KB 1
KB 1
َ ْ ) رَو
َج َِه ِه
ْ ر ْر
d) َنَ َ َال رَع رَم ِل َال ِجَ ْ ر
َ َيَ َ ِم َ َص ر
َ َ َف َ ر ر, berarti: mengeluarkan (memberhentikan)
karyawan dari pekerjaannya, atau membebas tugaskannya;
ْ ر ر ر
َفَ َال رَم ر
e) ال َ َص َ , artinya: membelanjakan (menggunakan) harta/uang;
ْ ر ر ر ّْ ر
f) الن َق َدََِب َِم َث َِل َِه
َ َف َ , berarti: menukar uang tunai dengan yang senilai;
َ َص
1
ر ر ر ْ ر رّر
ََفََالَكَل ر
g) َم َص, berarti: memperindah kalam/pembicaraan (َ)زَينَه.
ََّّعن
َّ َّ َّكلَّام
َّ َّ َّ(صَّرَّفَّ َّال:َّال؛َّوَّمَّنَّهَّ َّقَّوَّلَّهَّم
َّ َّحالَّ َّإَّلَّىَّح
َّ َّ ََّّالتَّحَّوَّيَّلَّ َّوَّالتَّغَّيَّ َّيرَّ َّوَّالَّاَّنَّتَّقَّالَّ َّمَّن:َّالصَّرَّفَّ َّلَّغَّة
ََ.َّ)َّأيََّّغَّيَّ َّرهََّّوَّبَّدَّلَّه
َّ َّحَّقَّيَّقَّتَّه
ْ
“Sharf” ()َصف secara bahasa ialah tahwîl (perubahan bentuk),
taghyîr (perubahan pada umumnya), dan intiqâl hâl ilâ hâl
(perpindahan suatu kondisi ke kondisi yang lain). Dari sinilah
َّ َّالصَّرَّفَّ َّعَّلَّ ٌمَّبَّأصَّولَّتعرفَّ َّبَّ َّهاَّصيَّغَّالَّكَّلَّمَّاتَّ َّالَّعَّرَّبَّيَّةَّ َّوَّأَّحَّ َّوالَّهَّاَّالَّتَّيَّلَّيَّسَّتَّ ََّّبإَّعرَّابَّ َّوَّل
َّ.َّ َّاَّبنَّاء
ََّّدالََّّوَّبَّهَّنَّعَّرف
َّ َّامَّوَّإَّب
َّ َّعلَّالََّّوَّإَّدَّغ
َّ َّنَّحَّيَّثَّمَّاَّيعرضَّلَّهََّّ َّمنََّّتَّصَّرََّّيفََّّوَّإ َّ فَّهَّوََّّعَّلَّ ٌمَّيَّبَّحَّث
َّ ََّّعنََّّالَّكلمََّّم
.َّكوَّنََّّعَّلَّيَّهَّبَّنَّيَّةَّالَّكَّلَّمَّةََّّقَّبَّلَّانتَّظَّامَّهَّاَّفَّيَّالجَّمَّلَّة
َّ َّمَّاَّيجَّبََّّأَّنََّّت
2
Beberapa istilah yang terkait dengan definisi ilmu sharf di atas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Tashrîf ()تْصيف, secara harfiah berarti perubahan bentuk (taghyîr).
Dalam ilmu sharf, tashrîf dipahami sebagai perubahan kontruksi
kata (kalimah) bahasa Arab yang berkaitan dengan harf-harf
(konsonan morfem-akar) yang asli atau tambahan, shahîh (konsonan
murni) atau ‘illat (semi vokal: a, y/i, u/w), serta apakah konstruksi
kata itu mengandung i‘lâl (pembuangan, penggantian, dan
penukaran posisi harf illat dengan harf shahîh) atau ibdâl
(penggantian/penukaran posisi harf shahîh dengan harf shahîh dan
atau dengan harf illat), dan sebagainya.
Menurut Syaikh Mushthafa al-Ghalayaini, istilah tashrîf
memiliki dua makna, yaitu: pertama, perubahan kalimah (akar kata)
ke dalam berbagai bentuk kata baru yang berbeda-beda dan
menghasilkan aneka makna, seperti perubahan kata mashdar
(infinitif) ke bentuk fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, fi‘il amr, isim fâ‘il, isim
maf‘ûl, dan seperti perubahan bentuk nisbah dan tashghir. kedua, ialah
perubahan yang terjadi di dalam proses pembentukan kata yang
tidak menimbulkan perubahan makna, seperti ziyâdah (penambahan
harf atau sejenisnya), hadzf (pembuangan harf), ibdâl (penggantian
harf), qalb (penukaran posisi harf), dan idghâm (pemasukkan harf ke
harf yang sejenis).
