Anda di halaman 1dari 27

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BARISAN SOLIDARITAS MUSLIM (BSM)

BAB I
FILSAFAT NAMA

Pasal 1
Barisan
Ash-Shaff adalah salah satu nama surat dalam al-Qur’an yang
artinya barisan yang kokoh. Dalam shalat berjamaah juga umat
Islam disyaratkan harus merapatkan shaf dan barisan harus
lurus. Karena ketidaklurusan shaf akan menyebabkan hati
bercerai-berai. Begitu pula organisasi ini merupakan barisan
pasukan umat Islam harus lurus dan kokoh, ka’annahum
bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang kuat,
tidak tergoyahkan).

Pasal 2
Solidaritas
Solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan, yang
dalam bahasa Arab berarti  tadhamun  atau  takaful. Organisasi
ini menganjurkan solidaritas keumatan itu harus ditegakkan,
apalagi dalam satu jama’ah atau organisasi dakwah yang jelas-
jelas semuanya berbuat untuk menegakkan ajaran Allah SWT.

1
Pasal 3
Muslim
Muslim secara harfiah berarti "seseorang yang berserah diri
kepada Allah". Kata Muslim juga merujuk kepada umat Islam.
Oleh karena itu dengan menggunakan kata Muslim, organisasi
ini menyatakan dirinya sebagai perkumpulan orang-orang yang
berserah diri kepada Allah, yaitu umat Islam.

BAB II
ARTI LAMBANG DAN SEMBOYAN

Pasal 4
Arti Lambang
1. Warna dasar putih melambangkan kesucian hati
2. Warna hijau melambangkan kedamaian dan keislaman
3. Tiga bintang berwarna hijau melambangkan: iman, Islam
dan Ihsan
4. Bintang bergerigi lima melambangkan rukun Islam 5
perkara.
5. Bulan sabit merah memiliki arti, berani, siap dan rela
berkorban.
6. Lambang tangan berdekapan memiliki arti persatuan dan
kesatuan
7. Segi tiga sama sisi melambangkan untuk selalu menjaga
hubungan baik manusia dengan Allah (hablum minallah)
dan hubungan baik sesama manusia (hablum minannas),
dengan tulisan BSM di dalamnya.

2
Pasal 5
Makna Semboyan

َ ْ‫ش َك ِر ْي ًم َأ ْو ُمت‬
‫ش ِهي ًدا‬ ْ ‫ِع‬
(Isy kariman aumut syahidan)
“Hidup Mulia atau Mati Syahid”

1. Hidup mulia dalam Islam hanya bisa tercapai jika fungsi


dan esensi manusia diciptakan oleh Allah SWT bisa
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. 
2. Fungsi dan esensi tersebut adalah
menjadi abdullah (hamba Allah)
dan khalifatullah (khalifah Allah) di muka bumi. 
3. Sedangkan, makna Mati syahid atau mati sebagai seorang
syuhada (orang yang berjihad di jalan Allah SWT) adalah
kedudukan yang sangat besar dan tinggi yang tidak akan
diraih kecuali oleh orang yang layak untuk
mendapatkannya.
4. Jihad menurut Al-Qur'an dan Sunnah, bukan berarti perang.
Kata jihad pada ayat ini mengandung pengertian kerja,
mengeluarkan seluruh kemampuan untuk mendapatkan apa
yang diinginkan.
5. Mewujudkan negeri yang  aman, damai, dan makmur, yakni
“Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghaffur”, adalah bagian
daripada jihad yang utama.
6. Dengan demikian “Hidup Mulia atau Mati Syahid”
menggambarkan cita-cita yang tinggi, yang memiliki arti
hidup dengan kemulian Islam atau kalaupun meninggal
dunia, maka diwafatkan sebagai syuhada (mati dalam
keadaan jihad di jalan Allah)

