Anda di halaman 1dari 20

KEGIATAN BELAJAR 1:

TAKRIF ILMU SHARF


DAN URGENSINYA

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengidentifikasi takrif ilmu sharf (morfologi Arab) dan klasifikasi kata
(kalimah) dalam bahasa Arab.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menemukenali takrif ilmu sharf (morfologi Arab)
2. Menemukenali objek kajian ilmu sharf
3. Menemukenali spesifikasi dan signifikansi ilmu sharf
4. Menemukenali tujuan dan manfaat pembelajaran sharf.

Pokok-Pokok Materi
A. Takrif Ilmu Sharf
B. Objek Kajian Ilmu Sharf
C. Spesifikasi dan Signifikansi Ilmu Sharf
D. Tujuan dan Manfaat Ilmu Sharf

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 3


PETA KONSEP BAHASA ARAB MAKRO

Perhatikan Bagan berikut!

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


URAIAN MATERI
A. Takrif Ilmu Sharf
Kata “sharf” (‫ ) شف‬adalah mashdar (infinitive/verbal noun) dari kata
“sharafa-yashrifu” (َ‫ َ ِشف‬٠–َ‫) شف‬. Di dalam al-Mu„jam al-Wasîth, kata ini
digunakan dalam berbagai variasi makna, antara lain:
1. ٍُ‫ ا م‬ٚ‫ شف ا ث ب أ‬, artinya: pintu atau pena itu bergeser atau berderik
(bersuara karena ada gesekan);
2. ٗ‫ شف تِٕ ت‬ٚ ٗ‫ شف ٔ ت‬, artinya: gigi taringnya bergeletuk, atau gigi
taringnya bergesek (bersuara);
3. ‫ء ش‬ٟ ‫ شف ا‬, berarti: mengembalikan sesuatu ke hadapannya ( ٓ ّٖ‫سد‬
ٗٙ ٚ)
4. ً ‫ش ٓ ا‬١ ‫ شف ا‬, berarti: memberhentikan karyawan dari
pekerjaannya, atau membebastugaskannya;
5. ‫ شف ا ي‬, artinya: membelanjakan (menggunakan) harta/uang;
6. ٍٗ ‫ شف ا ٕم ت‬, berarti: menukar uang tunai dengan yang senilai;
7. ‫ شف ا ى‬, berarti: memperindah kalam/pembicaraan.

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 5


Dari makna leksikal tersebut, dapat dipahami bahwa kata “sharf”
(‫ ) شف‬memiliki arti umum “perubahan” atau pergeseran dari suatu
bentuk/keadaan ke bentuk/keadaan yang lain.
Muhammad Hamzah bin Sattar mengatakan,
. ّ ‫) أي ّ ه و‬ ‫م‬ ‫( فا‬: ‫ل؛ و‬ ‫لإ‬ ‫ل‬ ‫وا‬ ‫وا‬ ‫ا‬: ‫ف‬ ‫ا‬
“Sharf” (‫ ) شف‬secara bahasa ialah tahwîl (perubahan bentuk), taghyîr
(perubahan pada umumnya), dan intiqâl hâl ilâ hâl (perpindahan suatu
kondisi ke kondisi yang lain). Dari sinilah terdapat ungkapan Arab: ‫شف‬
ٗ ‫م‬١‫ٓ م‬ ‫( ا ى‬sharafa al-kalâm „an haqîqatihî), maksudnya: “mengubah dan
mengganti ucapan/kalam dari yang sebenarnya.”
Dengan demikian, “ilmu sharf” diartikan sebagai ilmu yang
membahas tentang perubahan/pergeseran bentuk atau keadaan kata
bahasa Arab.
Syaikh Musthafa al-Ghalayaini, Penulis Jâmi„al-Durûs Al-„Arabiyyah,
mendefinisikan ilmu sharf sebagai berikut:
َِ ‫ُ ا‬ .‫اب و ء‬ ‫وأ اُ ا‬ ‫تا‬ ‫ِ ُغ ا‬ ‫ٍل ُ َف‬
ٌ ٌ ‫ا ف‬
‫َا‬ ‫أن ن ِ ُ ا‬ ‫وإ ل وإد م وإ ال و ِ ِف‬ ُ َِ ُ
‫ض‬
. ‫ا‬
“Sharf ialah ilmu tentang kaidah-kaidah pokok untuk mengetahui
bentuk-bentuk kata berbahasa Arab (shiyagh al-kalimât al-„arabiyyah) serta
keadaan-keadaannya yang bukan termasuk dalam kajian i„râb dan binâ‟.
Sharf ialah ilmu yang membahas tentang kalim (kata-kata) dari sisi
perubahan yang muncul darinya seperti tashrîf, i„lâl, idghâm, dan ibdâl.
Dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui apa yang dipersyaratkan dalam
bangunan kalimah sebelum ia tersusun dalam jumlah (struktur/kalimat).”
Beberapa istilah yang terkait dengan definisi ilmu sharf di atas
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tashrîf ( ٠ ), secara harfiah berarti perubahan bentuk (taghyîr).
Dalam ilmu sharf, tashrîf dipahami sebagai perubahan kontruksi kata
(kalimah) bahasa Arab yang berkaitan dengan harf-harf (konsonan
morfem-akar) yang asli atau tambahan, shahîh (konsonan murni) atau
„illat (semi vokal: a, y/i, u/w), serta apakah konstruksi kata itu
mengandung i„lâl (pembuangan, penggantian, dan penukaran posisi
harf illat dengan harf shahîh) atau ibdâl (penggantian/penukaran
posisi harf shahîh dengan harf shahîh dan atau dengan harf illat), dan
sebagainya.
Menurut Syaikh Mushthafa al-Ghalayaini, istilah tashrîf
memiliki dua makna, yaitu: pertama, perubahan kalimah (akar kata)
ke dalam berbagai bentuk kata baru yang berbeda-beda dan