Secara lebih aplikatif, dalam khazanah pembelajaran ilmu
sharfdi Indonesia, Muhammad Ma‘shum bin ‘Ali, penulis Al-
Amtsilah al-Tashrîfiyyah, memperkenalkan dua model tashrîf, yaitu:
pertama, tashrîf isthilâhî, yaitu: perubahan kata dasar (morfem-akar)
ke berbagai bentuk kalimah baru yang memiliki istilah/terminologis
khusus, seperti fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, mashdar ghair mîmî, mashdar
mîmî, isim fâ‘il, isim maf‘ûl, fi‘il amr, fi‘il nahy, isim zamân, dan isim
makân. Kata dasar dan kata-kata baru yang terbentuk dalam pola
tashrîf isthilâhî ini diurutkan secara mendatar dan di atasnya
diletakkan wazn-wazn (pola kata) yang menjadi acuan kata-kata di
bawahnya. Model tashrîf isthilâhî ini dapat dikatakan sebagai
penjabaran makna tashrîf secara aplikatif yang telah dikemukakan
oleh Al-Ghalayaini di atas, yaitu perubahan suatu kata dasar
(morfem-akar) bahasa Arab ke dalam berbagai bentuk kata baru
yang berbeda untuk menghasilkan berbagai macam makna.
3
Istilah kedua yang dikemukakan oleh Muhammad Ma‘shum bin
‘Ali ialah tashrîf lughawî, yaitu perubahan suatu kalimah secara
bahasa yang disesuaikan dengan keadaan subjek berupa dhamîr
(pronomina persona). Acuan dalam tashrîf lughawî adalah dhamîr-
dhamîr yang diurutkan secara vertikal/menurun (dari atas ke
bawah) dengan klasifikasi dhamîr al-ghâ’ib, dhamîr al-mukhâthab, dan
َّهن،( هماhuwa, humâ, hum, hiya, humâ, hunna) untuk dhamâ’ir al-ghâ’ib
َّ:ا
َّ َّالصَّرَّفََّّاَّصَّطَّلَّاح
4
تحَّوَّيلَّالأصلَّالَّوَّاحَّدَّإلَّىَّأَّمَّثََّّلةَّمخَّتَّلَّفَّةَّلمَّعَّانَّمَّ َّقصَّوَّدَّ َّة .1
اء
َّ َّاَّبن
َّ َّإعرَّابََّّوَّل
َّ فَّبهاَّأَّحَّوَّالَّأبنَّيَّةَّالكَّلَّمةَّالَّتَّيَّلَّيَّسَّتََّّب
َّ ٌ َّع
لمَّبقَّوَّاعَّدَّتعر .2
ََّّالـمَّشتقات/َّالأسماءََّّالـمَّشتقة َّالأفعال
الَّـمَّصَّدَّ َّر
مشبهة
َّ َّالصَّفَّ َّةَّال المفعول
َّ الفاعل
َّ الأمر ع
َّ المضار الماضي
َّ
َّعلي ٌم َّمعلو ٌم َّعال ٌم َّاعلم َّيعلم َّعلم َّعل ٌم
ٌ
َّرحي ٌم َّمرحو ٌم َّراح ٌم َّارحم َّيرحم َّرحم َّرحمة
5
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, jelaslah bahwa
ilmu sharf ialah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah perubahan
pada kalimah mutasharrifah (kata yang menerima perubahan), baik yang
bersifat pembentukan kalimah (kata) baru dari akar kata yang tunggal
maupun perubahan di dalam kalimah (kata) yang disesuaikan dengan
aneka dhamîr (pronomina persona) di dalam bahasa Arab. Dengan kata
lain, dapat disimpulkan bahwa ilmu sharf secara khusus mengkaji
perubahan kata-kata di dalam bahasa Arab sebelum digunakan di dalam
struktur/kalimat.
