Anda di halaman 1dari 25

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA

BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

Hasil Kongres V BM PAN


BM PAN PERKASA, PAN MENANG, RAKYAT SEJAHTERA
SEBUAH PEDOMAN DEWAN PIMPINAN

© DPP BM PAN, 2017

Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang Undang


All Rghts Reserved

Diterbitkan dan Didistribusikan Oleh :

Dewan Pimpinan Pusat


Barisan Muda
Penegak Amanat Nasional
(DPP BM PAN)
Markas DPP BM PAN : Jalan Tebet Timur Dalam Raya No. 23A
Jakarta Selatan, DKI Jakarta Indonesia
12820
Telp: (021) 83791855 Handphone: 081219822021
Email : info@bmpan.or.id
sekretariat@bmpan.or.id
ANGGARAN DASAR
BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

BAB I
NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LOGO

Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL, disingkat
BM PAN.
Pasal 2
Waktu dan Tempat Kedudukan
BM PAN didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Agustus 1998 untuk waktu yang tidak
ditentukan dan berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.

Pasal 3
Logo
Logo BM PAN adalah matahari dan 32 pancaran cahaya dan dua tangan kanan yang
berjabat secara kokoh yang dilatarbelakangi segi empat berwarna biru serta tulisan BM
PAN, Barisan Muda Penegak Amanat Nasional.

BAB II
ASAS, TUJUAN, IDENTITAS DAN SIFAT

Pasal 4
Asas
BM PAN berasaskan Pancasila.

Pasal 5
Tujuan
BM PAN bertujuan membentuk generasi muda Partai Amanat Nasional yang memiliki
wawasan, kemandirian, kepedulian, dan keterampilan politik yang dilandasi moralitas
agama demi terwujudnya Indonesia baru yang berkedaulatan rakyat, berkeadilan dan
sejahtera.
Pasal 6
Identitas
BM PAN adalah organisasi kader generasi muda Partai Amanat Nasional beridentitaskan
kebangsaan dan kemajemukan yang menjunjung tinggi moral agama dan kemanusiaan.

Pasal 7
Sifat
1. BM PAN adalah organisasi otonom Partai Amanat Nasional yang bersifat terbuka,
majemuk dan mandiri.
2. Karena sifat pada ayat (1) tersebut, maka BM PAN memiliki mekanisme operasional
organisasi yang mandiri namun berada dalam garis konsultatif dan koordinatif dengan
Partai Amanat Nasional.

1|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional


BAB III
FUNGSI DAN USAHA

Pasal 8
Fungsi
BM PAN memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi integratif, wadah pemersatu dan menggalang kesatuan aspirasi politik generasi
muda Indonesia.
2. Fungsi Kaderisasi, merupakan pembinaan kader generasi muda di bawah naungan
Partai Amanat Nasional.
3. Fungsi Edukasi, memberikan pendidikan dan pengembangan wawasan serta
keterampilan politik dalam rangka mencapai tujuan BM PAN.
4. Fungsi Mediasi, penghubung antara kekuatan politik generasi muda dengan kebijakan
Partai Amanat Nasional.
5. Fungsi Advokasi, mendampingi dan melindungi pelaksanaan kebijakan umum Partai
Amanat Nasional serta membela kepentingan aspirasi politik warga.
6. Fungsi Agregasi, merekam persoalan-persoalan yang ada di masyarakat dan
menjadikannya sebagai agenda organisasi yang harus diperjuangkan.
7. Fungsi Kontrol, menjalankan pengawasan internal maupun eksternal terhadap kebijakan
Partai Amanat Nasional dan kebijakan Pemerintah.
8. Fungsi Artikulasi, mengkomunikasikan atau menyampaikan platform Partai Amanat
Nasional kepada masyarakat.
Pasal 9
Usaha
1. Menggalang generasi muda Indonesia melalui kegiatan-kegiatan sosial, kemanusiaan
dan kemasyarakatan.
2. Menciptakan kader BM PAN yang berkualitas melalui proses perkaderan.
3. Membangun jaringan institusional dan personal BM PAN dengan kekuatan generasi
muda yang sevisi untuk pembangunan nasional.
4. Mengembangkan kemampuan kreatif dan keilmuan dalam rangka mengaktualisasikan
keahlian dan profesionalisme generasi muda dalam berbagai bidang.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 10
1. Keanggotaan BM PAN bersifat sukarela dan terbuka bagi Warga Negara Indonesia
yang setuju dengan tujuan BM PAN dan platform Partai Amanat Nasional.
2. Ketentuan tentang keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

