Anda di halaman 1dari 19

ANGGARAN DASAR

MUQADDIMAH

Perempuan merupakan mitra kaum laki-laki yang saling melengkapi dan bekerjasama untuk
tercapainya kehidupan yang seimbang dan harmonis. Kerjasama yang dimaksud dalam kerangka
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (perintah berbuat baik dan menjauhkan perbuatan buruk).
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan sebahagian mereka adalah penolong
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. ( QS 9:71)
Pernyataan Allah Swt di atas menjadi dasar pentingnya kaum perempuan muslimah
berpartisipasi dalam pembangunan, melalui peran strategisnya pada ranah domestik maupun ranah
publik. Merupakan sebuah keniscayaan bagi perempuan muslimah memberikan kontribusi dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.
Perempuan Indonesia dengan mayoritas kaum muslimah telah berkiprah dalam berbagai
aspek kehidupan dan tidak terpisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia sejak beberapa abad yang
lalu. Terbukti dalam rekam sejarah perjuangan pergerakan perempuan Indonesia yang diwarnai kiprah
para pahlawan muslimah seperti Laksamana Malahayati (th 1550-1615.), Ratu Kalinyamat (berkuasa
th 1549-1579), Cut Nyak Din (th 1848-1908) dan RA Kartini (th1879-1904).
Sejak kongres perempuan Indonesia pada bulan Desember tahun 1928, perempuan Indonesia
telah mengalami banyak kemajuan, namun dalam waktu yang sama pun menghadapi berbagai
masalah yang memprihatinkan. Mulai dari masalah ketertinggalan dalam pendidikan, kesehatan ,
kemiskinan, perlindungan hukum, dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Padahal peningkatan
kualitas hidup perempuan menjadi sangat penting disebabkan peran mereka sebagai tiang negara. Jika
perempuannya baik, maka baiklah negara. Jika perempuannya berkualitas dan bermartabat, maka
berkualitas dan bermartabat pula negara. Perempuan berperan penting dalam membangun peradaban
yang dimulai dari rumah.
Untuk merespon berbagai persoalan perempuan dan memberikan kontribusi dalam
pembangunan Indonesia menuju masyarakat berkeadilan dan sejahtera, maka pada bulan Maret tahun
2000 (dua ribu) sekumpulan muslimah Indonesia mendirikan ormas massa Persaudaraan Muslimah
atau disingkat menjadi Salimah.
Perjuangan Salimah sebagai bagian dari gerakan perempuan Indonesia menghadapi
kompleksitas masalah seiring dengan perubahan zaman, tantangan global dan dekadensi moral.
Kompleksnya masalah yang dihadapi kaum perempuan Indonesia, harus dihadapi dengan perjuangan
yang tidak kenal henti, yaitu bersama berbagai komponen bangsa melaksanakan pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya, mengembangkan daya kemampuan manusia Indonesia agar bertakwa
kepada Allah Ta’ala, berakhlak mulia, hidup bahagia, sejahtera, sehat,cerdas dan ramah terhadap
lingkungan.
Dalam rangka memberi landasan penyelenggaraan dan ketatalaksanaan ormas, maka dengan
ini disusun Anggaran Dasar Persaudaraan Muslimah sebagai berikut :
BAB I
NAMA, LAMBANG, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
1. Ormas ini bernama “Persaudaraan Muslimah” yang disingkat dengan “Salimah”
2. Salimah didirikan pada hari Rabu, tanggal 2 Dzulhijjah 1420H bertepatan dengan tanggal 8
Maret 2000 M di Jakarta.
3. Salimah berkedudukan Jl H.Taiman no.10, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

LAMBANG
Pasal 2
Gambar siluet seorang muslimah menghadap lurus ke kanan berwarna ungu, dibatasi dengan
selempang emas dan di bawahnya terdapat tiga kuntum bunga anggrek ungu. Semua gambar berada di
dalam lingkaran elips. Di atas elips terdapat tulisan “PERSAUDARAAN MUSLIMAH” berwarna
ungu. Sejajar di bawahnya terdapat tulisan arab “UKHUWATUL MUSLIMAAT ” berwarna ungu.
Disisi kanan logo terdapat tulisan “Salimah” berwarna ungu.

JANGKA WAKTU
Pasal 3
Salimah didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

BAB II
ASAS
Pasal 4
Salimah menjalankan aturan Islam dengan berasaskan Pancasila.

BAB III
SIFAT
Pasal 5
1. Salimah bersifat keagamaan dan sosial kemasyarakatan.
2. Salimah tidak terikat pada dan atau tidak menjadi bagian dari pemerintah atau kelompok
manapun.

MAKSUD DAN TUJUAN


Pasal 6 Salimah memiliki maksud dan tujuan:
1. Mewujudkan perempuan Indonesia yang bertakwa, cerdas, berkualitas dan berbudaya.
2. Mewujudkan keluarga Indonesia yang sakinah dan sejahtera.
3. Membentuk Anak Indonesia yang sehat, cerdas, berakhlak mulia dan berprestasi
4. Membangun sinergi dengan berbagai elemen masyarakata untuk mengokohkan persatuan
Indonesia.

