Anda di halaman 1dari 5

RETORIKA DAKWAH KEPADA NON MUSLIM

Oleh:

Rio Efendi Turipno, S.Psi., M.Pd

A. Pengertian Retorika
Retorika yang dalam bahasa Inggrisnya rhetoric berasal dari bahasa latin yakni
Rethorika yang berarti ilmu berbicara atau seni bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn
Warren dalam bukunya yang berjudul “Modern Rethoric“ mendefinisikanya sebagai “The art
using language effectively” atau seni penggunaan bahasa secara efektif. Secara leksikal (makna
kamus), kata retorika berarti: (1) keterampilan berbahasa secara efektif; (2) studi tentang
pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang; dan (3) seni berpidato yang muluk-
muluk dan bombastis.1
Dari tiga definisi ini, yang sesuai dengan tujuan pembahasan pada saat ini adalah
definisi pertama dan ketiga, walaupun definisi yang ketiga juga menunjukkan adanya
pergeseran dari makna retorika yang sebenarnya.

B. Pengertian Retorika Kepada Non Muslim


Retorika kepada non muslim dapat diartikan sebagai ilmu berbicara atau seni berbicara,
berdiskusi, berdialog atau berdebat kepada non muslim. Adapun non muslim yang
dimaksudkan di sini adalah Kristen, karena agama kristen merupakan agama misi yang sering
melancarkan misinya untuk memurtadkan agama Islam.

C. Landasan Dalil Berdialog dengan non Muslim


1. Al-Qur’an
َ َ ََّ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َّ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ
ُ‫ك ُه َو ا ْع َلم‬ َ ْ َْ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ٰ ُ ُْ
‫الحكم ِة والمو ِعظ ِة الحسن ِة وج ِادلهم ِبال ِتي ِهي احسنُۗ ِان رب‬ ِ ‫ادع ِالى س ِبي ِل ر ِبك ِب‬
َ‫ضَّل َع ْن َسب ْيله َو ُه َو َا ْع َل ُم ب ْال ُم ْه َتد ْين‬
َ ْ َ
‫ِبمن‬
ِ ِ ِٖ ِ
Terjemah Kemenag 2019
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah2 dan pengajaran yang baik serta
debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa
yang mendapat petunjuk.

1
Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi
(Yogyakarta: Kanisius, 1991), h 23
2
Hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang
batil.

1
َ َّ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ‫ُ ْ ٰٓ َ ْ َ ْ ٰ َ َ َ ْ ٰ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ ََّ َ ْ ُ َ َّ ه‬
‫قل ياهل ال ِكت ِب تعالوا ِالى ك ِلم ٍة سوا ٍ ٍۢۤء بيننا وبينكم الا نعبد ِالا اّٰلل ولا نش ِرك ِب ٖه شي ًٔـا ولا‬
َ ََّ ُ ْ ُ ُ َ َّ َ ْ َ ‫ه‬ ُ َ ً ْ َ ُ ْ َ َّ
‫اّٰللُۗ ف ِان ت َول ْوا فق ْولوا اش َهد ْوا ِبانا ُم ْس ِل ُم ْون‬
ِ ‫َيت ِخذ َبعضنا َبعضا ا ْر َب ًابا ِم ْن د ْو ِن‬
Terjemah Kemenag 2019
64. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlul kitab, marilah (kita) menuju pada
satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, (yakni) kita tidak
menyembah selain Allah, kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun,
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan
selain Allah.” Jika mereka berpaling, katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.”

۠ َ َ َ َ ٰ ْ
ْ‫ُق ْل يٰٓ َايُّ َها الكف ُر ْو َن َل ٓا ا ْع ُب ُد َما َت ْع ُب ُد ْو َن َو َل ٓا ا ْن ُت ْم ٰعب ُد ْو َن َم ٓا ا ْع ُب ُد َو َل ٓا ا َنا َعاب ٌد َّما َع َب ْد ُّتم‬
َۙ ِ ُۚ ِ َۙ َۙ ِ
ُ ُ ُ َ ُ ْ َ َ َ ُ ٰ ُ َْ َ
ࣖ ‫َول ٓا انت ْم ع ِبد ْون م ٓا اع ُبدُۗ لك ْم ِد ْينك ْم َوِل َي ِد ْي ِن‬
Terjemah Kemenag 2019
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Kamu juga bukan penyembah apa yang aku
sembah. Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu dan
untukku agamaku.” (Qs. Al-Kafirun 109/1-6)