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


menghasilkan aneka makna, seperti perubahan kata mashdar
(infinitif) ke bentuk fi„il mâdhi, fi„il mudhâri„, fi„il amr, isim fâ„il, isim
maf„ûl, dan seperti perubahan bentuk nisbah dan tashghir. Makna
kedua, ialah perubahan yang terjadi di dalam proses pembentukan
kata yang tidak menimbulkan perubahan makna, seperti ziyâdah
(penambahan harf atau sejenisnya), hadzf (pembuangan harf), ibdâl
(penggantian harf), qalb (penukaran posisi harf), dan idghâm
(pemasukkan harf ke harf yang sejenis).
Secara lebih aplikatif, dalam khazanah pembelajaran ilmu sharf
di Indonesia, Muhammad Ma„shum bin „Ali, penulis Al-Amtsilah al-
Tashrîfiyyah, memperkenalkan dua model tashrîf, yaitu: pertama,
tashrîf isthilâhî, yaitu: perubahan kata dasar (morfem-akar) ke
berbagai bentuk kalimah baru yang memiliki istilah/terminologis
khusus, seperti fi„il mâdhi, fi„il mudhâri„, mashdar ghair mîmî, mashdar
mîmî, isim fâ„il, isim maf„ûl, fi„il amr, fi„il nahy, isim zamân, dan isim
makân. Kata dasar dan kata-kata baru yang terbentuk dalam pola
tashrîf isthilâhî ini diurutkan secara mendatar dan di atasnya
diletakkan wazn-wazn (timbangan kata) yang menjadi acuan kata-
kata di bawahnya. Model tashrîf isthilâhî ini dapat dikatakan sebagai
penjabaran makna tashrîf secara aplikatif yang telah dikemukakan
oleh Al-Ghalayaini di atas, yaitu perubahan suatu kata dasar
(morfem-akar) bahasa Arab ke dalam berbagai bentuk kata baru
yang berbeda untuk menghasilkan berbagai macam makna.
Istilah kedua yang dikemukakan oleh Muhammad Ma„shum bin
„Ali ialah tashrîf lughawî, yaitu perubahan suatu kalimah secara
bahasa yang disesuaikan dengan keadaan subjek berupa dhamîr
(pronomina persona). Acuan dalam tashrîf lughawî adalah dhamîr-
dhamîr yang diurutkan secara vertikal/menurun (dari atas ke bawah)
dengan klasifikasi dhamîr al-ghâ‟ib, dhamîr al-mukhâthab, dan dhamîr al-
mutakallim. Urutan dhamîr tersebut ialah ٛ٘, ‫ّ٘ب‬, ُ٘, ٟ٘, ‫ّ٘ب‬, ٓ٘ (huwa,
humâ, hum, hiya, humâ, hunna) untuk dhamâ‟ir al-ghâ‟ib (kata ganti
orang ketiga), lalu َ‫أٔذ‬, ‫أٔزّب‬, ُ‫أٔز‬, َ‫أٔذ‬, ‫أٔزّب‬, ٓ‫( أٔز‬anta, antumâ, antum, anti,
antumâ, antunna) untuk dhamâ‟ir al-mukhâthab (kata ganti orang
kedua), lalu ‫( أٔب‬anâ) untuk dhamîr al-mutakallim wahdah (kata ganti
orang pertama tunggal) dan , ٓ ٔ (nahnu) untuk dhamîr al-mutakallim
ma„al-ghair (kata ganti orang pertama jamak). Dengan demikian,
setiap kata yang ditasrifkan dengan pola tashrîf lughawî ini akan
dibaca dari atas ke bawah sesuai dengan urutan dhamîr tersebut.
Muhammad Hamzah bin Sattar dalam Tashrîf Binâ‟ al-Af„âl: Mawâzîn
wa Amtsilah, (Kairo, Dar al-Fajr al-Islami, 2007), mengikuti kedua
model tasrif tersebut, yakni tashrîf isthilâhî dan tashrîf lughawî, tetapi
dengan penyempurnaan beberapa istilah terkait.

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 7


2. I‘lâl, yaitu pembuangan harf „illat (semi vokal), penggantiannya
dengan harf shahîh atau „illat, dan penukaran posisinya dengan harf
shahîh dan atau harf „illat.
3. Idghâm, yaitu pemasukkan satu harf (konsonan) pada harf sejenis
dengan cara men-sukûn-kan yang pertama lalu memasukkannya
sehingga dilambangkan dengan satu harf yang memiliki syiddah (_ّ_).
4. Ibdâl, yaitu penggantian/penukaran posisi harf shahîh dengan harf
shahîh dan atau dengan harf „illat.
Selain definisi yang dikemukakan oleh al-Ghalayaini tersebut di
atas, ada beberapa defisini ilmu sharf yang cukup aplikatif sebagai
berikut:
: ‫فا‬ ‫ا‬
ٍ‫دة‬ ‫ٍ ِ ٍن‬ ٍ ‫ا ِ ا ا ِإ أ‬
ْ ُ َ -1
‫ء‬ ‫ِ اب و‬ ‫ِا‬ ‫ال أ ِ ا‬
ُ ‫ ٌ ِ ا َ ُ َف أ‬-2
ِ ِ ُ ‫ٍل ُ َف أ‬
َ ِ ‫ال أ ا‬ ٌ -3
1. Perubahan akar kata (al-ashl al-wâhid, dasar yang tunggal) ke dalam
berbagai bentuk kata yang berbeda-beda untuk mengungkapkan
aneka makna (maksud/tujuan).
2. Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dengan kaidah itu dapat diketahui
keadaan bangunan/kontruksi kalimah (kata) yang bukan termasuk
bahasan i„râb dan binâ‟ (maksudnya, bukan perubahan [i„râb] dan
ketetapan [binâ‟] yang terjadi pada bunyi akhir kata sebagaimana yang
dibahas di dalam ilmu nahwu).
3. Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan bangunan/kontruksi kalim (kata-kata) sebelum disusun di
dalam struktur/kalimat.
Contoh perubahan akar kata ke beberapa bentuk lainnya yang
berbeda, sebagaimana ditegaskan dalam definisi nomor 1 ialah
perubahan mashdar (infinitif) ke bentuk fi„il mâdhi (kata kerja kala
lampau), fi„il mudhâri„(kata kerja kala kini dan akan datang), dan fi„il amr
(kata kerja perintah/imperatif), termasuk perubahan mashdar (infinitif) ke
bentuk kata-kata benda yang dibentuk darinya/yang menjadi
turunannya (asmâ‟ musytaqqât), yaitu isim fâ„il (isim pelaku, active
participle), isim maf„ûl (isim objek pekerjaan/passive participle), shifah
musyabbahah (adjektiva), dan sebagainya.

