Anda di halaman 1dari 21

ANGGARAN DASAR

WANITA PERSATUAN UMMAT ISLAM (WPUI)

MUKADDIMAH

‫ميحرلا نمحرلا هللا مسب‬

‫هللا لوسر ادمحم نا دهشاو اللهلاا هلاال نا دهشا‬


Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan Islam sebagai agama yang
sempurna untuk dijadikan pedoman hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan
dan keselamatan di dunia dan akherat. Manusia tidak memperoleh apapun kecuali
apa yang ia kerjakan dan Allah menganugerahkan taufiq dan hidayahnya kepada
manusia, bilamana manusia senantiasa menjalankan amanat Allah berupa tarbiyah
dan dakwah. Tarbiyah dan da’wah sebagai jalinan silaturahim guna mewujudkan
mu’amalah antar sesama manusia dan alam semesta, mencegah perbuatan munkar
dan permusuhan,dan istiqomah dalam menjalankan kehidupan.
Umat Islam sebagai khaira ummah dalam jalinan ummatan wasathan
memikul kewajiban melaksanakan tarbiyyah dan da’wah dalam rangka
pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar untuk terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhai Allah. Pelaksanaan tarbiyyah dan da’wah seyogyanya
diselenggarakan secara bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan, karena
Allah tidak membeda -bedakan penciptaan laki-laki dan perempuan dalam
kewajiban beramal shaleh, sebagai amal bersama dalam ikatan yang kokoh yang
diikat oleh tujuan dan cita-cita bersama untuk meraih ridha Allah.
Wanita merupakan sumber daya manusia yang potensial untuk berperan
melaksanakan kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar. Potensi yang dimiliki wanita
dapat dijadikan aset bangsa untuk memajukan sebuah bangsa yang besar dan
bermartabat. Manakala wanita itu terbina dan terorganisir dengan baik maka akan
menjadi pilar bangsa yang akan dapat menopang tegaknya suatu negara. Karena itu,
wanita perlu mendapat kesempatan khusus untuk mengaktualisasikan potensi
tersebut dalam sebuah badan otonom Persatuan Ummat Islam (PUI) yang
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Atas dasar pemikiran diatas dan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai
oleh PUI secara keseluruhan maka wanita PUI menghimpun diri dalam suatu
wadah otonom dari PUI yang diberi nama Wanita Persatuan Ummat Islam.
Sedangkan tata kerjanya diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga sebagaimana tercantum dibawah ini:

2
BAB I
NAMA, KEDUDUKAN DAN SIFAT
Pasal 1
Nama dan Kedudukan
1. Perhimpunan ini bernama WANITA PERSATUAN UMMAT ISLAM disingkat
Wanita PUI, yang sudah ada sejak hasil fusi dari dua organisasi yaitu
FATIMIYAH yang berkedudukan di Majalengka dengan ZAENABIYAH
berkedudukan di Sukabumi, yang dilakukan di Bogor pada tanggal 09 Rajab 1371
H bertepatan dengan tanggal 05 April 1952 M.
Wanita Persatuan Ummat Islam merupakan Badan Otonom dari organisasi
Persatuan Ummat Islam (PUI). Organisasi ini didirikan untuk waktu yang tidak
ditentukan lamanya, dan berstatus Badan Hukum dibawah organisasi induknya
yaitu PUI, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia, tertanggal 10 September 1958 No. JA/5/86/23. Untuk legalitas
terakhir berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor AHU-002-
3554-AH-07 Tahun 2015 tertanggal 4 Desember 2015.
2. WANITA PERSATUAN UMMAT ISLAM (Wanita PUI) tingkat pusat
berkedudukan di Ibu kota Negara Republik Indonesia.
Pasal 2
Sifat
Perhimpunan ini adalah organisasi masyarakat Islam yang bersifat mandiri
(Independen)
BAB II
ASAS,TUJUAN DAN USAHA
Pasal 3
Asas
Perhimpunan ini berasaskan Islam bersendikan Islam, yang dalam amaliahnya
berpedoman kepada Al-Quran dan As-Sunnah menurut pemahaman Ahlus Sunnah
wal Jama’ah serta memperhatikan dasar Negara Repulik Indonesia Pancasila.
Pasal 4
Tujuan
Tujuan perhimpunan adalah terwujudnya pribadi muslimah, keluarga, masyarakat,
yang mampu menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridloi Allah subhanahu wa Ta’ala.
Pasal 5
Usaha
Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi berusaha:
a. Membina anggota wanita PUI tentang pemahaman dan pengamalan ajaran
Islam secara kaffah di atas landasan Aqidah Islamiyah
b. Meningkatkan amal ibadah dan muamalah serta kepedulian terhadap
masyarakat secara keseluruhan sebagai bangsa Indonesia.
c. Melakukan upaya-upaya mewujudkan rumah tangga atau keluarga sakinah,
9
mawaddah wa rahmah.
d. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pengkajian bagi pengembangan
sumber daya wanita dalam upaya mensejahterakan masyarakat dan bangsa
e. Memberikan penyuluhan dan pemahaman mengenai hak-hak asasi manusia,
hukum dan kehidupan berpolitik dalam masyarakat, bangsa dan negara.
f. Melakukan dakwah dalam berbagai hal, untuk mencapai persaudaraan ummat.
g. Mengadakan kerja sama dengan pemerintah dan organisasi wanita lainnya
dalam memberdayakan potensi wanita dengan memperhatikan visi dan misi
yang sama.
h. Memberdayakan ekonomi umat khususnya bagi wanita PUI dan muslimah pada
umumnya untuk menuju kemandirian umat.

BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Anggota
1. Anggota Wanita PUI adalah setiap muslimah yang menyetujui dan bersedia
melaksanakan ketentuan-ketentuan anggaran dasar dan anggran rumah tangga
wanita PUI, ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan PUI, serta mendukung
dan melaksanakan tujuan serta usaha-usaha perhimpunan
2. Anggota terdiri dari:
a. Anggota biasa
b. Anggota inti
c. Anggota kehormatan
3. Anggota berhenti karena :
a. Atas permintaan sendiri
b. Meninggal dunia
c. Diberhentikan karena melanggar ketentuan-ketentuan perhimpunan atau
melakukan hal-hal yang merugikan perhimpunan.

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI & KEPEMIMPINAN
Pasal 7
Struktur Organisasi
Struktur organisasi ini terdiri dari :
a. Pimpinan Pusat disingkat PP Wanita PUI dibentuk di tingkat Pusat PUI
b. Pimpinan Wilayah disingkat PW Wanita PUI dibentuk di tingkat Wilayah PUI
c. Pimpinan Daerah disingkat PD Wanita PUI dibentuk di tingkat Daerah PUI
d. Pimpinan Cabang disingkat PC Wanita PUI dibentuk di tingkat Cabang PUI
e. Pimpinan Ranting disingkat PR Wanita PUI dibentuk di tingkat Ranting PUI
f. Pimpinan Jamaah dibentuk berdasarkan komunitas

Pasal 8
Susunan Kepemimpinan
1
0
(1) Lembaga Pimpinan Wanita PUI adalah Majelis Syuro
(2) Pimpinan Pusat adalah pimpinan Wanita PUI tingkat nasional terdiri dari:
a. Dewan Pertimbangan Pusat
b. Dewan Pakar Pusat, dan
c. Dewan Pengurus Pusat
(3) Pimpinan Wilayah adalah Pimpinan Wanita PUI di tingkat Provinsi, terdiri dari:
a. Dewan Pertimbangan Wilayah
b. Dewan Pakar Wilayah, dan
c. Dewan Pengurus Wilayah
(4) Pimpinan Daerah adalah Pimpinan Wanita PUI di tingkat Kabupaten/Kota,
terdiri dari:
a. Dewan Pertimbangan Daerah
b. Dewan Pengurus Daerah
(5) Pimpinan Cabang adalah pimpinan Wanita PUI di tingkat Kecamatan terdiri
dari Dewan Pengurus Cabang.
(6) Pimpinan Ranting adalah Pimpinan Wanita PUI di tingkat Desa/Kelurahan
terdiri dari Dewan Pengurus Ranting
(7) Pimpinan Jamaah adalah Pimpinan Wanita PUI di tingkat wilayah
tertentu/komunitas yang terdiri dari Dewan Pengurus Jamaah

Pasal 9
Pemilihan dan Pengangkatan Pimpinan

1) Pimpinan Pusat dipilih dan ditetapkan oleh Majelis Syuro , dan Musyawarah
Nasional melakukan penjaringan Bakal Calon Dewan Pengurus Pusat untuk
diajukan dan dipilih oleh Dewan Syuro, yaitu tiga orang calon Ketua Dewan
Pakar, tiga orang calon Ketua Dewan Pertimbangan dan tiga orang calon Ketua
Dewan Pengurus.
2) Pimpinan Wilayah dipilih dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Wanita PUI,
dan musyawarah Wilayah Wanita PUI melakukan penjaringan bakal calon
tiga orang calon Ketua Dewan Pakar dan tiga orang calon Ketua Dewan
Pertimbangan dan tiga calon Ketua Dewan Pengurus
3) Pimpinan Daerah dipilih dan ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah Wanita PUI,
dan Musyawarah Daerah Wanita PUI melakukan penjaringan bakal calon tiga
orang calon calon Ketua Dewan Pertimbangan dan tiga calon Ketua Dewan
Pengurus.
4) Pimpinan Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Pimpinan Daerah Wanita PUI
dalam Musyawarah Cabang Wanita PUI melakukan penjaringan bakal tiga
calon Ketua Dewan Pengurus.
5) Pimpinan Ranting dipilih dalam Musyawarah Ranting Wanita PUI dan
ditetapkan oleh Pimpinan Cabang Wanita PUI

Pasal 10
Badan Semi Otonom

1) Pemudi PUI adalah Badan Semi Otonom dari Wanita PUI


2) Susunan pimpinan Badan Semi Otonom Pemudi PUI terdiri dari :
a. Pimpinan Pusat Badan Semi Otonom Pemudi PUI dipilih dalam
Musyawarah Nasional Wanita PUI dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
1
1
Wanita PUI melalui penjaringan usulan tiga calon ketua
b. Pimpinan Wilayah Badan Semi Otonom Pemudi PUI dipilih dalam
Musyawarah Wilayah Wanita PUI dan ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah
Wanita PUI melalui penjaringan usulan tiga calon ketua
c. Pimpinan Daerah Badan Semi Otonom Pemudi PUI dipilih dalam
Musyawarah Daerah Wanita PUI dan ditetapkan oleh Pimpinan Daerah
Wanita PUI melalui penjaringan usulan tiga calon ketua
3) Pemudi PUI memiliki Srtuktur, program, dan keadministrasian/ SOTK
4) Pemudi PUI bersinergi dengan bidang bidang Wanita PUI.

