Anda di halaman 1dari 71

‫صفات الحروف‬

‫ُ ۡ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ۡ‬ ‫ُ‬ ‫ُ َ‬ ‫َ ۡ ُ ۡ َ ۡ‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬


‫منفـــتِم مَـــ تل وَّ ِ ـــ قـــل‬ ‫صـفاتهـا جهــر ورِخو مسـتفِل‬‫‪ِ 20‬‬
‫ۡ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ُۡ َ َۡ ُ َ ۡ َ‬ ‫ۡ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ ُ َ ۡ‬ ‫‪َ 21‬م ۡه ُ ُ‬
‫ج قـٍ ََـت)‬ ‫ش ِ ي ها‪ :‬لفظ (أ ِ‬ ‫وس َها‪( :‬فحثه شخص سكت)‬
‫َو َس ۡب ُع ُعلۡو‪ُ ( :‬خص َض ۡغٍ ق ِۡظ) َح َصۡ‬ ‫ُ‬ ‫َََۡ ۡ‬
‫ي رِخو َوَّ ش ِ ي ِ ‪( :‬ل ِۡن ع َ ۡر)‬ ‫‪ 22‬وب‬
‫ُۡ ُ ُ ۡ ُ ۡ َ َ‬
‫ـقـهۡ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫ـقهۡ‬‫ُۡ َ َ‬ ‫َ َ ُ َ َ ُ َ‬
‫ب)‪َّۡ :‬لروف َّ ذل‬ ‫و (فر مِن ل ِ‬ ‫‪( 23‬وصاد ضاد طاء ظاء)‪ :‬مطـب‬
‫ب َ‬
‫ٌجدٌ)‪َ ٌ ,‬وٱلـلِّــــنيۥُ‬ ‫قَلۡ َقـلَةٌ‪ُ (ٌ:‬ق ۡط ُ‬ ‫يۥ)‬ ‫ري َها‪َ ( :‬صاد َو َزاي ِس ُ‬ ‫‪َ 24‬ص ِف ُ‬
‫َ ۡ َ ُ‬ ‫ََۡ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ َ َ‬
‫اف ُصـــححاَ‬
‫ِ‬ ‫َِّلۡنِـــر‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫قبله ـــا)‪ ,‬و ِ‬ ‫‪َ ( 25‬واو َو َيـاء سكِنا وَّنفتحـا‬
‫ۡ َ ۡ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ ۡ‬ ‫َ َ ۡ‬
‫‪ِِ 26‬ف (َّ َّل ِم َوَّ را) وبِتك ِريـر جعِـل‬
‫َ َ‬ ‫ش ُ‬
‫ي)‪( ,‬ضـادا ِن) َّسـت ِطل‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫(‬ ‫‪:‬‬ ‫ش‬‫و ِلت ِ‬
‫ف‬
‫معنى صفات الحروف‬
• Secara bahasa, sifat bermakna:
َ ۡ
‫ٱۡل ِِّّس ييةٌِّأ ٌوٌٱل ۡ َم ۡع َنويةِّي‬ َ َ ۡ َ ‫َ َ َ ي‬
ٌ‫ان‬
ٌ ِّ ‫ِّنٌٱلمع‬ ۡ
ٌ ‫امٌبِّٱلَّشءٌٌِّم‬
ٌ ‫• ما ٌ ق‬
ِّ ِّ
• “Apa-apa yang melekat pada sesuatu, baik itu inderawi
ataupun maknawi yang menjadikan ciri terhadapnya.”
• Sedangkan yang dimaksud shifâtul hurûf secara istilah
َ adalah:
ٌۡ‫ِّنٌ َج ۡهرٌٌأ ٌو‬
ٌۡ ‫فٌ َماٌب ٌهٌِّم‬ََُُۡ َۡ ُ ُ َ ۡ ۡ َ َۡ ‫َۡ ي‬
َ ٌ ِّ ٌِّ ‫ول‬
ٌِّ ‫فٌعِّن َ ٌدٌحص‬ ۡ َ ُ
ِّ ٌ ‫ٌفيعر‬,ِّ‫ج ٌه‬
ِّ ‫فٌَمر‬ ٌ ِّ َ ‫ف ٌَٱۡل ۡر‬
ٌ ِّ ٌ‫• كيفِّيةٌٌ َتظه ٌر‬
َ َ ۡ َ َ َ ۡ ‫ۡ ي‬ ۡ َ
ٌ ‫سٌأ ٌوٌ ِّشدةٌٌأ ٌوٌقلقلةٌٌ ٌوٌَن ٌوٌِّذل‬
‫ِّك‬ ٌ ‫هم‬
• “Cara yang nampak pada suatu huruf saat keluar dari
makhrajnya, yang dengannya ia bisa dikenali, baik berupa
jahr, hams, syiddah, qalqalah, atau lainnya.”
‫فوائد معرفة الصفات‬
Dr. Su’âd Abdil Hamîd dalam Taysîrurrahmân (hlm. 69-70)
mengatakan bahwa setidaknya kita bisa mendapatkan tiga
faidah (manfaat) mempelajari sifat-sifat huruf hijaiyyah, yaitu:

Dapat membedakan huruf-huruf


yang makhrajnya sama.

Dapat mengetahui lemah


kuatnya suatu huruf.

Dapat membaguskan /
memperbaiki pengucapan huruf.
‫مذاهب العلماء في عدد الصفات‬

• Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sifat-sifat


huruf hijaiyyah.
• Al-Imâm Ibn Al-Jazariy dalam Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah
menyebutkan 17 (tujuh belas) sifat-sifat huruf, sedangkan
dalam An-Nasyr setidaknya menyebutkan 20 (dua puluh) sifat-
sifat huruf. Bahkan, dalam At-Tamhîd Fî ‘Ilmit Tajwîd beliau
menyebutkan 34 (tiga puluh empat) atau lebih sifat-sifat huruf
hijaiyyah.
• Al-Imâm As-Sakhâwiy dan Al-Imâm Asy-Syâthibiy menyebutkan
16 (enam belas) sifat huruf dalam kitab-kitabnya, sedangkan
Al-Imâm Makkiy ibn Abî Thâlib dalam kitab Ar-Ri’âyah
menyebutkan kurang lebih 44 (empat puluh empat) sifat-sifat
huruf hijaiyyah dan julukan-julukannya (alqâb).
‫تقسيم صفات‬
Shifâtul Hurûf
Lâzimah atau Dzâtiyah 'Âridhah

