ANGGARAN DASAR
BAB I
Pasal 1
BABII
Azas Organisasi
Pasal 2
BAB III
Pasal 3
Pasal 4
Persaudaraan PENA adalah wadah berhimpun bagi pemuda etnis yang berada di Indonesia, tidak
berafiliasi terhadap partai politik, selalu mengutamakan kemanusian dan toleransi serta
kerjasama.
Pasal 5
Motto Persaudaraan PENA adalah KEADILAN – PERSAUDARAAN.
BAB IV
USAHA
Pasal 6.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 7
1. Anggota Persaudaraan PENA adalah warga negara Republik Indonesia yang menerima
dan menyetujui azas, tujuan dan usaha organisasi serta mendaftarkan diri sebagai
anggota.
2. Anggota Persaudaraan PENA terdiri dari anggota perseorangan dan kelembagaan
3. Keanggotaan Persaudaraan PENA berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan.
4. Anggota perseorangan adalah mereka yang mendaftarkan diri untuk menjadi anggota dan
memenuhi persyaratan.
5. Anggota Kelembagaan adalah setiap Organisasi Pemuda Etnis yang bergabung dengan
Persaudaraan PENA setelah memenuhi persyaratan.
6. Anggota Kelembagaan memiliki otonomi organisasi terbatas pada pengelolaan Rumah
Tangga yang mengikat kedalam.
7. Syarat-syarat yang dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (3), (4), dan (5) ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 8
1. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan organisasi.
2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi.
3. Selalu mengutamakan persaudaraan dan solidaritas.
BAB VI
Pasal 9
Susunan Organisasi.
1. Persaudaraan PENA tingkat nasional dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat disingkat
DPP.
2. Apabila dipandang perlu, Persaudaraan PENA dapat menetapkan Badan Koordinasi
dalam satu wilayah.
3. Badan Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi Badan Koordinasi
Wilayah disingkat BAKORWIL untuk tingkat Provinsi dan atau Badan Koordinasi
disingkat BAKOR untuk lingkup kabupaten / Kota.
4. Persaudaraan PENA dapat menetapkan keanggotaan satu Organisasi Pemuda Etnis
sejenis dalam satu wilayah disebut Kaukus Pemuda Etnis.
5. Pembagian Yuridiksi Badan Koordinasi dan kaukus Pemuda Etnis secara nasional
ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat atas dasar heterogenitas dan kearifan lokal.
Pasal 10
Dewan Penasehat
Pasal 11
Dewan Pembina
1. Persaudaraan PENA dapat menetapkan Dewan Pembina disetiap tingkatan organisasi.
2. Syarat-syarat dan tata cara penetapan Dewan Pembina diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 12
Pasal 13
Badan Koordinasi.
Pasal 15
1. Pengurus Kaukus Pemuda Etnis adalah pimpinan Organisasi Pemuda Etnis sejenis dalam
satu wilayah yang telah ditetapkan.
2. Memimpin seluruh kegiatan organisasi dalam ruang lingkup Kaukus Pemuda Etnis.
3. Menjalankan keputusan-keputusan organisasi yang terkait dengan Kaukus Pemuda Etnis.
4. Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatannya kepada Musyawarah Anggota Etnis
bersangkutan dengan sepengetahuan Dewan Pimpinan Pusat Persaudaraan PENA.
5. Tugas dan wewenang Pengurus Kaukus Pemuda Etnis diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 16
1. Kongres
2. Kongres Luar Biasa
3. Rapat Pimpinan Nasional
4. Rapat Koordinasi Wilayah
5. Musyawarah Anggota Etnis
Pasal 17
Kongres
Pasal 18
Pasal 19
Rapat Pimpinan Nasional
Pasal 20
1. Rapat Koordinasi Wilayah adalah rapat koordinasi antar Organisasi Pemuda Etnis dalam
satu wilayah.
2. Rapat Koordinasi Wilayah dihadiri oleh Kaukus Pemuda Etnis dalam wilayah dimaksud
disertai dengan Badan Koordinasi yang secara hirarki berada satu tingkat dibawahnya.
3. Diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
4. Dapat membuat rekomendasi dan keputusan yang menyangkut wilayah bersangkutan.
5. Dapat Menyusun dan menetapkan Program Umum (PU) Dewan Pengurus Wilayah untuk
5 (lima) tahun berikutnya.