Pasal 11
Masa Bakti Pimpinan

Jangka waktu Masa Bakti Pimpinan/Pengurus PUI adalah:


a. Pimpinan Pusat 5 (lima) tahun
b. Pimpinan Wilayah 5 (lima) tahun
c. Pimpinan Daerah 5 (lima) tahun
d. Pimpinan Cabang 4 (empat) tahun
e. Pimpinan Ranting 4 (empat) tahun
f. Pimpinan jamaah 4 (empat) tahun

Pasal 12
Pengurus, Dewan Pertimbangan dan Dewan Pakar
1) Susunan pengurus terdiri dari:
a. Pengurus pusat terdiri dari : Dewan Pertimbangan, Dewan Pakar, Pengurus
harian, dan bidang-bidang.
b. Pengurus wilayah terdiri dari: Dewan Pertimbangan, Dewan Pakar,
Pengurus harian, dan bidang-bidang
c. Pengurus daerah terdiri dari: Dewan Pertimbangan, Pengurus harian dan
bidang- bidang.
d. Pengurus cabang terdiri dari Pengurus harian dan bidang- bidang.
e. Pengurus Ranting terdiri dari Pengurus harian dan bidang- bidang

2) Dewan Pertimbangan terdiri dari:


- Dewan Pertimbangan Pusat
- Dewan Pertimbangan Wilayah
- Dewan Pertimbangan Daerah

3) Dewan Pakar terdiri dari


- Dewan Pakar Pusat
- Dewan Pakar Wilayah

Pasal 13
Pemilihan Dewan Pakar, Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengurus
a. Pengurus Pusat, Dewan Pertimbangan Pusat dan Dewan Pakar Pusat Wanita
PUI dipilih dan ditetapkan oleh majelis Syuro PUI.
b. Pengurus wilayah, Dewan Pertimbangan wilayah dan Dewan Pakar Wilayah
Wanita PUI dipilih oleh musyawarah wilayah wanita PUI dan ditetapkan oleh
1
2
pengurus pusat wanita PUI.
c. Pengurus Daerah dan Dewan Pertimbangan Daerah Wanita PUI dipilih oleh
musyawarah daerah wanita PUI dan ditetapkan oleh pengurus wilayah wanita
PUI.
d. Pengurus Cabang wanita PUI dipilih oleh musyawarah cabang wanita PUI dan
ditetapkan oleh pimpinan daerah wanita PUI.
e. Pengurus Ranting wanita PUI dipilih oleh musyawarah ranting wanita PUI
ditetapkan oleh pimpinan cabang wanita PUI.

Pasal 14
Wewenang dan Tanggung Jawab Pengurus
a. Pengurus mempunyai wewenang untuk mengurus organisasi pada tingkat
kepemimpinan masing-masing.
b. Bersifat koordinatif dan instruktif kepengurusan dibawahnya.
c. Pengurus wanita PUI bertanggung jawab kepada musyawarah wanita PUI di
masing-masing tingkat kepemimpinannya.
d. Dalam melakukan aktifitas yang bersifat nasional berkonsultasi dengan
pengurus pusat PUI.

BAB V
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 15
Musyawarah
(1) Musyawarah adalah proses dan tatacara pengambilan keputusan yang
diselenggarakan struktur organisasi Wanita PUI sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7
(2) Jenis-jenis Musyawarah berdasarkan jenjang pengambil keputusan adalah:
a. Musyawarah Nasional
b. Musyawarah Besar
c. Musyawarah Wilayah
d. Musyawarah Daerah
e. Musyawarah Cabang
f. Musyawarah Ranting
1. Musyawarah Nasional
a. Musyawarah nasional diadakan lima tahun sekali
b. Jika dianggap perlu dan penting dapat diadakan musyawarah luar biasa
c. Musyawarah nasional mempunyai kekuasaan tertinggi dalam organisasi
2. Musyawarah Besar
a. Musyawarah besar dapat diselenggarakan sewaktu-waktu oleh pengurus
pusat apabila dipandang perlu.
b. Keputusan-keputusan musyawarah besar mempunyai kekuasaan dibawah
keputusan-keputusan musyawarah nasional.
3. Musyawarah Kerja
Musyawarah kerja diselenggarakan oleh bidang-bidang pimpinan pusat.
Keputusan musyawarh kerja merupakan pedoman operasional program bidang-
bidang yang mengikat dan harus segera dilaksanakan. 1
3
4. Musyawarah Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting
- Musyawarah wilayah diselenggarakan 5 tahun sekali
- Musyawarah daerah diselenggarakan 5 tahun sekali
- Musyawarah cabang diselenggarakan 4 tahun sekali
- Musyawarah ranting diselenggarakan 4 tahun sekali
- Musyawarah jamaah diselenggarakan 4 tahun sekali

Pasal 16
Rapat – rapat
(1) Rapat adalah proses pengambilan keputusan pada tingkat, susunan atau
kelengkapan kepemimpinan yang dimaksud dalam pasal 8
(2) Jenis-jenis rapat berdasarkan tingkat pengambilan keputusan adalah:
a. Rapat Badan Pekerja Majlis Syuro
b. Rapat Pimpinan Pusat
c. Rapat Pimpinan-pimpinan Wilayah, Daerah, Cabang, Ranting, dan Jamaah
d. Rapat kerja masing-masing unsure & alat kelengkapan pimpinan, badan-
badan dan lembaga-lembaga, baik secara horizontal maupun secara vertical

BAB VI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 17
Sumber-sumber

Keuangan dan kekayaan organisasi diperoleh dari:


a. Iuran dan sumbangan anggota.
b. Zakat, infaq dan sodaqoh
c. Wakaf, hibah dan wasiat
d. Usaha-usaha lain yang halal dan tidak mengikat
e. kontribusi dari aset dan unsur organisasi.

Pasal 18
Pertanggungjawaban Keuangan dan Kekayaan Organisasi

1. Pengurus Pusat Wanita PUI menginventarisir seluruh kekayaan yang diperoleh


dari wakaf, hibah dan wasiat, dan dari hasil usaha lainnya, dikuasai oleh
Pimpinan Pusat dan/atau oleh Lembaga berdasarkan keputusan Pimpinan
Pusat.
2. Hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan kekayaan, pengurus suatu Badan
Hukum, Badan Usaha dan Kerjasama usaha dengan pihak lain diatur oleh
Pimpinan Pusat.
3. Pengurus Pusat Wanita PUI mempertanggungjawabkan keuangan dan kekayaan
organisasi kepada musyawarah Nasional Wanita PUI.
4. Pengurus wilayah Wanita PUI mempertanggungjawabkan keuangan dan
kekayaan organisasi kepada musyawarah wilayah.
5. Pengurus Daerah Wanita PUI mempertanggungjawabkan keuangan dan
kekayaan organisasi kepada musyawarah daerah.
6. Pengurus cabang Wanita PUI mempertanggungjawabkan keuangan dan
1
4
kekayaan organisasi kepada musyawarah cabang
7. Pengurus Ranting Wanita PUI mempertanggungjawabkan keuangan dan
kekayaan organisasi kepada musyawarah ranting.