2. Objek Kajian Ilmu Sharf
Objek kajian ilmu sharf adalah bangunan/konstruksi semua kalimah
(kata) berbahasa Arab yang menerima perubahan dari akar kata yang
tunggal, kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang perubahan bentuk
kalimah (kata), serta perubahan kalimah (kata) yang bukan termasuk
bahasan i‘râb (perubahan bunyi/bentuk akhir kata dalam kalimat yang
menjadi kajian ilmu nahwu).
Tentang kalimah (kata) yang menjadi objek kajian ilmu sharf, al-
Ghalayaini secara khusus menyebutkan dua jenis kalimah (kata), yaitu:
6
َّك
َّ َّكذَّل
َّ ََّّو،َّكنَّة
َّ ََّّمنََّّالَّأَّفَّعَّالََّّالَّمَّ َّتصَّرَّفَّةََّّوَّالَّأَّسَّمَّاءََّّالَّمَّتَّم
َّ َّالَّأَّلَّفَّاظََّّالَّ َّعرَّبَّيَّةََّّالَّفَّصَّحَّى:َّمَّوَّضَّوعََّّالصَّرَّف
ََّّاَّكانَّ َّالأَّوَّلَّ َّمَّنَّ َّالَّمَّتَّجَّانَّسَّيَّنَّ َّمَّتَّحَّرَّ َّكا َّ َّالَّمَّسَّائَّلَّ َّالصَّرَّفَّيَّةَّ َّوَّمَّاَّيَّتَّعَّلَّقَّ َّبَّهَّاَّمَّنَّ ََّّأحَّكَّام
َّ ََّّإَّذ:َّ؛َّكقَّوََّّلهَّم
ََََََّّّّّّ.
َّ ََّّنحَّوََّّمددت؛َّوَّنحَّوََّّذَّلَّكَّمَّنَّمَّسَّائَّلََّّالصَّرَّف،َّيَّامَّتَّنَّعََّّالَّإَّدَّغَّام
َّ َّكوَّنََّّأَّصَّل
َّ َّاكنَّاَّبَّس
َّ َّوَّالثَّانَّيَّس
7
pelaku, active participle), isim maf‘ûl (isim bermakna objek/pasif,
passive participle), shifah musyabbahah (kata sifat, adjektiva), dan
bentuk-bentuk isim lainnya yang menerima perubahan.
f) Qawâ‘id sharfiyyah, yaitu kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang
pembentukan dan perubahan kalimah berbahasa Arab, seperti kaidah
tentang i‘lâl (pembuangan, penggantian, atau penukaran harf ‘illah),
ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), hadzf (pembuangan harf),
ibdâl (penggantian harf shahîh), qalb (penukaran posisi harf), dan
idghâm (memasukkan harf ke harf yang sejenis).
g) Mawâzîn wa amtsilah al-tashrîf, yaitu acuan-acuan dan contoh-contoh
praktis tentang perubahan kata dari akarnya dan proses
pembentukannya. Acuan dan contoh proses pembentukan dan
perubahan kalimah yang sudah aplikatif disebut tasrif (tashrîf), yaitu:
tashrîf isthilâhî dan tashrîf lughawî. Tasrif isthilâhî ialah perubahan
morfem-akar ke bentuk-bentuk kalimah baru yang memiliki
istilah/terminologis khusus sebagai acuannya. Sedangkan, tasrif
lughawî ialah perubahan kata yang disesuaikan dengan kondisi
dhamîr [pronomina persona] yang dikenal di dalam bahasa Arab.
h) al-Ma‘nâ al-sharfî, yaitu makna yang muncul dari setiap perubahan
pada kalimah, seperti ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), dan
makna yang terjadi pada setiap pembentukan kalimah baru dari akar
kata yang tunggal, seperti makna dari fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, dan
fi‘il amr, dan fi‘il nahy serta makna dari isim fâ‘il, isim maf‘ûl, shifah
musyabbahah (kata sifat, adjektiva), dan sebagainya.
