يصي
e. Fi‘il lafîf maqrûn, yaitu fi‘il yang huruf kedua dan huruf ketiganya berupa huruf ‘illat.
Contohnya: سوي – يسوى، قوي – يقوي، روى – يروي
Pembahasan fi‘il shahîh dan fi‘il mu‘tall akan dipertegas dengan contoh-contoh
aplikatif pada bab berikutnya yang membahas tentang binâ’ al-af‘âl (bangunan/konstruksi
fi‘il).
8
2) Fi‘il yang mengikuti wazan ف َعل – يفعِل
Contohnya: يرجع َ ، جلَس – يجْ لِس
ِ – ر َجع، ضرب – يض ِْرب
3) Fi‘il yang mengikuti wazan ف َعل – ي ْفعِل
Contohnya: صنع – يصنع، فتح – يفتح، قرأ – يقرأ
4) Fi‘il yang mengikuti wazan فعِل – يفعَل
Contohnya: سلِم – يسلَم، ف ِهم – يف َهم، علِم – يعلَم
5) Fi‘il yang mengikuti wazan فعُل – يفعُل
Contohnya: يكرم
ُ – كرم
ُ ، ش ُجع – يش ُجع، سن
ُ سن – يح
ُ ح
6) Fi‘il yang mengikuti wazan فعِل – يفعِل
Contohnya: يرث
ِ – ورث
ِ ، ومِ ق – يمِ ق، حسِب – يحسِب
b. Fi‘il rubâ‘î mujarrad (المجرد ّ )الفعل الرباعي, yaitu fi‘il yang terdiri dari empat huruf asli (akar)
dan tidak ada tambahan di dalamnya. Fi‘il rubâ‘î mujarrad hanya memiliki satu wazan,
yaitu ف ْعلَ َل – يُفَ ْع ِلل
Contohnya: ٍُ بَ ْس َم َل – يُبَسْمِ ل، س
ُ س – ي َُو ْس ِو
َ َوس َْو، تر َجم – يُت َْر ِج ُم
ْ
9
d) يفعول
ّ – افعول
ّ , contohnya: يعلوط
ّ – اعلوط
ّ
b. Fi‘il rubâ‘î mazîd ()الفعل الرباعي المزيد, yaitu fi‘il rubâ‘î yang ditambah satu huruf ()المزيد بحرف
atau dua huruf ()المزيد بحرفين.
Fi‘il rubâ‘î mazîd yang mendapat tambahan satu huruf ( )المزيد بحرفmemiliki satu wazan,
yaitu تفعلل – يتفعلل
Contohnya: تبسمل – يتبسمل، تدخرج – يتدخرج
Sedangkan fi‘il rubâ‘î mazîd yang mendapat tambahan dua huruf ( )المزيد بحرفينmemiliki
dua wazan, yaitu:
1. افعنلل – يفعنلل, contohnya: احرنجم – يحرنجم
2. ٍّ افعل ّل – يفعلل, contohnya: ٍّاطمأن – يطمئن
ّ
Perubahan bentuk fi‘il mujarrad (yang hurufnya asli) ke bentuk mazîd (yang mendapat
tambahan) secara umum akan mengubah arti. Perubahan arti dan fungsi lain dari
perubahannya akan dijelaskan pada bab tashrîf al-af‘âl.
10
2) ٍَ فَ َعالmengandung dhamîr ghâ’ib mudzakkar mutsannâ ()هما
3) فَعَلُواmengandung dhamîr ghâ’ib mudzakkar jama‘ ()هم
4) ٍْ فَ َع َلتmengandung dhamîr ghâ’ib mu’annats mufrad ()هي
5) َفعَ َلت َاmengandung dhamîr ghâ’ib mu’annats mutsannâ ()هما
6) ٍَ فَعَ ْلنmengandung dhamîr ghâ’ib mu’annats jama‘ ()هن
2. Fi‘il mudhâri‘ ialah fi‘il yang menunjukkan perbuatan, pekerjaan, atau peristiwa yang sedang
atau akan terjadi. Tanda-tanda fi‘il mudhâri‘ ialah diawali dengan salah satu dari huruf
mudhâra‘ah ( ;)حروف المضارعةyaitu hamzah ()أ, ta’ ()ت, nun ()ن, dan ya’ ()ي
Fi‘il mudhâri‘ mempunyai empat belas bentuk sesuai dengan jumlah dhamîr yang menyertai
situasinya. Dhamîr yang menyertai fi‘il mudhâri‘ itu berfungsi sebagai subjek atau fâ‘il.
Keempat belas bentuk fi‘il mudhâri‘ ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
a. Fi‘il mudhâri‘ yang mengandung dhamîr mutakallim atau orang pertama.