Memiliki Lawan Tidak Memiliki Tafkhîm, Tarqîq,


(kebalikan) Lawan Ikhfâ, Qalb, dll

Jahr, Rikhwah, Hams, Syiddah (dan Shafir, Qalqalah,


Istifâl, Infitâh, tawasstuh), Isti'lâ, Liin, Inhirâf, Takrîr,
Ishmât Ithbâq, Idzlâq Tafasysyi, Istithâlah
‫تقسيم صفات‬
• Apabila kata sifat huruf dimutlakkan tanpa diikuti kata lazimah atau
‘âridhah, maka maknanya adalah sifat-sifat huruf lâzimah. Sifat
lâzimah atau dzâtiyah, yaitu sifat yang selalu menyertai huruf.
• Sifat lâzimah terbagi menjadi dua: sifat yang memiliki lawan dan
sifat yang tidak memiliki lawan. Sifat yang memiliki lawan,
sebagaimana disebutkan oleh kebanyakan ulama adalah: jahr x
hams, rikhwah x syiddah, istifâl x isti’lâ, infitâh x ithbâq, dan idzlâq
x ishmât. Sedangkan sifat yang tidak memiliki lawan di antaranya:
shafîr, qalqalah, lîn, inhirâf, takrîr, tafasysyi, istithâlah, ghunnah,
khafâ, ta`affuf, dan sebagainya.
• Sedangkan sifat ‘âridhah, yaitu sifat yang tidak selalu menyertai
huruf, kadang ada kadang tidak. Sifat-sifat ‘âridhah sendiri lebih
sering disebut dengan istilah hukum-hukum tajwid.
‫تقسيم صفات‬
• Penting untuk dipahami, bahwa kadang kita menemukan
beberapa ustadz atau syaikh yang memiliki perbedaan standar
kesempurnaan untuk sebagian sifat-sifat huruf hijaiyyah. Maka,
hal ini bukanlah sebuah permasalahan yang besar, karena
hakikatnya tidak ada satupun manusia di atas muka bumi ini yang
benar-benar sempurna dalam melafalkan huruf demi huruf
hijaiyyah selain Nabi Muhammad g.
• Adapun generasi setelah beliau, sangat mungkin terdapat
kekurangan dalam sebagian cara membaca Al-Qurân. Namun,
kekurangan tersebut bukanlah sebuah kekurangan yang dapat
memengaruhi esensi bacaan, karena secara umum telah terjaga
dengan sanad yang shahih serta kaidah-kaidah dan landasan
teoritis yang telah ditetapkan oleh para ulama.
‫تقسيم صفات‬
1. Menerima perbedaan tersebut dengan
lapang dada, selama shahih jalur
periwayatannya,
2. Menimbang dengan kaidah dan batasan yang
telah ditetapkan para ulama terdahulu,
3. Jangan membenturkan satu pendapat
dengan pendapat yang lain,
4. Amalkan sesuai yang diajarkan oleh guru kita
pada saat bertalaqqiy dengannya,
‫تقسيم صفات‬
5. Apabila kita belum bisa mengamalkan cara membaca yang
berbeda dalam beberapa majlis yang berbeda, maka kita
bisa memilih untuk menyelesaikan pembelajaran kepada
satu orang guru terlebih dahulu, baru setelah itu kita bisa
mengikuti pembelajaran dengan guru yang lain, karena
sesungguhnya memiliki satu orang guru namun berulangkali
khatam padanya jauh lebih baik daripada memiliki 100
orang guru namun tidak pernah kita mengkhatamkan Al-
Quran pada salah satunya,
6. Dianjurkan untuk terus mengkaji dan meneliti sampai
mendapatkan pendapat yang lebih kuat, tanpa harus
mencela pendapat yang dinilainya kurang kuat.
‫الهمس و الجهر‬
• Dalam Sesi pertama, telah kami sampaikan bahwa
standar kesempurnaan tajwid terdiri atas tiga poin
penting: ketepatan makhraj, kesempurnaan sifat
dzatiyah, dan kesempurnaan sifat aridhah.
• Dalam bahasa yang lain, kesempurnaan tajwid akan
terealisasi apabila kita bisa melafalkan setiap huruf
sesuai dengan karakternya masing-masing.
• Sedangkan karakter setiap huruf dapat
diindetifikasi melalui beberapa hal berikut:
‫الهمس و الجهر‬
1. Letak artikulasi (makharijul huruf), yaitu dimana udara dihambat,
2. Cara mengartikulasikan bunyi dan suara, yang meliputi :
a) Pita suara, yaitu apakah pita suara bergetar atau tidak saat
udara dihambat.
b) Cara terhambatnya udara, yaitu apakah udara dihambat secara
sempurna oleh artikulator atau dihambat tidak sempurna.
c) Aliran suara, yaitu ke manakah aliran suara mengalir saat udara
dihambat.
d) Keadaan lidah, yaitu bagaimana keadaan lidah saat udara
dihambat, dan
e) Panjang-pendek, yaitu durasi bunyi vokal.
3. Cara setiap huruf berinteraksi dengan huruf yang lain pada sebuah
kata atau kalimat.
‫الهمس و الجهر‬
• Sifat hams-jahr berkaitan erat dengan getaran pada pita
suara, sehingga kita bisa mengidentifikasi apakah udara
yang mengalir dari paru-paru berubah menjadi suara atau
mengalir deras menjadi nafas.
• Sebagaimana telah disampaikan bahwa proses pelafalan
seluruh huruf bermula dari aliran udara dari paru-paru.
• Udara yang mengalir dari paru-paru ada yang tertahan di
pita suara, sehingga pita suara bergetar dan udara menjadi
suara.
• Juga ada yang tidak tertahan di pita suara, disebabkan pita
suara tidak bergetar saat mengucapkannya, sehingga udara
mengalir deras menjadi nafas tanpa suara.
‫الهمس و الجهر‬
• Huruf-huruf yang diucapkan tanpa menggetarkan pita
َ َۡ
suara disebut dengan huruf-huruf hams. Secara bahasa
hams adalah al-khafâ (‫ )ٱۡلفاء‬yang artinya samar atau
tersembunyi. Adapun sebab penamaan huruf-huruf ini
dengan hams adalah (Al-Qâriy hlm. 98):
ٌَ‫ٱِل ۡعت ِّ َمادٌِّ ٌ َعلَ ۡي َها ٌع ِّۡن ٌد‬
ِّ ٌ ‫ف‬ ۡ َ َ َ ۡ َ َََ
ٌ ِّ ‫س ٌمعها ٌل ِّضعفِّها ٌول ِّضع‬
َ‫ي‬
ٌِّ ‫ِل َر َي‬
ٌ ِّ ‫ان ٌٱنلف‬ َ ‫ت ٌ َم ۡه ُم‬
َ ِّ ٌ ٌ‫وسة‬ ٌ ۡ ‫• َو ُس ِّم َي‬
َ‫ُخ ُروجها‬
ِّ
• “Dan dinamakan huruf-huruf hams disebabkan
pengucapannya diiringi aliran udara yang deras karena
lemahnya huruf tersebut dan lemahnya sandaran pada
makhrajnya saat aliran suara dari huruf tersebut keluar.”
‫الهمس و الجهر‬
• Ciri huruf-huruf hams adalah tidak terjadi getaran
pada pita suara saat huruf-huruf hams diucapkan,
sehingga hembusan nafas dari mulut akan terasa
begitu deras. Dalam istilah bahasa Indonesia, huruf-
huruf hams dapat digolongkan sebagai huruf-huruf
َ َ َ
nirsuara. Huruf-hurufnya
ۡ َ ُ‫َ َي‬
terkumpul pada kalimat:
(‫ت‬
ٌ ‫صٌسك‬ ٌ ‫)فحث ٌهٌشخ‬.
• Makna kalimat “fahats-tsahu syakhshun sakat”
adalah “Maka seseorang mendorong (pada
kebaikan), lalu diam.”
‫الهمس و الجهر‬
• Sedangkan apabila huruf-huruf tersebut diucapkan sambil
menggetarkan pita suara, maka disebut dengan huruf-huruf
jahr.
• Secara bahasa, Jahr secara bahasa artinya terang atau jelas.
Dapat juga berarti suara yang kuat dan keras. Adapun sebab