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


Perhatikan tabel perubahan akar kata berikut (dibaca dari kanan):
‫ت‬ ‫ا‬/ ّ َ ْ ُ ‫ا ْ َ ء ا‬ ‫ا َْ َ ل‬
‫ر‬ ‫ا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫رع‬ ‫ا‬ ‫ا‬
ِ ‫َ ْ ُ ْ ٌم‬ ِ ِ ِ ِْ
ٌْ َ ٌ َ ْ َْ ‫ا‬ ُ ََْ َ َ
ِ ِ ِ ِ
ٌ ٰ ْ ‫ َر‬، ٌ ْ ‫َر‬ ‫َ ْ ُ ْ ٌم‬ ٌ ‫َرا‬ ْ َ ‫ا ْر‬ ُ َ َْ َ ‫َر‬ َ ْ ‫َر‬

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, jelaslah bahwa


ilmu sharf ialah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah perubahan
pada kalimah mutasharrifah (kata yang menerima perubahan), baik yang
bersifat pembentukan kalimah baru dari akar kata yang tunggal maupun
perubahan di dalam kalimah yang disesuaikan dengan aneka dhamîr
(pronomina persona) di dalam bahasa Arab. Dengan kata lain, dapat
disimpulkan bahwa ilmu sharf secara khusus mengkaji perubahan kata-
kata di dalam bahasa Arab sebelum digunakan di dalam
struktur/kalimat.

B. Objek Kajian Ilmu Sharf


Objek kajian ilmu sharf adalah bangunan/konstruksi semua kalimah
(kata) berbahasa Arab yang menerima perubahan dari akar kata yang
tunggal, kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang perubahan bentuk
kalimah, serta perubahan kalimah yang bukan termasuk bahasan i„râb
(perubahan bunyi/bentuk akhir kata yang menjadi kajian ilmu nahwu).
Tentang kalimah yang menjadi objek kajian ilmu sharf, al-Ghalayaini
secara khusus menyebutkan dua jenis kalimah (kata), yaitu: isim
mutamakkin (ٓ‫ )ا ُ اٌّزّى‬atau isim mu„rab (‫ )ا ُ اٌّ ة‬dan fi„il mutasharrif
(‫اٌّز ف‬ ٌ‫)ا‬. Dua jenis kalimah inilah yang menjadi objek kajian ilmu
sharf karena keduanya menerima perubahan bentuk. Maksud perubahan
bentuk pada kalimah, menurut al-Ghalayaini, adalah perubahan dari akar
kata tunggal ke dalam berbagai bentuk kata baru yang memiliki aneka
makna, seperti perubahan kata mashdar (infinitif) ke bentuk fi„il mâdhi, fi„il
mudhâri„, fi„il amr, isim fâ„il, dan isim maf„ûl, dan perubahan yang terjadi di
dalam proses pembentukan kata yang tidak menimbulkan perubahan
makna, seperti ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), hadzf
(pembuangan harf), ibdâl (penggantian harf), qalb (penukaran posisi harf),
dan idghâm (pemasukkan harf ke harf yang sejenis). Lebih lanjut, al-
Ghalayaini juga menandaskan bahwa persoalan yang berkaitan dengan
perubahan di dalam kata seperti tashrîf, i„lâl, idghâm, dan ibdâl juga
merupakan kajian di dalam ilmu sharf.

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 9


Tentang objek kajian ilmu sharf, Muhammad Hamzah bin Sattar
menyatakan:
‫و‬، ‫ءا‬ ‫وا‬ ‫لا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ظا‬ ‫ ا‬:‫ف‬ ‫عا‬
‫ا‬ ‫ إذا ن ا ول‬: ‫م؛‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ا‬
.‫ف‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ت؛ و‬
ُ ‫َ َ ْد‬ ،‫ا د م‬ ‫ا‬ ‫نأ‬ ‫وا‬
“Objek kajian ilmu sharf ialah: lafal-lafal (kata-kata) bahasa Arab
Fusha yang terdiri atas fi„il-fi„il mutasharrifah (kata kerja yang menerima
perubahan) dan isim-isim mutamakkinah (kata benda dan sifat yang
dibentuk). Demikian pula persoalan-persoalan perubahan bentuk kata
dan kaidah-kaidah yang berkaitan dengannya, seperti kaidah tentang
larangan idghâm (memasukkan harf sejenis) dalam keadaan harf pertama
ber-harakat/memiliki baris dan harf kedua sejak awal ber-harakat sukûn
(mati), seperti pada kata “madadtu” (َ‫)ِ د‬. Juga, beberapa persoalan
perubahan bentuk kata lainnya.”
Dari penjelasan di atas, cakupan atau objek kajian ilmu sharf dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Al-hurûf al-ashliyyah, yaitu harf-harf asli atau konsonan-konsonan akar
yang menjadi elemen dasar konstruksi kalimah (kata, morfem-akar).
Elemen dasar bangunan kalimah bahasa Arab pada umumnya terdiri
atas 3 (tiga) harf (konsonan).
2. Ashl al-kalimât/ashl al-musytaqqât, yaitu akar dari semua kalimah yang
dibentuk atau yang menjadi turunannya. Akar kata semua kalimah
bahasa Arab menurut linguis Basrah adalah mashdar (bentuk infinitif),
sedangkan menurut linguis Kufah adalah fi„il mâdhi (kata kerja kala
lampau).
3. al-Awzân, yaitu wazn-wazn (penimbang/acuan kata) yang menjadi
patokan bagi semua kalimah yang akan dibentuk atau yang menjadi
turunannya. Acuan kata ini meliputi semua wazn untuk kata fi„il dan
isim musytaq (yang dibentuk atau menjadi turunannya).
4. Shiyagh al-af„âl al-mutasharrifah, yaitu semua bentuk fi„il (kata kerja,
verba) yang mengalami perubahan, seperti fi„il mâdhi (kata kerja kala
lampau), fi„il mudhâri„(kata kerja kala kini dan akan datang), dan fi„il
amr (kata kerja perintah/imperatif), dan fi„il nahy (kata kerja larangan).
5. Asmâ‟ mutamakkinah, yaitu semua isim yang dibentuk atau diturunkan
dari akar kata/masdar (infinitif), seperti isim fâ„il (isim pelaku, active
participle), isim maf„ûl (isim bermakna objek/pasif, passive participle),
shifah musyabbahah (kata sifat, adjektiva), dan bentuk-bentuk isim
lainnya yang menerima perubahan.