3
BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 6
Anggota Biasa
1. Yang dapat diterima menjadi anggota biasa adalah:
a. Beragama Islam
b. Berakhlakul Karimah
c. Taqwa dan Istiqomah
d. Memiliki Semangat Juang (Ruhul Jihad)
e. Pembaharu (Ruhul Jadid)
f. Berani dan Cerdas
g. Mempunyai loyalitas yang tinggi
2. Prosedur menjadi anggota biasa :
a. Permintaan menjadi anggota biasa dengan mengisi
formulir kesediaan menjadi anggota ke
Komisariat/Cabang.
b. Pimpinan Komisariat/Cabang mengajukan permohonan
keanggotaan ke MABES BSM, dengan melampirkan
copyan formulir kesedian menjadi anggota sebagaimana
yang diterangkan pada ayat (2) huruf (a) di atas, untuk
diterbitkan Nomor Baku Anggota
c. Setiap anggota yang telah terdaftar berhak mengajukan
permohonan Kartu Tanda Anggota BSM
d. Ketentuan dan prosedur pengajuan KTA diuraikan pada
“Pedoman Administrasi BSM”

4
e. Pengurus BSM tidak boleh merangkap jabatan dengan
organisasi yang bertentangan dengan perjuangan BSM

Pasal 7
Anggota Luar Biasa
1. Anggota luar biasa adalah masyarakat muslim dan non
muslim yang simpatik dengan perjuangan BSM, serta turut
membantu perjuangan BSM, baik secara pemikiran dan
finansial, serta lainnya yang dinilai memajukan BSM
1. Anggota luar biasa diusulkan oleh Majelis Tanfidzi dan
disahkan oleh Majelis Syuro’ setiap tingkatan.

Pasal 8
Anggota Kehormatan
1. Anggota kehormatan adalah orang-orang yang dipandang
berjasa dalam mengembangkan dan melestarikan BSM.
2. Anggota luar biasa diusulkan oleh Majelis Tanfidzi dan
disahkan oleh Majelis Syuro’ setiap tingkatan.

Pasal 9
Kartu Anggota
1. Kartu Anggota adalah bukti keanggotaan yang sah, yang
dimiliki oleh setiap Anggota.
2. Kartu Anggota tidak dibenarkan untuk dipinjamkan atau
diberikan kepada pihak lain, dengan alasan dan untuk
kepentingan apapun.
3. Penerbitan Kartu Anggota dengan ukuran, desain dan nomor
kode sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh MABES
BSM.

5
Pasal 10
Enam Prinsip Anggota BSM
1. Bersatu dalam Aqidah
2. Berjamaah dalam Ibadah
3. Toleransi dalam Khilafiyah
4. Istiqomah dalam Berdakwah
5. Santun dalam Bermuamalah
6. Menjaga Ukhuwah Islamiyah

Pasal 11
Hak dan Kewajiban
1. Anggota biasa berhak menyatakan pendapat, suara, memilih
dan dipilih.
2. Kewajiban anggota biasa adalah:
a. Mempelajari dan mengamalkan kepribadian dan gerakan
perjuangan BSM
b. Menjadi tauladan utama (role model) bagi mahasiswa
lainnya.
c. Tunduk dan taat kepada keputusan organisasi, peraturan-
peraturan dan menjaga nama baik agama Islam dan
organisasi.
d. Turut melaksanakan dan mendukung usaha-usaha
organisasi.
e. Membayar uang pangkal dan iuran yang besarnya
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat BSM.

6
3. Anggota Luar biasa dan kehormatan dapat memberikan
bantuan pemikiran-pemikiran dan finansial yang memajukan
BSM.
BAB IV
SANKSI DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 12
Sanksi
1. Anggota BSM dapat dijatuhi sanksi apabila:
a. Melanggar nilai-nilai Islam
b. Mencemarkan dan merugikan nama baik Islam dan
organisasi.
c. Tidak patuh pada perintah pimpinan
d. Melanggar keputusan-keputusan organisasi yang telah di
tetapkan oleh BSM.
2. Sanksi yang diberikan kepada anggota dapat berupa:
a. Skorsing
b. Pencabutan hak sementara menggunakan atribut BSM
dengan batas waktu yang telah ditentukan.
c. Pemberhentian dengan tidak hormat

Pasal 13
Pemberhentian Anggota
Keanggotaan berhenti karena:
1. Meninggal dunia.
2. Permintaan sendiri.
3. Usulan Bidang Pendidikan kaderisasi setempat karena
pelanggaran terhadap aturan dan ketentuan organisasi.