َ َ jahr adalah:
huruf-huruf ini disebut huruf
ۡ ِّ ‫َ َ َ ُ ي َ َ ُ ي‬ ۡ َ ۡ َُ َ َ َ َ‫َ ُ َ ۡ َُۡ َ َۡ ي‬
ٌِّ‫ٱِلعتِّما ٌد‬
ِّ ٌ ‫ن ٌَي ِّري ٌمعها ٌل ِّقوت ِّها ٌوقوٌة‬
ٌ ‫س ٌوحَصٌهٌأ‬
ٌ ِّ ‫ت ٌَمهورةٌ ٌل ِّمنعٌِّ ٌٱنلف‬ ٌ ‫• وس ِّمي‬
َ‫َعلَ ۡي َهاٌع ِّۡن ٌَدٌ ُخ ُروجها‬
ِّ
• “Disebut huruf-huruf jahr disebabkan terhalangnya aliran
nafas dan membatasi alirannya saat huruf-huruf ini diucapkan
karena kekuatan hurufnya dan kekuatan sandaran pada
makhrajnya saat huruf tersebut keluar.”
‫الهمس و الجهر‬
• Maksudnya adalah aliran suara atau napas tertahan di pita
suara, sehingga udara yang keluar dari dalam diafragma
berubah menjadi suara. Di antara cirinya adalah terasa
getaran yang cukup kuat pada pita suara saat kita
mengucapkan huruf-huruf jahr sehingga tidak tampak
hembusan nafas yang deras padanya. Huruf-hurufnya
adalah selain huruf-huruf hams yang terkumpul pada
kalimat berikut:
َ‫ب‬َ َ ‫َ ي‬ َ َ ُ ۡ َ َ ُ َ
ٌ ‫ضٌج ٌدٌطل‬ ٌ ‫• عظ ٌمٌوز‬
ٌ ‫نٌقارِّئٌذِّيٌغ‬
• “Agung nilainya seorang yang pandai membaca Al-Qurân
yang menundukkan pandangannya serta bersungguh-
sungguh dalam belajarnya.”
‫الهمس و الجهر‬
• Dalam pandangan ahli fonetik, huruf-huruf hams
dikenal juga dengan istilah konsonan nirsuara (tidak
bersuara), sedangkan huruf-huruf jahr dikenal dengan
istilah huruf bersuara/ nyaring.
• Untuk membuktikan perbedaan kedua sifat ini, maka
akan tampak bagi kita saat mengucapkan huruf-huruf
rikhwah. Sebab pada huruf rikhwah suara mengalir dan
tidak tertahan pada makhraj, sehingga bersamaan
dengan itu kita bisa mengidentifikasi getaran pada pita
suara sekaligus hembusan nafas saat
mengucapkannya.
‫الهمس و الجهر‬
• Misalnya pada huruf Sin dan Zay berikut:

Pita suara saat Pita suara saat


mengucapkan mengucapkan
huruf Zay huruf Sin
‫الشدة و الرخاوة‬
• Al-Imam Ibn Al-Jazariy mengatakan:
ۡ َ َ َ ۡ َ ُ َۡ َ ُۡ َ ۡ َ َ ۡ َ ُ َ َ ُ ُ ‫ َم ۡه‬21
)‫ج قـٍ ََـت‬ِ ‫ لفظ (أ‬:‫ش ِ ي ها‬ )‫ (فحثه شخص سكت‬:‫وس َها‬
• “Sifat Hams yang merupakan lawan dari sifat Jahr, huruf-
hurufnya terkumpul pada kalimat “Fahatstsahu Syakhshun
Sakat”, yakni huruf Fa, Ha, Tsa, Ha, Syin, Kha, Shad, Sin, Kaf,
dan Ta.”
• “Sifat Syiddah, yang merupakan lawan dari sifat Rikhwah,
huruf-hurufnya “Ajid Qathin Bakat”, yakni Hamzah, Jim, Dal,
Qaf, Tha, Ba, Kaf, dan Ta.
‫الشدة و الرخاوة‬
• Apabila hams dan jahr berkaitan dengan aliran udara yang
mengalir, apakah ia tertahan di pita suara atau tidak, maka
syiddah-rikhwah berkaitan dengan aliran suara yang
mengalir pada makhraj huruf tersebut, apakah ia tertahan
pada makhrajnya atau tidak.
• Syiddah secara bahasa artinya kuat. Sedangkan secara
istilah yang dimaksud dengan sifat syiddah adalah:
َ ۡ َۡ ۡ َ َ َ َ ۡ ُّ َ ۡ ۡ ‫ي‬ َ َ َ ُ َ ۡ َ
ٌِّ‫قٌٱلمخرج‬ٌِّ ‫قٌب ِّ ٌهٌِّنتِّيج ٌةٌغل‬
ٌِّ ‫تٌعِّن ٌدٌٱنلط‬
ٌِّ ‫انٌٱلصو‬
ٌِّ ‫اسٌجري‬ٌ ‫هٌٱَنِّب‬
ٌ ِّ •
• “Tertahannya aliran suara saat mengucapkan hurufnya,
sebagai akibat dari terkuncinya makhraj.”
‫الشدة و الرخاوة‬
• Untuk memahami sifat Syiddah-Rikhwah, maka kita mesti
memahami bagaimana sebuah huruf diartikulasikan
(dilafakan).
• Bahwa seluruh huruf, hakikatnya berasal dari aliran udara
dari paru-paru.
• Sebuah huruf akan keluar pada saat kita menahan laju
udara di tempat artikulasinya (makhrajnya).
• Sebuah huruf dinilai memiliki sifat syiddah dikenal apabila
udara yang mengalir dari paru-paru mendapat hambatan
kuat dari organ bicara sehingga tidak ada jalan keluar, baik
dari rongga hidung maupun samping kanan atau kiri rongga
mulut.
‫الشدة و الرخاوة‬
• Siboyah sebagaimana dikutip Dr. Ghânim Qaddûriy dalam
Syarh Al-Muqaddimah hlm. 295 mengatakan bahwa sifat
syiddah ini menghalangi aliran suara َۡ pada huruf, sehingga
apabila kita membunyikan kata (ٌ‫)ٱۡلج‬, maka kita tidak bisa
mengalirkannya.
َ َ َ Huruf-hurufnya terkumpul pada kalimat
(‫ت‬ ٌ ‫ج ٌۡدٌق‬
ٌ ۡ ‫طٌبَك‬ ِّ ‫ )أ‬sebagaimana disebutkan dalam bait.
• Saat mengucapkan huruf-huruf syiddah yang sukun, suara
langsung terputus dengan sendirinya dan tidak tidak bisa
dialirkan.
• Jadi, untuk membuktikan apakah pelafalan huruf-huruf
syiddah kita sudah tepat atau belum, maka kita bisa
mendeteksi aliran suara pada makhraj huruf-huruf tersebut.
‫الشدة و الرخاوة‬
• Rikhwah (juga disebut Rakhâwah) secara bahasa artinya lembut atau
ringan. Adapun secara istilah bermakna:
َ ۡ َۡ ُ ُ َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َ ُّ ‫ي‬ ُ َ َ َۡ َ
ٌِّ‫فٌٱلمخرج‬ٌ ِّ ٌِّ ‫ِّندٌمرورٌِّه‬
ٌ ‫ٱلرخ ٌوٌِّع‬
ِّ ٌ‫ف‬
ٌ ِّ ‫تٌٱۡلر‬ٌِّ ‫امٌل ِّصو‬
ٌ ‫انٌٱتل‬
ٌ ‫هٌٱِلري‬ ٌ ِّ •
• “Aliran suara yang sangat sempurna saat mengucapkan hurufnya
ketika keluar pada makhrajnya.”
• Apabila pada huruf syiddah kita tidak bisa mengalirkan suara huruf
yang sukun karena tertahan pada makhraj, maka pada huruf-huruf
rakhâwah, kita bisa mengalirkannya sepanjang yang kita inginkan
‫ي‬
seperti pada kata (ٌ‫)ٱلطس‬.
• Apabila suara masih terputus, maka artinya sifat rakhâwah pada
huruf tersebut belum sempurna. Karenanya huruf-huruf rakhâwah
yang sukun mesti disempurnakan suaranya satu harakat tanpa
terputus.
‫الشدة و الرخاوة‬
• Huruf-hurufnya adalah selain huruf-huruf syiddah dan
bayniyyah yang dikumpulkan oleh sebagian ulama pada
syairnya:
َ ۡ ۡ ۡ ُ َ َ ۡ َ ََۡ ََ
ِ ‫ـــــظ ِل‬
ِ ‫ِل تَـــــن ِِف َّۡل ِف‬ ‫إِن تشـــــۡ َلفـــــظ رِخـــــو‬
َ َ ۡ َ َ َ ۡ ُ ُُ
ِ ‫فـــــو شـــــوا زي ســـــا‬ ‫َرمـــُ ُ خـــذ َِـــ حـــظ‬
• “Apabila engkau menginginkan lafaz huruf-huruf rikhwah, maka
janganlah engkau menjadi orang yang melupakan lafaz-lafaznya,
• Rumusnya terkumpul pada “khudz ghitstsa hazhzhin fadhdha
sawshin zayya sâhi” (yakni huruf Kha, Dzal, Ghain, Tsa, Ha, Zha,
Fa, Dhad, Syin, Waw, Shad, Zay, Ya, Sin, Alif, dan Ha).”
‫الشدة و الرخاوة‬
• Perhatikan contoh berikut:
ۡ ۡ ۡ
‫غ‬ ‫ذ‬ ‫ۡز‬ ‫س‬
ۡ ۡ ۡ ۡ
‫ك‬ ‫ت‬ ‫د‬ ‫ج‬
• Baris pertama merupakan huruf-huruf rakhâwah. Tanpa bantuan
huruf di depannya, ia bisa langsung diucapkan dan sanggup
bertahan dalam beberapa waktu.
• Bandingkan dengan huruf-huruf yang berada pada baris kedua,
dimana suara dari huruf-huruf syiddah akan sulit keluar tanpa
bantuan huruf hidup di depannya. Karena bila sekali terucap, ia
akan berhenti dan tidak bisa dilanjutkan lagi.
‫الشدة و الرخاوة‬
Huruf Syiddah