Fi‘il mudhâri‘ yang mengandung dhamîr mutakallim ( )ضمير المتكلمada dua macam:
1) أفعَلmengandung dhamîr mutakallim mufrad () أنا
2) نَ ْف َعلmengandung dhamîr mutakallim jama‘ () نحن
b. Fi‘il mudhâri‘ yang mengandung dhamîr mukhâthab atau orang kedua.
Fi‘il mudhâri‘ yang mengandung dhamîr mukhâthab ( )ضمير المخاطبada enam macam:
1) ت َ ْف َعلmengandung dhamîr mukhâthab mudzakkar mufrad ( ٍَ)أنت
2) ت َ ْفعَالَنmengandung dhamîr mukhâthab mudzakkar mutsannâ ()أنتما
3) ت َ ْفعَلُ ْونmengandung dhamîr mukhâthab mudzakkar jama‘ ()أنتم
4) ٍَ ت َ ْف َع ِليْنmengandung dhamîr mukhâthab mu’annats mufrad (ٍِ )أنت
5) ٍِ ت َ ْفعَالَنmengandung dhamîr mukhâthab mu’annats mutsannâ ()أنتما
6) ٍَ ت َ ْفعَ ْلنmengandung dhamîr mukhâthab mu’annats jama‘ ( ٍّ)أنتن
c. Fi‘il mudhâri‘ yang mengandung dhamîr ghâ’ib atau orang ketiga.
Fi‘il mudhâri‘ yang mengandung dhamîr ghâ’ib ( )ضمير الغائبada enam macam:
1) ٍُ يَ ْفعَلmengandung dhamîr ghâ’ib mudzakkar mufrad () هو
2) ٍِ َي ْف َعالَنmengandung dhamîr ghâ’ib mudzakkar mutsannâ ()هما
3) ٍَ يَ ْفعَلُ ْونmengandung dhamîr ghâ’ib mudzakkar jama‘ ()هم
4) ٍُ ت َ ْفعَلmengandung dhamîr ghâ’ib mu’annats mufrad ()هي
5) ٍِ ت َ ْف َعالَنmengandung dhamîr ghâ’ib mu’annats mutsannâ ()هما
6) ٍَ يَ ْفعَ ْلنmengandung dhamîr ghâ’ib mu’annats jama‘ ( ٍّ)هن
3. Fi‘il amr ialah fi‘il yang menunjukkan arti perintah untuk melaksanakan pekerjaan.
Fi‘il amr hanya mempunyai enam bentuk, yaitu tiga bentuk untuk orang kedua mudzakkar,
dan tiga bentuk lainnya untuk orang kedua mu’annats. Bentuk-bentuk fi‘il amr ialah sebagai
berikut:
a. ٍْ اِ ْف َعلmengandung dhamîr mukhâthab mudzakkar mufrad/tunggal ()أنت
11
b. ٍَ اِ ْف َعالmengandung dhamîr mukhâthab mudzakkar mutsannâ/dua ()أنتما
c. اِ ْفعَلُ ْواmengandung dhamîr mukhâthab mudzakkar jama‘ ()أنتم
d. ٍْ اِ ْف َعلِيmengandung dhamîr mukhâthab mu’annats mufrad/tunggal (ٍِ )أنت
e. ٍَ ِا ْفعَالmengandung dhamîr mukhâthab mu’annats mutsannâ/dua ()أنتما
f. ٍَ اِ ْفعَ ْلنmengandung dhamîr mukhâthab mu’annats jama‘ ( ٍّ)أنتن
12
( أنbahwasanya), ( لنtidak akan), ( كيagar, supaya), إذن/( إذاjika), ٍِ ل/( الم الجحودingkar), الم
ٍِ ل/( التعليلuntuk), ٍَف/( فاء السببيةmaka), ( حتىhingga). فاء السببية, الم التعليل, الم الجحود, dan حتى
mengandung أنyang menashabkan fi‘il mudhâri‘ setelahnya.
2. Harf-harf jazm ()حروف الجزم, yaitu harf-harf yang menjazamkan fi‘il mudhâri‘. Harf-harf itu
antara lain:
( لمtidak), ( ل ّماbelum), ( الم األمرhendaklah), ( الم الناهيةjangan)
3. الdan ما, keduanya harf nafy. ماsering masuk pada fi‘il mâdhi, dan الsering juga masuk
pada fi‘il mudhâri‘.
4. َقد, apabila masuk pada fi‘il mâdhi berarti menguatkan atau menyungguhkan, sedangkan
apabila masuk pada fi‘il mudhâri‘, قَدberarti: kadang-kadang.