KEGIATAN
Pasal 7
Jenis kegiatan yang dilakukan Salimah :
1. Menyelenggarakan aktivitas dakwah muslimah dalam seluruh aspek kehidupan.
2. Melakukan pembinaan dan peningkatan kualitas perempuan, upaya pengokohan keluarga dan
perlindungan anak.
3. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, diskusi, seminar, lokakarya dan aktivitas sejenisnya.
4. Menyelenggarakan silaturahim dan dialog dengan berbagai elemen bangsa.
5. Membina hubungan dan kerjasama dengan ormas serta instansi lain yang terkait dengan kegiatan
ormas, baik di tingkat lokal, nasional dan internasional.
6. Menyelenggarakan berbagai aktivitas sosial dan kemasyarakatan.
7. Menyelenggarakan usaha di bidang ekonomi dan koperasi.

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 8
Setiap perempuan Indonesia dapat menjadi anggota Salimah.

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9
1. Struktur organisasi Salimah terdiri dari :
a. Dewan Pertimbangan Salimah (DPS)
b. Pimpinan Salimah
c. Lembaga Kelengkapan Salimah (LKS)

2. Salimah dapat mendirikan:


a. Kepengurusan di tingkat nasional
b. Kepengurusan di tingkat provinsi
c. Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota
d. Kepengurusan di tingkat kecamatan
e. Kepengurusan di tingkat kelurahan

DEWAN PERTIMBANGAN SALIMAH


Pasal 10
Fungsi, Keanggotaan dan Masa Jabatan

1. Dewan Pertimbangan Salimah (DPS) adalah lembaga yang memberikan pertimbangan,


mengarahkan dan mengambil keputusan strategis terhadap perkembangan Salimah yang bertugas
melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan masa tugas selama 5 tahun.

2. Anggota Dewan Pertimbangan Salimah terdiri dari ;


a. Anggota DPS Pusat terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap.
b. Anggota tetap DPS Pusat adalah para pendiri dan para mantan ketua Salimah.
c. Anggota tidak tetap DPS Pusat adalah para tokoh perempuan yang dipilih dan disepakati oleh
anggota tetap .
d. Anggota DPS Wilayah terdiri dari para mantan Pimpinan Salimah dan atau tokoh-tokoh
perempuan yang disepakati oleh DPS Wilayah.
e. Anggota DPS Daerah terdiri dari para mantan Pimpinan Salimah dan atau tokoh-tokoh
perempuan yang disepakati oleh DPS Daerah.

3. Masa jabatan Ketua dan anggota Dewan Pertimbangan Salimah 1 (satu) kali dan bisa dipilih
kembali sesuai dengan kesepakatan musyawarah anggota tetap DPS.
a. Apabila Ketua dan atau Anggota DPS berhalangan tetap, mengajukan pengunduran diri dan
atau tidak dapat lagi melaksanakan kewajibannya, maka Dewan Pertimbangan Salimah
mempelajari kondisi tersebut dan mengambil keputusan yang disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota Dewan Pertimbangan Salimah.
b. DPS berhak memilih pengganti pada kasus di ayat 3 point (a) berdasarkan kesepakatan
musyawarah DPS.

PIMPINAN PUSAT
Pasal 11

Fungsi, Struktur dan Masa Jabatan

1. Pimpinan Pusat adalah lembaga pelaksana Salimah di tingkat pusat, yang bertugas
melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan masa tugas selama 5 tahun.
2. Struktur Pimpinan Pusat terdiri dari :
a. Dewan Pimpinan Harian, sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum,
Bendahara Umum.
b. Departemen-departemen,
3. Ketua Umum Pimpinan Pusat Salimah dipilih oleh DPS Pusat berdasarkan kesepakatan
musyawarah DPS Pusat dengan masa jabatan 1 (satu) periode dan ditetapkan pada Muktamar PP
Salimah.
4. Apabila Ketua Umum PP Salimah berhalangan tetap, mengajukan pengunduran diri dan atau
tidak dapat lagi melaksanakan kewajibannya, maka DPS Pusat mempelajari kondisi tersebut dan
mengambil keputusan yang disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota DPS Pusat.
Hasil keputusan ini ditetapkan pada Muktamar Luar Biasa.
5. Muktamar/Musyawarah (Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting) Luar Biasa adalah forum
pengambilan kebijakan yang diselenggarakan oleh Dewan Pertimbangan Salimah dan Dewan
Pimpinan Harian

STRUKTUR WILAYAH, DAERAH, CABANG DAN RANTING


Pasal 12
Tingkat Wilayah
1. Wilayah didirikan pada tingkat provinsi yang berkedudukan di provinsi
2. Struktur tingkat wilayah terdiri dari :
a. Dewan Pertimbangan Salimah Wilayah
b. Pimpinan Wilayah
c. Lembaga Kelengkapan Salimah Wilayah
3. Lembaga atau badan-badan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan wilayah
4. Ketua Pimpinan Wilayah Salimah dipilih oleh DPS Wilayah berdasarkan kesepakatan
musyawarah DPS Wilayah dengan masa jabatan maksimal 2 (dua) periode dan ditetapkan pada
Musyawarah Wilayah Salimah.
5. Apabila Ketua Wilayah berhalangan tetap, mengajukan pengunduran diri dan atau tidak dapat lagi
melaksanakan kewajibannya, maka DPS Wilayah mempelajari kondisi tersebut dan mengambil
keputusan yang disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota DPS Wilayah . Hasil
keputusan ini ditetapkan pada Musyawarah Wilayah Luar Biasa.