Pasal 19
PEMBUBARAN DAN PERUBAHAN
a. Organisasi hanya dapat dibubarkan dengan keputusan Majlis Syuro yang
khusus membicarakan pembubaran dan keputusannya diambil oleh
sedikitnya setengah lebih satu dari jumlah yang hadir.
b. Kekayaan organisasi setelah pembubaran diberikan kepada badan/Lembaga
yang diputuskan oleh Majlis Syuro
c. Perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan berdasarkan
keputusan Musyawarah nasional.
Pasal 20
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur perincian dan
penjelasannnya bila perlu dalam Anggaran Rumah Tangga
Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Musyawarah Nasional sesuai dengan dan
tidak menyalahi Anggaran Dasar.
Pasal 21
PENUTUP
Anggaran Dasar ini disahkan oleh Musyawarah Nasional Wanita ke-4 dalam
muktamar PUI ke XIV di Jakarta pada hari Sabtu 7 Maret 2020 M /
12 Rajab 1441 H, sebagai pengganti Anggaran Dasar yang disahkan di
Musyawarah Nasional Wanita PUI ke-3 dalam Muktamar PUI ke XIII di
Palembang pada hari Sabtu 10 Januari 2015 M/22 Rabiul Awal 1435 H.
Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak disahkan.

1
5
ANGGARAN RUMAH TANGGA

WANITA PERSATUAN UMMAT ISLAM


(WANITA PUI)

BAB I
Pasal 1
INTISAB

‫ميحرلا نمحرلا هللا مسب‬

‫هللا لوسر ادمحم نا دهشاو اللهلاا هلاال نا دهشا‬

‫انراعش َةبحملاو انليبس حلاصلإاو انؤدبم صلاخلإاو انتياغ هللا‬

‫هللا ىضر بلطو نيقيلاو صلاخلإاو قدصلا ىلع هللا دهاعن‬

‫ميحرلا نمحرلا هللا مسب هيلع لكوتلاب هدابع نيب لمعلا ىف‬

‫ميظعلا يلعلا لهاب لاإ ةوق لاو لوح لاو هللا مسب‬. ‫ربكأ هللا‬
Terjemahan:
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang
Saya bersaksi tiada tuhan kecuali Allah
Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah
Allah adalah tujuan pengabdian kami
Ikhlas adalah dasar pengabdian kami
Islah adalah jalan pengabdian kami
Mahabbah adalah panji-panji/lambang kami
Kami berjanji kepada Allah
Untuk senantiasa berlaku benar, ikhlas, yakin dan mencari ridlo Allah dalam
beramal di antara hamba-hamba-Nya dengan bertawakkal kepada-Nya.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Bismillahi, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan (kekuasaan)
Allah Yang Maha Tinggi dan Yang Maha Agung, Allahu Akbar

Intisab menandung perumusan mengenai mabda’ (titik tolak, dasar, landasan),


manhaj (metode amaliah), ikrar mujahadah (kebulatan tekad serta kesungguhan
perjuangan dan pengorbanan) dan tawakkal (penyerahan diri) kepada Allah, baik
dari jam’iyyah (perhimpunan) maupun jama’ah (pimpinan, anggota dan warga)
Persatuan Umat Islam dalam melaksanakan setiap amaliahnya, baik secara sendiri-
sendiri (fardiy) maupun bersama-sama (jama’i) 10
Pasal 2
PEDOMAN AMALIAH
Amaliah organisasi dalam berbagai usahanya berpedoman pada tercapainya Al-
Ishlahuts tsamaniyah, yang meliputi :
1. Islahul Aqidah : Perbaikan aqidah
2. Islahul ‘Ibadah : Perbaikan ibadah
3. Islahut Tarbiyah : Perbaikan pendidikan
4. Islahul ‘Aailah : Perbaikan keluarga
5. Islahul Mujtama : Perbaikan kehidupan sosial kemasyarakatan
6. Islahul Aadah : Perbaikan adat istiadat/tradisi
7. Islahul Iqtisad : Perbaikan perekonomian
8. Islahul Ummah : Perbaikan umat keseluruhan

BAB II
Pasal 3
KEANGGOTAAN
1. Anggota organisasi terdiri dari:
a. Calon anggota: adalah seorang muslimah, aqil balig yang telah mempelajari
intisab PUI
b. Angota biasa adalah seorang muslimah yang telah memenuhi persyaratan.
c. Anggota kehormatan adalah seorang muslimah yang telah berjasa kepada
organisasi.

2. Syarat menjadi anggota biasa:


a. Mengajukan permintaan menjadi anggota secara tertulis kepada pengurus
Organisasi dengan persetujuan sedikitnya dua orang anggota lama, untuk
diteruskan kepada Pimpinan Pusat PUI
b. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha yang sesuai dengan
tujuan perhimpunan.
c. Membayar iuran bulanan dan iuran lainnya yang besarnya ditetapkan oleh
organisasi.