Jahr Hams

Terlepas dan
Qalqalah Taghyir menghasilkan nafas

‫قطب جد‬ ‫الهمزة‬ ‫الكاف والتاء‬


‫الشدة و الرخاوة‬
‫‪Huruf-Huruf Rikhwah‬‬
‫‪Hams‬‬ ‫‪Jahr‬‬
‫فٌحٌثٌهـٌشٌخٌصٌس‬ ‫ذٌغٌظٌضٌوٌزٌيٌا‬
‫الشدة و الرخاوة‬
• Membuktikan keadaan hams-jahr pada huruf-huruf
rikhwah sangat mudah dilakukan sebab suara mengalir
pada makhrajnya.
• Lalu, bagaimana membuktikan keadaan hams-jahr pada
hurfu-huruf syiddah, sedangkan suara mereka tertahan
pada makhrajnya?
• Dari mana kita mengetahui bahwa huruf-huruf tersebut
diucapkan sambil menggetarkan pita suara atau tidak?
• Dari mana kita mengetahui bahwa huruf-huruf tersebut
diucapkan sambil menghembuskan nafas atau tidak?
‫الشدة و الرخاوة‬
• Membuktikan keadaan hams-jahr pada huruf-huruf rikhwah
sangat mudah dilakukan sebab suara mengalir pada
makhrajnya. Demikian pula huruf-huruf bayniyyah, sebab
huruf-huruf bayniyyah pun memiliki aliran suara, walau
buakn dari makhrajnya.
• Lalu, bagaimana membuktikan keadaan hams-jahr pada
hurfu-huruf syiddah, sedangkan suara mereka tertahan
pada makhrajnya?
• Dari mana kita mengetahui bahwa huruf-huruf tersebut
diucapkan sambil menggetarkan pita suara atau tidak?
• Dari mana kita mengetahui bahwa huruf-huruf tersebut
diucapkan sambil menghembuskan nafas atau tidak?
‫الشدة و الرخاوة‬
• Pada saat mengucapkan huruf-huruf Syiddah, maka
umumnya makhraj akan otomatis terlepas setelah
tashadum.
• Apabila pada saat terlepas menggetarkan pita suara dan
menghasilkan bunyi, maka mereka termasuk jahr.
• Apabila pada saat terlepas tidak menggetarkan pita suara
dan menghasilkan hembusan nafas, maka mereka hams.
• Sebagian ahli fonetik kontemporer menilai bahwa huruf
Hamzah tidak bisa diindetifikasi dengan hams atau jahr,
sebab pada saat mengucapkan huruf Hamzah, tidak ada
aliran suara yang bisa diidentifikasi, baik saat tashadum
ataupun setelahnya.
‫البينية أو التوسط‬
• Di antara syiddah dan rikhwah terdapat huruf-huruf
yang memiliki sifat pertengahan di antara keduanya.
Huruf-huruf tersebut memiliki sifat di antara syiddah
dan rikhwah. Dr. Ayman Suwayd (hlm. 124)
memberikan definisi huruf bayniyyah sebagai berikut:
َ َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ‫ي‬ ۡ ُ ۡ ُ َ َ َۡ َ
ٌ‫ب ٌعد ٌِّم ٌكما ٌِّل‬ ٌِّ ‫ف ٌٱۡلي‬
ٌِّ ‫ن ٌبِّسب‬ ٌِّ ‫ف ٌَمر‬
ٌ ِّ ‫ج ٌٱۡلر‬ ٌُّ ‫ان ٌٱِلزى‬
ٌِّ ‫ِّي ٌل ِّلصو‬
ٌ ِّ ٌ ‫ت‬ ٌ ‫ه ٌٱِلري‬ ٌ ِّ •
َۡ
ِّ‫غلقِّ ٌه‬
• “Mengalirnya sebagian aliran suara pada makhraj
huruf bayniyyah disebabkan tidak makhrajnya tidak
sempurna terkunci.”
‫البينية أو التوسط‬
• Sifat ini tidak berdiri sendiri, karenanya Al-Imâm Ibn Al-
Jazariy tidak memberikan nama khusus bagi huruf-
huruf ini. Sebagian ulama menyebutnya “at-tawassuth”
(pertengahan), sebagian yang lain menyebutnya
“bayniyyah” atau “bayna-bayna” (di antara). Hurufnya
ada 5 (lima): Lam, Nun, ‘Ain, Mim, dan Ra yang
َ ۡ
terkumpul pada lafaz (‫ِّنٌع َم ٌۡر‬
ٌ ‫)ل‬.
• Huruf-huruf ini tidak tertahan suaranya bila diucapkan
sebagaimana huruf-huruf Syiddah. Namun aliran
suaranya juga tidak selembut dan seringan huruf-huruf
Rakhâwah. Karenanya disebut huruf pertengahan.
‫البينية في حرف الالم‬
Dapat diperhatikan bahwa
suara mengalir ke arah sisi
kanan dan kiri.

Mulut tampak depan.


‫البينية في حرف الراء‬
• Bayniyyah pada huruf Ra adalah dengan mengalirnya
sebagian suara melalui celah kecil ketika mengucapkannya,
disebabkan terhalang oleh sebagian besar ujung lidah yang
bergetar menyentuh langit-langit.