Pasal 13
Tingkat Daerah, Cabang dan Ranting
1. Dalam lingkup Salimah tingkat daerah didirikan ormas pada tingkat kabupaten/kotamadya yang
berkedudukan di ibukota kabupaten/ kotamadya.
2. Dalam lingkup Salimah tingkat kecamatan didirikan ormas Cabang.
3. Dalam lingkup Salimah tingkat kelurahan didirikan ormas Ranting.
4. Ketua Pimpinan Daerah/Cabang/Ranting Salimah dipilih oleh DPS Daerah dan unsur DPS
Wilayah berdasarkan kesepakatan musyawarah DPS Daerah dengan masa jabatan maksimal 3
(tiga) periode dan ditetapkan pada musyawarah daerah untuk tingkat Daerah/Cabang/Ranting
Salimah.
5. Apabila Ketua Daerah/Cabang/Ranting berhalangan tetap, mengajukan pengunduran diri dan atau
tidak dapat lagi melaksanakan kewajibannya, maka DPS Daerah mempelajari kondisi tersebut dan
mengambil keputusan yang disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota DPS Daerah .
Hasil keputusan ini ditetapkan pada Musyawarah Daerah/Cabang/Ranting Luar Biasa.

Pasal 14
KEMITRAAN SALIMAH DI LUAR NEGERI
Mempertimbangkan kebutuhan Perempuan Indonesia yang berdomisili di luar negeri, Salimah
membuka peluang kemitraan dengan organisasi perempuan setempat.

LEMBAGA KELENGKAPAN
Pasal 15
Pembentukan Lembaga Kelengkapan Salimah bertujuan untuk mewujudkan Visi dan Misi Salimah
dengan berpedoman pada Maksud, Tujuan, dan Kegiatan Salimah sebagaimana diatur dalam Pasal 6
dan Pasal 7 Anggaran Dasar ini.

BAB VI
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 16
Musyawarah
1. Musyawarah adalah forum pengambilan kebijakan yang diselenggarakan oleh semua elemen
struktural Salimah.
2. Jenis dan jenjang musyawarah Salimah antara lain:
a. Muktamar adalah forum untuk memutuskan kebijakan tertinggi yang dilakukan oleh semua
tingkat struktur Salimah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat.
b. Musyawarah Wilayah adalah forum untuk memutuskan kebijakan yang dilakukan oleh semua
tingkat struktur Salimah tingkat propinsi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah.
c. Musyawarah Daerah adalah forum untuk memutuskan kebijakan yang dilakukan oleh semua
tingkat struktur Salimah tingkat daerah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah.
d. Musyawarah Cabang adalah forum untuk memutuskan kebijakan yang dilakukan oleh semua
tingkat struktur Salimah tingkat cabang yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang.
e. Musyawarah Ranting adalah forum untuk memutuskan kebijakan yang dilakukan oleh semua
tingkat struktur Salimah tingkat ranting yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting.

Pasal 17
Rapat-Rapat
Salimah menyelenggarakan rapat-rapat sesuai dengan tingkatan struktur organisasinya berupa:
a. Rapat Koordinasi
b. Rapat Kerja
c. Rapat Dewan Pimpinan Harian
d. Rapat Pleno
e. Rapat Khusus
BAB VII
KEUANGAN
Pasal 18
Keuangan Salimah diperoleh dari:
1. Iuran rutin anggota.
2. Sumbangan dari anggota/dermawan dan lembaga-lembaga lain yang bersifat tidak mengikat.
3. Zakat, Infaq, Shodaqoh, Hibah/Wakaf.
4. Usaha-usaha lainnya yang halal dan sah.

BAB VIII
HUBUNGAN KEORGANISASIAN
Pasal 19
1. Hubungan tingkat Pusat dengan tingkat Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting bersifat
koordinatif, informatif, instruktif, aspiratif dan struktur administratif.
2. Hubungan antara Salimah dengan lembaga lain bersifat konsultatif dan kemitraan.

BAB IX
ATRIBUT
Pasal 20
Atribut Salimah merupakan simbol identitas yang disampaikan melalui warna, gambar dan lambang
yang disepakati .

BAB X
PENGESAHAN, PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN
Pasal 21
Perubahan
1. Pengesahan dan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Salimah dilakukan
dalam Muktamar yang dihadiri oleh sekurang-sekurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
pimpinan wilayah.
2. Keputusan Muktamar dianggap sah apabila disetujui oleh 2/3 jumlah quorum Muktamar / Struktur
Salimah.

Pasal 22
Pembubaran
Apabila terjadi pembubaran maka semua hak milik Salimah dihibahkan kepada badan sosial
Islam yang dilakukan oleh panitia pembubaran yang dibentuk pada Muktamar.
BAB XI
Pasal 23
Penutup
Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Disahkan dalam Muktamar V


Persaudaraan Muslimah (Salimah)
Jakarta, 7 Maret 2020

Sinta Santi Usmandin, Lc. dr. Ainun Mardhiyah


Pimpinan Sidang Sekretaris Sidang
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I
TAFSIR LAMBANG
Pasal 1
Arti Lambang
1. Bentuk lambang Salimah memiliki arti sebagai berikut:
a. PEREMPUAN berarti pengurus maupun anggota hendaknya menjadi teladan.
b. SELENDANG EMAS berarti keluwesan, dan dinamis.
c. ANGGREK berarti keunikan, awet dan indah artinya perempuan yang aktif, memiliki
keistimewaan, dan ketangguhan.
d. TIGA BUNGA berarti membawa keharuman martabat muslimah dan nama Ormas;
a. Muslimah (Islam)
b. Mukminah (Iman)
c. Muhsinah (Ihsan)
e. SILUET dari samping berarti istiqomah, memandang lurus ke depan.
f. OVAL berarti bingkai ukhuwah Islamiyah.
2. Warna lambang memiliki arti sebagai berikut:
a. WARNA UNGU berarti keanggunan.
b. WARNA EMAS berarti kejayaan, bisa berkiprah dimana saja.