7
4. Keputusan pemberhentian anggota sesuai pasal 7 ayat 3
adalah kewenangan Majelis Tanfidzi Pimpinan Pusat BSM,
yang hanya dapat dilaksanakan setelah;
a. Dilakukan pemanggilan, untuk dilakukan pembinaan
khusus oleh Bidang Pendidikan Kader setempat.
b. Diberikan peringatan secara tertulis oleh Bidang
Pendidikan Kader setempat, maksimal 3 kali;
c. Dilakukan skorsing oleh Bidang Pendidikan Kader
setempat, apabila peringatan tersebut pada pasal 7 ayat 4
huruf (b) tidak diindahkan;
d. Bidang Pendidikan Kader setempat mengajukan usulan
pemberhentian anggota kepada Majelis Tanfidzi
Pimpinan Pusat BSM.
5. Anggota yang diberhentikan oleh Pimpinan Pusat BSM
diberikan kesempatan membela diri dengan mengajukan
Surat Permohonan Peninjauan Kembali (PK) Keputusan
Pimpinan Pusat BSM, yang di tujukan kepada Majelis
Tanfidzi Pimpinan Pusat BSM dengan disertai alat bukti
pendukung, selambat-lambatnya 30 hari setelah surat
pemberhentian diterima.
6. Alat bukti pendukung yang dimaksudkan pada pasal 7 ayat 4
huruf (d), ialah:
a. Keterangan saksi 2 orang laki-laki, atau 4 orang
perempuan;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk lainnya

8
BAB V
SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 14
Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat adalah kepemimpinan tertinggi dalam BSM
berkedudukan di Kota Bitung
2. Pimpinan Pusat BSM ditentukan melalui Musyawarah
Akbar (MUSYBAR) dan di sahkan oleh Majelis Syuro’
Pusat.
3. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya Pimpinan
Pusat BSM dapat membentuk bidang-bidang yang diserahi
tugas dan menyelenggarakan pekerjaan khusus.

Pasal 15
Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah memimpin BSM dalam provinsi serta
melaksanakan kebijakan Pimpinan Pusat.
2. Pimpinan Daerah BSM ditentukan melalui Musyawarah
Daerah (MUSYDA) dan di sahkan oleh Pimpinan Pusat.
3. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya Pimpinan
Daerah dapat melengkapi struktur kepengurusan bidang
mengikuti bidang-bidang di Pimpinan Pusat

Pasal 16
Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang adalah kepemimpinan BSM tingkat
kabupaten/kota, serta melaksanakan kebijakan pimpinan di
atasnya

9
2. Pimpinan Daerah BSM ditentukan melalui Musyawarah
Daerah (MUSYCAB) dan di sahkan oleh Pimpinan Daerah.
3. Bagi Cabang yang sudah terbentuk, namun belum memiliki
Pimpinan setingkat di atasnya, maka pengesahannya
diserahkan pada Pimpinan Pusat.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya Pimpinan
Cabang BSM dapat melengkapi struktur kepengurusan
bidang mengikuti bidang-bidang di Pimpinan Daerah/Pusat

Pasal 17
Pimpinan Komisariat
1. Pimpinan Komisariat adalah kepemimpinan BSM tingkat
kabupaten/kota, serta melaksanakan kebijakan pimpinan di
atasnya
2. Pimpinan Komisariat BSM ditentukan melalui Musyawarah
Daerah (MUSYKOM) dan di sahkan oleh Pimpinan Cabang.
3. Bagi Komisariat yang sudah terbentuk, namun belum
memiliki Pimpinan setingkat atau dua tingkat di atasnya,
maka pengesahannya diserahkan pada Pimpinan Pusat.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya Pimpinan
Komisariat BSM dapat melengkapi struktur kepengurusan
bidang mengikuti bidang-bidang di Pimpinan Daerah/cabang