3. Syarat menjadi anggota wanita PUI adalah harus sekaligus menjadi anggota PUI
secara keseluruhan
4. Sahnya keanggotaan, hak dan kewajiban anggota sesuai dengan Anggaran
Rumah Tangga PUI pasal 3.
Pasal 4
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Hak anggota biasa
a) Setiap anggota biasa mempunyai hak suara, hak memilih dan dipilih dalam
semua jabatan organisasi serta mengajukan pendapat.
b) Setiap anggota berhak hadir dan turut serta pada kegiatan perhimpunan di
luar daerah dimana ia terdaftar, atas seizin pengurus organisasi setempat
c) Setiap anggota biasa berhak memperoleh penjelasan dan memberikan
pendapat tentang kegiatan pengurus organisasi.
2. Hak anggota kehormatan
Anggota kehormatan berhak memberikan pertimbangan dan saran-saran
kepada organisasi
3. Kewajiban Anggota biasa
a) Taat melaksanakan ajaran Islam
b) Melaksanakan usaha-usaha organisasi serta taat kepada peraturan-peraturan
dan keputusan-keputusan organisasi
c) Meningkatkan dan mengembangkan prestasi dalam beramal,memperluas
wawasan Islam serta menguasai ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan
sesuai dengan tuuan organisasi
d) Turut serta memajukan, memperkuat kedudukan dan menjaga nama baik
organisasi
e) Menumbuhkan dan meningkatkan kekeluargaan organisasi serta turut
menciptakan ukhuwah
f) Setiap anggota yang pindah tempat tinggalnya diwajibkan memberitahukan
secara tertulis kepada pengurus organsasi terdekat, selanjutnya dilaporkan
kepada pimpinan organisasi yang berwenang.
g) Anggota berhenti karena
a. atas permintaan sendiri
b. meninggal dunia
c. diberhentikan berdasarkan keputusan Pengurus Pusat, karena melanggar
ketentuan ajaran Islam, melanggar ketentuan-ketentuan organisasi atau
merusak nama baik organisasi
h) Pemberhentian hanya dilakukan oleh Pengurus Pusat setelah
dipertimbangkan bersama Dewan Pembina. Anggota yang diberhentikan
dapat mengajukan keberatannya atau membela diri di muktamar.
i) Pemberhentian dilaksanakan atas usul pengurus organisasi yang
bersangkutan, dengan terlebih dahulu dikeluarkan penetapan skorsing
(pembekuan keanggotaan) yang dikeluarkan oleh pengurus pusat untuk masa
paling lama 6 bulan.
BAB III
Pasal 5
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
1. Uang pangkal adalah uang yang diperoleh dari anggota yang baru masuk
wanita PUI, besarnya ditentukan oleh kebijakan rapat pengurus
2. Uang iuran adalah uang yang diperoleh secara rutin dari pengurus/anggota
pada setiap bulan, besarnya ditentukan berdasarkan kebijakan rapat
pengurus.
3. Uang sumbangan adalah uang yang diperoleh dari donator, instansi swsta
maupu pemerintah dan lain-lain yang tidak mengikat.
4. Pengurus Wanita PUI menginventarisir seluruh kekayaan yang diperoleh dari
sumber pemasukan untuk organisasi
5. Pengurus wanita PUI mempertanggung jawabkan keuangan dan kekayaan
organisasi kepada musyawarah Nasional Wanita PUI
6. Di tingkat Wilayah kepada Musyawarah Wilayah, di tingkat daerah kepada
musyawarah Daerah, di tingkat cabang kepada musyaarah Cabang dan
ditingkat Ranting kepada musyawarah Ranting.

BAB IV
Pasal 6
STUKTUR ORGANISASI
1. Pengurus organisasi disusun dalam tingkat pengurus pusat, pengurus wilayah,
pengurus daerah, pengurus cabang dan pengurus ranting.
2. Sedikitnya 10(sepuluh) anggota disuatu tempat atau lingkunagn kelurahan
tertentu dapat menyusunan dirinya dalam ikatan pengurus ranting
3. Sedikitnya tiga pengurus ranting dalam satu kecamatan disusun dalam ikatan
pengurus cabang
4. Sedikitnya tiga pengurus cabang dalam satu kabupaten/kota disusun dalam satu
ikatan pengurus daerah
5. Sedikitnya tiga pengurus daerah dalam satu propinsi disusun dalam satu ikatan
pengurus wilayah
6. Yang belum memenuhi persyaratan seperti yang termaktub pada pasal 2 ayat
2,3,4, dan 5 masing-masing merupakan pengurus persiapan dibawah bimbingan
dan pengawas pengurus pusat atau organisasi yang memperoleh wewenang dari
pengurus pusat
7. Pengurus pusat merupakan pimpinan tertinggi dalam organisasi
8. Di tempat tempat yang dianggap penting pengurus pusat dapat menetapkan
perwakilan pengurus pusat.
9. Anggota pengurus adalah orang yang sangat diharapkan dapat membantu
pelaksana organisasi
10. Anggota pengurus diadakan pada seluruh tingkat kepemimpinan jumlahnya
disesuaikan kebutuhan
Pasal 7
SUSUNAN PIMPINAN ORGANISASI
4. Pimpinan Pusat terdiri dari:
a. Dewan Pertimbangan.
Dewan Pertimbangan terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang
sekertaris merangkap anggota dan beberapa anggota Dewan Pertimbangan
b. Dewan Pakar
Dewan Pakar adalah orang yang ahli dalam keilmuwan tertentu, dan ingin
mengembangkan dan mengamalkan ilmunya melalui wanita PUI, terdiri atas
seorang ketua merangkap anggota, seorang sekertaris merangkap anggota
dan beberapa anggota Dewan Pakar
c. Dewan Pengurus Pusat
Pengurus Harian terdiri atas Ketua Umum, seorang atau beberapa orang
Ketua, seorang Sekertaris Umum, seorang atau beberapa orang sekertaris,
seorang Bendahara Umum, seorang atau beberapa orang Bendahara, para
Ketua bidang.