5. )سٍَ ( السينdan سوف, keduanya masuk pada fi‘il mudhâri‘ dan bermakna “akan”. )سٍَ ( السين
berarti “akan segera” sedangkan سوفberarti “akan lebih lama”.
b. Harf yang Masuk pada Kalimah Isim
1. Harf-harf jarr ( ٍّ)حروف الجر, yaitu harf-harf yang men-jar-kan isim sesudahnya.
Harf-harf jarr antara lain: ( منdari), ( إلىke), ( علىdi atas), ( فيdi dalam), ٍِ ب/( الباءdengan),
ٍَك/( الكافseperti), ٍِ ل/( الالمuntuk), واو القسم/ ٍَ( وdemi), ٍَت/( تاء القسمdemi), ( حتّىsampai), ٍّرب
(kadang-kadang), ٍُ( منذsejak), ( ُمذsejak).
2. Harf “inna” ( ٍّ )إنdan beberapa sudaranya ( ;)أخواتهاhuruf-huruf ini apabila masuk pada
mubtada’ dan khabar akan menashabkan mubtada’-nya dan sekaligus mengubah
ّ sedangkan khabarnya tetap rafa‘ tetapi berubah fungsi
fungsinya sebagai isim إن وأخواتها,
ّ
sebagai khabar إن وأخواتها.
Harf-harf itu antara lain:
ٍّ( إنsesungguhnya, sungguh), ٍّ( أنsesungguhnya), ٍّ( لكنtetapi), ٍّ( كأنseakan-akan),
ٍّ( لعلmudah-mudahan), ( ليتmudah-mudahan).
3. Harf Nidâ’ ( ;حرف النداءpartikel sapaan), yaitu harf yang digunakan untuk memanggil
seseorang atau sesuatu (munâdâ). Harf nidâ’ antara lain:
يا/( أياwahai), ( هياwahai), ٍّ( أيwahai), ٍَأ/( الهمزةwahai), ( واwahai).
4. Harf istitsnâ’ ( )حرف االستثناءatau pengecualian. Isim yang disebut sebelum istitsnâ’ disebut
mustatsnâ’ minhu, sedangkan isim sesudahnya disebut mustatsnâ’. Harf-harf istitsnâ’
seperti: ٍّإال, غير, سوى, عدا, حاش, ( خالartinya: kecuali).
5. Wawu ma‘iyyah ()واو المعيّة, yaitu wawu ( ٍَ )وyang berarti “beserta/bersama”.
6. Lâm al-ibtidâ’ ()الم االبتداء, yaitu lâm/la ( ٍَ )لyang ditempatkan di awal kalimah dan biasanya
berarti “sungguh”.
c. Harf yang Masuk pada Kalimah Isim dan Fi‘il
1. Harf ‘athf ()حرف العطف, yaitu harf yang menjadi penghubung antara dua isim atau dua fi‘il.
2. Dua harf istifhâm ()حرفا االستفهام: hamzah/ أdan هل, artinya: apakah.
3. Wawu hal () واو الحال, yaitu wawu yang menghubungkan antara shâhibul-hâl ()صاحب الحال
dan jumlatul-hâl ()جملة الحال, baik jumlah ismiyyah maupun jumlah fi‘liyyah.
4. Lâmul-qasam ()الم القسم, yaitu lam ( ٍَ )لyang ditempatkan pada jawab qasam, baik jumlah
ismiyyah maupun jumlah fi‘liyyah.
13
Demikian pembahasan tentang klasifikasi kalimah bahasa Arab yang meliputi isim, fi‘il, dan
harf. Beberapa klasifikasi isim, seperti isim dhamîr, isim isyârah, dan isim maushûl akan dibahas
secara lebih lengkap pada isim jâmid, begitu juga klasifikasi isim musytaqq yang mencakup isim
fâ‘il, isim maf‘ûl, dan beberapa isim shifah. Tentang wazan-wazan fi‘il dan makna perubahan dari
fi‘il mujarrad ke bentuk mazîd, akan dibahas pada tashrîf al-af‘âl.
14
KEGIATAN BELAJAR 4:
MIZAN SHARFI DAN BINA AL-KALIMAH
PETA KONSEP
● Binâ’ shahîh ( )البناء الصحيحsecara umum dibagi menjadi tiga, yaitu: binâ’
sâlim ()السالم, binâ’ mahmûz ()المهموز, dan binâ’ mudha‘‘af ()المضعف.
Sedangkan, binâ’ mu‘tall ( )البناء المعتلdibagi menjadi lima, yaitu: binâ’ mitsâl
()المثال, binâ’ ajwaf ()األجوف, binâ’ nâqish ()الناقص, binâ’ lafîf mafrûq ( اللفيف
)المفروق, dan binâ’ lafîf maqrûn ()اللفيف المقرون.