Ringkasnya, ilmu sharf ialah ilmu yang mengkaji ketentuan
perubahan bentuk kata bahasa Arab (qawâ‘id sharfiyyah) atau secara
khusus membahas asmâ’ mu‘rabah atau mutamakkinah (isim-isim yang
dapat berubah bentuk) dan af‘âl mutasharrifah (fi‘il-fi‘il yang menerima
perubahan) berikut makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Dengan catatan, semua kalimah yang menjadi objek kajian ilmu sharf ini
belum tersusun di dalam jumlah/struktur kalimat. Dengan demikian,
objek kajian ilmu sharf dapat diungkapkan sebagai berikut:
َّن
َّ ََّّالكلَّمَّاتَّ َّالعَّرَّبيَّةَّ َّمَّنَّ َّالأسمَّاءَّ َّالمَّعَّرَّبةَّ َّوَّالأفَّعَّالَّ َّالمَّتَّصَّرَّفَّةَّومَّاَّيَّتَّعلَّقَّ َّبَّ َّهاَّم:َّمَّوَّضَّوعَّ َّالصَّرَّف
.َّإفرادهَّاَّقَّبَّلََّّانتَّظَّامَّهاَّفَّيَّالجَّمَّلَّة
َّ ََّّمَّعَّانَّيهَّاَّالصَّرفيَّةََّّوَّقَّوَّاعَّدَّتَّصَّ َّريفَّهَّاَّأوَّتحَّوَّيلَّهَّاَّفَّيَّحال
8
Selanjutnya, meskipun kalimah (kata) harf (partikel) tidak menjadi
topik utama ilmu sharf karena bentuknya yang tetap atau tidak berubah,
kalimah harf tetap disinggung dalam ilmu sharf sebagai suplemen. Sebab,
kalimah harf juga memiliki bentuk yang khusus dan berbeda dengan
kalimah isim dan kalimah fi‘il. Menjelaskan bentuk kalimah harf merupakan
tugas ilmu sharf, karena ilmu sharf secara khusus mengkaji bentuk-
bentuk kalimah. Selain itu, dengan mengetahui bentuk kalimah harf,
pelajar bahasa Arab diharapkan lebih mantap dalam menguasai
perubahan bentuk kalimah dan tidak terkecoh dengan kalimah-kalimah
yang tidak mengalami perubahan bentuk.
3. Spesifikasi Kajian Ilmu Sharf
Sebagaimana dijelaskan pada definisi dan objek kajiannya, ilmu
sharf secara khusus mengkaji semua kalimah berbahasa Arab yang belum
tersusun di dalam jumlah/struktur kalimat dan perubahan-perubahan
yang terjadi padanya, kaidah-kaidah yang mengatur perubahan bentuk
kalimah, serta makna yang timbul akibat perubahan tersebut. Akan
tetapi, perubahan yang dikaji dalam ilmu sharf terbatas pada perubahan
yang bersifat pembentukan kalimah yang lazim disebut dengan isytiqâq
dan tashrîf, bukan perubahan bunyi akhir kalimah (kata) yang telah
tersusun di dalam jumlah (struktur kalimat) yang lazim disebut i‘râb.
Dari paparan di atas, spesifikasi kajian ilmu sharf dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a) Ilmu sharf membahas semua kalimah berbahasa Arab yang dapat
berubah (mutamakkinah) atau menerima perubahan bentuk
(mutasharrifah), seperti isim fâ‘il, isim maf‘ûl, dan shifah musyabbahah
yang diturunkan dari masdar (infinitif) serta fi‘il mâdhi, fi‘il
mudhâri‘,fi‘il amr, dan fi‘il nahy;
b) Ilmu sharf membahas perubahan kalimah dalam keadaannya yang
tunggal (ifrâd) atau belum tersusun di dalam jumlah atau struktur
kalimat;
c) Perubahan yang dibahas di dalam ilmu sharf terkait dengan
pembentukan kalimah baru atau turunan kata (musytaqqât), baik
berupa asmâ’ mu‘rabah/mutamakkinah (isim-isim yang dapat berubah
bentuknya) maupun af‘âl mutasharrifah (fi‘il-fi‘il yang menerima
perubahan);
d) Karena membahas pembentukan kalimah baru atau turunan kata
(musytaqqât), ilmu sharf secara khusus mengkaji perubahan al-hurûf
9
al-ashliyyah, yaitu harf-harf asli atau konsonan akar yang menjadi
elemen dasar konstruksi kalimah (kata, morfem-akar), yang
kebanyakan terdiri atas 3 (tiga) harf asli. Apabila konsonan akar
َََّّّوَّهَّوََّّيَّبَّحَّث.َّالإعرَّابََّّوََّّالَّبَّنَّاء
َّ ََّّحيَّث َّ َََّّّعَّلَّ ٌَّمَّيَّبَّحَّث:َّالنَّحَّو
َّ ََّّعنََّّأَّحَّوَّالََّّأَّوَّاخَّرََّّالَّكَّلَّمَّاتََّّالَّعَّرَّبَّيَّةََّّمَّن
.َّاَّأوََّّبَّعَّدََّّانَّتَّظَّامَّهَّاَّفَّيَّالجَّمَّلَّة
َّ َّكيَّبَّه
َّ َّعنََّّالَّكَّلَّمَّاتََّّفَّيَّحَّالََّّتَّر
َّ
“Nahwu ialah ilmu yang mengkaji kondisi akhir kalimah berbahasa Arab
dari perspektif i‘râb dan binâ’. Ilmu nahwu membahas kalimah (kata)
pada saat atau setelah ia tersusun di dalam jumlah atau struktur kalimat.”