2. Al-Sunnah

َ َ َ ْ َ
َ َ َ ْ َ ْ َ َ ‫ان ْب ُن ُع َم َر أ ْخ َب َر َنا َعل ُّي ْب ُن ال ُم َب‬ُ َ ْ ُ َ َ َّ َ ََّ ُ َ ُ َ َ َّ َ
‫ير ع ْن أ ِبي َسل َمة‬
ٍ ِ‫ث‬‫ك‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫أ‬
ِ ِ ‫ن‬ ْ ‫يح َيى‬
‫ب‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ك‬ِ ‫ار‬ ِ ‫حدثنا محَّمد ْب ُن بش ٍار حدثنا عثم‬
َ َ
َ َ َ َ ْ َْ َْ َ َ ْ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ََْ ُ ْ َ
‫اب َيق َر ُءون الت ْو َراة ِبال ِعب َرا ِنَّي ِة َو ُيف ِس ُرون َها ِبالع َر ِبَّي ِة ِلأه ِل ال ِإ ْسل ِام فقال‬ ‫ت‬
ِ ِ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫ان‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ة‬‫ر‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ب‬ِ ‫عن‬
‫أ‬
َ ْ ُ َ َ َّ َّ َ ُ ُ
َ ْ ُ ُ َ ُ ََ َ ْ َ ْ
َ ُ
َ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ
)… ‫اّٰلل وما أن ِزل‬ ِ ‫ آمنا ِب‬: ‫اب ولا تك ِذبوهم وقولوا‬ ِ ِ ‫ت‬‫ك‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫وا‬ ‫ق‬ ‫د‬ِ ‫ص‬ ‫اّٰلل صلى اّٰلل عليهِ وسلم لا ت‬ ِ ‫رسول‬
َ ْ
(‫ال َآية‬

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada
kami Utsman bin Umar, telah mengabarkan kepada kami Ali bin Mubarak dari Yahya
bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata, "Ahli kitab membaca
Taurat dengan bahasa Ibrani, dan mereka menafsirkannya dengan bahasa Arab untuk
pemeluk Islam." Spontan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Jangan kalian membenarkan ahli
kitab dan jangan pula mendustakan mereka, katakan saja: 'Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan"'.

2
D. Teknik Retorika kepada Non Muslim
Ada beberapa teknik retorika kepada Non Muslim, yang dapat digunakan dalam
berdiskusi, berdialog atau berdebat dengan sebagai berikut:
1. Disampaikan dengan penuh hikmah.
2. Mengajak untuk kembali kepada kalimat yang sama
3. Menggunakan bahasa yang sederhana
4. Menguasai dalil, bukan hanya dalil al-Qur’an juga dalil alkitab (Bible)
5. Memahami ajaran agama mereka
6. Tidak mengandung kalimat kebencian atau penghinaan.
7. Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan

E. Memahami Kelemahan Debaters (appologet) non Muslim


Dalam berdialog/berdebat dengan muslim, para appologet Kristen sering mengalami
kekalahan dan kesulitan dalam menangkis pertanyaan-pertanyaan dari debaters Muslim. Hal
ini dikarenakan beberapa hal, antara lain:
1. Para debaters tidak memahami kandungan ayat dalam kitab sucinya sendiri.
Sebagai contoh umat kristen meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan, bahkan Allah
yang menjelma turun ke bumi menjadi manusia. Padahal Yesus sendiri bersabda dalam
kitab suci mereka sendiri bahwa dirinya hanya seorang utusan Allah.

Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel.” (Injil Matius 15:24)

“Inilah hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Kristus Yesus yang telah Engkau utus” (Injil
Yohanes 17:3)

Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa.” (Injil Markus 12:29)

2. Mereka tersesat dalam keyakinannya sendiri, karena bersumber dari kitab terjemahan
bukan dalam bahasa aslinya
Dalam beberapa kesempatan berdebat dengan para debaters (apologet) Kristen,
penolakan mereka kepada Nabi Muhammad SAW, dikarenakan menurut anggapan
mereka bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah di nubuatkan dalam kitab suci
mereka baik dalam Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB). Kesesatan
pemahaman ini terjadi disebabkan karena selama ini umat Kristen memiliki keyakinan
hanya bersumber dalam kitab terjemahan dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) saja,
tanpa memahami bahasa asli dari kitab sucinya. Sehingga nama Muhammad dalam
kitab suci mereka tidak ditemukan lagi karena telah diterjemahkan. Adapun sebagai
bukti dapat dilihat dalam ayat berikut ini:
Kidung Agung 5:16, (versi bahasa Ibrani)
‫חִ כֹּו ַ ַֽמ ְמתַ קִ ים וְ כֹֻּלו מַ חֲמַ דִ ים זֶה דֹּודִ י וְ זֶה ֵרעִ י בְ נֹּות יְ רּושָׁ ַֽ ָׁל ִִָֽם׃‬
(hikvō mamətaqqîm vəkullvō mahămadîm zeh dwōdî vəzeh rē‘î bənwōt
yərûšālāim)