● Binâ’ shahîh sâlim ( )الصحيح السالمialah konstruksi kalimah yang tiga huruf
aslinya (akar) shahîh atau tidak cacat salah satunya, tidak ada hamzah, dan
1
tidak sejenis huruf kedua (‘ain fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il). Binâ’ shahîh
mahmûz ( )الصحيح المهموزialah konstruksi kalimah yang salah satu dari tiga
huruf aslinya (akar) berupa hamzah, tidak sejenis huruf kedua dan
ketiganya, dan tidak ada huruf ‘illat di dalamnya. Sedangkan, Binâ’ shahîh
mudha‘‘af ( )الصحيح المضعفialah konstruksi kalimah yang sejenis huruf kedua
(‘ain fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il), serta tidak ada hamzah dan huruf ‘illat di
dalamnya.
● Binâ’ mu‘tall ( )البناء المعتلsecara umum dibagi dua, yaitu yang huruf ‘illat-nya
satu dan yang huruf ‘illat-nya dua. Yang huruf ‘illatnya satu, yaitu: binâ’
mitsâl ()المثال, binâ’ ajwaf ()األجوف, dan binâ’ nâqish ()الناقص. Sedangkan, yang
huruf ‘illat-nya dua, yaitu: binâ’ lafîf mafrûq ()اللفيف المفروق, dan binâ’ lafîf
maqrûn ()اللفيف المقرون.
● Binâ’ mitsâl ( )المثالialah konstruksi kalimah yang huruf pertama (fâ’ fi‘il) dari
tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-fâ’ ()معتل الفاء.
Binâ’ ajwaf ( )األجوفialah konstruksi kalimah yang huruf kedua (‘ain fi‘il) dari
tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-‘ain ()معتل العين.
Binâ’ nâqish ( )الناقصialah konstruksi kalimah yang huruf ketiga (lâm fi‘il)
dari tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-lâm ( معتل
)الالم.
الم الفعل عين الفعل فاء الفعل = المِ يْزَ ان/الو ْزن
َ
الكلمة
ل ع ف ACUAN / TIMBANGAN
َ ـــرأ
َ َق أ ر ق
َبَ كَــت ب ت ك
ســمِ َع
َ ع م س
َ َحــ ِف
ظ ظ ف ح = ال َم ْو ُز ْون
عــلِم
َ م ل ع TERTIMBANG
فَــ ِهم م هـ ف
ــرف
َ ع َ ف ر ع
َمــ ِه َر ر هـ م
2
Perhatikan Klasifikasi Fi‘il Berdasarkan Konstruksi Hurufnya/Binâ’
ٌمهموز
ٌمضعّف البناء/الفعل
الصحيح
سالم
لفيفٌمفروق
لفيفٌمقرون
URAIAN MATERI
3
.التغييات وتقوم عليه معرفة بنية الكلمات وما وقع فيها من،وزن به الكلمات
َ ُ األساس الذي ت:واصطالحا
“Secara bahasa, wazn berarti ukuran (kail) atau timbangan (mîzân). Dalam terminologi ilmu
sharf, wazn ialah standar atau patokan yang digunakan untuk menimbang kalimah (kata,
morfem bebas). Kemudian, konstruksi kalimah dan perubahan-perubahan yang terjadi di
dalamnya dapat diketahui berdasarkan wazn-wazn tersebut.”
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa tujuan penetapan wazn sharfî (standar/acuan
morfologis) adalah untuk mengetahui konstruksi kalimah (kata, morfem bebas) dan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya dengan cara memperbandingkan hurûf
ashliyyah (huruf asli/morfem akar) dengan wazn-wazn yang menjadi acuannya.
Dengan demikian, suatu kalimah bahasa Arab dapat diketahui konstruksi morfemisnya
dengan cara diperbandingkan hurûf ashliyyah (konsonan dasar/morfem akar) yang
membentuk kalimah dengan wazn yang menjadi mîzân sharfî-nya atau timbangan
morfologisnya. Wazn ( )الوزنmenjadi acuan kalimah dari segi jumlah harf ashliyy (morfem akar)
dalam kalimah dan dari segi bunyi harakah (vokal) yang melekat pada harf asliyy tersebut.
4
ـار
َ سَ ر ي س ر ا س
سـا َل َ ل ي س ل ا س
َوقَــى ى ق و ى ق و
ش ََـوى ى و ش ى و ش
Ditinjau dari linguistik struktural yang memandang kata dari segi konstruksi huruf,
morfem akar untuk fi‘il (verba) adalah morfem-terbagi yang terdiri atas tiga huruf (konsonan)
yang dipisahkan oleh harakah al-harf (vokal pada konsonan). Misalnya, morfem akar-terbagi
ب، ت،( كk-t-b) yang artinya ‘tulis’ merupakan dasar untuk kata-kata seperti: َـب
َ ( كَـتkataba): ‘ia
[laki-laki/lk] menulis’, ْ( كَـت َـ َبتkatabat): ‘ia [perempuan/pr] menulis’, َ( كَـت َـبْتkatabta): ‘kamu [lk]
ِ ( كَـت َـ ْبkatabti): ‘kamu [pr] menulis’, ُ( كَـت َـبْتkatabtu): ‘aku [lk/pr] menulis’. Begitu juga
menulis’, ت
mofem akar untuk isim yang dibentuk/diturunkan (musytaqq) dari mashdar ()المصدر, seperti كَاتِب
(kâtib[un]): ‘penulis, pencatat’, ( َم ْكت ُ ْوبmaktûb[un]): ‘yang ditulis atau dicatat’, dan َم ْكت َب
(maktab[un]): ‘kantor, perpustakaan, toko buku’.