Maksud i‘râb ialah perubahan yang terjadi pada akhir kalimah
(umumnya pada harakat a, i, dan u atau sejenisnya) karena perubahan
jabatan/kedudukan kata di dalam jumlah (kalimat) atau karena
perbedaan ‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) pada perubahan ja batan
(posisi) tersebut. Sedangkan, binâ’ adalah kebalikan dari i‘râb, yaitu
kondisi tetap (mabnî) pada harakat akhir kata di dalam kalimat (jumlah),
meskipun jabatannya (posisinya) dalam kalimat itu berubah, atau
meskipun ada ‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) pada perubahan kata
tersebut. Persoalan i‘râb dan binâ’ tidak dibahas di dalam ilmu
sharfkarena termasuk dalam kajian ilmu nahwu. Begitu pula persoalan
‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) terhadap posisi atau kedudukan kata
di dalam kalimat.
10
Tentang spesifikasi ilmu sharf dan ilmu nahwu, sebuah ungkapan
bahasa Arab mengatakan:
الصرفَّأ ُّمَّالعلومَّوالنحوَّأبوها
“Ilmu sharf adalah (bagaikan) induk/ibu dari semua ilmu (bahasa Arab),
sedangkan ilmu nahwu adalah (bagaikan) ayah dari semua ilmu (bahasa
Arab)”.
Ungkapan Arab tersebut dapat dipahami dengan meninjau dua
aspek, yaitu aspek materi yang dikaji dalam dua ilmu tersebut dan aspek
peranan keduanya di dalam mengkaji kalimah berbahasa Arab. Ditinjau
dari aspek materi, ilmu sharf secara khusus membahas materi-materi
perubahan kalimah yang berada di dalam konstruksi kata yang bersifat
internal, sedangkan spesifikasi ilmu nahwu yang membahas domain
perubahan akhir kalimah berbahasa Arab yang berada di luar konstruksi
kata atau bersifat ekternal, yaitu di dalam struktur kalimat. Sedangkan
ditinjau dari aspek peranannya, ilmu sharf lebih memperhatikan
perubahan-perubahan dalam pembentukan kata (kalimah) dan
konstruksinya yang merupakan domain internal kata, sedangkan ilmu
nahwu tidak memperhatikan bangunan kata secara mandiri tetapi
meninjau perubahan akhir kata yang terkait dengan struktur kalimat.
Pada aspek materi dan peranannya ini, terdapat perbedaan yang
siginifikan antara ilmu sharf dan ilmu nahwu. Ilmu sharf mengurusi
wilayah internal kalimah berbahasa Arab, sedangkan ilmu nahwu
mengurusi wilayah eksternal kalimah berbahasa Arab. Persoalan yang
dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu sharf seperti peran ibu di
dalam rumah tangga pada umumnya, yaitu melahirkan anak-anak dan
mengurus semua keperluan internal rumah tangga/keluarga,
sedangkan persoalan yang dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu
nahwu bagaikan peran ayah di luar rumah, yaitu mengurus persoalan
ekternal rumah tangga serta hubungan sosial lainnya. “Anak-anak” yang
dilahirkan dari ilmu sharf diumpamakan kalimah-kalimah yang dibentuk
dari akar kata yang tunggal, atau dari induk “sharf”. Ketika “anak-anak”
atau kalimah-kalimah berbahasa Arab itu telah tersusun di dalam struktur
kalimat, maka ilmu nahwu berperan untuk mengatur bagaimana
interaksi itu berjalan dengan baik dan benar. Aturan tentang perubahan-
perubahan yang terjadi pada akhir kalimah dalam struktur kalimah
disebut dengan kaidah-kaidah nahwu (qawâ‘id nahwiyyah).