6. Dapat mengusulkan personalia Dewan Pengurus Wilayah untuk 5 (lima) tahun berikutnya
kepada Dewan Pengurus Pusat.
7. Tatacara penyelenggaraan Rapat Koordinasi Wilayah diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 24
BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 25
1. Persaudaraan PENA memiliki bendera organisasi yang berbentuk empat persegi panjang
dengan warna hitam yang memuat lambang organisasi ditengahnya serta tulisan
Persaudaraan PENA.
2. Pembuatan dan pemakaian atribut organisasi diatur dalam peraturan organisasi yang
diberlakukan secara nasional.
BAB IX
PEMBUBARAN
Pasal 26
1. Pembubaran Persaudaraan PENA hanya dapat dilakukan jika disetujui oleh 2/3 Jumlah
Anggota.
2. Pembubaran hanya bisa dilakukan melalui Kongres Persaudaraan PENA yang memiliki
keabsahan secara yuridis formal.
3. Segala persoalan Hukum baik perdata maupun pidana menyangkut Persaudaraan PENA
akan diselesaikan terlebih dahulu oleh pihak bersangkutan sesuai dengan hirarki
organisasi dan keanggotaan.
BAB X
Pasal 27
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Kongres Persaudaraan PENA
yang memiliki keabsahan secara yuridis formal.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
1. Segala sesuatu yang mengandung perbedaan tafsir atas Anggaran Dasar diputuskan oleh
Dewan Pengurus Pusat dan dipertanggungjawabkan dalam kongres berikutnya.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan kebijakan organisasi lainnya.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
1. Anggaran Dasar ini berserta Anggaran Rumah Tangga dan penjelasannya merupakan
bagian tak terpisahkan.
Ditetapkan di : Jakarta
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1. Anggota Persaudaraan PENA adalah warga negara Indonesia yang tidak sedang
kehilangan haknya.
2. Rekruitmen terhadap anggota Persaudaraan PENA dapat dilakukan disemua struktur
organisasi.
3. Keanggotaan harus dilaporkan ke DPP secara berkala dan diberitahukan kepada Kaukus
Pemuda Etnis setempat.
Pasal 2
1. Anggota Kelembagaan adalah satu jenis Organisasi Pemuda Etnis yang menerima dan
menyetujui azas, tujuan, usaha, AD / ART, dan Peraturan Organisasi serta menyatakan
bergabung dengan Persaudaraan PENA.
2. Penerimaan anggota kelembagaan ditetapkan dalam Rapat Pimpinan Nasional.
3. Ketentuan pada pasal 2 ayat (2) tidak berlaku sebelum Persaudaraan PENA
menyelenggarakan Kongres
4. Penerimaan Anggota Kelembagaan dapat dilakukan berdasarkan tingkat struktur
kelembagaan dengan mempertimbangkan pluralisme dan kearifan lokal selama tidak
bertentangan dengan kebijakan struktur organisasi diatasnya.
5. Penerimaan anggota kelembagaan yang dilakukan Badan Koordinasi diberitahukan
kepada Dewan Pengurus Pusat.
Pasal 3
Syarat-syarat Keanggotaan
1. Anggota Persaudaraan PENA merupakan Pemuda Etnis yang tinggal dan menetap
diwilayah kedaulatan Indonesia
2. Mengajukan diri dan atau bersedia menjadi anggota Persaudaraan PENA yang dibuktikan
dengan permohonan tertulis.
3. Berusia sekurang-kurangnya 15 tahun dan tidak lebih dari 40 tahun.
4. Batas usia minimum 15 tahun pada pasal 3 ayat (3 ) ART tidak berlaku bagi mereka yang
sudah menikah.
5. Batas usia maksimum 40 tahun yang dimaksud pada pasal 3 ayat (3) diatas tidak berlaku
bagi Dewan Pembina serta Dewan Penasehat.
6. Saat mengajukan permintaan menjadi anggota tidak sedang mengalami gangguan
kejiwaan.
Pasal 4
Setiap anggota yang berpindah tempat atau tinggal diluar wilayah bersangkutan, sekurang-
kurangnya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut wajib melaporkan diri kepada Pengurus Kaukus
Pemuda Etnis terdekat dan atau Badan Koordinasi setempat.
Pasal 5
Hak-hak anggota
1. Memiliki hak dipilih dan memilih dalam setiap struktur organisasi selama tidak
bertentangan dengan ketentuan lain.