Dapat diperhatikan bahwa


suara mengalir melalui celah kecil.
‫البينية في حرف النون والميم‬
• Mengalirnya sebagian besar suara melalui rongga hidung
saat mengucapkan huruf Nun dan Mim, disebabkan
tertutupnya makhraj mulut.
‫البينية في حرف العين‬
• Adapun bayniyyah pada huruf ‘Ain adalah
mengalirnya sebagian suara saat mengucapkan
huruf ‘Ain disebabkan kembalinya bagian epiglottis.
• Al-Imam Abu Amr Ad-Daniy menyebut huruf-huruf
bayniyyah dengan istilah huruf syadidah,
disebabkan keadaan asalnya yang mirip dengan
huruf-huruf syiddah, yakni tertahannya aliran suara
pada makhraj huruf bersangkutan.
• Perbedaannya, pada huruf-huruf bayniyyah, aliran
suara kemudian mengalir dari luar makhrajnya.
‫تنبيه‬
• Perhatikan bahwa huruf Kaf dan Ta termasuk huruf Syiddah yang
suaranya tertahan saat kedua huruf ini diucapkan. Karenanya
berhati-hatilah saat mengucapkan kedua huruf ini, karena
keduanya juga memiliki sifat Hams, yakni mengalirnya udara saat
keduanya diucapkan. Jangan sampai Hams-nya terlalu
mendominasi sehingga menghilangkan sifat Syiddahnya. Kedua
sifat tersebut harus tampak saat huruf tersebut diucapkan. Al-

‫َ ۡ ُ ۡ ََََ ي‬
Imam Ibnul Jazariy mengatakan,
َ‫ّفٌف ِّۡتنَتا‬
ٌ ‫ك ِِّشكِّكمٌٌوتتو‬ َ َ َ
ٌ ‫اعٌ ِّش يدةٌ بِّكافٌ وبِّتا‬
ِّ ‫• َو َر‬
• “Dan peliharalah sifat syiddah pada huruf Kaf dan Ta
• Sebagaimana dalam kalimat “Syirkikum”, “Tatawaffa”, dan
“Fitnata”.”
‫تنبيه‬
• Berhati-hatilah saat mengucapkan huruf-huruf Jahr! Jangan
sampai ia berubah menjadi Hams. Misalnya pada saat
mengucapkan huruf Ba, Dal dan Jim. Ketiganya adalah huruf
Jahr, yang artinya tidak boleh ada hembusan udara yang
keluar saat huruf tersebut diucapkan, udara yang terdorong
harus berubah sempurna menjadi suara. Pada huruf Jim, bila
tengah lidah tidak terangkat dengan benar, maka suaranya
akan mendekati suara “c”.
• Begitupun dengan huruf Ghain, Zay, Dzal, dan Zha, dimana
sangat riskan sekali untuk mengalirkan udara saat
mengucapkannya. Maka, jangan berhenti berlatih sampai kita
bisa mempraktikkan pengucapannya dengan sempurna.
‫تنبيه‬
• Al-Imam Ibnul Jazariy juga mengingatkan agar kita
senantiasa menyempurnakan sifat Jahr dan Syiddah yang
ada pada huruf Ba dan Jim, Sebagaimana perkataan beliau:
‫ي َ َۡ ي‬ ََ ۡ ۡ َ
‫ٱلشد ٌة ِّ وٱِله ٌِّر ٱَّلِّي‬
ِّ ‫َع‬ ٌ ‫ص‬ ٌ ‫• وٱح ِّر‬
ۡ‫جٌٱلۡ َفج ٌر‬ َ َ ۡ ‫ََۡ ۡ ُي‬ ۡ ‫ي‬ ُ َ ۡ َ ‫• ف‬
َ ٌ‫ِّيها‬
ِّ ٌِّ ‫ح‬ ‫و‬ ٌ‫ت‬
ٌ ‫ث‬‫ت‬ ‫ٱج‬ ٌ ‫ة‬
ٌ ‫و‬‫ب‬‫ر‬ٌ ٌ ‫ب‬
ٌ
ِّ ‫ٱلص‬ ٌ ‫ب‬
ٌِّ ‫ح‬ ‫ك‬ ٌٌ
‫م‬ِّ ‫ي‬‫ٱِل‬
ِّ ِّ ٌ‫ّف‬
ٌ ‫و‬
• “Dan sempurnakan sifat Syiddah dan Jahr yang terdapat
padanya (Huruf Ba) dan Huruf Jim, seperti kalimat Hubbi,
Ash-Shabri. Rabwatin, Ujtutstsat, Hajji, dan Al-Fajri.”
• Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshariy berkata: “Maksudnya
agar “Ba” tidak menyerupai “Fa” (atau “Pa”, pen.) dan
“Jim” tidak menyerupai “Syin” (atau huruf “C”, pen.)
‫تنبيه‬
• Huruf-huruf rakhâwah sakinah mesti diucapkan mengalir,
jangan sampai terbaca sebagaimana huruf-huruf syiddah
yang tertahan, sedangkan huruf-huruf bayniyyah memiliki
aliran suara namun tidak sederas huruf-huruf rakhâwah.
• Huruf-huruf Syiddah Sakinah menekan kuat ke makhraj-nya,
pada Hamzah di akhir kalimat mesti di-Nabr untuk
menunjukkan keberadaannya.
• Pada Qaf, Tha, Ba, Jim, dan Dal dipantulkan.
• Pada Kaf dan Ta ditekan hingga terhembus udara/ nafas.
• Berhati-hatilah dengan ikhtilas (‫ )اِلختالس‬dan isyba’ (‫)اإلشباع‬.
‫تنبيه‬
• Berhati-hatilah dengan ikhtilas (‫ )اِلختالس‬dan isyba’
(‫)اإلشباع‬.
• Ikhtilas artinya memendekkan harakat suatu huruf
sehingga terdengar lebih cepat atau lebih pendek
dibandingkan huruf di sebelahnya. Padahal
seharusnya setiap huruf mesti diucapkan dengan
durasi yang setara antara satu dengan lainnya.
‫تنبيه‬
• Adapun Isyba’ adalah memanjangkan harakat suatu huruf
dibandingkan huruf di sebelahnya. Para Ulama juga menyebutnya
Tamthiith. Sedangkan apabila bacaan tersebut bertambah
sampai satu harakat, maka diistilahkan dengan tawallud.
‫تنبيه‬

Ukuran Panjang Huruf

Saat Berharakat Saat Sukun

Syiddah Bayniyyah Rakhawah Syiddah Bayniyyah Rakhawah

َ‫ب‬ ُ ُ ‫ُص‬ َ‫ب‬ ۡ َ‫ت‬ ۡ َ َۡ ۡ َ


ٌ ِّ ‫كت‬ ‫نِّعِّ يما‬ ‫حفا‬ ٌ ‫أك‬
ٌ ٌ ‫أ ٌنع ٌم‬ ‫سلِّم‬
ٌ‫أ‬
‫قياس أزمنة الحروف‬
Rakhâwah
Aliran Suara