Pasal 2
Makna Kata Persaudaraan Muslimah
1. Persaudaraan Muslimah adalah hubungan antara sesama muslimah yang dilandasi ikatan hati
berdasarkan keimanan yang menghasilkan kebaikan bagi seluruh manusia.
2. Persaudaraan Muslimah atau disingkat Salimah, memiliki makna :
a. Selamat dari bahaya. Kehadiran salimah diharapkan dapat menghadirkan upaya
penyelamatan dari berbagai bentuk ancaman.
b. Tenang dan Damai. Salimah berupaya menghadirkan suasana ketenangan dan kedamaian di
tengah masyarakat Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat dunia.

BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 3

Keanggotaan Salimah terdiri dari :


1. Anggota Biasa, yaitu setiap perempuan berusia minimal 18 (delapan belas) tahun atau sudah
menikah, warga negara Indonesia yang beragama yang ditetapkan oleh pimpinan Struktur Ormas
setempat.
2. Anggota Kehormatan, yaitu anggota yang karena ketokohan dan keahliannya diperlukan dalam
memberikan masukan kepada Ormas yang ditetapkan oleh pimpinan Struktur Ormas.

SYARAT MENJADI ANGGOTA BIASA


Pasal 4
1. Setiap perempuan Indonesia yang beragama.
2. Wajib mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran.
3. Memperoleh pengesahan dari pimpinan
4. Mendapatkan kartu anggota yang dikeluarkan dan disahkan oleh Struktur Salimah
HAK ANGGOTA BIASA
Pasal 5
1. Berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan Salimah.
2. Mendapat informasi dan pelayanan.

KEWAJIBAN ANGGOTA BIASA


Pasal 6
1. Setia dan taat kepada asas dan tujuan Salimah
2. Mendukung visi dan misi ormas.
3. Memupuk dan memelihara persaudaraan dan persatuan.
4. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

HAK ANGGOTA KEHORMATAN


Pasal 7
1. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi Salimah
2. Berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan Salimah.
3. Mendapatkan informasi dan pelayananan

KEWAJIBAN ANGGOTA KEHORMATAN


Pasal 8
1. Menjaga nama baik Salimah
2. Setia dan taat kepada asas dan tujuan Salimah
3. Mendukung visi dan misi Salimah
4. Memberikan kontribusi untuk kemajuan Salimah

BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN DAN TATA CARA


PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 9
Masa Berakhir Keanggotaan
1. Berhalangan tetap
2. Mengundurkan diri atas permintaannya sendiri.
3. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat khusus Salimah karena melanggar AD/ART Salimah.

Pasal 10
Tata Cara Pemberhentian
1. Pimpinan setingkat berkewajiban terlebih dulu memperingatkan anggota yang bersangkutan, baik
secara lisan maupun tertulis agar memperbaiki kesalahan dalam waktu yang ditentukan.
2. Jika yang bersangkutan tidak ada perubahan, pimpinan setingkat mengajukan permasalahan
kepada pimpinan di atasnya.
3. Keputusan yang dijatuhkan berupa skorsing, sambil menunggu keputusan pimpinan setingkat di
atasnya.
PEMBERHENTIAN PENGURUS DAN ANGGOTA
Pasal 11

1. Dewan Pengurus Harian (DPH) mempunyai wewenang untuk memberhentikan sementara


pengurus dan anggota yang perilakunya bertentangan dengan AD/ART Salimah, sehingga ia
tidak akan diterima sebagai anggota jika hal itu diketahui sebelumnya.
2. Dalam hal diadakan pemungutan suara, keputusan untuk memberhentikan sementara seorang
pengurus dan anggota itu diambil dengan ¾ (tiga per empat) bagian dari jumlah suara dalam
Rapat DPH.
3. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah melakukan pemberhentian sementara, DPH harus
menentukan apakah pengurus atau anggota yang diberhentikan sementara, akan terus
diberhentikan atau tidak, berdasarkan keputusan rapat khusus.

BAB III
DEWAN PERTIMBANGAN SALIMAH
Pasal 12
Tingkatan Dewan Pertimbangan Salimah
1. Dewan Pertimbangan Salimah Pusat berkedudukan di tingkat Pusat.
2. Dewan Pertimbangan Salimah Wilayah berkedudukan di tingkat Provinsi.
3. Dewan Pertimbangan Salimah Daerah berkedudukan di tingkat Kabupaten/ Kotamadya.

Pasal 13
Anggota Dewan Pertimbangan Salimah
1. Syarat keanggotaan Dewan Pertimbangan Salimah :
a. Umur tidak kurang dari 30 tahun.
b. Telah menjadi pendiri Salimah dan atau pernah menjadi Ketua Salimah.
c. Memiliki kepakaran dan pengalaman dalam dakwah.
d. Melaksanakan asas dan tujuan Salimah.
e. Komitmen dengan AD/ART.
f. Bersifat amanah dan berwibawa.
2. Jika ada anggota Dewan Pertimbangan Salimah yang berhalangan tetap, maka Dewan
Pertimbangan Salimah berhak mengganti dan mengesahkan penggantinya.

Pasal 14
Pembentukan Dewan Pertimbangan Salimah
1. Pembentukan Dewan Pertimbangan Salimah Pusat pada saat Muktamar.
2. Pembentukan Dewan Pertimbangan Salimah Wilayah pada saat Musyawarah Wilayah (Muswil).
3. Pembentukan Dewan Pertimbangan Salimah Daerah pada saat Musyawarah Daerah (Musda).