2. Hak mengembangkan potensi, kreativitas, aktualisasi sepanjang tidak bertentangan
dengan tujuan serta ketentuan lain dari organisasi.
3. Mendapat perlindungan organisasi sepanjang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
kebijakan organisasi.
4. Bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul kepada pimpinan organisasi baik
lisan maupun tulisan berkaitan dengan kebijakan organisasi.
Pasal 6
Kewajiban Anggota
1. Taat dan patuh terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan
organisasi, keputusan serta ketentuan organisasi lainnya.
2. Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik organisasi.
3. Selalu aktif melaksanakan tujuan, usaha dan program organisasi tanpa terkecuali.
4. Mengembangkan dan membangun eksistensi organisasi.
Pasal 7
Kehilangan Keanggotaan.
BAB II
PENGURUS
Pasal 8
1. Dewan Pengurus Pusat dipimpin oleh seorang Ketua Umum dibantu dengan beberapa
orang Ketua, satu orang Sekretaris Umum dibantu oleh satu atau beberapa orang
Sekretaris, dan satu orang Bendahara Umum dengan satu orang Bendahara atau lebih.
2. Personalia Dewan Pengurus Pusat dipilih dan ditetapkan kongres.
3. Ketentuan pada pasal 8 ayat (2) ART tidak berlaku pada periode 2007-2012.
4. Dewan Pengurus Pusat merupakan satu kesatuan yang utuh dalam hal tugas, wewenang
dan tanggungjawab sebagai pimpinan nasional organisasi.
5. Dalam melaksanakan tujuan organisasi, Dewan Pengurus Pusat melakukan pembagian
spesialisasi bidang secara fungsional.
6. Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman maka dapat dilakukan Pergantian
Antar Waktu.
7. Untuk menjalankan tugas-tugas organisasi, Dewan Pengurus Pusat dapat membentuk dan
mengangkat departemen berdasarkan fungsi dan kegiatannya.
8. Dewan Pengrus Pusat diakhir masa jabatannya bertanggungjawab pada Kongres.
Pasal 9
1. Menjalankan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan segala ketetapan kongres.
2. Dalam melaksanakan ayat (1) Dewan Pengurus Pusat menetapkan peraturan – peraturan
organisasi dan keputusan-keputusan Dewan Pengurus Pusat.
3. Membentuk, mengangkat dan menetapkan departemen-departemen melalui rapat Dewan
Pengurus Pusat.
4. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
5. Menetapkan yuridiksi Badan Koordinasi Persaudaraan PENA dan Kaukus Pemuda Etnis
secara nasional.
6. Menetapkan personaslia pengurus Badan Koordinasi Persaudaraan PENA berdasarkan
Rekomendasi Rapat Koordinasi Wilayah.
7. Menetapkan Organisasi Kaukus Pemuda Etnis sebagai bagian integral dari organisasi.
8. Berwenang mengupayakan penyelesaian sengketa pada organisasi dibawahnya.
9. Menyelenggarakan kongres dan rapat pimpinan nasional sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
10. Menegakan disiplin organisasi.
Pasal 10
Dewan Penasehat
Pasal 11
Tugas dan Wewenang
Pasal 12
Dewan Pembina
1. Dalam setiap tingkatan struktur organisasi dapat ditetapkan adanya Dewan Pembina.
2. Dewan Pembina dikoordinasikan oleh seorang ketua dalam tiap tingkatan struktur
organisasi.
3. Komposisi, dan jumlah Dewan Pembina disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.
4. Kriteria Dewan pembina diatur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 13
Pasal 14
Badan Koordinasi
1. Dalam satu wilayah yang telah ditetapkan oleh DPP dapat dibentuk satu Pengurus Badan
Koordinasi Persaudaraan PENA.
2. Dalam melaksanakan kebijakan sehari-hari Badan Koordinasi bertanggungjawab kepada
Dewan Pengurus Pusat.
3. Badan Koordinasi tidak diperkenankan melakukan rangkap jabatan.
4. Susunan pengurus Badan Koordiasi terdiri dari seorang ketua dan beberapa orang wakil
ketua, seorang sekretaris dan satu atau beberapa orang wakil sekretaris, seorang
bendahara dan satu orang wakil bendahara.
5. Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman pengurus Badan Koordinasi dapat
dilakukan Pergantian Antar Waktu dengan persetujuan dari Dewan Pengurus Pusat.