Tawassuth/ Bayniyyah
Aliran Suara

Syiddah
Aliran Suara
‫قياس أزمنة الحروف‬
• Huruf-huruf rakhâwah, mesti diucapkan dengan suara yang
mengalir tanpa terhenti.
• Dalam hal ini termasuk huruf Ya dan Waw. Walaupun
keduanya mesti di-nabr saat bertasydid, bukan berarti
menghilangkan sifat rakhâwah-nya.
• Huruf-huruf syiddah, diucapkan dengan suara yang tertahan
dan tidak dialirkan.
• Huruf-huruf bayniyyah selain ghunnah, diucapkan dengan
menampakkan sedikit aliran suara, tidak terputus
sebagaimana huruf-huruf syiddah, juga tidak mengalir deras
sebagaimana huruf-huruf rakhâwah.
• Huruf-huruf ghunnah, diucapkan dengan menyempurnakan
ghunnahnya dan menahan suara sepanjang dua harakat
ghunnah.
‫تطبيق عملي‬
‫االستعالء و االستفال‬
• Kedua sifat ini berkaitan erat dengan keadaan dan
posisi lidah di dalam mulut saat mengucapkannya.
Secara bahasa isti’la artinya tinggi atau terangkat.
َ ۡ َ ۡ َ َۡ َ َ َۡ ُ َ ۡ ۡ
Maksudnya adalah:
ۡ ُ َۡ ُ َ ‫ي‬ َ َ َ ‫ي‬ َ َ َ
‫َع‬
ٌ ‫كٌٱۡل‬ ٌِّ ‫لٌٱۡلن‬
ٌ ِّ ‫قٌبِّهاٌإ‬
ٌِّ ‫وتٌعِّن ٌدٌنط‬
ٌ ‫ّتٌيتصع ٌدٌٱلص‬ ٌ ‫انٌح‬
ٌِّ ‫صٌٱللِّس‬
ٌ ‫• ٱستِّعال ٌءٌأق‬
• “Terangkatnya pangkal lidah sehingga suara ikut naik ke
arah langit-langit pada saat mengucapkannya.”
• Akibatnya bunyi suara huruf-huruf isti’lâ terdengar
bulat dan tebal (tafkhîm). Huruf-hurufnya terkumpul
ۡ ۡ َ ‫ُ ي‬
pada kalimat (‫ِّظ‬ ٌ ‫ط ٌق‬ ٌ ‫ص ٌضغ‬ٌ ‫)خ‬, sebagaimana disebutkan
An-Nâzhim.
‫االستعالء و االستفال‬
• Naiknya pangkal lidah pada saat mengucapkan huruf isti’lâ
disertai sedikit ketegangan, sehingga mengakibatkan suara
terlempar ke langit-langit.
• Hal tersebut berbeda dengan apa yang terjadi pada saat
kita mengucapkan huruf Jim, Syin, Ya, atau Kaf, karena
pada saat mengucapkan keempat huruf tersebut, naiknya
lidah diiringi dengan lidah yang rileks dan sebatas
menyentuhkan makhrajnya semata, kemudian kembali ke
dasar mulut. Selain itu, yang naik pada saat mengucapkan
Jim, Syin, dan Ya adalah tengah lidah bukan pangkalnya,
sedangkan pada Kaf walaupun yang naik adalah
pangkalnya, namun tidak sama dengan pada saat kita
mengucapkan huruf Qaf.
‫االستعالء و االستفال‬
• Perbandingan antara Qaf (isti’la) dengan Kaf (istifal)
‫االستعالء و االستفال‬
• Suara pada huruf Qaf mengalir ke arah langit-langit,
sehingga menimbulkan kesan bergema, sedangkan
suara pada huruf Kaf mengalir “merayap” di atas
lidah langsung keluar mulut, hal ini mengakibatkan
suara terdengar begitu ringan dan tipis.
• Umumnya, suara yang dihasilkan oleh orang
Indonesia cenderung mendekati isti’lâ dan
terdengar tebal menurut ukuran orang-orang Arab.
Untuk menipiskannya, maka bisa diantisipasi
dengan cara sedikit menarik rahang sebelum
membuka mulut, terutama saat fathah.
‫االستعالء و االستفال‬
• Lawannya isti’lâ adalah istifâl. Artinya
menurun atau merendah. Maksudnya:
ۡ َ ُ ۡ ‫َ ي َ ََ َ ي َ ي‬ َ َ ۡ َ َ ُ َ ۡ
ٌ ‫ِل ٌيتصع ٌد ٌٱلصو‬
ٌِّ‫ت ٌإَل ٌه‬ ٌِّ ‫ن ٌٱۡلن‬
ٌ ‫ك ٌح‬
ٌ ٌ ‫ّت‬ ٌِّ ‫ان ٌع‬
ٌِّ ‫اض ٌٱللِّس‬ٌ ‫• ٱۡنِّف‬
َ‫ِّع ۡن ٌَدٌلَ ۡف ِّظها‬
• “Merendahnya lidah dari langit-langit dan
rileks berada di dasar mulut sehingga suara
tidak terkumpul naik ke arah langit-langit
pada saat mengucapkannya.”
‫االستعالء و االستفال‬
• Suara huruf-huruf istifâl tidak terkumpul naik ke
arah langit-langit, namun mengalir merayap di atas
lidah kita sampai keluar dari mulut. Huruf-huruf
istifâl adalah selain huruf isti’lâ yang terkumpul
kalimatnya dalam syair berikut:
َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ ُ ُ ۡ ُ
‫َِّلســـتِفا ِ وَّتـــرۡن مـــن قـــا إِفـــ‬
ِ ‫خـــذ حـــروف‬
َ َ ۡ ُ َۡ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ َ َ
‫ثبـــت ِعـــُ مـــن ـــوِد حرفـــــهۥ إذ ســـــل شـــــ‬
‫االستعالء و االستفال‬
• Posisi lidah saat mengucapkan huruf-huruf Istifâl
adalah merendah, tetap berada di dasar mulut.
• Kecuali huruf Alif, Lam, dan Ra pada saat tafkhîm,
karena pada saat tafkhîm, ketiganya mengikuti
sifat Isti’lâ dari sisi cara membacanya.
• Adapun untuk huruf isti’lâ, maka cara
mengucapkannya adalah dengan membuka mulut
tanpa memonyongkannya saat fathah. Mayoritas
ulama berpendapat bahwa memonyongkan huruf-
huruf tebal saat fathah termasuk lahn yang mesti
dihindari.
‫تطبيق عملي‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ساٌصاٌ‬ ‫تاٌطاٌ‬
‫َ َ‬ ‫َ َ‬
‫حا ٌ‬
‫ٌخاٌ‬ ‫َك ٌ‬
‫ٌغٌ‬
‫َ‬
‫ِلٌراٌَ‬ ‫َ َ‬
‫َكٌقاٌ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ٌظاٌ‬
‫ذا ٌ‬ ‫داٌضا‬
‫اإلطباق و االنفتاح‬
• Ithbâq secara bahasa artinya menempel, lengket atau rekat.
َ َ َ َۡ َ ُ َ
Maksudnya adalah:
ٌُ‫وت‬ ‫ي‬ ُ َ ۡ َ ُ َ َ َ ُ َ ُ َ ۡ
ٌ ‫َص ٌٱلص‬
ٌ ِّ ‫يث ٌينح‬
ٌ ‫ان ٌ ِِّب‬
ٌِّ ‫َع ٌٱللِّس‬
ٌ ٌ‫ك‬ٌِّ ‫ِّن ٌٱۡلن‬
ٌ ‫ان ٌم‬
ٌ ‫اق ٌما ٌُياذِّي ٌٱللِّس‬ ٌ ‫• إِّطب‬
َ‫ين ُه َماٌع ِّۡن ٌَدٌ ُخ ُروجها‬
َ َ‫ب‬
ِّ
• “Rekatnya langit-langit yang berhadapan dengan lisan dari lisan
itu sendiri sehingga suara yang keluar terkumpul di antara lisan
dan langit-langit saat mengucapkannya.”
• Sifat ithbâq lebih sempurna dan lebih khusus daripada sifat
isti’lâ. Apabila huruf-huruf isti’lâ lidah menegang dan
pangkalnya naik ke arah langit-langit, maka huruf-huruf ithbâq