Pasal 15
Tugas Dewan Pertimbangan Salimah
1. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan Salimah.
2. Memilih dan menetapkan Anggota Dewan Pertimbangan Salimah
3. Memilih Ketua PP/ PW/ PD/PC/Pra Salimah
4. Memberikan pertimbangan dan arahan kebijakan atas inisiatif sendiri dan atau diminta oleh
pengurus.
5. Mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan dan ketetapan-ketetapan muktamar dan rapat
koordinasi nasional.
6. Menentukan sikap Salimah terhadap permasalahan-permasalahan strategis terkait isu peningkatan
kualitas perempuan, pengokohan keluarga, dan perlindungan anak.
7. Mengambil tindakan tegas dalam hal fitnah, kritik, aduan dan tuduhan yang berkaitan dengan
Salimah dan anggotanya.

BAB IV
DEWAN PIMPINAN HARIAN
Pasal 16
Definisi Dewan Pimpinan Harian
Dewan Pimpinan Harian adalah pelaksana harian, kepengurusan Salimah tingkat pusat, wilayah dan
daerah.

Pasal 17
Anggota Dewan Pimpinan Harian Pusat
1. Terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua Umum, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum.
2. Ketua Umum diangkat pada forum Muktamar dan hanya dapat dipilih satu periode.
3. Dewan Pimpinan Harian diangkat berdasarkan keputusan Ketua Umum.
4. Dewan Pimpinan Harian ditetapkan selambat-lambatnya 30 hari sejak dilantiknya Ketua Umum.
5. Anggota Dewan Pimpinan Harian dapat mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukan secara tertulis kepada Ketua Umum selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 18
Anggota Dewan Pimpinan Harian Wilayah
1. Terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2. Ketua diangkat pada forum Musyawarah Wilayah dan hanya dapat dipilih paling banyak dua
periode berturut-turut.
3. Dewan Pimpinan Harian diangkat berdasarkan keputusan Ketua Pimpinan Wilayah.
4. Dewan Pimpinan Harian ditetapkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak dilantiknya
Ketua.
5. Anggota Dewan Pimpinan Harian dapat mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukan secara tertulis kepada Ketua selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 19
Anggota Dewan Pimpinan Harian Daerah
1. Terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2. Ketua diangkat pada forum Musyawarah Daerah dan hanya dapat dipilih paling banyak tiga
periode berturut-turut.
3. Dewan Pimpinan Harian diangkat berdasarkan keputusan Keputusan Ketua Pimpinan Daerah.
4. Dewan Pimpinan Harian ditetapkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak dilantiknya
Ketua.
5. Anggota Dewan Pimpinan Harian dapat mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukan secara tertulis kepada Ketua selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 20
Syarat-Syarat dan Ketentuan Ketua Pimpinan Pusat Salimah
1. Telah menjadi pengurus Salimah dan atau telah memiliki pengalaman dakwah muslimah,
2. Dipilih oleh Dewan Pertimbangan Salimah Pusat berdasarkan musyawarah mufakat.
3. Ditetapkan pada Muktamar
4. Dipilih untuk satu periode .
5. Berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, serius dalam kemaslahatan dan
persatuan bangsa, serta jauh dari fanatisme kepentingan pribadi dan golongan.
6. Memiliki wawasan dakwah, sosial, kemasyarakatan terkait issue peningkatan kualitas perempuan,
pengokohan keluarga, dan perlindungan anak.
7. Umur tidak kurang dari 35 (tiga puluh lima) tahun.

Pasal 21
Tugas dan Wewenang Pimpinan Pusat
1. Ketua Umum mengangkat dan melantik pengurus dengan surat keputusan.
2. Pimpinan Pusat bertugas :
a. Menyusun konsep kerja dan kebijakan Salimah
b. Mensosialisasikan, mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan program nasional.
c. Melaksanakan kegiatan rutin Salimah
d. Mengambil keputusan strategis terkait dengan kebijakan nasional dan internasional.

BAB V
DEPARTEMEN
Pasal 22
Definisi Departemen
Departemen adalah unit kerja yang dibentuk dengan tujuan mewujudkan kebijakan yang sudah
ditetapkan dalam program nasional sesuai dengan bidang kerja yang dibutuhkan.

Pasal 23
Anggota Departemen
1. Terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota yang diangkat berdasarkan keputusan Ketua Umum.
2. Anggota Departemen adalah pengurus dan atau anggota Salimah yang telah mengikuti Pelatihan
Kepemimpinan Pengurus Salimah.

Pasal 24
Tugas dan Wewenang Departemen
1. Mewujudkan kebijakan Salimah dalam bentuk program kerja.
2. Mensosialisasikan, mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja

BAB VI
LEMBAGA KELENGKAPAN SALIMAH
Pasal 25
Lembaga Kelengkapan Salimah
Lembaga Kelengkapan Salimah (LKS) merupakan badan otonom, yang didirikan untuk membantu
program kerja Salimah. Keberadaannya di bawah pengawasan dan bertanggung jawab kepada Dewan
Pimpinan Harian.
BAB VII
PIMPINAN WILAYAH SALIMAH
Pasal 26
Struktur Pimpinan Wilayah Salimah
Pimpinan Wilayah Salimah adalah lembaga eksekutif tingkat propinsi yang berkedudukan di propinsi
atau perwakilan Salimah luar negeri dengan struktur sebagai berikut:
1. Dewan Pimpinan Harian (sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara)
2. Departemen-departemen