Begitu juga morfem akar-terbagi ح، ت،( فf-t-h) ‘buka’ merupakan dasar untuk
pembentukan kata-kata seperti: ( فَت َ َحfataha): ‘ia [lk] membuka’, ْ( فَت َ َحتfatahat): ‘ia [pr] membuka’,
َ( فَتَحْ تfatahta): ‘kamu [lk] membuka’, ت
ِ ْ( فَتَحfatahti): ‘kamu [pr] membuka’, ُ( فَتَحْ تfatahtu): ‘aku
[lk/pr] membuka’, ( فَا ِت َحةfâtihah): ‘pembukaan’, ( َم ْفت ُ ْوحmaftûh): ‘yang terbuka’, ( مِ ْفت َاحmiftâh):
‘kunci’, dan sebagainya.
5
(konsonan dasar/morfem akar) pada kalimah yang ditimbang dengan fâ’ fi‘il, ‘ain fi‘il, dan
lâm fi‘il dari wazn yang menjadi acuan/timbangan kalimah
2. Bedakan mana harf ashliyy (konsonan dasar) dan mana harf zâ’idah (konsonan tambahan)
yang terdapat pada kalimah yang akan ditimbang (mauzûn) dengan memperhatikan wazn
yang menjadi acuan timbangan kalimah.
3. Apabila kalimah yang ditimbang (mauzûn) terdiri dari 4 harf, 5 harf, 6 harf, atau 7 harf,
kembalikanlah ia pada bentuk wazn fi‘il tsulâtsî mujarrad (acuan morfologis fi‘il-dasar yang
tiga harf-nya asli/bukan tambahan) atau wazn fi‘il rubâ‘î mujarrad (acuan morfologis fi‘il-
dasar yang empat harf-nya asli)
4. Temukan harf zâ’idah (konsonan tambahan) dalam wazn yang menjadi acuan kalimah, lalu
sejajarkan dengan harf zâ’idah yang terdapat pada kalimah yang ditimbang (mauzûn)
5. Berilah harakah (vokal) dan sukûn (mati/tidak ber-harakah) pada harf-harf kalimah yang
ditimbang (mauzûn) sebagaimana harakah (vokal) dan sukûn (tidak ber-harakah) yang
terdapat pada wazn yang menjadi acuan kalimah
6. Tandai pada kalimah yang ditimbang (mauzûn), harf-harf yang diperbandingkan dengan fâ’
fi‘il, ‘ain fi‘il, dan lâm fi‘il dari wazn yang menjadi acuan kalimah. Harf yang sebanding
dengan fâ’ fi‘il pada wazn disebut dengan fâ’ al-kalimah ()فاء الكلمة. Harf yang sebanding
dengan ‘ain fi‘il pada wazn disebut dengan ‘ain al-kalimah ()عين الكلمة. Dan, harf yang
sebanding dengan lâm fi‘il pada wazn disebut dengan lâm al-kalimah ()الم الكلمة.
7. Apabila kalimah yang ditimbang (mauzûn) tidak sebanding jumlah konsonannya dengan
wazn yang menjadi acuan kalimah, maka kalimah tersebut mengandung harf illah (semi
vokal) yaitu: alif ()ا, wawu ()و, dan yâ’ ( )يyang sebelumnya telah dibuang, diganti, atau
disukunkan. Untuk mengetahui perubahan pada kalimah tersebut, kembalikan pada wazn
yang menjadi acuan kalimah.
Dari langkah-langkah tersebut di atas, dapat diketahui bahwa wazn dari َب َ ( َكتka-ta-ba)
adalah ( فَعَ َلfa-‘a-la), wazn dari ( كَاتِبkâ-ti-b[un]) adalah ( فَاعِلfâ-‘i-l[un]), dan wazn dari ( َم ْكت ُ ْوبma-
k-tûb[un]) adalah ( َم ْفعُ ْولma-f-‘ûl[un]). Begitu juga wazn dari َ ( قَ َرأqa-ra-’a) adalah ( فَ َع َلfa-‘a-la),
wazn dari ارئِ ( َقqâ-ri-’[un]) adalah ( فَاعِلfâ-‘i-l[un]), dan wazn dari ( َم ْق ُر ْوءma-q-rû’[un]) adalah
( َم ْفعُ ْولma-f-‘ûl[un]).