2|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional


BAB V
STRUKTUR DAN PENGURUS ORGANISASI

Pasal 11
1. Struktur organisasi BM PAN terdiri dari :
a. Dewan Pimpinan Pusat, disingkat DPP
b. Dewan Pimpinan Wilayah, disingkat DPW
c. Dewan Pimpinan Daerah, disingkat DPD
d. Dewan Pimpinan Cabang, disingkat DPC
e. Dewan Pimpinan Ranting, disingkat DPRt
2. Ketentuan tentang hubungan struktur antara DPP, DPW, DPD, DPC dan DPRt diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 12
Pengurus Organisasi
1. Dewan Pimpinan Pusat
a. Dewan Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi.
b. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat dipilih dan ditetapkan dalam kongres untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kongres.
c. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat terdiri dari Pengurus Harian dan Departemen.
2. Dewan Pimpinan Wilayah
a. Dewan Pimpinan Wilayah memimpin organisasi di tingkat provinsi dan
melaksanakan kepemimpinan dari Dewan Pimpinan Pusat.
b. Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah
Wilayah untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
c. Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah dikukuhkan dengan Surat Keputusan Dewan
Pimpinan Pusat.
d. Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah terdiri terdiri dari Pengurus Harian dan
Departemen.
3. Dewan Pimpinan Daerah
a. Dewan Pimpinan Daerah memimpin organisasi di tingkat Kabupaten/Kota dan
melaksanakan kepemimpinan dari Dewan Pimpinan Wilayah.
b. Pengurus Dewan Pimpinan Daerah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah
Daerah untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
c. Pengurus Dewan Pimpinan Daerah dikukuhkan dengan Surat Keputusan Dewan
Pimpinan Wilayah.
e. Pengurus Dewan Pimpinan Daerah terdiri dari Pengurus Harian dan Departemen.
4. Dewan Pimpinan Cabang
a. Dewan Pimpinan Cabang memimpin organisasi di tingkat kecamatan dan
melaksanakan kepemimpinan dari Dewan Pimpinan Daerah.
b. Pengurus Dewan Pimpinan Cabang dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah
Cabang untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
c. Pengurus Dewan Pimpinan Cabang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Dewan
Pimpinan Daerah.
d. Pengurus Dewan Pimpinan Cabang terdiri dari Pengurus Harian dan Departemen.
5. Dewan Pimpinan Ranting
a. Dewan Pimpinan Ranting memimpin organisasi di tingkat kelurahan/desa dan
melaksanakan kepemimpinan dari Dewan Pimpinan Cabang.
b. Pengurus Dewan Pimpinan Ranting dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah
Ranting untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.
c. Pengurus Dewan Pimpinan Ranting dikukuhkan dengan Surat Keputusan Dewan
Pimpinan Cabang.
3|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional
d. Pengurus Dewan Pimpinan Ranting terdiri dari seluruh anggota pengurus Dewan
Pimpinan Ranting.

Pasal 13
Masa Bakti Pengurus
1. Masa bakti Pengurus adalah 5 (lima) tahun.
2. Masa bakti Ketua Umum, serta Ketua DPW, DPD, DPC, dan DPRt adalah paling
lama 2 (dua) periode dan tidak dapat dipilih kembali.

BAB VI
FORUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 14
1. Forum pengambilan keputusan :
a. Kongres.
b. Kongres Luar Biasa.
c. Rapat Kerja Nasional.
d. Rapat Pimpinan Nasional.
e. Musyawarah Wilayah.
f. Musyawarah Wilayah Luar Biasa
g. Rapat Kerja Wilayah.
h. Rapat Pimpinan Wilayah.
i. Musyawarah Daerah.
j. Musyawarah Daerah Luar Biasa
k. Rapat Kerja Daerah.
l. Rapat Pimpinan Daerah.
m. Musyawarah Cabang.
n. Musyawarah Cabang Luar Biasa.
o. Rapat Kerja Cabang.
p. Rapat Pimpinan Cabang.
q. Musyawarah Ranting.
r. Musyawarah Ranting Luar Biasa
s. Rapat Kerja Ranting.
t. Rapat Pimpinan Ranting.
u. Rapat Pleno.
v. Rapat Harian.
w. Rapat Koordinasi.
2. Ketentuan tentang forum pengambilan keputusan diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

4|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional


BAB VII
HAK SUARA DAN HAK BICARA

Pasal 15
Hak suara dan hak bicara dalam forum pengambilan keputusan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB VIII
SUMBER KEUANGAN

Pasal 16
Sumber keuangan organisasi terdiri dari :
1. Iuran Anggota.
2. Usaha, sumbangan dan infak.
3. Hibah.
4. Bantuan Partai Amanat Nasional.
5. Sumber-sumber lain yang tidak mengikat.