Pimpinan lengkap terdiri atas Ketua Umum, seorang atau beberapa orang
Ketua, seorang Sekertaris Umum, seorang atau beberapa orang sekertaris,
seorang Bendahara Umum, seorang atau beberapa orang Bendahara, Ketua
dan anggota Dewan Pertimbangan, Ketua dan anggota Dewan Pakar, para
Ketua bidang dan anggota bidang.

2. Pimpinan Wilayah terdiri dari:


a. Dewan Pertimbangan.
Dewan Pertimbangan terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang
sekertaris merangkap anggota dan beberapa anggota Dewan Pertimbangan
b. Dewan Pakar Wilayah
Dewan Pakar adalah orang yang ahli dalam keilmuwan tertentu, dan ingin
mengembangkan dan mengamalkan ilmunya melalui wanita PUI, terdiri atas
seorang ketua merangkap anggota, seorang sekertaris merangkap anggota
dan beberapa anggota Dewan Pakar
c. Dewan Pengurus Wilayah
Pengurus Harian pada pengurus wilayah terdiri atas Ketua Umum, seorang
atau beberapa orang Ketua, seorang Sekertaris Umum, seorang atau
beberapa orang sekertaris, seorang Bendahara Umum, seorang atau beberapa
orang Bendahara, para Ketua bidang.

Pimpinan lengkap terdiri atas Ketua Umum, seorang atau beberapa orang
Ketua, seorang Sekertaris Umum, seorang atau beberapa orang sekertaris,
seorang Bendahara Umum, seorang atau beberapa orang Bendahara, Ketua

14
dan anggota Dewan Pertimbangan, Ketua dan anggota Dewan Pakar, para
Ketua bidang dan anggota bidang.

3. Pimpinan Daerah terdiri dari


a. Dewan Pertimbangan
Dewan Pertimbangan terdiri atas seorang ketua, seorang sekertaris yang
semuanya merangkap sebagai anggota dan beberapa anggota.
b. Pengurus Daerah
Pengurus Harian pada pengurus daerah terdiri atas Ketua Umum, Ketua-
ketua, Sekertaris umum, sekertaris-sekertaris, Bendahara umum dan
bendahara-bendahara.
Pimpinan Daerah Lengkap terdiri atas ; Ketua Umum, seorang atau beberapa
orang ketua, seorang Sekertaris umum, seorag atau beberapa orang
sekertaris, seorang bendahara umum atau beberapa orang bendahara. Ketua
dan Anggota Dewan Pertimbangan dan para Ketua dan anggota bidang.

4. Pengurus Cabang terdiri dari;


a. Pengurus Harian pada pengurus Cabang terdiri atas Ketua Umum, Ketua-
ketua, Sekertaris umum, sekertaris-sekertaris, Bendahara umum dan
bendahara-bendahara.
b. Pengurus Cabang Lengkap terdiri atas ; Ketua Umum, seorang atau beberapa
orang ketua, seorang Sekertaris umum, seorang atau beberapa orang
sekertaris, seorang bendahara umum atau beberapa orang bendahara dan
para Ketua dan anggota bidang.

5. Pengurus Ranting terdiri dari


a. Pengurus Harian pada pengurus Ranting/Komisariat terdiri atas Ketua
Umum, Ketua-ketua, Sekertaris umum, sekertaris-sekertaris, Bendahara
umum dan bendahara-bendahara.
b. Pengurus Ranting/Komisariat Lengkap terdiri atas ; Ketua Umum, seorang
atau beberapa orang ketua, seorang Sekertaris umum, seorag atau beberapa
orang sekertaris, seorang bendahara umum atau beberapa orang bendahara
dan para Ketua dan anggota seksi.

Pada setiap tingkatan Pengurus diadakan bidang yang antara lain terdiri atas:
a) Bidang Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
b) Bidang Dakwah dan Publikasi
c) Bidang Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan
d) Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Wakaf
e) Bidang Kaderisasi,Pengembangan Wilayah dan Hubungan antar Lembaga
f) Bidang Bantuan Hukum dan Komunikasi

15
Setiap bidang, seksi dan sub seksi dipimpin oleh ketua dan beberapa anggota
Bidang dapat dilengkapi oleh kelompok kerja yang tata kerjanya diatur dalam
Tata Tertib bidang yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat
BAB V

Pasal 8
KEWAJIBAN PENGURUS
1. Pengurus pusat:
a. Pengurus pusat memimpin dan mewakili organisasi ke dalam dan keluar
serta bertanggung jawab kepada musyawarah nasional
b. Pengurus pusat harian memimpin organisasi sehari-hari dan bertanggung
jawab kepada pengurus pusat pleno
c. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya pengurus pusat menyusun
pembagian tugas dan wewenang para pengurus.
2. Pengurus wilayah:
a. Mengurus dan mewakili organisasi diwilayahnya ke dalam dan keluar serta
bertanggung jawab kepada musyawarah wilayah
b. Menentukan kebijakan- kebijakan berdasarkan kebijakan-kebijakan
pengurus pusat dan melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah
wilayah
c. Menentukan instruksi-instruksi, keputusan-keputusan pengurus pusat,
keputusan-keputusan hasil musyawarah wilayah kepada pimpinan
dibawahnya serta mengkoordinir pelaksanaanya.
d. Membina, membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan pengurus daerah
3. Pengurus Daerah:
a. Memimpin dan mewakili organisasi dalam daerah kepemimpinannya keluar
maupun ke dalam
b. Menentukan kebijakan organisasi berdasarkan kebijakan organisasi
diatasnya, melaksanakan hasil-hasil keputusan musyawarah daerah, intruksi-
intruksi dan ketetapan –ketetapan perhimpunan diatasnya bertanggung jawab
kepada musyawarah daerah
c. Meneruskan instruksi-instruksi dan keputusan-keputusan pengurus
organisasi dibawahnya dan mengkoordinir serta mengawasi pelaksanaanya
d. Membina, membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan pimpinan cabang.