Pasal 18
Pos-Pos Komando
1. Pos-pos komando dibentuk ditingkat kelurahan atau yang
dipersamakan dengan itu.
2. Setiap Pos Komando beranggotakan maksimal 7 orang
laskar dengan menunjuk salah satu di antaranya menjadi
“Komandan Pos” atau disingkat dengan “DANPOS”

10
3. Satu Kelurahan boleh memiliki Pos Komando lebih dari
satu.
4. Setiap pos-pos komando diharapkan menjadikan masjid
sebagai pusat perjuangan.

Pasal 19
Bidang-Bidang
Bidang-bidang dalam organisasi BSM, meliputi:
1. Bidang Pendidikan Kader
2. Bidang Dakwah dan Tarbiyah
3. Bidang Kesejahteraan Sosial
4. Bidang Informasi dan Humas
5. Bidang Kepanduan dan Olahraga
6. Bidang Pemberdayaan Perempuan

Pasal 20
Lembaga atau Unsur Pembantu Pimpinan
1. Pembentukan lembaga atau unsur pembantu pimpinan
merupakan kewenangan Pimpinan Pusat
2. Lembaga atau unsur pembantu pimpinan hanya
berkedudukan di Markas Besar BSM dan tidak membentuk
kepengurusan sampai ketingkat komisariat.
3. pembentukan Lembaga atau unsur pembantu pimpinan
dibentuk sesuai dengan kebutuhan organisasi.
4. Laporan dan pertanggungjawabannya langsung ke Pimpinan
Pusat.
5. Pimpinan Lembaga atau unsur pembantu pimpinan disebut
“Direktur” dan dibantu oleh seorang wakil yang disebut
“Wakil Direktur”.

11
6. Sistem pengelolaan lembaga atau unsur pembantu pimpinan
akan di atur terpisah dari anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga BSM.

BAB VI
MASA JABATAN

Pasal 21
Masa Jabatan
1. Masa jabatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Daerah, Pimpinan
Cabang, dan Pimpinan Komisariat selama lima tahun dalam
satu periode..
2. Jabatan jabatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Daerah, Pimpinan
Cabang, dan Pimpinan Komisariat diperbolehkan menjabat
dengan jabatan yang sama selama 2 periode.
3. Serah-terima jabatan Pimpinan Pusat dilakukan pada saat
MUSYBAR telah menetapkan Pimpinan Pusat baru. Sedang
serah-terima jabatan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang,
dan Pimpinan Komisariat dilakukan setelah disahkan oleh
Pimpinan di atasnya.

BAB VII
PENYELENGGARAN MUSYAWARAH

Pasal 22
Musyawarah Akbar dan Luar Biasa
1. Musyawarah Akbar dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali oleh
Pimpinan Pusat BSM
2. Pimpinan Pusat BSM adalah penanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Akbar.

12
3. Dalam keadaan tertentu yang dianggap perlu dapat diadakan
Musyawarah Akbar Luar Biasa diluar ketentuan ayat (1)
4. Musyawarah Akbar Luar Biasa dapat dilaksanakan atas
usulan 2/3 Pimpinan Daerah yang sah.
5. Musyawarah Akbar Luar Biasa diadakan untuk
membicarakan masalah organisasi yang mendesak dan di
anggap yang mengancam eksistensi organisasi dan tidak
dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Akbar berikutnya.
6. Penyelenggaraan dan mekanisme kerja Musyawarah Akbar
Luar Biasa akan diatur tersendiri.