BAB IX
PENGESAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 17
1. Pengesahan Anggaran Dasar ini untuk pertama kalinya dilakukan dalam Pertemuan
Nasional Pemuda PAN yang diselenggarakan pada tanggal 25-27 Oktober 1998.
2. Anggaran Dasar disahkan dan dikukuhkan oleh peserta Kongres BM PAN dan berlaku
sejak ditetapkan.

BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 18
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan dalam
Kongres.

BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 19
1. Organisasi hanya dapat dibubarkan oleh Kongres atau Kongres Luar Biasa yang khusus
diadakan untuk keperluan tersebut.
2. Apabila terjadi pembubaran organisasi, maka seluruh harta benda milik organisasi
diputuskan dalam Kongres.

5|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional


BAB XII
PERATURAN TAMBAHAN

Pasal 20
1. Ketua Formatur dan Anggota Formatur disahkan dalam Kongres.
2. Kepengurusan DPP disusun Formatur hasil Kongres, disahkan dan dilantik oleh Ketua
Formatur.
3. Kepengurusan DPW, DPD, DPC dan DPRt disahkan dan dilantik oleh Dewan Pimpinan
satu tingkat di atasnya.
4. Pembentukan lembaga khusus dan relawan akan diatur dalam Pedoman Oganisasi BM
PAN.

BAB XIII
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 21
1. Keputusan-keputusan DPP, DPW, DPD, DPC dan DPRt sebelumnya yang menyangkut
masa bakti Pengurus secara otomatis mengikuti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga hasil Kongres V BM PAN di Jakarta dan akan diatur dalam Pedoman
Organisasi tersendiri.
2. Pergantian Pimpinan di semua tingkatan dilakukan secara berjenjang dari atas ke bawah
yang akan diatur dalam Pedoman Organisasi tersendiri.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
3. Ketentuan-ketentuan lain yang belum tercakup dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan diatur lebih lanjut oleh DPP BM PAN sesuai dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

6|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional


Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 21 Agustus 2016
Jam : 17:07 wib

PIMPINAN SIDANG KONGRES V


BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

Ttd

Adi Wicaksono
Ketua

Ttd Ttd

Surya Imam Wahyudi Jubir


Anggota Anggota

Ttd Ttd

Luthfi Nasution Soni Sumarsono


Anggota Anggota

7|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional


ANGGARAN RUMAH TANGGA
BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
Penerimaan Anggota
1. Anggota BM PAN adalah seluruh Warga Negara Indonesia yang berusia 17-45 tahun,
menyetujui platform Partai Amanat Nasional, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga BM PAN.
2. Setiap Warga Negara Indonesia dapat menjadi anggota BM PAN setelah :
a. Mengajukan permohonan secara tertulis.
b. Mengikuti proses perkaderan BM PAN.
3. Setiap Warga Negara Indonesia yang telah disetujui menjadi anggota BM PAN akan
diberikan Kartu Tanda Anggota oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Pasal 2
Kewajiban Anggota
1. Menjunjung tinggi moral keagamaan.
2. Patuh dan tunduk kepada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Pedoman
Organisasi serta keputusan organisasi.
3. Menjaga dan mempertahankan kehormatan organisasi.
4. Tidak merangkap sebagai anggota organisasi politik selain Partai Amanat Nasional.
5. Mendukung dan mensukseskan tujuan, usaha dan program perjuangan organisasi.
6. Membayar iuran anggota.
7. Tidak merangkap sebagai anggota ortom dan ormit di Partai Amanat Nasional.

Pasal 3
Hak Anggota
1. Memperoleh perlakuan yang sama.
2. Dapat dipilih dan memilih.
3. Menyatakan pendapat.
4. Melakukan pembelaan diri.

Pasal 4
Sanksi Organisasi
Sanksi organisasi dapat diberikan kepada anggota dan atau pengurus BM PAN apabila :
1. Melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan organisasi.
2. Melakukan tindakan tidak terpuji sehingga merusak nama baik organisasi.