6
Bicara قَا َل ل و ق ل ا ق
Puasa ام
َ ص َ م و ص م ا ص
Jalan ارَ س َ ر ي س ر ا س
Alir سا َل َ ل ي س ل ا س
Jaga َوقَى ي ق و ى ق و
Panggang ش ََوى ي و ش ى و ش
Dari dua tabel di atas, dapat dipahami bahwa mîzân/wazn sharfî untuk semua kalimah
bahasa Arab pada akhirnya kembali atau mengacu ke kata akar ( فَ َعلfa-‘a-la). Dari kata akar
( َفعَلfa-‘a-la) ini, berkembanglah wazn-wazn lain yang menjadi acuan setiap kata bahasa Arab.
Wazn-wazn ini berfungsi sebagai acuan atau standar untuk menjaga kalimah atau kosakata
bahasa Arab dari kesalahan dalam mengucapkan dan menuliskannya. Mengetahui wazn-
wazn ini bertujuan untuk menemukan kepastian acuan atau standar penulisan dan
pengucapan kosakata bahasa Arab tersebut sehingga terhindar dari kesalahan berbahasa,
baik tulis maupun lisan. Selain itu, dengan mengetahui wazan-wazan ini, kita dapat memahami
perubahan-perubahan kalimah dari kata akarnya dan mampu menggunakan ragam bentuk
dan aneka jenis kalimah bahasa Arab dengan baik.
Adapun wazan-wazan untuk kalimah tsulâtsî mujarrad (jumlah huruf aslinya 3) dapat
diuraikan dalam tabel berikut:
7
ِس ،الَ ت َ ْغلِبْ ،الَ ت َ ْغف ِْر ،الَ ت َ ْكذِبْ ،الَ تَض ِْربْ الَ تَجْ ل ْ ال ت َ ْف ِع ْل
الَ ت َ ْفتَحْ ،الَ ت َ ْق َرأْ ،الَ ت َ ْعلَ ْم ،الَ ت َْر َح ْم ،الَ ت َ ْقبَ ْل ال ت َ ْف َع ْل
ص ْون ،غ َْزو سيْرَ ، ض ْربَ ،رأْسَ ،وضْعَ ، صر ،فَتْحَ ، نَ ْ فَ ْعل
ع ِْلمِ ،ك ْذبِ ،كبْر ،حِ ْقد ،إِثمْ فِ ْعل المصدر
ط ْوليُسْرُ ،ك ْره ،بُؤْ سُ ،حسْن ،يُ ْمنُ ، فُ ْعل
صائِنَ ،
طالِب، سائِرَ ،اضرَ ، َارجَ ،ح ِ اربَ ،جالِس ،دَاخِ ل ،خ ِ ض َِاصرَ ، ن ِ فَاعِل اسم الفاعل
ساع اجد ،قَاضَ ،رام ،غَازَ ، س ِ َ
ص ْورَ ،مض ُْر ْوبَ ،م ْعلُ ْومَ ،مأ ْ ُخ ْوذَ ،مص ْونَ ،م ْد ُخ ْول َم ْن ُ َم ْفعُ ْول اسم المفعول
صفَى ط َبخَ ،م ْر ًمىَ ،م ْغزَ ىَ ،م ْ َمأْخَذَ ،مقَامَ ،م ْ َم ْف َعل اسم المكان
صفَى ْ
طبَخَ ،م ْر ًمىَ ،مغزَ ىَ ،م ْ َمأْخَذَ ،مقَامَ ،م ْ َم ْفعَل اسم الزمان
مِ فتاح ،مِ ضرب ،مِسطرة ،مِ عدادِ ،م ْمسحة مِ ْفعَل اسم اآللة
8
َ فَا
ع َل ك.ر.ش ََاركَ ش فعُ َل م.ر.ك كر َمُ
اِ ْست َ ْف َع َل ر.ك.ن ا ْست َ ْنك ََر ف َّع َل م.ل.ع عل َم
فَا ِع ْل ب.ت.ك كاتب مفعُول د.م.ح َمحْ ُمود
اِ ْفعِل ي.ف.و ِف اِ ْفتِعَال ل.ق.ن اِ ْنتِقَال
استفعال م.و.ق استقامة افتِ َعال ك.ر.ش اِ ْشت َِراك
مست َ ْفعِل ن.و.ع ُم ْست َ ِعيْن ُم ْست َ ْفعِل ن.س.ح ُم ْستَحْ سِن
Binâ’ Shahîh ( )البناء الصحيحialah konstruksi kalimah yang semua (tiga) huruf aslinya
adalah huruf sahih (sehat) atau tidak ada satu pun yang berupa huruf ‘illat (cacat), yaitu: ,ا
و, dan ي.