Pasal 23
Peraturan Musyawarah Akbar
1. Peserta Musyawarah Akbar terdiri dari:
a. Seluruh pengurus Pimpinan Pusat
b. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Daerah
c. Ketua dan Sekretais Pimpinan Cabang
d. Ketua Bidang Pendidikan Kader seluruh tingkatan
e. Ketua Pimpinan Lembaga dan Panglima Komando
Pasukan Khusus tingkat Pusat
2. Peserta MUSYBAR wajib membawa surat mandat dari
pimpinan yang mengutusnya.
3. Musyawarah dapat berlangsung dengan tidak memandang
jumlah yang hadir, asal yang berkepentingan telah diundang
secara sah, dan dibuktikan dengan tanda terima undangan.
4. Sebelum Pimpinan MUSYBAR di pilih, maka sidang-sidang
MUSYBAR di pimpin oleh Majelis Syuro’ Pimpinan Pusat
BSM.
5. Peninjau MUSYBAR dan para undangan kehormatan di
tetapkan oleh pimpinan Pusat.

13
6. Peserta MUSYBAR berhak menyatakan pendapat, memilih
dan dipilih serta memiliki hak 1 (satu) suara. Peninjau
MUSYBAR berhak menyatakan pendapat.
7. Peraturan-peraturan lainnya akan diatur tersendiri oleh
Pimpinan Pusat BSM.

Pasal 24
Susunan Acara Musyawarah Akbar
1. Acara Pokok MUSYBAR:
a. Laporan Dewan Pimpinan Pusat tentang:
1) Kebijakan Dewan Pimpinan Pusat.
2) Organisasi
3) Keuangan
4) Realisasi Keputusan MUSYBAR sebelumnya
b. Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
c. Penyusunan Garis-garis Besar Haluan Organisasi, Garis-
garis Besar Haluan Kerja, dan Program Kerja.
d. Pemilihan Ketua Umum Majelis Tanfidzi dan Formatur
Pimpinan Pusat.
e. Masalah-masalah umum umat Islam yang bersifat urgen.
f. Rekomendasi.
2. Ketentuan tentang tata tertib MUSYBAR dibuat oleh
Pimpinan Pusat dan disahkan oleh MUSYBAR.
3. Pada waktu berlangsungnya MUSYBAR dapat
diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak
mengganggu jalannya MUSYBAR.
4. Keputusan MUSYBAR tetap berlaku sampai diubah atau
dibatalkan oleh MUSYBAR berikutnya.

14
Pasal 25
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali oleh
Pimpinan tertinggi di tingkat Provinsi yaitu Pimpinan
Daerah BSM
2. MUSYDA dilaksanakan setelah pelaksanaan MUSYBAR.
3. Pimpinan Daerah BSM adalah penanggungjawab
penyelenggaraan MUSYDA.

Pasal 26
Peraturan Musyawarah Daerah

1. Peserta Muyawarah Daerah terdiri dari:


a. Seluruh pengurus Pimpinan Daerah
b. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Cabang
c. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Komisariat
d. Ketua Bidang Pendidikan Kader Cabang dan Komisariat
e. Ketua Pimpinan Lembaga dan Panglima Komando
Pasukan Khusus tingkat Daerah
2. Peserta MUSYDA wajib membawa surat mandat dari
pimpinan yang mengutusnya.
3. Musyawarah dapat berlangsung dengan tidak memandang
jumlah yang hadir, asal yang berkepentingan telah diundang
secara sah, dan dibuktikan dengan tanda terima undangan.
4. Sebelum Pimpinan MUSYDA di pilih, maka sidang-sidang
MUSYDA di pimpin oleh Majelis Syuro’ Pimpinan Daerah
BSM.

15
5. Peninjau MUSYDA adalah perwakilan dari Pimpinan Pusat
dan mereka yang di undang oleh Pimpinan Daerah
6. Peninjau MUSYDA memiliki hak untuk menyatakan
pendapat.
7. Para undangan kehormatan di tetapkan oleh pimpinan
Daerah.
8. Peserta MUSYDA berhak menyatakan pendapat, memilih
dan dipilih serta memiliki hak 1 (satu) suara.
9. Peraturan-peraturan lainnya akan diatur tersendiri oleh
Pimpinan Daerah BSM.