6. Di akhir masa jabatannya Badan Koordinasi bertanggungjawab kepada Rapat Koordinasi
Wilayah dan Dewan Pengurus Pusat.
Pasal 15
Pasal 16
1. Dalam satu wilayah yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat hanya dapat dibentuk
satu Organisasi Pemuda Etnis sejenis.
2. Kaukus Pemuda Etnis adalah satu-satunya struktur organisasi yang dapat melaksanaan
program operasional secara otonom.
3. Pengurus Kuakus Pemuda Etnis dipilih oleh Musyawarah Anggota Etnis dimaksud.
4. Susunan Pengurus Kaukus Pemuda Etnis ditetapkan di Musyawarah Anggota Etnis
5. Pengurus Kaukus Pemuda Etnis Care Taker / sementara dapat ditunjuk oleh Badan
Koordinasi Persaudaraan PENA atau Organisasi Pemuda Etnis lain yang bergabung
kedalam Persaudaraan PENA dengan sepengetahuan DPP.
6. Tata Kerja Organisasi Pemuda Etnis ditetapkan oleh Musyawarah Anggota Etnis.
7. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Pengurus Kaukus Pemuda Etnis yang berskala
nasional bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Pusat.
8. Apabila Organisasi Pemuda Etnis sejenis berskala lokal maka ketentuan pada pasal 16
ayat (7) dilakukan melalui Badan Koordinasi
9. Bila dipandang perlu Pengurus Kaukus Pemuda Etnis dapat membuat Peraturan
Operasional Organisasi tersendiri.
10. Peraturan operasional yang dimaksud pasal 16 ayat (9) tidak boleh bertentang dengan
peraturan organisasi diatasnya.
11. Peraturan Operasional hanya mengikat anggota Kaukus Pemuda Etnis bersangkutan dan
bukan bagian dari hirarki peraturan organisasi Persaudaraan PENA.
BAB III
PERMUSYAWARATAN
Pasal 17
Kongres
Pasal 18
Peserta Kongres
1. Peserta Kongres adalah utusan dari Organisasi Pemuda Etnis dan Badan Koordinasi
Wilayah yang ditetapkan dalam keputusan Dewan Pengurus Pusat.
2. Peninjau Kongres adalah Pengurus Departemen dan Badan yang dibentuk oleh Dewan
Pengurus Pusat, serta Wakil-wakil Pemuda Etnis yang akan bergabung dengan
Persaudaraan PENA tapi belum ditetapkan.
3. Pengamat Kongres adalah undangan yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.
4. Setiap peserta Kongres mempunyai satu hak suara.
Pasal 19
Ketetapan Kongres
1. Setiap ketetapan Kongres pada dasarnya diambil dengan musyawarah untuk mencapai
mufakat.
2. Dalam keadaan dimana terdapat pendapat-pendapat yang tidak bisa dipertemukan,
Kongres dapat meminta pendapat Dewan Pengurus Pusat, Dewan Penasehat, dan atau
Dewan Pembina untuk menjelaskan pokok permasalahan.
3. Apabila ayat 1 dan 2 tidak mampu menciptakan mufakat maka ketetapan dapat diambil
berdasarkan suara terbanyak.
4. Ketetapan yang diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak dinyatakan sah jika
disetujui oleh sekurangnya ½+1 dari peserta yang mempunyai hak suara.
Pasal 20
1. Kongres Luar Biasa hanya dapat diselenggarakan dalam keadaan darurat yang dinilai
mengancam eksistensi dan keutuhan organisasi.
2. Kongres Luar Biasa dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan sekurangnya 2/3
Badan Koordinasi dan Organisasi Pemuda Etnis tingkat nasional yang absah.
3. Materi, acara dan syarat sahnya pengambilan keputusan dibahas dan ditetapkan lebih
lanjut dalam Kongres Luar Biasa bersangkutan.
4. Pelaksanaan Kongres Luar Biasa ditetapkan melalui Rapat Pimpinan Nasional.
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
1. Setiap ketetapan Ketetapan Musyawarah Anggota Etnis pada dasarnya diambil dengan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Dalam keadaan dimana terdapat pendapat-pendapat yang tidak bisa dipertemukan,
Ketetapan Musyawarah Anggota Etnis
3. dapat meminta pendapat Dewan Pengurus Pusat, Dewan Penasehat, dan atau Dewan
Pembina untuk menjelaskan pokok permasalahan.