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


6. Qawâ„id sharfiyyah, yaitu kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang
pembentukan dan perubahan kalimah berbahasa Arab, seperti kaidah
tentang i„lâl (pembuangan, penggantian, atau penukaran harf „illah),
ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), hadzf (pembuangan harf),
ibdâl (penggantian harf shahîh), qalb (penukaran posisi harf), dan idghâm
(memasukkan harf ke harf yang sejenis).
7. Mawâzîn wa amtsilah al-tashrîf, yaitu acuan-acuan dan contoh-contoh
praktis tentang perubahan kata dari akarnya dan proses
pembentukannya. Acuan dan contoh proses pembentukan dan
perubahan kalimah yang sudah aplikatif disebut tasrif (tashrîf), yaitu:
tashrîf isthilâhî dan tashrîf lughawî. Tasrif isthilâhî ialah perubahan
morfem-akar ke bentuk-bentuk kalimah baru yang memiliki
istilah/terminologis khusus sebagai acuannya. Sedangkan, tasrif
lughawî ialah perubahan kata yang disesuaikan dengan kondisi dhamîr
[pronomina persona] yang dikenal di dalam bahasa Arab.
8. al-Ma„nâ al-sharfî, yaitu makna yang muncul dari setiap perubahan
pada kalimah, seperti ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), dan
makna yang terjadi pada setiap pembentukan kalimah baru dari akar
kata yang tunggal, seperti makna dari fi„il mâdhi, fi„il mudhâri„, dan fi„il
amr, dan fi„il nahy serta makna dari isim fâ„il, isim maf„ûl, shifah
musyabbahah (kata sifat, adjektiva), dan sebagainya.

Ringkasnya, ilmu sharf ialah ilmu yang mengkaji ketentuan


perubahan bentuk kata bahasa Arab (qawâ„id sharfiyyah) atau secara
khusus membahas asmâ‟ mu„rabah atau mutamakkinah (isim-isim yang
dapat berubah bentuk) dan af„âl mutasharrifah (fi„il-fi„il yang menerima
perubahan) berikut makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Dengan catatan, semua kalimah yang menjadi objek kajian ilmu sharf ini
belum tersusun di dalam jumlah/struktur kalimat. Dengan demikian,
objek kajian ilmu sharf dapat diungkapkan sebagai berikut:

‫ق‬ ‫ؿا ّ و‬ ‫وا‬ ‫ءا‬ ‫ا‬ ‫ت ا‬ ‫ ا‬:‫ف‬ ‫عا‬


. ‫ا‬ ‫لا‬ ‫ؿ إ اد‬ ‫أو‬ ‫و ا‬ ‫ا‬
Selanjutnya, meskipun kalimah harf (partikel) tidak menjadi topik
utama ilmu sharf karena bentuknya yang tetap atau tidak berubah,
kalimah harf tetap disinggung dalam ilmu sharf sebagai suplemen. Sebab,
kalimah harf juga memiliki bentuk yang khusus dan berbeda dengan
kalimah isim dan kalimah fi„il. Menjelaskan bentuk kalimah harf merupakan
tugas ilmu sharf, karena ilmu sharf secara khusus mengkaji bentuk-
bentuk kalimah. Selain itu, dengan mengetahui bentuk kalimah harf,

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 11


pelajar bahasa Arab diharapkan lebih mantap dalam menguasai
perubahan bentuk kalimah dan tidak terkecoh dengan kalimah-kalimah
yang tidak mengalami perubahan bentuk.
C. Spesifikasi Kajian Ilmu Sharf
Sebagaimana dijelaskan pada definisi dan objek kajiannya, ilmu
sharf secara khusus mengkaji semua kalimah berbahasa Arab yang belum
tersusun di dalam jumlah/struktur kalimat dan perubahan-perubahan
yang terjadi padanya, kaidah-kaidah yang mengatur perubahan bentuk
kalimah, serta makna yang timbul akibat perubahan tersebut. Akan tetapi,
perubahan yang dikaji dalam ilmu sharf terbatas pada perubahan yang
bersifat pembentukan kalimah yang lazim disebut dengan isytiqâq dan
tashrîf, bukan perubahan bunyi akhir kalimah yang telah tersusun di
dalam jumlah yang lazim disebut i„râb.
Dari paparan di atas, spesifikasi kajian ilmu sharf dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Ilmu sharf membahas semua kalimah berbahasa Arab yang dapat
berubah (mutamakkinah) atau menerima perubahan bentuk
(mutasharrifah), seperti isim fâ„il, isim maf„ûl, dan shifah musyabbahah
yang diturunkan dari masdar (infinitif) serta fi„il mâdhi, fi„il mudhâri„,fi„il
amr, dan fi„il nahy.
2. Ilmu sharf membahas perubahan kalimah dalam keadaannya yang
tunggal (ifrâd) atau belum tersusun di dalam jumlah atau struktur
kalimat
3. Perubahan yang dibahas di dalam ilmu sharf terkait dengan
pembentukan kalimah baru atau turunan kata (musytaqqât), baik berupa
asmâ‟ mu„rabah/mutamakkinah (isim-isim yang dapat berubah
bentuknya) maupun af„âl mutasharrifah (fi„il-fi„il yang menerima
perubahan)
4. Karena membahas pembentukan kalimah baru atau turunan kata
(musytaqqât), ilmu sharf secara khusus mengkaji perubahan al-hurûf al-
ashliyyah, yaitu harf-harf asli atau konsonan akar yang menjadi elemen
dasar konstruksi kalimah (kata, morfem-akar), yang kebanyakan terdiri
atas 3 (tiga) harf asli. Apabila konsonan akar berupa harf illat (semi
vokal: ‫ا‬/a, ٞ/y, ٚ/w), sama jenisnya, atau berdekatan jenisnya, maka
akan terjadi perubahan konsonan akar berupa i„lâl, ibdâl, dan idghâm.
5. Ilmu sharf juga membahas ashl al-musytaqqât, yaitu akar semua kalimah
yang dibentuk atau diturunkan serta mengkaji wazn-wazn
(penimbang/acuan kata) yang menjadi patokan bagi semua kalimah
yang dibentuk atau menjadi turunannya.