Pasal 27.
Susunan Acara Musyawarah Daerah

1. Acara Pokok MUSYDA:


a. Laporan Dewan Pimpinan Daerah tentang:
1) Kebijakan Dewan Pimpinan Daerah.
2) Organisasi
3) Keuangan
4) Realisasi Keputusan MUSYDA sebelumnya
b. Penyusunan Program Pimpinan Daerah BSM periode
berikutya
c. Pemilihan Ketua Umum Majelis Tanfidzi dan Formatur
Pimpinan Daerah BSM.
d. Masalah-masalah umum umat Islam di daerah yang
bersifat urgen.
e. Rekomendasi.
2. Ketentuan tentang tata tertib MUSYDA dibuat oleh
Pimpinan Daerah dan disahkan oleh MUSYDA.

16
3. Pada waktu berlangsungnya MUSYDA dapat
diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak
mengganggu jalannya MUSYDA.
4. Keputusan MUSYDA tetap berlaku sampai diubah atau
dibatalkan oleh MUSYDA berikutnya.

Pasal 28
Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali oleh


Pimpinan tertinggi di tingkat Kabupaten/Kota yaitu
Pimpinan Cabang BSM
2. MUSYCAB dilaksanakan setelah pelaksanaan MUSYDA di
wilayahnya.
3. Pimpinan Cabang BSM adalah penanggungjawab
penyelenggaraan MUSYCAB.

Pasal 29
Peraturan Musyawarah Cabang
1. Peserta Musyawarah Cabang, terdiri dari:
a. Seluruh pengurus Pimpinan Cabang
b. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Komisariat
c. Ketua Bidang Pendidikan Kader tingkat Komisariat
2. Peserta MUSYCAB wajib membawa surat mandat dari
pimpinan yang mengutusnya.
3. Musyawarah dapat berlangsung dengan tidak memandang
jumlah yang hadir, asal yang berkepentingan telah diundang
secara sah, dan dibuktikan dengan tanda terima undangan.
4. Sebelum Pimpinan MUSYCAB di pilih, maka sidang-sidang
MUSYCAB di pimpin oleh Majelis Syuro’ Pimpinan
Cabang BSM.

17
5. Peninjau MUSYCAB adalah perwakilan dari:
a. Pimpinan Pusat
b. Pimpinan Daerah
c. dan mereka yang di undang oleh Pimpinan Daerah
6. Peninjau MUSYCAB memiliki hak untuk menyatakan
pendapat.
7. Para undangan kehormatan di tetapkan oleh pimpinan
Cabang.
8. Peserta MUSYCAB berhak menyatakan pendapat, memilih
dan dipilih serta memiliki hak 1 (satu) suara.
9. Peraturan-peraturan lainnya akan diatur tersendiri oleh
Pimpinan Cabang BSM.

Pasal 30
Susunan Acara Musyawarah Cabang
1. Acara Pokok MUSYCAB:
a. Laporan Dewan Pimpinan Cabang tentang:
a. Kebijakan Dewan Pimpinan Cabang.
b. Organisasi
c. Keuangan
d. Realisasi Keputusan Cabang sebelumnya
b. Penyusunan Program Pimpinan Cabang BSM periode
berikutya
c. Pemilihan Ketua Umum Majelis Tanfidzi dan Formatur
Pimpinan Cabang BSM.
d. Masalah-masalah umum umat Islam di kabupaten/kota
yang bersifat urgen.
e. Rekomendasi.

18
2. Ketentuan tentang tata tertib MUSYCAB dibuat oleh
Pimpinan Cabang dan disahkan oleh MUSYCAB.
3. Pada waktu berlangsungnya MUSYCAB dapat
diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak
mengganggu jalannya MUSYCAB.
4. Keputusan MUSYCAB tetap berlaku sampai diubah atau
dibatalkan oleh MUSYCAB berikutnya.