Pengurus cabang:
a. Memimpin dan mewakili organisasi di lingkungan cabangnya ke dalam dan
keluar
b. Melaksanakan instruksi-instruksi dan ketetapan-ketetapan pengurus
organisasi diatasnya serta meneruskan kepada pimpinan bawahnya untuk

16
melaksanakankeputusan-keputusan musyawarah cabang serta bertanggung
jawab kepada musyawarah cabang
c. Membina, membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
pimpinan ranting atau jama’ah
5. Pengurus ranting
a. Memimpin dan mewakili organisasi dan anggotanya di lingkunagnnya ke
dalam dan keluar
b. Melaksanakan instruksi-instruksi dan ketetapan-ketetapan pimpinan
organisasi diatasnya, keputusan-keputusan musyawarah anggota serta
bertanggung jawab kepada musyawarah anggota
c. Membimbing para anggota dalam beribadah kepada Allah SWT,
meningkatkan kesadaran berorganisasi, menyalurkan bakat dan kemampuan
para anggotanya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi
d. Membina, membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan ranting
6. Pengurus jamah
a. Memimpin dan mewakili organisasi dan anggotanya di lingkunagnnya ke
dalam dan keluar dan mengatur berdasarkan pedoman komunitas tersendiri

Pasal 9
PEMILIHAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS
1 Pengurus pusat, dewan pertimbangan dan dewan pakar dipilih dan
ditetapkan oleh Majis Syuro untuk masa jabatan 5 tahun. Anggota bidang
ditetapkan oleh pengurus harian
2 Pengurus wilayah lengkap, dewan pertimbangan dan dewan pakar disahkan
dan ditetapkan oleh pengurus pusat dari calon-calon yang diusulkan oleh
pengurus wilayah yang dipilih oleh musyawarah untuk masa bakti 5 tahun.
3 Pengurus daerah lengkap dan dewan pertimbangan ditetapkan oleh pengurus
wilayah dari calon-calon yang diusulkan oleh pengurus daerah yang dipilih
oleh musyawarah daerah untuk masa bakti 5 tahun
4 Pengurus cabang lengkap disahkan dan ditetapkan oleh pengurus daerah
yang dipilihkan oleh musyawarah cabang dari calon-calon yang diusulkan
oleh pengurus cabang yang dipilih oleh musyawarah cabang untuk masa
bakti 4 tahun
5 Pengurus ranting disahkan dan ditetapkan oleh pengurus cabang dari calon-
calon yang diusulkan oleh pengurus ranting yang dipilih oleh musyawarah
ranting.untuk masa bakti4 tahun
6 Pengurus jamah disahkan dan ditetapkan sesuai aturan komunitas akan
diatur tersendiri.
7. Karena sesuatu hal diantara pengurus tidak dapat melaksanakan tugasnya
atau berhenti maka pengurus harian dapat menggantinya atau menambah
dan ditetapkan oleh rapat pleno organisasi. Bila terjadi pada ketuanya, maka
untuk menggantinya harus diadakan musyawarah luar biasa atau diganti
18
oleh pejabat sementara yang ditetapkan oleh pleno sampai musyawarah.
8 Dalam keadaan tertentu penetapan pengurus cabang ranting secara langsung
dapat dilakukan oleh pengurus pusat atau pimpinan wilayah.
9 Anggota pimpinan organisasi dapat dipilih dan disahkan sebagai pengurus
oraganisasi bila telah aktif secara terus menerus minimal satu tahun kecuali
musyawarah menetapkan lain.
10 Masa jabatan ketua diseluruh tingkatan kepengurusan maksimal dua
periode.
Pasal 10
DEWAN PERTIMBANGAN
Dewan Pertimbangan berfungsi:
1. Melakukan pengawasan (monitoring) atas terlaksananya program kerja
organisasi yang telah diamanatkan Muktamar/atau keputusan keputusan
dari musyawarah-musyawarah organisasi lainnya yang harus dilaksanakan
oleh Pengurus organisasi;
2. Memberikan koreksi atas kebijaksanaan kepengurusan atau tindakan
tindakan pengurus organisasi yang dipandang menyimpang atau tidak sesuai
dengan intisab, anggaran dasar, anggaran rumah tangga,keputusan-
keputusan muktamar atau musyawarah organisasi lainnya;
3. Memberikan saran, masukan, tausiah dan sebagainya kepada pengurus
organisasi untuk lebih menggerakkan, mengendalikan dan meningkatkan
kegiatan organisasi;
4. Menyelesaikan dan memutuskan perselisihan yang timbul antar tingkat
pengurus organisasi , antar anggota pengurus yang dapat mengganggu atau
merugikan kinerja atau citra organisasi;
5. Menetapkan pedoman kerja Dewan Pertimbangan pada setiap tingkatan.

Pasal 11
DEWAN PAKAR
Dewan Pakar berfungsi:
1. Menyusun dan mengembangkan gagasan, pemikiran dan konsep untuk
melaksanakan dan meningkatkan amaliah Wanita PUI;
2. Melakukan kegiatan penelaahan, pengkajian, penelitian dan pengembangan
berbagai hal yang berhubungan dengan pedoman amaliah Ishlah at-
Tsamaniyah;
3. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan dan
penelitian di dalam maupun luar negeri;
4. Mensosialisasikan hasil-hasil kegiatannya di lingkungan internal maupun
eksternal melalui tatap muka dan media publikasi;
5. Menetapkan pedoman kerja Dewan Pakar pada setiap tingkatan.