Pasal 27
Tugas Pimpinan Wilayah Salimah
1. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dan diputuskan dalam
Musyawarah Wilayah.
2. Menyusun program dan anggaran tahunan untuk pimpinan wilayah dan struktur di bawahnya.
3. Memimpin, mengesahkan dan mengawasi lembaga kelengkapan Salimah Wilayah.
4. Melantik, mengarahkan dan mengawasi struktur di bawahnya
5. Menyiapkan evaluasi tahunan dan rancangan program tahun berikutnya dalam forum Rapat
Koordinasi Wilayah.
6. Menyusun laporan pertanggungjawaban di akhir masa kepengurusan dan menyampaikannya
dalam Musyawarah Wilayah dan diberikan kepada Pimpinan Pusat.
7. Mengambil keputusan strategis terkait dengan kebijakan lokal

Pasal 28
Syarat-Syarat dan Ketentuan Ketua Pimpinan Wilayah Salimah
1. Telah menjadi pengurus Salimah dan atau telah memiliki pengalaman dakwah muslimah dengan
rekomendasi dari Pimpinan Pusat dan Dewan Pertimbangan Salimah Wilayah.
2. Ditetapkan pada Musyawarah Wilayah.
3. Dapat dipilih dua periode berturut-turut.
4. Berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, serius dalam kemaslahatan dan
persatuan bangsa, serta jauh dari fanatisme kepentingan pribadi dan golongan.
5. Memiliki wawasan dakwah, sosial, kemasyarakatan terkait issue peningkatan kualitas
perempuan, pengokohan keluarga, dan perlindungan anak.
6. Umur tidak kurang dari 25 (dua puluh lima) tahun.

BAB VIII
PIMPINAN DAERAH SALIMAH
Pasal 29
Struktur Pimpinan Daerah Salimah
Pimpinan Daerah Salimah adalah lembaga eksekutif tingkat daerah yang berkedudukan di
kabupaten/kotamadya dengan struktur sebagai berikut:
1. Dewan Pimpinan Harian (sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris, Bendahara)
2. Departemen-departemen

Pasal 30
Tugas Pimpinan Daerah Salimah
1. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah dan diputuskan
dalam Musyawarah Daerah.
2. Menyusun program dan anggaran tahunan untuk pimpinan daerah dan struktur di bawahnya.
3. Memimpin, mengesahkan dan mengawasi lembaga kelengkapan Salimah Daerah.
4. Melantik, mengarahkan dan mengawasi struktur di bawahnya
5. Menyiapkan evaluasi tahunan dan rancangan program tahun berikutnya dalam forum Rapat
Koordinasi Daerah.
6. Menyusun laporan pertanggungjawaban di akhir masa kepengurusan dan menyampaikannya
dalam Musyawarah Daerah dan diberikan kepada Pimpinan Wilayah.
7. Mengambil keputusan strategis terkait dengan kebijakan lokal

Pasal 31
Syarat-Syarat dan Ketentuan Pimpinan Daerah Salimah
1. Telah menjadi pengurus daerah dan atau telah memiliki pengalaman dakwah muslimah dengan
rekomendasi dari Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pertimbangan Salimah Daerah.
2. Ditetapkan pada Musyawarah Daerah
3. Dapat dipilih maksimal tiga periode.
4. Berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, serius dalam kemaslahatan dan
persatuan bangsa, serta jauh dari fanatisme kepentingan pribadi dan golongan.
5. Memiliki wawasan dakwah, sosial, kemasyarakatan terkait issue peningkatan kualitas perempuan,
pengokohan keluarga, dan perlindungan anak.
6. Umur tidak kurang dari 25 (dua puluh lima) tahun.

BAB IX
PIMPINAN CABANG SALIMAH
Pasal 32
Struktur Pimpinan Cabang Salimah
Pimpinan Cabang Salimah adalah lembaga eksekutif setingkat kecamatan yang berkedudukan di
kecamatan dengan struktur yang terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

Pasal 33
Tugas Pimpinan Cabang Salimah
1. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah dan diputuskan dalam
Musyawarah Cabang.
2. Menyusun program dan anggaran tahunan untuk pimpinan cabang dan struktur di bawahnya.
3. Melantik, mengarahkan dan mengawasi struktur di bawahnya
4. Menyiapkan evaluasi tahunan dan rancangan program tahun berikutnya dalam forum Rapat
Koordinasi Cabang.
5. Menyusun laporan pertanggungjawaban di akhir masa kepengurusan dan menyampaikannya
dalam Musyawarah Cabang dan diberikan kepada Pimpinan Daerah.

Pasal 34
Syarat-Syarat dan Ketentuan Pimpinan Cabang Salimah
1. Telah menjadi pengurus dan atau telah memiliki pengalaman dakwah muslimah dengan
rekomendasi dari Dewan Pimpinan Daerah.
2. Dipilih oleh DPS Daerah.
3. Ditetapkan pada Musyawarah Cabang
4. Dapat dipilih maksimal tiga periode.
5. Berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, serius dalam kemaslahatan dan
persatuan bangsa, serta jauh dari fanatisme kepentingan pribadi dan golongan.
6. Memiliki wawasan dakwah, sosial, kemasyarakatan terkait issue peningkatan kualitas
perempuan, pengokohan keluarga, dan perlindungan anak.
7. Umur tidak kurang dari 20 (dua puluh) tahun.
BAB X
PIMPINAN RANTING SALIMAH
Pasal 35
Struktur Pimpinan Ranting Salimah
Pimpinan Ranting Salimah adalah lembaga eksekutif tingkat kelurahan/desa dengan struktur
kepengurusan yang terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan Bendahara

Pasal 36
Tugas Pimpinan Ranting Salimah
1. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang dan diputuskan dalam
Musyawarah Ranting.
2. Menyusun program dan anggaran tahunan untuk pimpinan ranting.
3. Menyiapkan evaluasi tahunan dan rancangan program tahun berikutnya dalam forum Rapat
Koordinasi Ranting.
4. Menyusun laporan pertanggungjawaban di akhir masa kepengurusan dan menyampaikannya
dalam Musyawarah Ranting dan diberikan kepada Pimpinan Cabang.