12 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


6. Meskipun ilmu sharf lebih banyak membahas kalimah bahasa Arab,
makna-makna yang muncul dari setiap perubahan bentuk kalimah juga
menjadi spesifikasi kajian ilmu sharf. Artinya, ilmu sharf juga
mengkaji makna dari kata-kata yang berubah itu.
Adapun ilmu nahwu mengkaji kondisi akhir setiap kalimah yang
telah tersusun di dalam jumlah atau struktur kalimat. Secara lebih
spesifik, ilmu nahwu didefinisikan sebagai berikut:
‫ و‬.‫اب و ا ء‬ ‫ا‬ ‫تا‬ ‫ا‬ ‫أ اؿ أوا‬ ‫ م‬: ‫ا‬
. ‫ا‬ ‫ا‬ ‫أو‬ ‫ؿ‬ ‫ت‬ ‫ا‬
“Nahwu ialah ilmu yang mengkaji kondisi akhir kalimah berbahasa Arab
dari perspektif i„râb dan binâ‟. Ilmu nahwu membahas kalimah (kata-kata)
pada saat atau setelah ia tersusun di dalam jumlah atau struktur kalimat.”
Maksud i‘râb ialah perubahan yang terjadi pada akhir kalimah
(umumnya pada harakat a, i, dan u atau sejenisnya) karena perubahan
jabatan/kedudukan kata di dalam jumlah (kalimat) atau karena
perbedaan „âmil (sesuatu yang berpengaruh) pada perubahan jebatan
tersebut. Sedangkan, binâ’ adalah kebalikan dari i„râb, yaitu kondisi tetap
(mabnî) pada harakat akhir kata di dalam kalimat (jumlah), meskipun
jabatannya dalam kalimat itu berubah, atau meskipun ada „âmil (sesuatu
yang berpengaruh) pada perubahan kata tersebut. Persoalan i„râb dan
binâ‟ tidak dibahas di dalam ilmu sharf karena termasuk dalam kajian
ilmu nahwu. Begitu pula persoalan „âmil (sesuatu yang berpengaruh)
terhadap posisi atau kedudukan kata di dalam kalimat.
Tentang spesifikasi ilmu sharf dan ilmu nahwu, sebuah ungkapan
bahasa Arab mengatakan:
ِ
َ ْ َُ‫ف أُم اْ ُ ُ ْ م َوا ْ ُ أ‬
ُ ْ َ‫ا‬
“Ilmu sharf adalah (bagaikan) induk/ibu dari semua ilmu (bahasa Arab),
sedangkan ilmu nahwu adalah (bagaikan) ayah dari semua ilmu (bahasa
Arab)”.
Ungkapan Arab tersebut dapat dipahami dengan meninjau dua
aspek, yaitu aspek materi yang dikaji dalam dua ilmu tersebut dan aspek
peranan keduanya di dalam mengkaji kalimah berbahasa Arab. Ditinjau
dari aspek materi, ilmu sharf secara khusus membahas materi-materi
perubahan kalimah yang berada di dalam konstruksi kata yang bersifat
internal, sedangkan spesifikasi ilmu nahwu yang membahas domain
perubahan akhir kalimah berbahasa Arab yang berada di luar konstruksi
kata atau bersifat ekternal, yaitu di dalam struktur kalimat. Sedangkan
ditinjau dari aspek peranannya, ilmu sharf lebih memperhatikan
perubahan-perubahan dalam pembentukan kata (kalimah) dan

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 13


konstruksinya yang merupakan domain internal kata, sedangkan ilmu
nahwu tidak memperhatikan bangunan kata secara mandiri tetapi
meninjau perubahan akhir kata yang terkait dengan struktur kalimat.
Pada aspek materi dan peranannya ini, terdapat perbedaan yang
siginifikan antara ilmu sharf dan ilmu nahwu. Ilmu sharf mengurusi
wilayah internal kalimah berbahasa Arab, sedangkan ilmu nahwu
mengurusi wilayah eksternal kalimah berbahasa Arab. Persoalan yang
dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu sharf seperti peran ibu di
dalam rumah tangga pada umumnya, yaitu melahirkan anak-anak dan
mengurus semua keperluan internal rumah tangga/keluarga, sedangkan
persoalan yang dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu nahwu
bagaikan peran ayah di luar rumah, yaitu mengurus persoalan ekternal
rumah tangga serta hubungan sosial lainnya. “Anak-anak” yang
dilahirkan dari ilmu sharf diumpamakan kalimah-kalimah yang dibentuk
dari akar kata yang tunggal, atau dari induk “sharf”. Ketika “anak-anak”
atau kalimah-kalimah berbahasa Arab itu telah tersusun di dalam struktur
kalimat, maka ilmu nahwu berperan untuk mengatur bagaimana
interaksi itu berjalan dengan baik dan benar. Aturan tentang perubahan-
perubahan yang terjadi pada akhir kalimah dalam struktur kalimah disebut
dengan kaidah-kaidah nahwu (qawâ„id nahwiyyah).
Ungkapan “al-sharf umm al-„ulûm wa al-nahw abûhâ” juga dapat
diterjemahkan: “perubahan bentuk kata (sharf) adalah induk/pintu
memasuki semua pengetahuan (bahasa Arab), dan tata bahasa (nahw)
adalah bapak/kunci semua pengetahuan (bahasa Arab).” Ungkapan ini
juga dapat dipahami bahwa pintu untuk memasuki semua khazanah
pengetahuan berbahasa Arab adalah ilmu tentang perubahan bentuk kata
dan maknanya, yakni ilmu sharf. Sedangkan, kunci untuk membuka
semua pintu pengetahuan itu adalah tata bahasa Arab atau ilmu nahwu.
Seorang pelajar bahasa Arab harus menguasai ilmu sharf dan ilmu
nahwu agar dapat memperoleh semua khazanah pengetahuan berbahasa
Arab.
Dengan demikian, mengetahui seluk-beluk kalimah berbahasa Arab
dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya serta memahami
makna dari setiap perubahan kalimah tersebut merupakan kunci dari
semua pengetahuan kebahasaaraban dan semua informasi yang
terkandung di dalam ungkapan berbahasa Arab. Dan, ilmu yang
membahas tentang seluk-beluk kalimah dan makna perubahannya adalah
ilmu sharf. Oleh karena itu, alangkah bahagianya orang yang meraih
kunci gudang ilmu pengetahuan, lalu membukanya dan menemukan
khazanah ilmu yang sangat berlimpah… Bila orang yang membuka
khazanah itu adalah dirimu, engkau akan takjub dan terkesima dengan
keindahan bahasa dan keunggulan budaya Arab.