4. Apabila ayat 1 dan 2 tidak mampu menciptakan mufakat maka ketetapan dapat diambil
berdasarkan suara terbanyak.
5. Ketetapan yang diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak dinyatakan sah jika
disetujui oleh sekurangnya ½+1 dari peserta yang mempunyai hak suara.
6. Ketetapan Musyawarah Anggota Etnis hanya mengikat seluruh anggota Organisasi
Pemuda Etnis bersangkutan.
BAB IV
RAPAT-RAPAT
Pasal 25
Rapat Pleno
1. Rapat Pleno Pusat dilakukan oleh Dewan Pengurus Pusat serta Badan Koordinasi setiap 1
(satu) tahun sekali.
2. Rapat Pleno dapat melakukan evaluasi kinerja pengurus dan memberikan rekomendasi
kebijakan intern organisasi.
Pasal 26
Rapat Konsultatif
1. Rapat Konsultatif adalah rapat konsultasi yang dilakukan oleh setiap tingkatan struktur
organisasi menyangkut persoalan pokok organisai.
2. Rapat Konsultatif dihadiri oleh instansi dan atau perorangan yang terkait dengan pokok
persoalan.
3. Hasil dari rapat konsultatif dilaporkan dalam rapat harian.
Pasal 27
Rapat Harian
Rapat Harian adalah rapat yang dilakukan oleh jajaran pengurus harian disetiap tingkatan
struktur organisasi.
Pasal 28
Rapat Anggota
BAB V
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 29
1. Dilarang melakukan kegiatan yang mencemarkan kehormatan dan nama baik organisasi.
2. Dilarang melakukan yang dapat menimbulkan pertentangan dan perpecahan dalam tubuh
organisasi serta tindakan lainnya yang menyimpang dari kebijakan organisasi.
3. Dilarang menyebarluaskan faham, isu serta finah yang menimbulkan permusuhan
diantara anggota dan masyarakat pada umumnya.
4. Larangan sebagaimana dimaksud ayat (1),(2), dan (3) tersebut diatas berlaku bagi seluruh
anggota tanpa membeda-bedakan jenjang jabatan dalam organisasi.
Pasal 30
1. Penilaian pelanggaran disiplin anggota Organisasi Pemuda Etnis dilakukan oleh Pengurus
Kaukus Pemuda Etnis.
2. Penilaian pelanggaran disiplin Pengurus Kaukus Pemuda Etnis disesuaikan dengan
wilayah kedudukan Kaukus Pemuda Etnis.
3. yang dimaksud dengan pasal 34 ayat (2) adalah, untuk Organisasi Pemuda Etnis yang
wilayah kedudukannya diluar yuridiksi Badan Koordinasi penilaian disiplin dilakukan
oleh Dewan Pengurus Pusat sedang Organisasi Pemuda Etnis yang berada didalam
yuridiksi Badan Koordinasi dilakukan oleh Bandan Koordinasi.
4. Penilaian pelanggarakan disiplin oleh Badan Koordinasi dilakukan langsung oleh Dewan
Pengurus Pusat dengan memperhatikan pandangan Pengurus Kaukus Pemuda
Etnis dalam satu wilayah bersangkutan.
5. Penilaian Pelanggaran Dewan Pengurus Pusat dilakukan dalam Rapat Pleno dan Rapat
Pimpinan Nasional.
Pasal 31
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 32
Pasal 33
BAB VII
KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 34
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 35
Keuangan organisasi diperoleh dari sumbangan yang tidak mengikat dan usaha-usaha organisasi
yang tidak bertentangan dengan hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia, AD/ART,
dan peraturan organisasi
BAB IX
Pasal 36
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37
1. Segala sesuatu yang menimbulkan perbedaan penafsiran dalam anggaran Rumah Tangga,
diputuskan oleh Dewan Pengurus Pusat
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga akan diatur dalam
peraturan dan keputusan organisasi.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
1. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Anggaran
Dasar.
2. Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan di Rapat Pimpinan Nasional
3. Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan pada tanggal 31 Juli 2007 di Jakarta dan mulai
berlaku sejak ditetapkan.
4. Anggaran Rumah Tangga ini dilakukan penyempurnaan pada tanggal 20 Nopember 2008
di Jakarta.