Pasal 37
Syarat-Syarat dan Ketentuan Pimpinan Ranting Salimah
1. Telah menjadi pengurus dan atau telah memiliki pengalaman dakwah muslimah dengan
rekomendasi dari Dewan Pimpinan Cabang.
2. Dipilih oleh DPS Daerah.
3. Ditetapkan pada Musyawarah Ranting
4. Dapat dipilih maksimal tiga periode.
5. Berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, serius dalam kemaslahatan dan
persatuan bangsa, serta jauh dari fanatisme kepentingan pribadi dan golongan.
6. Memiliki wawasan dakwah, sosial, kemasyarakatan terkait issue peningkatan kualitas perempuan,
pengokohan keluarga, dan perlindungan anak.
7. Umur tidak kurang dari 20 (dua puluh) tahun.

BAB XI
Pasal 38
Tugas Mitra Luar Negeri

1. Melaksanakan program kerja yang disepakati dengan Pimpinan Pusat


2. Menyusun evaluasi dan mempersiapkan rancangan program tahun berikutnya.

BAB XI
PERMUSYAWARATAN, RAPAT-RAPAT
Pasal 39
Muktamar
1. Muktamar sebagai forum musyawarah tertinggi dalam ormas, diselenggarakan setiap lima tahun
sekali oleh Pimpinan Pusat.
2. Dihadiri oleh seluruh Pengurus Pimpinan Pusat, wakil-wakil Pimpinan Wilayah dan wakil-wakil
Pimpinan Daerah yang direkomendasikan oleh Pimpinan Wilayah.
3. Forum Muktamar membahas:
a. Pertanggungjawaban kebijakan Pimpinan Pusat.
b. Masalah keumatan dan kebangsaan.
c. Menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Ormas (GBHO) lima tahun mendatang.
4. Muktamar melaksanakan penetapan Ketua Umum Pimpinan Pusat.
Pasal 40
Rapat Koordinasi Nasional
1. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) sebagai forum koordinasi tertinggi, diselenggarakan oleh
Pimpinan Pusat ormas, sekurang-kurangnya sekali di antara dua muktamar.
2. Rakornas dilaksanakan untuk :
a. Mensosialisasikan dan mengevaluasi program dan kebijakan ormas.
b. Menetapkan hal-hal yang dianggap perlu oleh Pimpinan Pusat.
c. Merespon dan memberikan rekomendasi terhadap permasalahan keumatan dan kebangsaan

Pasal 41
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah adalah forum musyawarah tertinggi wilayah, yang diselenggarakan 5 (lima)
tahun sekali oleh Pimpinan Wilayah.
2. Dihadiri oleh Pengurus Pimpinan Wilayah, wakil-wakil Pimpinan Daerah dan wakil-wakil
Pimpinan Cabang yang mendapat rekomendasi Pimpinan Daerah.
3. Diselenggarakan setelah Muktamar
4. Forum Musyawarah Wilayah membahas:
a. Pertanggungjawaban kebijakan Pimpinan Wilayah.
b. Masalah keumatan dan kewilayahan
5. Musyawarah Wilayah melaksanakan penetapan Ketua Pimpinan Wilayah.

Pasal 42
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah adalah forum tertinggi daerah, yang diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun
sekali oleh Pimpinan Daerah.
2. Dihadiri oleh Pengurus Pimpinan Daerah, wakil-wakil Pimpinan Cabang dan wakil-wakil
Pimpinan Ranting yang direkomendasikan oleh Pimpinan Cabang.
3. Diselenggarakan setelah pelaksanaan Musyawarah Wilayah
Forum Musyawarah Daerah membahas:
a. Pertanggungjawaban kebijakan Pimpinan Daerah.
b. Masalah keumatan dan kedaerahan
4. Musyawarah Daerah melaksanakan penetapan Ketua Pimpinan Daerah.

Pasal 43
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang adalah forum tertinggi cabang, yang diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun
sekali oleh Ketua Cabang.
2. Dihadiri oleh Pimpinan Cabang dan wakil-wakil Pimpinan Ranting.
3. Diselenggarakan setelah pelaksanaan Musyawarah Daerah
Forum Musyawarah Cabang membahas:
a. Pertanggungjawaban kebijakan Pimpinan Cabang.
b. Masalah keumatan
4. Musyawarah Cabang melaksanakan penetapan Ketua Pimpinan Cabang.

Pasal 44
Musyawarah Ranting
1. Musyawarah Ranting adalah forum tertinggi ranting, yang diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun
sekali oleh Ketua Ranting.
2. Dihadiri oleh seluruh Pimpinan Ranting dan anggota ormas.
3. Diselenggarakan setelah pelaksanaan Musyawarah Cabang
Forum Musyawarah Ranting membahas:
a. Pertanggungjawaban kebijakan Pimpinan Ranting.
b. Masalah keumatan.
4. Musyawarah Ranting melaksanakan penetapan Ketua Pimpinan Ranting.