Pasal 5
Bentuk Sanksi
1. Bentuk sanksi organisasi berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara dan
pemberhentian tetap.
2. Mekanisme pemberian sanksi adalah sebagai berikut :
a. Peringatan tertulis :
1) peringatan tertulis diberikan kepada anggota dan atau pengurus yang melakukan
pelanggaran organisasi yang diputuskan dalam Rapat Pleno sesuai tingkatan
masing-masing.
2) peringatan tertulis kepada anggota dan atau pengurus diberikan oleh Dewan
8|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional
Pimpinan di setiap tingkatan dengan tata urutan; peringatan pertama bertujuan
untuk pencegahan pengulangan kesalahan; peringatan kedua bertujuan untuk
kepatuhan; peringatan ketiga untuk syarat pengenaan sanksi.
3) setiap surat peringatan ditembuskan kepada Dewan Pimpinan BM PAN satu
tingkat di atasnya kecuali yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
b. Pemberhentian sementara
1) usulan pemberhentian sementara anggota dan atau pengurus, diajukan oleh
Dewan Pimpinan BM PAN berdasarkan putusan Rapat Pleno, dan
2) pemberhentian sementara dilakukan oleh Dewan Pimpinan BM PAN satu
tingkat di atasnya melalui Rapat Pleno.
3) mekanisme pemberhentian sementara bagi pengurus Dewan Pimpinan Pusat
dilakukan melalui Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat.
c. Pemberhentian tetap
1) usulan pemberhentian tetap anggota dilakukan oleh Dewan Pimpinan BM PAN
setelah melalui Rapat Pleno.
2) pemberhentian tetap anggota ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Pasal 6
Mekanisme Pembelaan Diri
1. Pembelaan diri dapat dilakukan oleh anggota dan atau pengurus yang dikenai sanksi
organisasi melalui Rapat Pleno.
2. Bila pembelaan diri ditolak dalam Rapat Pleno maka yang bersangkutan dapat
mengajukannya dalam Kongres.
3. Pengajuan pembelaan diri dalam Kongres diajukan yang bersangkutan kepada DPP
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Kongres dilaksanakan.

Pasal 7
Pemberhentian Anggota
Seseorang diberhentikan sebagai anggota apabila :
1. Atas permintaan sendiri.
2. Diberhentian dengan ketentuan pada pasal 4 dan pasal 5 Anggaran Rumah Tangga.