lidahnya naik lebih tinggi lagi dan sebagian tengah lidahnya
ikut terangkat. Karenanya, setiap huruf ithbâq pasti isti’lâ.
‫اإلطباق و االنفتاح‬
• Huruf-hurufnya ada empat sebagaimana telah
‫ي‬ ُ ‫ي‬
‫اد ٌ َو ي‬ ُ ‫ي‬
disebutkan oleh An-Nâzhim: ‫اء‬ ٌُ ‫اء ٌ َوٱلظ‬
ٌُ ‫ٱلط‬ ٌ ‫اد ٌ َوٱلض‬
ٌ ‫ٱلص‬ .
Dari sisi kekuatan sifat dari keempat huruf ini, yang
paling kuat adalah Tha, kemudian Dhad dan Shad,
dan yang paling lemah adalah Zha.
• Kita akan mengetahui perbedaan antara isti’lâ
dengan ithbâq saat mengucapkan huruf-huruf
isti’lâ yang bukan ithbâq, seperti Kha, Ghain, atau
Qaf. Lalu, bandingkan dengan pengucapan huruf-
huruf ithbâq.
‫اإلطباق و االنفتاح‬
• Lawannya ithbâq adalah infitâh secara bahasa artinya terbuka atau
ۡ ُ ‫َۡ ُ َ َۡ َ ُ ي‬ ۡ َ َ
terpisah. Maksudnya adalah:
َ‫فٌبَيۡ َن ُهما‬ ۡ ۡ
ۡ َ
ٌ ِّ ‫وتٌبِّٱۡلر‬
ٌ ‫َصٌٱلص‬
ٌ ِّ ‫ِلٌينح‬
ٌ ٌ‫ث‬
ٌ ‫كٌ ِِّبي‬ َ َ
ٌِّ ‫انٌوٱۡلن‬
ٌِّ ‫نيٌٱللِّس‬ ٌُ ‫• إنفِّ َت‬
ٌَ ‫احٌ َماٌ َب‬
• “Terbukanya ruangan antara lidah dengan langit-langit sehingga suara
tidak terkumpul di antara keduanya.”
• Yakni terdapat jarak yang cukup renggang antara lidah dengan
langit-langit, sehingga udara atau suara mengalir di tengahnya saat
mengucapkan huruf-hurufnya, tidak tertahan atau terkumpul di
antara keduanya. Hal ini disebabkan lidah yang tidak terangkat naik
sama sekali, atau lidah yang terangkat, namun tidak sampai melekat
dengan langit-langit. Karenanya huruf-huruf istifâl seluruhnya
termasuk ke dalam huruf infitâh. Tapi tidak setiap yang infitâh pasti
istifâl. Seperti Qaf, Ghain, dan Kha yang termasuk infitâh namun juga
isti’la.
‫اإلطباق و االنفتاح‬
• Seluruh huruf infitâh terkumpul pada lafaz:
ۡ َ ُ ۡ ُ َُ ‫َ ۡ َ َ ُ ۡ َ َ َ َ ََ َ ي‬
‫ث‬
ٌ ‫بٌ غ ي‬
ٌ ‫لٌُش‬
ٌ ٌ‫ق‬
ٌ ‫نٌأخ ٌذٌوج ٌدٌسعةٌٌفز ٌكٌح‬
ٌ‫• م‬
• Maknanya adalah: siapa yang telah sampai padanya
waktu untuk mengeluarkan zakat, maka tunaikanlah
zakat harta tersebut. Karena sesungguhnya bagi
Allâh terdapat hak untuk menyiraminya dengan
rahmat-Nya.
• Perhatikan perbedaan antara huruf ithbâq, isti’lâ
yang infitâh dan huruf-huruf istifâl:
‫اإلطباق و االنفتاح‬
• Huruf istifal (Kaf), isti’la (Qaf), dan
ithbaq (Zha)
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• KH. Maftuh Basthul Birri menukil dari Al-Imâm Asy-Syâthibiy,
bahwa beliau berpendapat sifat idzlâq dan ishmât ini tidak
memiliki keterkaitan khusus dengan permasalahan tahsîn
tilâwah atau kefasihan lidah, karenanya beliau memilih
untuk tidak menyebutkan sifat ini dalam pembahasan
tajwid atau qiraah.
• Al-Imâm Ibn Al-Jazariy dalam An-Nasyr juga tidak membahas
dua sifat ini, dan beliau lebih memilih untuk membahas sifat
al-ghunnah dan al-khafâ. Namun, disebabkan kedua sifat ini
disebutkan dalam bait-bait Al-Muqaddimah, maka kami akan
memberikan penjelasan kedau sifat ini secara singkat.
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• Idzlâq secara bahasa berasal dari kata adz-dzalq
artinya bagian ujung lancip lidah. Mullâ Al-Qâriy hlm.
105 mengatakan bahwa maksud huruf-huruf ini
َۡ ۡ َ ۡ َ َ ُ ُ ‫َ ي‬
disebut huruf idzlâq adalah:
ٌۡ‫ِّن‬ َ ۡ َ َ ُ ُ ُّ َ ُ ‫َ َ ي ُ َ ي‬ َ
ٌ ‫ضها ٌم‬ِّ ‫ن ٌوبع‬ٌ ‫اء ٌوٱلال ٌم ٌوٱنلو‬
ٌ ‫ه ٌٱلر‬
ٌ ِّ ‫ان ٌو‬
ٌِّ ‫ق ٌٱللِّس‬ ٌِّ ‫ِّن ٌذل‬
ٌ ‫ضهاۡ ٌم‬ِّ ‫وج ٌبع‬
ٌ ‫ن ٌخر‬ ٌ‫• أ‬
ُ‫يم‬ ۡ َ ُ َۡ َ ُ َ َ َ َ ‫ي‬ َۡ
ٌ ‫اءٌوٱل ِّم‬
ٌ ‫اءٌوٱلف‬ ٌ ‫هٌٱۡل‬ٌ ِّ ‫قٌٱلشفةٌِّو‬
ٌِّ ‫ذل‬
• “Sesungguhnya sebagian huruf ini keluar dari ujung
lidah, yaitu huruf Ra, Lam, dan Nun, sedangkan
sebagian lagi keluar dari ujung bibir, yaitu huruf Ba,
Fa, dan Mim.”
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• Huruf idzlâq menurut logika serta kebiasaan
orang-orang Arab terasa ringan dan cepat saat
diucapkan, disebabkan makhrajnya berada pada
ujung lisan atau kedua ُ bibir. َ Huruf-hurufnya
terkumpul pada kata (‫ب‬ ٌۡ ‫ )ف يٌر ٌم‬sebagaimana
ٌ ‫ِّن ٌل‬
َۡ َ ُ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ُ
perkataan An-Nâzhim. Maknanya adalah:
ۡ ‫ي‬ َ
‫ِّنٌٱلعاق ٌِِّّل‬ ٌ ِّ‫بٌٱِلاه‬
ٌ ‫لٌم‬ ٌ ‫ي ٌ هر‬ٌ ‫بٌأ‬
ٌ ‫ِّنٌذِّيٌل‬
ٌ ‫• ف ٌرٌم‬
• “Orang bodoh lari menjauh dari orang yang
berakal.”
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• Fungsi huruf idzlaq dalam bahasa Arab dapat kita
analogikan dengan fungsi huruf vokal dalam bahasa
Indonesia.
• Dalam bahasa Indonesia, tidak mungkin terdapat
sebuah kata yang terdiri atas tiga huruf konsonan
sekaligus, karena hal tersebut sangat berat diucapkan.
Orang-orang Indonesia membutuhkan setidaknya satu
huruf vokal untuk setiap tiga huruf konsonan.
• Dalam bahasa Arab, sebuah kata yang terdiri atas
empat huruf atau lebih mesti mengandung
seminimalnya satu huruf idzlaq.
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• Lawannya ۡ idzlâq adalah ishmât. Secara bahasa adalah al-
ۡ
man’ (‫ )ٱل َمنع‬bermakna menghalangi, menahan, atau
ََ ۡ َ ُ َ َۡ َ ََ َ َ َ ۡ ‫َ ي‬
melarang. Al-Akhfâsy mengatakan:
‫ِّنٌٱللَك ٌِّم‬
ٌ ‫تٌمن ٌعٌنفس ٌهٌم‬
ٌ ‫ِّنٌصم‬
ٌ ‫نٌم‬
ٌ ‫• ِّۡل‬
• “Karena berasal dari kata “shamata” yang artinya
“menahan diri sendiri dari berbicara”.”
• Setelah mengutip perkataan Al-Akhfâsy, Mullâ Al-Qâriy