، فهم، علم، كتب، شعر، قرأ، بصر، سمع، جلس، دخل: مثل، هو ما خلت حروفه األصلية من حروف العلة:الفعل الصحيح/(البناء
)خرج
Contoh binâ’ shahîh berupa fi‘il mâdhi seperti dalam tabel berikut:
Keterangan: Semua huruf yang menjadi konstruksi fi‘il mâdhi di atas adalah huruf sahih
(sehat), tidak ada satu pun yang berupa huruf ‘illat (cacat).
Binâ’ Shahîh dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
9
a. Binâ’ Sâlim ()سالم, yaitu konstruksi yang tiga huruf aslinya berupa huruf shahîh (sehat),
tidak berupa hamzah, dan tidak ada yang sejenis (sama) sehingga harus disatukan/di-
idghâm-kan lalu ditambah syiddah ( _ّ ).
)غضب
ِ ، ضحِ ك، سلِم، ذهَب، كت َب، فت َح: مثل، ما سلمت حروفه األصلية من حروف العلة والهمزة والتضعيف:(البناء السالم
Contoh binâ’ shahîh sâlim dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
Keterangan: Semua huruf yang menjadi konstruksi fi‘il mâdhi di atas adalah huruf sahih
(sehat), tidak ada yang berupa hamzah, dan tidak ada pula yang sejenis sehingga harus
disatukan lalu ditambah syiddah ( _ّ ).
b. Binâ’ Mahmûz ()مهموز, yaitu konstruksi yang salah satu dari tiga huruf aslinya (morfem akar)
berupa hamzah (أ, ء, )ئ. Apabila hamzah menjadi huruf pertama disebut Mahmûz al-Fâ’
()مهموز الفاء, apabila hamzah menjadi huruf kedua disebut Mahmûz al-‘Ain ()مهموز العين, dan
apabila hamzah menjadi huruf ketiga disebut Mahmûz al-lâm ()مهموز الالم.
سمي، وإذا وقعت في ثانيه، سمي البناء مهموز الفاء، إذا وقعت الهمزة في أوله. ما كان أحد حروفه األصلية همزة:(البناء المهموز
، بدأ،] رأس [مهموز العين، دأب، سأل،] أ َمل [مهموز الفاء، أكَل، أخَذ: مثل. سمي مهموز الالم، وإذا وقعت في ثالثه،مهموز الفاء
.)] قرأ [مهموز الالم،صدأ
Contoh binâ’ shahîh mahmûz dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
الصحيح المهموز
10
berangan
Lambat ُ ب
طؤ Sangat بَئِس menyesal أسف
butuh
Keterangan: Salah satu dari tiga huruf yang menjadi konstruksi fi‘il mâdhi di atas berupa
hamzah.
c. Binâ’ Mudha‘‘af ()مضعف, yaitu konstruksi yang huruf kedua dan ketiga-nya sejenis (sama)
sehingga harus disatukan lalu ditambah syiddah ( _ّ ). Hal ini terjadi pada bentuk tsulâtsî
mujarrad (jumlah huruf aslinya tiga). Apabila bentuknya rubâ‘î mujarrad (jumlah huruf
aslinya empat), konstruksi huruf pertama dan ketiga-nya sejenis serta huruf kedua dan
keempat-nya juga sejenis. Pada rubâ‘î mujarrad, tidak terjadi penyatuan huruf atau idghâm.
ما كان أحد حروفه األصلية مضعفا أو ُمدغما لما بعده في الثالثي المجرد أو مكررا بدون إدغام في الرباعي:(البناء المضعف
، فر، شد، سد، رد، مد: مثل، ما كان ثانيه و ثالثه من جنس واحد فيُدغَم فيه: فالمضعف الثالثي. وينقسم إلى ثالثي ورباعي.المجرد
وعين الفعل والم الفعل الثانية من، ما كانت فاء الفعل والم الفعل األولى من جنس واحد: والمضعف الرباعي. بس، رب، دب،هز
.) وسوس، قلقل طأطأ، عسعس، زلزل: مثل،جنس واحد فال يُدغَما فيهما
Contoh Binâ’ Mudha‘‘af dapat Anda lihat dalam tabel berikut:
Keterangan: Pada binâ’ mudha‘‘af tsulâtsî mujarrad (kolom sebelah kanan), huruf kedua
dan ketiga yang menjadi konstruksinya adalah huruf yang sejenis (sama) sehingga harus
disatukan lalu ditambah syiddah ( _ّ ). Sedangkan pada mudha‘‘af rubâ‘î mujarrad (kolom
sebelah kiri), tidak terjadi penyatuan huruf atau idghâm.