11
Ungkapan “al-sharf umm al-‘ulûm wa al-nahw abûhâ” juga dapat
diterjemahkan: “perubahan bentuk kata (sharf) adalah induk/pintu
memasuki semua pengetahuan (bahasa Arab), dan tata bahasa (nahw)
adalah bapak/kunci semua pengetahuan (bahasa Arab).” Ungkapan ini
juga dapat dipahami bahwa pintu untuk memasuki semua khazanah
pengetahuan berbahasa Arab adalah ilmu tentang perubahan bentuk
kata dan maknanya, yakni ilmu sharf. Sedangkan, kunci untuk membuka
semua pintu pengetahuan itu adalah tata bahasa Arab atau ilmu nahwu.
Seorang pelajar bahasa Arab harus menguasai ilmu sharf dan ilmu nahwu
agar dapat memperoleh semua khazanah pengetahuan berbahasa Arab.
Dengan demikian, mengetahui seluk-beluk kalimah berbahasa Arab
dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya serta memahami
makna dari setiap perubahan kalimah tersebut merupakan kunci dari
semua pengetahuan kebahasaaraban dan semua informasi yang
terkandung di dalam ungkapan berbahasa Arab. Dan, ilmu yang
membahas tentang seluk-beluk kalimah dan makna perubahannya
adalah ilmu sharf. Oleh karena itu, alangkah bahagianya orang yang
meraih kunci gudang ilmu pengetahuan, lalu membukanya dan
menemukan khazanah ilmu yang sangat berlimpah… Bila orang yang
membuka khazanah itu adalah dirimu, engkau akan takjub dan
terkesima dengan keindahan bahasa dan keunggulan budaya Arab.
4. Peletak Dasar Ilmu Sharf dan Alasan Kelahirannya
Para ahli bahasa, utamanya ilmu sharf, berbeda pendapat tentang
siapa yang pertama kali meletakkan dasar-dasar ilmu sharf atau siapa
yang “membidani” lahirnya ilmu sharf. Pendapat yang paling kuat
menyatakan bahwa perintis ilmu sharf ialah Mu‘adz bin Muslim al-
Harra’, seorang ulama Kufah yang meninggal di Kufah pada tahun 187
H. Akan tetapi, pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Sebab, Al-Kitâb
karya Sibawaih sarat dengan persoalan-persoalan perubahan kata atau
ilmu sharf. Hanya saja, apa yang dikaji oleh Mu‘adz bin Muslim pada
saat itu terfokus pada persoalan-persoalan pembentukan dan perubahan
kata dengan menampilkan latihan-latihan (tamârîn/tadribaat). Para pakar
ilmu nahwu dan sharf menilai latihan-latihan itu sebagai tashrîf atau
cikal bakal ilmu sharf.
Muhammad al-Thanthawi dalam Nasy’ah al-Nahw wa Târîkh Asyhar
al-Nuhât membenarkan pendapat di atas. Mu‘adz yang bergelar “Abu
Muslim”, paman al-Ru’asi yang merupakan ahli nahwu Kufah generasi
pertama, adalah sosok yang sangat serius dalam mengkaji persoalan
12
konstruksi/bangunan kalimah berbahasa Arab. Keseriusan dan
ketekunannya dalam membahas persoalan perubahan-perubahan
bentuk kalimah diakui oleh para pakar nahwu dan sharf pada masanya
dan masa berikutnya, sehingga para sejarahwan menyimpulkan bahwa
Abu Muslim adalah peletak dasar-dasar ilmu sharf. Demikian dijelaskan
di dalam al-Tashrîh bi Madhmûn al-Taudhîh.
Adapun alasan utama yang melatarbelakangi lahirnya ilmu
sharf(juga ilmu nahwu) ialah menjaga kebenaran bahasa Al-Quran dari
kesalahan dalam membaca, menulis, dan memahaminya. Sebagaimana
diketahui, sejak awal abad ke-2 Hijriah, Islam telah menjangkau wilayah-
wilayah non-Arab seperti Persia dan Romawi. Interaksi bahasa Arab dan
budaya Islam dengan bahasa dan budaya asing telah mendorong para
pelajar non-Arab untuk mempelajari bahasa Arab dan budaya Islam,
khususnya dari Al-Quran. Akan tetapi, interaksi itu telah menimbulkan
ekses negatif berupa kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab fusha.