3
Kidung Agung 5:16 (versi LAI)
“Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik.
Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai puteri-puteri Yerusalem.”
Kata ‫ מַ חֲמַ דִ ים‬pada ayat di atas dalam bahasa Ibrani, adalah sebuah nama diri
(poper name) telah diterjemahkan menjadi “segala sesuatu padanya menarik”. Padahal
kata ini menunjukka kepada nama diri (poper name) Muhammad. Sebagai bukti
silahkan kata ini ‫ מַ חֲמַ דִ ים‬di copy kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi google
translate, berikut ini:

Gambar: Hasil Penelusuran Google translate

3. Mereka tersesat dalam penafsiran


Bukti kesalahan Tafsir:

“Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam
Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri,
tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.”
(Injil Yohanes 14:10)

“Aku dan Bapa adalah satu”. (Injil Yohanes 10:30)


Berdasarkan ayat ini umat kristen berkeyakinan bahwa Yesus adalah Allah,
karena dirinya bersatu dengan Allah (homoousius), dan dia (Yesus) di dalam Bapa
(Allah) dan Bapa di dalam dia (Yesus). Padahal ayat tersebut tidak bermakna bahwa
Yesus dan Bapa (Allah) adalah satu hakikat, yang kemudian membentuk dogma
Trinitas/Tritunggal, yakni Bapa, Putra (Yesus) dan Roh Kudus, ketiga-tiganya satu (1
Yohanes 5:7-8). Sebab jika “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.”
diterjemahkan sebagai bentuk bahwa Yesus adalah Tuhan itu sendiri karena telah
bersatu dengan Bapa (Allah), maka akan sangat fatal akibatnya. Mengapa dikatakan
fatal, karena umat Kristen juga harus menerima keyakinan bahwa Muridnya 12 orang
juga sebagai Tuhan. Silahkan baca ayat berikut:

4
Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. (Injil Yohanes 17:21)
Jadi makna “menjadi satu” di sini bukan menjadi satu wujud. Jika Yesus
berdasarkan Yohanes 14:10, diyakini Allah telah menyatu di dalamnya sehingga
menjadi Tuhan, maka berdasarkan Yohanes 17:21, murid-muridnya harus menjadi
Tuhan, karena telah menyatu dengan Yesus dan Bapa menjadi satu.

4. Keountentikan kitab sucinya sangat diragukan.


Masalah keountentikan kitab suci umat kristen, telah diakui oleh pakar kristen
sendiri bahwa alkitab telah banyak kesalahan. Hal ini sebagaimana pernyataan berikut
ini:
a. Dr.G.C Van Niftrik dan Dr. B.J Bolland :
"Kita tidak usah malu-malu, bahwa terdapat berbagai kekhilafan di dalam
Alkitab; kekhilafan-kekhilafan tentang angka-angka perhitungan; tahun dan
fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu pada
caranya, isi Alkitab telah disampaikan kepada kita, sehingga kita akan dapat
berkata: "Dalam naskah aslinya tentu tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi
kekhilafan itu barulah kemudian terjadi di dalam turunan naskah itu. Isi Alkitab
juga dalam bentuknya yang asli, telah datang kepada kita dengan perantaraan
manusia" (Dogmatika Masa Kini, BPK Jakarta,1967, hal 298).
b. Dr. Soedarmo
"Dengan pandangan bahwa Kitab Suci hanya catatan saja dari orang, maka diakui
juga bahwa di dalam Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu
Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci
denganbentuk sekarang masih dapat diperbaiki" (Ikhtisar Dogamtika, BPK
Jakarta, 1965 hal. 47). (Ikhtisar Dogmatika, BPK Jakarta, 1965 hal. 49).
Pandangan kedua pakar alkitab di atas dianggap sudah cukup mewakili dari
sekian banyak pakar alkitab yang telah jujur mengakui bahwa kitab suci umat kristen
telah mengalami banyak sekali kesalahan-kesalahan sehingga diragukan lagi disebut
sebagai kitab suci.
5. Mereka mempertahankan dogma gereja yang tidak bersumber pada kitab suci
Jika, berdiskusi dengan para debaters (appologet) Kristen terkait tentang ritual-
ritual peribadatan mereka yang biasa dilakukan oleh gereja, akan ditemukan begitu
banyak yang tidak bersumber dari kitab suci mereka sendiri. Yang diperintahkan
mereka tinggalkan, dan justru yang tidak diperintahkan mereka jalankan. Sebagai
contoh:
a. Yang diperintahkan mereka tinggalkan
1) Beribadah pada hari Sabbat (sabtu) mereka tinggalkan
2) Perintah Khitan (sunat) dalam Kejadian 17:9-14 mereka tinggalkan, dll
b. Yang tidak diperintahkan mererka kerjakan
1) Merayakan Natal pada tanggal 25 Desember dikerjakan
2) Beribadah pada hari Ahad di kerjakan, dll

Anda mungkin juga menyukai