Pasal 31
Musyawarah Komisariat
1. Musyawarah Komisariat dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali
oleh Pimpinan tertinggi di tingkat kecamatan yaitu Pimpinan
Komisariat BSM
2. MUSYKOM dilaksanakan setelah pelaksanaan MUSYCAB
di wilayahnya.
3. Pimpinan Cabang BSM adalah penanggungjawab
penyelenggaraan MUSYKOM.

Pasal 32
Peraturan Musyawarah Komisariat
1. Peserta Musyawarah Komisariat, terdiri dari:
a. Seluruh pengurus Pimpinan Komisariat
b. Perwakilan Pos Komando 3 orang
2. Peserta MUSYKOM wajib membawa surat mandat dari
pimpinan yang mengutusnya.
3. Musyawarah dapat berlangsung dengan tidak memandang
jumlah yang hadir, asal yang berkepentingan telah diundang
secara sah, dan dibuktikan dengan tanda terima undangan.
4. Sebelum Pimpinan MUSYKOM di pilih, maka sidang-
sidang MUSYKOM di pimpin oleh Majelis Syuro’
Pimpinan Komisariat BSM.

19
5. Peninjau MUSYKOM adalah perwakilan dari:
a. Pimpinan Daerah
b. Pimpinan Cabang
c. dan mereka yang di undang oleh Pimpinan Komisariat
6. Peninjau MUSYKOM memiliki hak untuk menyatakan
pendapat.
7. Para undangan kehormatan di tetapkan oleh pimpinan
Komisariat.
8. Peserta MUSYKOM berhak menyatakan pendapat, memilih
dan dipilih serta memiliki hak 1 (satu) suara.
9. Peraturan-peraturan lainnya akan diatur tersendiri oleh
Pimpinan Komisariat BSM.

Pasal 33
Susunan Acara Musyawarah Komisariat
1. Acara Pokok MUSYKOM:
a. Laporan Dewan Pimpinan Komisariat tentang:
1) Kebijakan Dewan Pimpinan Komisariat
2) Organisasi
3) Keuangan
4) Realisasi Keputusan Komisariat sebelumnya
b. Penyusunan Program Pimpinan Komisariat BSM periode
berikutya
c. Pemilihan Ketua Umum Majelis Tanfidzi dan Formatur
Pimpinan Komisariat BSM.
d. Masalah-masalah umum umat Islam di kecamatan yang
bersifat urgen.
e. Rekomendasi.

20
2. Ketentuan tentang tata tertib MUSYKOM dibuat oleh
Pimpinan Komisariat dan disahkan oleh MUSYKOM.
3. Pada waktu berlangsungnya MUSYKOM dapat
diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak
mengganggu jalannya MUSYKOM.
4. Keputusan MUSYKOM tetap berlaku sampai diubah atau
dibatalkan oleh MUSYKOM berikutnya.

Pasal 34
Pengambilan Keputusan
1. Keputusan musyawarah diusahakan diambil dengan
musyawarah untuk mufakat
2. Apabila keputusan permusyawaratan terpaksa dilakukan
dengan pemungutan suara, maka keputusan diambil dengan
suara terbanyak mutlak, yaitu setengah lebih satu dari
jumlah peserta yang memberikan hak suara
3. Pemungutan suara atas seseorang atau masalah yang penting
dapat dilakukan secara tertulis dan rahasia, atau secara
langsung
4. Apabila dalam pemungutan suara terdapat jumlah suara
yang sama banyak, maka pemungutan suara diulangi dengan
memberi kesempatan masing-masing pihak untuk
menambah penjelasan.
5. Apabila setelah tiga kali pemungutan suara ternyata hasilnya
tetap sama atau tidak memenuhi syarat pengambilan
keputusan pembicaraan dihentikan tanpa suatu keputusan,
atau diserahkan kepada pimpinan di atasnya
6. Keputusan Musyawarah berlaku setelah disetujui dan
disahkan oleh Pimpinan Majelis Syuro’.