14 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


D. Peletak Dasar Ilmu Sharf dan Alasan Kelahirannya
Para ahli bahasa, utamanya ilmu sharf, berbeda pendapat tentang
siapa yang pertama kali meletakkan dasar-dasar ilmu sharf atau siapa
yang membidani lahirnya ilmu sharf. Pendapat yang paling kuat
menyatakan bahwa perintis ilmu sharf ialah Mu„adz bin Muslim al-
Harra‟, seorang ulama Kufah yang meninggal di Kufah pada tahun 187
H. Akan tetapi, pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Sebab, Al-Kitâb
karya Sibawaih sarat dengan persoalan-persoalan perubahan kata atau
ilmu sharf. Hanya saja, apa yang dikaji oleh Mu„adz bin Muslim pada
saat itu terfokus pada persoalan-persoalan pembentukan dan perubahan
kata dengan menampilkan latihan-latihan (tamârîn). Para pakar ilmu
nahwu dan sharf menilai latihan-latihan itu sebagai tashrîf atau cikal
bakal ilmu sharf.
Muhammad al-Thanthawi dalam Nasy‟ah al-Nahw wa Târîkh Asyhar
al-Nuhât membenarkan pendapat di atas. Mu„adz yang bergelar “Abu
Muslim”, paman al-Ru‟asi yang merupakan ahli nahwu Kufah generasi
pertama, adalah sosok yang sangat serius dalam mengkaji persoalan
konstruksi/bangunan kalimah berbahasa Arab. Keseriusan dan
ketekunannya dalam membahas persoalan perubahan-perubahan bentuk
kalimah diakui oleh para pakar nahwu dan sharf pada masanya dan masa
berikutnya, sehingga para sejarahwan menyimpulkan bahwa Abu
Muslim adalah peletak dasar-dasar ilmu sharf. Demikian dijelaskan di
dalam al-Tashrîh bi Madhmûn al-Taudhîh.
Adapun alasan utama yang melatarbelakangi lahirnya ilmu sharf
(juga ilmu nahwu) ialah menjaga kebenaran bahasa Al-Quran dari
kesalahan dalam membaca, menulis, dan memahaminya. Sebagaimana
diketahui, sejak awal abad ke-2 Hijriah, Islam telah menjangkau wilayah-
wilayah non-Arab seperti Persia dan Rowami. Interaksi bahasa Arab dan
budaya Islam dengan bahasa dan budaya asing telah mendorong para
pelajar non-Arab untuk mempelajari bahasa Arab dan budaya Islam,
khususnya dari Al-Quran. Akan tetapi, interaksi itu telah menimbulkan
ekses negatif berupa kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab fusha.
Dan, ilmu sharf, di antaranya, telah berperan dalam membenarkan
kesalahan-kesalahan berbahasa, khususnya dalam menggunakan aneka
kalimah sesuai dengan maksudnya.
Di sisi lain, sebenarnya para ulama Islam menaruh perhatian yang
besar terhadap ilmu pengetahuan kebahasaaraban sehingga mereka telah
melahirkan berbagai karya ilmu bahasa dan sastra Arab, seperti sharf
(‫)اٌ ف‬, i„rab/nahwu (ٛ ٌٕ‫ ا‬ٚ‫اة أ‬ ‫)ا‬, bayan (ْ‫ب‬١‫)اٌج‬, ma„ani (ٟٔ‫)اٌّ ب‬, badi„
( ٠ ‫)اٌج‬, arudh (‫ع‬ٚ ٌ‫)ا‬, qawafi (ٟ ‫ا‬ٛ‫)اٌم‬, puisi/syair ( ٌ‫)ل ع ا‬, imla‟ (‫)ا ِ ء‬,
insya‟ (‫)ا ٔ بء‬, pidato (‫)اٌ بثخ‬, sejarah sastra (‫ ا ة‬٠ ‫) ب‬, dan kajian teks
bahasa (‫)ِزٓ اٌ خ‬. Lahirnya karya-karya ulama ini pada awalnya semata

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 15


untuk menjaga Al-Quran dan bahasa Arab fusha dari kesalahan dalam
membaca, menuliskan, dan memahaminya.
Menurut Mushthafa al-Ghalayaini, munculnya ilmu-ilmu bahasa
Arab tidak terlepas dari kekhawatiran bangsa Arab terhadap lenyapnya
bahasa mereka ketika berinteraksi dengan bahasa-bahasa asing.
Kekhawatiran ini mendorong bangsa Arab untuk menuliskan bahasa
mereka dan meletakkan dasar-dasar pengetahuan kebahasaaraban ke
dalam kamus-kamus bahasa. Dasar-dasar pengetahuan inilah yang
kemudian dikenal dengan “al-„ulûm al-„arabiyyah” atau ilmu-ilmu
kebahasaaraban.

E. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Ilmu Sharf


Tujuan pembelajaran ilmu sharf ialah untuk menjaga kesalahan
berbahasa Arab dan menuliskan kosakatanya sesuai dengan kaidah atau
acuan yang benar. Tujuan tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut:
‫م‬ ‫لإ‬ ‫أ‬ ‫؛ وا‬ ‫ا دات ا‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫"ا ظ‬
". ‫و و ا‬ ‫ا‬
“Menjaga realitas-realitas bunyi bahasa dan penulisan kosakatanya; yang
dengan mengetahui kosakata bahasa sesuai kaidah yang benar, kita akan
sampai pada pemahaman tentang ajaran Islam dan berbagai persoalan
yang terkait dengannya.”
Secara lebih konkret dan aplikatif, tujuan pembelajaran ilmu sharf
ialah untuk menjaga kesalahan berbahasa Arab secara lisan dan tulisan,
khususnya dalam menggunakan berbagai jenis kalimah yang berbeda,
serta untuk lebih memantapkan pengetahuan tentang konstruksi kalimah
bahasa Arab berupa konsonan (harf) yang asli atau tambahan (ziyâdah).
Tujuan ini dapat diungkapkan sebagai berikut:
‫و‬ ‫ا وؼ ا‬ ‫ة‬ ‫ وا‬، ‫تا‬ ‫طا‬ ‫ا‬ ‫ف وا م‬ ‫ا‬ "
". ‫و‬ ‫ا ا ةو‬
“Menjaga lisan (bunyi bahasa) dan pena (penulisan bahasa) dari
kesalahan dalam menetapkan kalimah-kalimah berbahasa Arab dan
membantu untuk mengetahui harf-harf (konsonan pembentuk kata,
morfem akar) yang asli dan tambahan serta hal-hal yang terkait
dengannya berupa perubahan keadaan (taghyîr) dan perubahan
morfologis kosakata (tashrîf).”
Adapun manfaat, profit, atau keuntungan yang diperoleh dari
pembelajaran ilmu sharf ialah:

16 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


‫ـا‬ ‫ا ة‬ ‫ا‬ ‫ا ع‬ ‫ف‬ ‫فا‬ ‫تا‬ ‫وأ ؿ ا‬ ‫أ‬
“Mengetahui berbagai konstruksi kalimah berbahasa Arab serta akar
katanya untuk menjaga lidah (penggunaan bahasa) dari kesalahan
disertai upaya memperhatikan aturan penulisan kosakata bahasa.”

F. Signifikansi Ilmu Sharf dalam Tata Bahasa Arab


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tujuan ilmu sharf dipelajari
ialah untuk menjaga kesalahan berbahasa Arab secara lisan dan tulisan,
khususnya dalam menggunakan berbagai jenis kalimah yang berbeda-
beda bentuknya, serta untuk memantapkan pengetahuan tentang
konstruksi kalimah bahasa Arab, baik berupa harf (konsonan) yang asli
atau yang tambahan (ziyâdah). Sedangkan manfaatnya ialah mengetahui
berbagai konstruksi kalimah berbahasa Arab serta akar katanya untuk
menjaga lidah (penggunaan bahasa) dari kesalahan disertai upaya
memperhatikan aturan penulisan kosakata bahasa.
Dari tujuan dan mafaat di atas, dapat dipahami bahwa signifikansi
atau arti penting ilmu sharf dalam tata bahasa Arab ialah adanya acuan-
acuan yang benar dalam pembentukan dan perubahan kalimah berbahasa
Arab sehingga para pengguna (pelajar) bahasa Arab terhindar dari
kesalahan berbahasa, khususnya dalam mengucapkan aneka bentuk
kalimah/kosakata bahasa Arab, membacanya, dan atau menuliskannya.
Acuan-acuan pembentukan dan perubahan kalimah bahasa Arab pada
awalnya ditulis dalam bentuk kaidah yang dijelaskan secara naratif
dengan mengemukakan contoh-contoh yang sesuai dengan kaidah. Akan
tetapi, seiring dengan perkembangan kepenulisan, acuan-acuan ini dapat
dipaparkan secara sistematis dan aplikatif, misalnya dalam bentuk tasrif
ishthilâhî dan lughawî.
Selanjutnya, signifikansi ilmu sharf dapat dipahami dari fakta
bahwa bahasa merupakan bunyi-bunyi yang diungkapkan oleh setiap
komunitas untuk menyatakan apa yang dikehendakinya ( ٙ‫ ثشَ ت‬٠ َ‫ا ٍ َ أ ظ‬
ُ٘ ‫ٓ م‬ َ ٛ‫)وً ل‬. Maksud “bunyi bahasa” adalah rangkaian
kosakata/kalimah yang dapat diujarkan, diungkapkan, dan disalin dalam
bentuk teks. Karena bahasa terdiri dari ujaran atau teks kosakata/kalimah,
maka ilmu yang mempelajari tentang bentuk kalimah harus dikuasai,
sebelum atau secara bersamaan dengan ilmu bahasa yang lain.
Mempelajari ilmu sharf menjadi signifikan karena ia merupakan
pengetahuan tentang elemen dasar bahasa Arab.
Di sisi lain, menjaga kesalahan berbahasa dalam menggunakan
berbagai jenis kalimah yang berbeda-beda bentuknya dan beraneka agam
maknanya tidak mungkin dilakukan oleh pelajar/pengguna bahasa Arab

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 17


yang tidak/belum mengetahui konstruksi kalimah berbahasa Arab, akar
katanya, wazan yang menjadi acuan, dan kata-kata yang terbentuk atau
diturunkan dari akar kata tersebut. Oleh karena itu, rasanya mustahil bila
seseorang dapat mahir berbahasa Arab secara lisan dan tulisan, apabila ia
tidak menguasai ilmu sharf. Sebab, menguasai ilmu sharf dan nahwu
merupakan syarat mutlak bagi seseorang untuk dapat menguasi bahasa
Arab dengan baik, secara lisan dan tulisan. Betapa penting dan signifikan
ilmu sharf dalam bahasa Arab, hingga dikatakan bahwa induk ilmu
pengetahuan bahasa Arab adalah penguasaan ilmu sharf (al-sharf umm al-
„ulûm).
Perhatikan perbedaan teks dan makna kalimah di bawah ini:
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
Pena َ Sakit َ‫ا‬
Usaha َ Cita-cita َ‫أ‬
Berubah ‫َف‬ Mulia ‫َف‬
Bahagia ِ Naik ِ

Teman duduk ‫ج‬ yang duduk ‫ج‬


Yang Mahatahu, yang pandai,
sangat pandai sarjana
Orang yang ‫اب‬ Orang yang ‫ذب‬
banyak berdusta berdusta
Yang ‫َج‬ Penerjemah ‫ِج‬
diterjemahkan

Perhatikan juga perbedaan teks kalimah dan makna jumlah di


bawah ini:
‫ا‬
‫اٌى ت‬ ٌ‫أ ش َ ا‬ ٌ‫ش َ ا‬
Lai-laki itu mengusir anjing Laki-laki itu keluar
‫ ّ ا‬٠‫سبَ ص‬ ‫ ّ ا‬٠‫شبَ ص‬
Zaid dan Amr saling memukul Zaid memukul Amr
‫ٍم َ اٌجبة‬ ‫أ ٍم َ اٌجبة‬
Saya menutup pintu berkali-kali Saya menutup pintu
ُ ٌّ‫ ٔ ا‬ٚ ُ ٌّ‫ ٔ ا‬ٚ
Kami ditemukan oleh Kami menemukan guru
guru itu

18 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


Pada dua tabel di atas, dapat diketahui bahwa perubahan bunyi
kalimah dan perbedaan bentuk kalimah sangat mempengaruhi arti
ungkapan berbahasa Arab. Perbedaan bentuk kalimah dapat diketahui
dari ilmu sharf. Kesalahan membaca dan menulis bentuk kalimah dapat
mengakibatkan kesalahan dalam pemahaman struktur kalimat. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa signifikansi ilmu sharf ialah
menjaga terjadinya kesalahan membaca dan menulis aneka bentuk
kalimah, serta membantu seseorang dalam memahami struktur kalimat
berdasarkan komponen kosakata yang tersusun di dalam struktur
tersebut.