Dan, ilmu sharf, di antaranya, telah berperan dalam membenarkan
kesalahan-kesalahan berbahasa, khususnya dalam menggunakan aneka
kalimah sesuai dengan maksudnya.
Di sisi lain, sebenarnya para ulama Islam menaruh perhatian yang
besar terhadap ilmu pengetahuan kebahasaaraban sehingga mereka
telah melahirkan berbagai karya ilmu bahasa dan sastra Arab, seperti
()الإملاء, insya’ ()الإنشاء, pidato ()الخطابة, sejarah sastra ()تاريخَّ الأدب, dan
kajian teks bahasa ()متنَّ اللغة. Lahirnya karya-karya ulama ini pada
awalnya semata untuk menjaga Al-Quran dan bahasa Arab fusha dari
kesalahan dalam membaca, menuliskan, dan memahaminya.
Menurut Mushthafa al-Ghalayaini, munculnya ilmu-ilmu bahasa
Arab tidak terlepas dari kekhawatiran bangsa Arab terhadap lenyapnya
bahasa mereka ketika berinteraksi dengan bahasa-bahasa asing.
Kekhawatiran ini mendorong bangsa Arab untuk menuliskan bahasa
mereka dan meletakkan dasar-dasar pengetahuan kebahasaaraban ke
dalam kamus-kamus bahasa. Dasar-dasar pengetahuan inilah yang
kemudian dikenal dengan “al-‘ulûm al-‘arabiyyah” atau ilmu-ilmu
kebahasaaraban.
13
5. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Ilmu Sharf
Tujuan pembelajaran ilmu sharf ialah untuk menjaga kesalahan
berbahasa Arab dan mampu menuliskan kosakatanya sesuai dengan
kaidah atau acuan yang benar. Tujuan tersebut dapat diungkapkan
sebagai berikut:
ُّ
ََّّصل
َّ َّاللغَّوَّيَّةَّ؛َّوَّالَّتَّيَّبَّ َّمعَّرَّفَّتَّهَّاَّعَّلَّىَّأَّسَّسََّّصَّحَّيَّحَّةََّّنَّتَّو
َّ ََّّك َّتابَّةََّّالَّ َّمفَّرَّدَّات
َّ َّ"الحَّفَّاظََّّعَّلَّىَّحَّقَّائَّقَََّّّلفَّظََّّو
َ".َّإَّلَّىَّفَّهَّمََّّالشَّرَّيَّعَّةََّّوَّشَّؤَّوَّنَّهَّاَّالَّ َّمخَّتَّلَّفَّة
".َّيرَّوَّتَّصَّرَّيف
َّ َّالأَّصَّلَّيَّةََّّوََّّالزَّائَّدَّةََّّوَّمَّاَّيَّ َّعتَّرَّيَّهَّاَّمَّنََّّتَّغَّي
كتَّابَّ َّة
َّ َّامَّال
َّ َّاةَّنَّظ
َّ َّعََّّفيَّالخَّطَّأََّّمَّ َّعَّمَّرَّاع
َّ َّعنََّّالَّوَّقَّو
َّ ََّّمَّعَّرَّفَّةََّّأَّبَّنَّيَّةََّّوَّأَّصَّولََّّالَّكَّلَّمَّاتََّّالَّعَّرَّبَّيَّةََّّلَّصَّوَّنََّّاللَّسَّان
14
6. Signifikansi Ilmu Sharf dalam Tata Bahasa Arab
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tujuan ilmu sharf dipelajari
ialah untuk menjaga kesalahan berbahasa Arab secara lisan dan tulisan,
khususnya dalam menggunakan berbagai jenis kalimah yang berbeda-
beda bentuknya, serta untuk memantapkan pengetahuan tentang
konstruksi kalimah bahasa Arab, baik berupa harf (konsonan) yang asli
atau yang tambahan (ziyâdah). Sedangkan manfaatnya ialah mengetahui
berbagai konstruksi kalimah berbahasa Arab serta akar katanya untuk
menjaga lidah (penggunaan bahasa) dari kesalahan disertai upaya
memperhatikan aturan penulisan kosakata bahasa.