19
Pasal 12
PENETAPAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS
1. Pengurus Pusat, Dewan Pertimbangan Pusat dipilih dan ditetapkan oleh
Dewan Syuro) untuk masa bakti 5 tahun.
2. Pengurus bidang, seksi atau sub seksi, pada setiap tingkatan ditetapkan oleh
pengurus Harian yang bersangkutan.
3. Pengurus Wilayah, Dewan Pertimbangan wilayah dipilih oleh musyawarah
wilayah dan ditetapkan oleh Pengurus Pusat dari calon-calon yang diusulkan
untuk satu masa bakti 5 tahun.
4. Pengurus Daerah, Dewan Pertimbangan daerah dipilih oleh musyawarah
daerah dan ditetapkan oleh Pengurus Wilayah dari calon-calon yang
diusulkan untuk satu masa bakti 5 tahun.
5. Pengurus Cabang, dipilih oleh musyawarah cabang dan ditetapkan oleh
Pengurus daerah dari calon-calon yang diusulkan untuk satu masa bakti 4
tahun.
6. Pengurus Ranting, dipilih oleh musyawarah ranting dan ditetapkan oleh
Pengurus cabang dari calon-calon yang diusulkan untuk satu masa bakti 4
tahun.
7. Pengurus jamaah, dipilih oleh musyawarah komunitas dan diusulkan untuk
satu masa bakti 4 tahun.

8. Dalam keadaan tertentu, penetapan pengurus daerah, pengurus cabang, dan


pengurus ranting dapat dilakukan secara langsung oleh Pengurus Pusat atau
wilayah.
BAB VI
Pasal 13
MUSYAWARAH WANITA PUI
1. Musyawarah wanita PUI adalah forum yang bertugas :
a. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban pengurus
b. Membahas dan mengesahkan rencana strategis dan program kerja
c. Menyelenggarakan pemilihan pengurus
d. Menetapkan kebijakan–kebijakan atau hal lain yang dianggap perlu.
e. Merubah dan menetapkan Anggarandasar dan Aanggaran rumah Tangga

2. Pada tiap tingkat kepemimpinan Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting
diselenggarakan musyawarah wanita PUI dalam rangkaian pelaksanaan instansi
tertinggi organisasi.
3. Diantara dua musyawarah disetiap tingkat kepengurusan dapat diselenggarakan
musyawarah kerja untuk mengevaluasi pelaksanaan program-program kerja.
Pasal 14
PESERTA MUSYAWARAH
1. Peserta Musyawarah Nasional adalah Pengurus Pusat wanita PUI dan
utusan-utusan dari pengurus wilayah dan pengurus daerah.
2. Peserta musyawarah wilayah adalah pengurus wilayah dan utusan-utusan
dari pengurus daerah dan pengurus cabang.
3. Peserta musyawarah daerah adalah pengurus daerah dan utusan-utusan dari
pengurus cabang dan pengurus ranting.
4. Peserta musyawarah cabang adalah pengurus cabang dan utusan-utusan
ranting dan para anggota yang mengikuti rapat anggota.
5. Peserta musyawarah ranting adalah pengurus ranting dan para anggota yang
mengikuti rapat anggota.
Pasal 15
HAK SUARA
1. Musyawarah Nasional :
a. Pengurus Pusat secara keseluruhan menentukan suara untuk penentuan bakal
calon pada Dewan Syuro
b. Tiap pengurus wilayah dan pengurus daerah yang telah disahkan hadir
masing-masing mempunyai hak satu suara.
c. Untuk tiap sedikitnya lima pengurus daerah yang hadir, pengurus wilayah
yang bersangkutan berhak atas tambahan satu suara
2. Musyawarah wilayah :
a. Pengurus wilayah secara keseluruhan mempunyai hakk satu suara
b. Tiap pengurus daerah dan pengurus cabang yang telah disahkan hadur
masing-masing mempunyai hak satu suara
c. Untuk tiap sedikitnya tiga pengurus yang hadir pengurus daerah yang
bersangkutan berhak atas tambahan satu suara.
3. Musyawarah Daerah :
a. Pengurus daerah secara keseluruhan mempunyai hak satu suara
b. Tiap pengurus cabang dan pengurus ranting yang telah disahkan hadir
masing-masing mempunyai hak satu suara
c. Untuk tiap sedikitnya tiga orang pengurus ranting yang hadir pengurus
cabang yang bersangkutan berhak atas tambahan satu suara
4. Musyawarah Cabang :
a. Pengurus cabang secara keseluruhan mempunyai hak satu suara
b. Tiap pengurus ranting yang telah disahkan hadir mempunyai hak satu suara
5. Musyawarah anggota :
Pasal 14
a. Pengurus ranting secara keseluruhan mempunyai hak satu suara
6. Rapat-Rapat :
Tiap anggota perhimpunan yang hadir pada rapat pleno atau rapat pengurus
harian masing-masing mempunyai hak satu suara
7. Pemungutan suara :
a. Pemungutan suara dilakukan apabila musyawarah atau rapat
menentukannya dan masalah yang dibicarakan telah dipahami oleh peserta
yang hadir
b. Pemungutan suara mengenai seseorang dilakukan dengan bebas dan rahasia
kecuali musyawarah atau rapat menghendaki cara yang lain.
c. Suatu keputusan yang berdasarkan pemungutan suara dinyatakan sah
apabila disetujui oleh separuh lebih satu dari jumlah peserta yang hadir
d. Jika pemungutan suara menghasilkan jumlah yang sama maka pimpinan
musyawarah atau rapat berhak menentukan keputusan.
Pasal 16
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah tangga ini akan diatur oleh
pengurus pusat.
2. Anggaran Rumah Tangga ini disahkan oleh Musyawarah Nasional Wanita
ke-4 dalam Muktamar PUI ke XIV di Jakarta pada hari Sabtu 7 Maret
2020 M /12 Rajab 1441 H, sebagai pengganti Anggaran Rumah Tangga
Anggaran Rumah Tangga sebelumnya, yang disahkan di Musyawarah Nasional
Wanita PUI ke-3 dalam Muktamar PUI ke XIII di Palembang pada hari Sabtu
10 Januari 2015 M/ 22 Rabiul Awal 1435 H.

Anda mungkin juga menyukai