Pasal 35

21
Musyawarah Kerja Akbar
1. Musyawarah Kerja Akbar atau yang disingkat
MUSYKEBAR dilaksanakan setiap tahun sekali diawal
tahun penanggalan Masehi
2. MUSYKEBAR dilaksanakan oleh pimpinan pusat, dan
dihadiri oleh Pimpinan Daerah, Cabang dan Komisariat,
beserta pimpinan lembaga dan unsur pembantu lembaga.
3. Fungsi MUSYKEBAR sebagai forum musyawarah evaluasi
kerja BSM, membahas dan menetapkan konsep-konsep
organisasi

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 36
Keuangan Organisasi
1. Keperluan Organisasi BSM secara umum dibiayai bersama
oleh Pimpinan Komisariat, Pimpinan Cabang, Pimpinan
Daerah, dan Pimpinan Pusat.
2. Keperluan pimpinan BSM setempat dibiayai oleh Pimpinan
yang bersangkutan berdasarkan keputusan musyawarah
masing-masing
3. Untuk membiyai semua itu, maka keuangan-keuangan
organisasi diperoleh dari:
a. Uang Pangkal dan Iuran dari anggota organisasi.
b. Donatur yang tidak mengikat
c. Sumber-sumber lain yang halal dan sah dalam undang-
undang
4. Besaran Uang pangkal Rp. 2.500/anggota baru sekali
seumur hidup

22
5. Besaran iuran anggota setiap bulan minimal Rp.
10.000/anggota
6. BSM mempersilahkan bagi jika ada anggota yang memiliki
kemampuan memberikan iuran lebih dari yang telah
ditetapkan.
7. Distribusi Uang Pangkal dan Iuran Anggota diatur sebagai
berikut:
a. Uang pangkal sepenuhnya diserahkan kepada Pimpinan
Pusat
b. Iuran anggota diatur sebagai berikut:
1) 50 % untuk Pimpinan Komisariat
2) 25 % untuk Pimpinan Cabang
3) 25 % untuk Pimpinan Daerah
8. Pengelolaan keuangan akan diatur dalam peraturan khusus
pedoman keuangan yang di keluarkan oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 37
Sumber Keuangan Organisasi
Sumber Keuangan BSM dapat bersumber dari:
1. Iuran Anggota
2. Sumbangan tidak mengikat, baik dari pemerintah maupun
lembaga lainnya.
3. Usaha yang dikembangkan oleh organisasi yang halal dan
sah dalam undang-undang yang berlaku
4. Sumbangan dari donatur secara individu, tanpa terikat
dengan kepentingan-kepentingan tertentu

23
BAB IX
PENGUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 38
Anggaran Rumah Tangga
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga akan dibahas
disetiap MUSYBAR untuk melihat relevansinya.
2. Anggaran Rumah Tangga dapat diubah oleh Pengurus
dengan tidak menyalahi Anggaran Dasar, kemudian
disahkan oleh Musyawarah Akbar.

BAB X
PENUTUP

Pasal 39
Anggaran Dasar ini menjadi pedoman dasar dari organisasi
Barisan Solidaritas Muslim (BSM), sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Bitung
Tanggal : .......................... 2016

PIMPINAN SIDANG MUSYAWARAH AKBAR II


BARISAN SOLIDARITAS MUSLIM

Suharto Jibu Rio Efendi Turipno


Ketua Sekretaris

24
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BARISAN SOLIDARITAS MUSLIM
(BSM)

TAHUN 2016

25
ANGGARAN DASAR

BARISAN SOLIDARITAS MUSLIM (BSM)

MUQADDIMAH

Bahwa sesungguhnya Allah itu adalah berhak disembah


dan tiada tuhan selain Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan
ber’ibadah serta tunduk dan tha’at kepada Allah adalah satu-
satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama
manusia.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat
iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini.
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan
bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran,
persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-tolongan dengan
bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari
pengaruh syaithan dan hawa nafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian
Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya
pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-
baiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum
yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap
orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.

26
Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh
sekalian Nabi,sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw,
dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk
mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat.
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan
sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang,
terutama umat Islam,

27

Anda mungkin juga menyukai