َ ۡ
(hlm. 105) menjelaskan
َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ُ ُ
pengertian
َ َ ۡ
ishmât secara َ
َ ُۡ َ َ‫َ ُۡ َ ُ َ َُ ي‬
istilah:
ٌ‫ن‬
ٌ ‫اتٌٱۡلربعةٌِّوٱۡلمسةٌِّۡبِّمع‬ ٌِّ ‫فٌب َن‬ٌ ِّ ٌ‫وِل‬
ٌَ ‫ِّنٌٱنفِّراد ُِّهاٌأص‬ٌِّ ‫ادٌبِّهاٌهنا ٌَأن َهاٌممن َوعةٌٌم‬
ٌ ‫• َوٱلمر‬
ُ ُ َ َ َ َ ُ َ ۡ ‫ُي‬ ُ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ‫ي ُي‬
َ
ٌ‫وف‬
ٌ ِّ ‫ون ٌفِّيها ٌم ٌع ٌٱۡلر‬ ٌ ‫ن ٌ يك‬ ٌ ‫ِل ٌب ٌد ٌأ‬ٌ ٌ ‫وِل‬
ٌ ‫ف ٌوَخسةٌ ٌأص‬ ٌ ‫َع ٌأربعةِّ ٌأحر‬
ٌ ٌ ٌ‫ك ٌَكِّمة‬ ٌ ٌ‫ن‬ ٌ‫أ‬
ََ ۡ ُ ۡ ُ ُ ۡ ۡ َ َ َ ۡ ُ ۡ
ِّ‫وفٌٱلمذلقة‬ ٌ ِّ ‫ِّنٌحر‬
ٌ ‫فٌم‬ ٌ ‫ٱلمصمتةٌِّحر‬
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• “Adapun yang dimaksud di sini adalah bahwa huruf-
huruf ishmât terhalang dari kesendiriannya secara
ushul dalam sebuah kata yang terdiri atas empat
atau limat huruf. Maknanya bahwa seluruh kata yang
terdiri atas empat atau lima huruf secara ushul mesti
selalu terdapat satu atau beberapa huruf idzlâq
bersamaan dengan keberadaan huruf-huruf ishmât
di dalamnya.”
‫اإلذالق و اإلصمات‬
‫‪• Al-Khalîl ibn Ahmad Al-Farâhîdiy mengatakan‬‬
‫‪Al-‘Ayn (I/ 52):‬‬
‫ُ‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ۡ‬ ‫ُ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ۡ َ َ َ ۡ َ َۡ َ َ َ ُ‬
‫وفٌ‬ ‫ُ‬
‫ِّن ٌ ۡحر ِّ ٌ‬ ‫ي‬
‫عيةٌ ٌأ ٌۡو ٌَخا ۡ ِّسيةٌ ٌمعراةٌ ٌم ٌ‬ ‫ك ٌ ََكِّم ٌة ٌربا ِّ‬ ‫ت ٌعلي ٌ‬ ‫ن ٌو َرد ٌ‬ ‫• فإ ِّ ٌ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ َ ۡ َ‬ ‫ي ۡ ي َ َ ُ ُ‬ ‫يَ‬
‫وفٌ‬‫ِّن ٌه ۡ ِّذ ٌه ٌِّٱۡلر ِّ ٌ‬ ‫ك ٌٱلَكَِّمةٌِّ ٌ ۡم ٌ‬ ‫ف ٌت ِّل ٌ‬ ‫ون ٌ ِّ ٌ‬ ‫ِل ٌ َيك ٌ‬ ‫ق ٌأ ٌوِّ ٌٱلش َفوِّيةٌِّ ٌو ٌ‬ ‫ٱَّلل ٌِّ‬
‫َ ۡ َۡ ي َ َ َُ َُۡ َ‬ ‫ۡ ََۡ َ‬ ‫َ‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬
‫ك ٌٱلَكِّم ٌة ٌُمدثةٌٌ‬ ‫ن ٌت ِّل ٌ‬ ‫ِّك ٌفَٱعل ٌم ٌَأ ٌ‬ ‫ق ٌذل ٌِّ‬ ‫ان ٌأ َ ٌو ٌفو ۡ ٌ‬ ‫حدٌ ٌأ ٌوٌِّٱثن ٌِّ‬ ‫ف ٌوا َ ِّ‬ ‫حر ٌ‬
‫ن ٌي ُ ۡس ِّم ٌعٌُ‬ ‫ت ٌ َواجدا ٌ َم ٌۡ‬ ‫ك ٌل ۡس ٌَ‬ ‫ي َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََُۡ َ ۡ َ ۡ ۡ َ‬
‫يِّ‬ ‫َ‬ ‫ب ٌ ِّۡلن ٌ‬ ‫ِّن ٌلَك ٌِّم ٌٱلعر ٌِّ‬ ‫ت ٌم ٌ‬ ‫مبتد َعةٌ ٌلي ۡس ٌ‬
‫ِّنٌۡ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ََ َ َ َ َ َُ ي ۡ ُ‬ ‫ۡ َ‬
‫ِل ٌوفِّيها ٌم ٌ‬ ‫عيةٌ ٌ َأ ٌو ٌ ََخا ِّسيةٌ ٌإ ِّ ٌ‬ ‫حدةٌ ٌ َربا ِّ‬ ‫ب ٌَكِّمةٌ ٌوا ِّ‬ ‫ِّن ٌلَك ٌِّم ٌٱلعر ٌِّ‬ ‫مٌ‬
‫ث‪ُ.‬‬ ‫َۡ ۡ ۡ َ‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫يَ َ ي ۡ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫انٌأ ٌوٌأك ٌ‬ ‫حدٌٌأ ٌوٌِّٱثن ٌِّ‬ ‫قٌوٱلشفوِّيةٌٌِّوا ِّ‬ ‫وفٌٱَّلل ٌِّ‬ ‫حر ِّ ٌ‬
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• “Apabila tampak padamu kata yang terdiri atas empat
atau lima huruf tidak terdapat padanya satupun huruf
dzalqiyyah atau syafwiyyah dan tidak terdapat pada kata
tersebut salah satu atau dua atau lebih dari itu di antara
huruf-huruf ini, maka ketahuilah kata tersebut merupakan
kata yang baru dan dibuat-buat (diserap), bukan asli
bahasa Arab, karena sesungguhnya engkau tidak akan
menemukan siapa saja yang memperdengarkan bahasa
Arab satu katapun yang terdiri dari empat atau lima kata,
kecuali dalam kata tersebut terdapat huruf dzalqiyyah
atau syafwiyyah, baik itu satu huruf atau dua atau lebih
dari itu.”
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• Asy-Syaikh Muhammad Mahmûd Hawâ mengatakan dalam Asy-
Syarhul ‘Ashrî bahwa kedua sifat ini merupakan sifat sharfiyyah
yang erat kaitannya dengan bahasa Arab. Dalam bahasa Arab,
sebuah kata yang terdiri atas empat atau lima huruf mesti
terkandung salah satunya huruf idzlâq untuk memudahkan
pengucapan mereka.
• Apabila kita menemukan adanya sebuah kata dalam bahasa Arab
yang terdiri atas empat atau lima huruf seluruhnya adalah huruf-
huruf ishmât, maka dapat dipastikan bahwa kata tersebut
merupakan kata serapan, bukan ‫ي‬kata asli bahasa Arab, seperti
َ yang bermakna (ٌ‫ب‬
kata (ٌ‫)ع ۡس َجد‬ ُ ‫)ٱَّل َه‬, (ٌ‫اس‬
ِّ ‫ط‬َ ‫ )ق ِّۡس‬yang berasal dari
ُ َ ۡ ُ َ ُۡ
bahasa Romawi untuk (ٌ‫)ٱل ِّمزيان‬, atau kata (ٌ‫ )أستاذ‬yang berasal ۡ dari
ۡ ‫ي‬
bahasa Persia yang bermakna (ٌ‫ )ٱل َعال ُِّم‬atau atau (‫بٱلَّشء‬ ۡ ٌ‫)ٱل َماه ٌُِّر‬.
‫اإلذالق و اإلصمات‬
• Menurut logika orang-orang Arab, semakin jauh
makhraj sebuah huruf, maka akan semakin lambat
dikeluarkan atau terasa berat diucapkan.
• Atas alasan inilah huruf Hamzah dianggap sebagai
salah huruf yang paling sulit untuk diucapkan,
sehingga dalam beberapa keadaan mesti
mengalami perubahan (taghyîr) untuk
memudahkan dan meringankan pengucapan.

Anda mungkin juga menyukai