Rangkuman
1. Ilmu Sharf ialah ilmu yang membahas tentang perubahan-perubahan
yang terjadi pada kalimah (kata) berbahasa Arab sebelum digunakan di
dalam struktur/kalimat. Kaidah-kaidah perubahan kalimah dalam
bahasa Arab disebut qawâ„id sharfiyyah. Proses pembentukan dan
perubahan kalimah disebut tasrif (tashrîf). Tasrif memiliki dua model,
yaitu: tashrîf isthilâhî (perubahan morfem-akar ke bentuk kalimah baru
yang memiliki istilah/terminologis khusus) dan tashrîf lughawî
(perubahan kata yang disesuaikan dengan kondisi dhamîr [pronomina
persona]).
2. Objek kajian ilmu sharf adalah bangunan/konstruksi semua kalimah
berbahasa Arab, proses pembentukannya, dan perubahan shîghah
(bentuk kalimah) yang disertai dengan perubahan makna. Ilmu sharf
hanya mengkaji kalimah yang mengalami perubahan, yaitu isim
mutamakkin (kata benda dan sifat yang mengalami perubahan bentuk)
dan fi„il mutasharrif (kata kerja yang menerima perubahan). Akan
tetapi, ditinjau dari bentuknya sebagai kalimah, harf (partikel) tetap
disinggung dalam ilmu sharf. Harf tidak menjadi bahasan utama
karena bentuknya tidak berubah atau tetap.
3. Spesifikasi kajian ilmu sharf ialah semua kalimah berbahasa Arab yang
dapat berubah bentuk dalam keadaannya yang tunggal (ifrâd) atau
belum tersusun di dalam jumlah/struktur kalimat. Ilmu sharf mengkaji
perubahan akar kata atau al-hurûf al-ashliyyah, yaitu konsonan asli
(bukan tambahan) yang menjadi dasar konstruksi kalimah (morfem-
akar), ashl al-musytaqqât (akar kalimah yang dibentuk), wazn-wazn
(acuan kata), dan makna yang muncul dari setiap perubahan kalimah.
Ilmu sharf berbeda dengan ilmu nahwu dalam meninjau kalimah. Bila
ilmu sharf meninjau kalimah dari segi bentuknya (dan maknanya)
sebelum digunakan di dalam struktur/kalimat, maka ilmu nahwu

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 19


meninjau kalimah dari segi fungsinya di dalam struktur/kalimat. Ilmu
sharf memperhatikan semua perubahan yang terjadi di dalam
kalimah/kata, sedangkan ilmu nahwu memperhatikan perubahan yang
terjadi pada setiap akhir kalimah yang tersusun di dalam jumlah karena
perbedaan „âmil (faktor) yang mempengaruhinya.
4. Tujuan pembelajaran ilmu sharf ialah untuk menjaga kesalahan
berbahasa Arab dan menuliskan kosakatanya sesuai dengan kaidah
atau acuan yang benar. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari
pembelajaran ilmu sharf ialah mengetahui berbagai konstruksi kalimah
berbahasa Arab serta akar katanya untuk menjaga lidah dari
kesalahan berbahasa disertai upaya memperhatikan aturan penulisan
kosakata bahasa.
5. Signifikansi ilmu sharf dalam tata bahasa Arab ialah adanya acuan-
acuan yang benar dalam pembentukan dan perubahan kalimah
berbahasa Arab sehingga para pengguna bahasa Arab terhindar dari
kesalahan berbahasa, khususnya dalam mengucapkan aneka bentuk
kalimah/kosakata bahasa Arab, membacanya, dan atau
menuliskannya.

Tugas

Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Takrif Ilmu


Sharf dan Urgensinya dalam Tata Bahasa Arab. Agar Anda dapat lebih
memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta
konsep dari Ilmu Sharf serta Tujuan dan Manfaat dalam mempelajarinya.

20 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab


Tes Formatif 1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat.

Jawablah pertanyaan berikut:


1. Jelaskan definisi ilmu sharf menurut Mushthafa al-Ghalayaini!
2. Apa yang Anda ketahui tentang objek kajian ilmu sharf? Jelaskan dengan
memaparkan materi atau kajian yang menjadi spesifikasi ilmu sharf!
3. Kemukakan pendapat Anda, mengapa ilmu sharf dikatakan sebagai
induk ilmu bahasa Arab! Lalu, apa peranan ilmu sharf di dalam tata
bahasa Arab?
4. Jelaskan apa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari ilmu sharf,
dan apa pula manfaat yang dapat diperoleh dari pengetahuan tentang
perubahan bentuk kalimah!
5. Mengapa ilmu sharf itu penting dipelajari? Apa signifikansinya dalam
tata bahasa Arab?
6. Kemukakan contoh-contoh perubahan bentuk kalimah yang dapat
mempengaruhi perubahan arti secara signfikan!
7. Isilah/lengkapilah pernyataan-pernyataan di bawah ini !

........................................................ ‫ا ؼ‬
.................... ‫تا‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ا ؼا‬
........................................................
........................................................ ‫ما ؼ‬ ‫وا‬
........................................................
..................................... ‫تا‬ ‫ا‬ ‫ع ما ؼ‬
........................................................
........................... ‫ا‬ ‫ف وا م‬ ‫ا‬
........................................................
........................................................ ‫ا ؼ‬ ‫ة‬

Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab | 21


........................................................
.‫اب وا ء‬ ‫ا‬ ‫تا‬ ‫ا‬ ‫أ اؿ أوا‬ ‫م‬

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1


yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%


jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali


80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari
80%, Anda dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 1, terutama
pada bagian yang kurang Anda kuasai.

22 | Modul Pendalaman Materi PPG Bahasa Arab

Anda mungkin juga menyukai