Pasal 45
Rapat-Rapat Ormas
1. Rapat Koordinasi yaitu rapat yang diselenggarakan oleh Pimpinan
Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting ormas di tingkat masing-masing untuk mensosialisasikan
program-program Salimah dan kebijakan ormas oleh pimpinan di tingkat masing-masing.
2. Rapat Kerja, yaitu rapat tahunan ormas di tingkat masing-masing yang dihadiri oleh seluruh
pengurus untuk mengevaluasi program setahun yang lalu dan menetapkan program setahun yang
akan datang.
3. Rapat Dewan Pimpinan Harian, yaitu rapat yang bersifat strategis di tingkatnya masing-masing,
dihadiri oleh Dewan Pimpinan Harian.
4. Rapat Pleno, yaitu rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus ormas pada setiap tingkat struktur.
5. Rapat Departemen, yaitu rapat yang dihadiri oleh Ketua Departemen dan anggotanya yang
bersifat teknis tentang pelaksanaan keputusan-keputusan ormas terkait departemen tersebut
6. Rapat Khusus, yaitu rapat yang diselenggarakan oleh Salimah dan atau melibatkan lembaga lain
untuk membahas berbagai hal.

BAB XIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 46
Pengambilan Keputusan
1. Dewan Pertimbangan Salimah di Pusat/Wilayah/Daerah berhak memberikan pertimbangan dalam
proses pengambilan keputusan ormas
2. Pengambilan keputusan ormas dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
3. Bila keputusan tidak dapat ditetapkan seperti pada pasal 46 ayat 2, maka diambil jalan voting.

Pasal 47
Hak Suara
1. Hak suara terdapat dalam forum:
a. Muktamar
b. Musyawarah Wilayah.
c. Musyawarah Daerah.
d. Musyawarah Cabang.
e. Musyawarah Ranting.
2. Peserta musyawarah mempunyai hak satu suara, adapun pengurus penyelenggara memiliki dua
suara.
3. Pengurus pada tingkat struktur yang lebih tinggi dapat hadir serta memberikan saran dan
mempunyai hak satu suara.

BAB XIV
KEUANGAN ORMAS
Pasal 48
Keuangan Salimah diperoleh dari:
a. Iuran rutin dari anggota.
b. Iuran rutin dari tingkat struktur di bawahnya.
c. Sumbangan dan hibah dari lembaga kelengkapan Salimah
d. Sumber-sumber dan usaha lain yang halal dan tidak mengikat.
e. Zakat, Infaq, Shodaqah, Wakaf dan Hibah.
BAB XV
Pasal 49
Hubungan Ormas
Hubungan Salimah dengan Lembaga/Instansi lain ditentukan atas kebijaksanaan Pimpinan setingkat
di atasnya, jika dianggap perlu.

BAB XVI
ATRIBUT
Pasal 50
Pakaian Seragam

Pakaian seragam Salimah terdiri dari:


1. Blazer berwarna ungu
2. Batik dengan motif yang mengandung filososfi:
a. Berlatar Motif RANTAI Ukhuwah
Melambangkan karakter dasar Salimah Cinta Ukhuwah, berpilin erat bagai rantai yang
menyatu bersama arungi da’wah, dan tampil sebagai perekat ummat.
b. Menjuntai Bunga ANGGREK
Melambangkan jiwa Salimah yang cantik menawan, luwes, anggun, dan mampu bertahan
lama, baik dalam cita-cita mulianya, maupun dalam kesabaran terhadap mihnah.
c. Bertebar Bunga MAWAR
Melambangkan dimana pun Salimah berada, meninggalkan semerbak wangi keharuman amal
di setiap terjang da’wahnya.
d. Terbingkai Kelopak WIJAYA KUSUSMA KUNING KEEMASAN
Melambangkan harapan, kelak Salimah bias menjadi Kusuma Bangsa.
e. Berbaris SILUET BERSELENDANG
Arti siluet dari samping melambangkan isiqomah, memandang lurus ke depan, sosok
muslimah teladan, yang lembut namun tegas, dan berselendang keluwesan da’wah dimana
pun, serta supel bergaul namun tetap dalam bingkai syar’i.
f. Berwarna Dasar UNGU
Melambangkan keanggunan, dan produktifitas dalam mewujudkan khoirun naas anfa’uhum
linnaas.
g. Kombinasi Warna KUNING, MERAH, PUTIH
 Kuning melambangkan keagungan cita-cita dan keluhuran akhlak
 Merah melambangkan berani beraksi selama untuk kebenaran dan kemaslahatan
 Putih melambangkan kesucian jiwa dan raganya, insya Allah

Pasal 51
Pin, Bendera, Umbul-Umbul
Pin, bendera, umbul-umbul merupakan kelengkapan yang akan dipakai pada setiap acara-acara resmi
Salimah dan pemakaiannya diatur dalam SOP Atribut Salimah.
BAB XVII
Pasal 52
Pengesahan Anggaran Rumah Tangga
Anggaran Rumah Tangga ini disusun oleh Panitia Pengarah yang selanjutnya disempurnakan,
ditetapkan dan disahkan dalam Muktamar V.

BAB XVIII
Pasal 53
Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga akan diatur kemudian secara khusus.

Disahkan dalam Muktamar V


Persaudaraan Muslimah (Salimah)
Jakarta, 7 Maret 2020

Sinta Santi Usmandin, Lc. dr. Ainun Mardhiyah


Pimpinan Sidang Sekretaris Sidang

Anda mungkin juga menyukai