11
) روى، وضع، قام: مثل، الياء، الواو، وهي األلف، ما كان في حروفه األصلية حرف أو اثنان من حروف العلة:(البناء المعتل
: فالمثال الواوي. وينقسم إلى مثال واوي و مثال يائي. يعني الواو أو الياء، ما كان أول حروفه األصلية حرف العلة:(بناء المثال
ما كان أول حروفه: ومق؛ والمثال اليائي، وجل، وسع، وقع، وجد، وصف، وعد: مثل،ما كان أول حروفه األصلية واوا
). يقن، يقظ، يمن، يسر: مثل،األصلية ياء
Contoh binâ’ mitsâl dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
Keterangan: Pada binâ’ mitsâl wâwî (kolom sebelah kanan), huruf asli (akar) yang pertama
adalah huruf ‘illat wawu ( ) و, sedangkan pada binâ’ mitsâl yâ’î (kolom sebelah kiri), huruf
asli yang pertama adalah huruf ‘illat ya’ () ي.
2. Binâ’ ajwaf ()البناء األجوف, yaitu konstruksi kalimah yang huruf asli (akar) yang kedua atau
huruf tengah berupa huruf ‘illat. Binâ’ ajwaf dibagi dua, yaitu: ajwaf wâwî ()األجوف الواوي
dan ajwaf ya’î ()األجوف اليائي.
، بان، باع، سار، ساد، قام، قال، صان: مثل، يعني الواو أو الياء، ما كان ثاني حروفه األصلية حرف العلة:(البناء األجوف
)طاب
Contoh binâ’ ajwaf dapat Anda lihat dalam tabel berikut:
12
Tampak, بيَن ََبان Berkeliling ط َوف طاف
jelas, rinci
Enak, baik, ط َيب اب
َ طَ Takut خ ِوف خاف
menjadi halal
Keterangan: Pada binâ’ ajwaf wâwî (kolom sebelah kanan), huruf asli kedua berupa huruf
‘illat wawu ( ) و, sedangkan pada binâ’ ajwaf yâ’î (kolom sebelah kiri), huruf asli kedua
adalah huruf ‘illat ya’ () ي.
3. Binâ’ nâqish ()البناء الناقص, yaitu konstruksi kalimah yang huruf asli (akar) yang terakhir
berupa huruf ‘illat, yaitu: alif, wawu, dan ya’ (ا, و, )ي. Binâ’ nâqish dibagi dua, yaitu: nâqish
wâwî ( )الناقص الواويdan nâqish ya’î ()الناقص اليائي.
. يعني الواو أو الياء، ما كان آخر حروفه األصلية حرف العلة:(البناء الناقص
) لقي، رمى، صفا، دنا: مثل
Keterangan: Pada binâ’ nâqish wâwî (kolom sebelah kanan), huruf asli ketiga atau terakhir
berupa huruf ‘illat wawu ( ) و, sedangkan pada binâ’ nâqish yâ’î (kolom sebelah kiri), huruf
asli terakhir adalah huruf ‘illat ya’ () ي.
4. Binâ' lafîf mafrûq ()البناء اللفيف المفروق, yaitu konstruksi kalimah yang huruf pertama (fâ’ fi‘il)
dan huruf ketiganya (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat.
، وقى: مثل، أو ما كانت فاء الفعل والمه حرفي العلة، ما كان أول حروفه األصلية وآخرها حرفي العلة:(البناء اللفيف المفروق
) ولي، وصى، وعى،وفى
Contoh binâ' lafîf mafrûq dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
13
Menjaga َ َوق
ي َوقَى
5. Binâ’ lafîf maqrûn ()البناء اللفيف المقرون, yaitu konstruksi kalimah yang huruf kedua (‘ain fi‘il)
dan huruf ketiganya (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat.
: مثل، أو ما كانت عين الفعل والمه حرفي العلة، ما كان ثاني حروفه األصلية وآخرها حرفي العلة:(البناء اللفيف المقرون
) سوي، قوي،روى
Contoh Binâ’ lafîf maqrûn dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
Contoh-contoh fi‘il shahîh dan fi‘il mu‘tall di atas, ditinjau dari ada atau tidaknya huruf
sahih dan huruf ‘illat disebut dengan binâ’ al-kalimah (konstruksi kata) atau binâ’ al-af‘âl
(konstruksi fi‘il). Apabila di dalam suatu kata terdapat dua bentuk binâ’ (konstruksi), seperti
kata رأىdan وأد, maka binâ’-nya disebut secara lengkap. Misalnya, kata رأىdisebut binâ’
mahmûz ‘ain ( (مهموز العينdan binâ’ nâqish yâ’î ()الناقص اليائي. Sedangkan kata وأدdisebut binâ’
mahmûz ‘ain ( (مهموز العينdan mistâl wâwî ()المثال الواوي.
Demikian pembahasan tentang mîzân sharfî (timbangan morfologis) dan binâ’ al-kalimah
(konstruksi kata) dengan beberapa ilustrasi dan contohnya. Pada bab berikutnya, akan
dijelaskan tentang shîghah ( )الصيغةdan wazan-wazan tsulâtsî mujarrad ()أوزان الثالثي المجرد.
14