Dari tujuan dan mafaat di atas, dapat dipahami bahwa signifikansi
atau arti penting ilmu sharf dalam tata bahasa Arab ialah adanya acuan-
acuan yang benar dalam pembentukan dan perubahan kalimah
berbahasa Arab sehingga para pengguna (pelajar) bahasa Arab terhindar
dari kesalahan berbahasa, khususnya dalam mengucapkan aneka bentuk
kalimah/kata bahasa Arab, membacanya, dan atau menuliskannya.
Acuan-acuan pembentukan dan perubahan kalimah bahasa Arab pada
awalnya ditulis dalam bentuk kaidah yang dijelaskan secara naratif
dengan mengemukakan contoh-contoh yang sesuai dengan kaidah.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan kepenulisan, acuan-acuan
ini dapat dipaparkan secara sistematis dan aplikatif, misalnya dalam
bentuk tasrif ishthilâhî dan lughawî.
Selanjutnya, signifikansi ilmu sharf dapat dipahami dari fakta
bahwa bahasa merupakan bunyi-bunyi yang diungkapkan oleh setiap
ٌ
komunitas untuk menyatakan apa yang dikehendakinya (ََّّألفاظَّيعبر
َّ اللغة
)بهاَّ كلَّ قومَّ عنَّ مقاصدهم. Maksud “bunyi bahasa” adalah rangkaian
kata/kalimah yang dapat diujarkan, diungkapkan, dan disalin dalam
bentuk teks. Karena bahasa terdiri dari ujaran atau teks
kosakata/kalimah, maka ilmu yang mempelajari tentang bentuk kalimah
harus dikuasai, sebelum atau secara bersamaan dengan ilmu bahasa
yang lain. Mempelajari ilmu sharf menjadi signifikan karena ia
merupakan pengetahuan tentang elemen dasar bahasa Arab.
Di sisi lain, menjaga kesalahan berbahasa dalam menggunakan
berbagai jenis kalimah yang berbeda-beda bentuknya dan beraneka
ragam maknanya tidak mungkin dilakukan oleh pelajar/pengguna
bahasa Arab yang tidak/belum mengetahui konstruksi kalimah
15
berbahasa Arab, akar katanya, wazan yang menjadi acuan, dan kata-kata
yang terbentuk atau diturunkan dari akar kata tersebut. Oleh karena itu,
rasanya mustahil bila seseorang dapat mahir berbahasa Arab secara lisan
dan tulisan, apabila ia tidak menguasai ilmu sharf. Sebab, menguasai
ilmu sharf dan nahwu merupakan syarat mutlak bagi seseorang untuk
dapat menguasi bahasa Arab dengan baik, secara lisan dan tulisan.
Betapa penting dan signifikan ilmu sharf dalam bahasa Arab, hingga
dikatakan bahwa induk ilmu pengetahuan bahasa Arab adalah
penguasaan ilmu sharf(al-sharf umm al-‘ulûm).
Perhatikan perbedaan kalimah dan makna kalimah di bawah ini:
المعنى
َّ َّالكلمة المعنى
َّ َّالكلمة
Usaha ٌ Cita-cita ٌ
َّعملَّ َّأَّمل
Berubah Mulia
َّصَّرف ََّّشَّرف
Bahagia Naik
َّسَّعد ََّّصَّعد
َّ ٌ َّجَّلَّي َّ ٌ َّجَّال
Teman duduk yang duduk
س س
َّ ٌ كَّذ َّ ٌ َّكَّاذ
Orang yang banyak Orang yang
اب ب
berdusta berdusta
16
Perhatikan juga perbedaan jumlah dan makna jumlah di bawah ini:
الجملة
َّأخرجََّّالرَّجَّلََّّالَّكَّلَّب ل
َّ َّخرجََّّالرَّج
اب
َّ َّغَّلقَّتََّّالَّأَّبَّو اب
َّ أَّغَّلَّقتََّّالَّ َّب
Saya menutup pintu berkali-kali Saya menutup pintu
2. Sebagian pakar mengungkapkan bawa “َّ”الصرفَّ أ ُّمَّ العلومَّ والنحوَّ أبوها. Apa
17