BAB II
PENDIRIAN DAN PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 8
Pendirian Dewan Pimpinan
1. Pendirian Dewan Pimpinan Pusat
a. Dewan Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat nasional.
b. Dewan Pimpinan Pusat berkedudukan di ibukota negara.
c. Untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua Umum, Dewan Pimpinan Pusat dapat
melaksanakan Kongres Luar Biasa dengan melakukan koordinasi dengan Dewan
Pimpinan Wilayah.
d. Dewan Pimpinan Pusat dapat menambah dan atau mengurangi pengurusnya
melalui Rapat Pleno.
e. Dewan Pimpinan Pusat membuat pedoman kerja tersendiri sesuai kebutuhannya
yang tidak bertentangan dengan kaidah organisasi.
2. Pendirian Dewan Pimpinan Wilayah
a. Dewan Pimpinan Wilayah adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat
Provinsi.
b. Dewan Pimpinan Wilayah berkedudukan di ibukota Provinsi.
9|Barisan Muda Penegak Amanat Nasional
c. Pendirian Dewan Pimpinan Wilayah dilaksanakan di tingkat Provinsi yang telah
memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) Dewan Pimpinan Daerah.
d. Susunan pengurus berdasarkan hasil Musyawarah Wilayah dimintakan
pengesahannya dan dilantik Dewan Pimpinan Pusat.
e. Untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua, Dewan Pimpinan Wilayah
melaksanakan Musyawarah Wilayah Luar Biasa dengan melakukan koordinasi
kepada Dewan Pimpinan Pusat.
f. Dewan Pimpinan Wilayah dapat menambah dan atau mengurangi pengurusnya
melalui Rapat Pleno dengan meminta pengesahan kepada Dewan Pimpinan Pusat.
g. Dewan Pimpinan Wilayah membuat program kerja sesuai kebutuhan yang tidak
bertentangan dengan kaidah organisasi.
3. Pendirian Dewan Pimpinan Daerah
a. Dewan Pimpinan Daerah adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat
Kabupaten/Kota.
b. Dewan Pimpinan Daerah berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota.
c. Pendirian Dewan Pimpinan Daerah dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota yang
telah memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) Dewan Pimpinan Cabang.
d. Susunan pengurus berdasarkan hasil Musyawarah Daerah dimintakan
pengesahannya dan dilantik oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
e. Untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua, Dewan Pimpinan Daerah dapat
melaksanakan Musyawarah Daerah Luar Biasa dengan melakukan koordinasi
kepada Dewan Pimpinan Wilayah.
f. Dewan Pimpinan Daerah dapat menambah dan atau mengurangi pengurusnya
melalui Rapat Pleno dengan meminta pengesahan kepada Dewan Pimpinan
Wilayah dan tembusannya disampaikan kepada Dewan Pimpinan Pusat.
g. Dewan Pimpinan Daerah membuat program kerja sesuai kebutuhan yang tidak
bertentangan dengan kaidah organisasi.
4. Pendirian Dewan Pimpinan Cabang
a. Dewan Pimpinan Cabang adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat
Kecamatan.
b. Dewan Pimpinan Cabang berkedudukan di ibukota Kecamatan
c. Pendirian Dewan Pimpinan Cabang dilaksanakan di tingkat kecamatan.
d. Susunan pengurus berdasarkan hasil Musyawarah Cabang dimintakan
pengesahannya dan dilantik oleh Dewan Pimpinan Daerah.
e. Apabila dalam satu kecamatan tidak terdapat Dewan Pimpinan Cabang maka
Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan Wilayah dapat memprakarsai
pendirian Dewan Pimpinan Cabang.
f. Untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua, Dewan Pimpinan Cabang
melaksanakan Musyawarah Cabang Luar Biasa dengan melakukan koordinasi
kepada Dewan Pimpinan Daerah.
g. Dewan Pimpinan Cabang dapat menambah dan atau mengurangi pengurusnya
melalui Rapat Pleno dengan meminta pengesahan kepada Dewan Pimpinan
Daerah yang tembusannya disampaikan kepada Dewan Pimpinan Wilayah.
h. Dewan Pimpinan Cabang membuat program kerja sesuai kebutuhan yang tidak
bertentangan dengan kaidah organisasi.
5. Pendirian Dewan Pimpinan Ranting
a. Pendirian Dewan Pimpinan Ranting dilaksanakan di tingkat kelurahan/desa.
b. Susunan pengurus berdasarkan hasil Musyawarah Ranting dimintakan
pengesahannya dan dilantik oleh Dewan Pimpinan Cabang.
c. Apabila dalam satu kelurahan/desa tidak terdapat Dewan Pimpinan Ranting maka
Dewan Pimpinan Cabang atau Dewan Pimpinan Daerah dapat memprakarsai
pendirian Dewan Pimpinan Ranting.
10 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
d. Untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua, Dewan Pimpinan Ranting
melaksanakan Musyawarah Ranting Luar Biasa dengan melakukan koordinasi
kepada Dewan Pimpinan Cabang.
e. Dewan Pimpinan Ranting dapat menambah dan atau mengurangi pengurusnya
melalui Rapat Pleno dengan meminta pengesahan kepada Dewan Pimpinan
Cabang yang tembusannya disampaikan kepada Dewan Pimpinan Daerah.
f. Dewan Pimpinan Ranting membuat program kerja sesuai kebutuhan yang tidak
bertentangan dengan kaidah organisasi.

Pasal 9
Pergantian Pimpinan
1. Pergantian pimpinan organisasi dalam semua tingkatan dilaksanakan setelah
berakhirnya masa jabatan dan dimulai berjenjang dari atas ke bawah.
2. Pergantian pimpinan pada tingkatan DPP dilaksanakan dalam Kongres.
3. Serah terima jabatan DPP dilaksanakan pada akhir acara Kongres, diwakili Ketua
Formatur/Ketua Umum.
4. Pergantian pimpinan pada tingkatan DPW, DPD, DPC dan DPRt dilaksanakan dengan
permusyawaratan sesuai jenjang masing-masing.
5. Serah terima jabatan DPW, DPD, DPC dan DPRt dilaksanakan dalam acara pelantikan.

BAB III
PERMUSYAWARATAN

Pasal 10
Kongres
1. Kongres adalah permusyawaratan tertinggi dalam organisasi yang diadakan atas
undangan Dewan Pimpinan Pusat yang dilaksanakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
2. Peserta Kongres terdiri dari :
a. Utusan :
1) Ketua Majelis Pertimbangan Barisan DPP.
2) Dewan Pimpinan Pusat diwakili Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan
Bendahara Umum.
3) Dewan Pimpinan Wilayah diwakili Ketua dan Sekretaris DPW.
4) Dewan Pimpinan Daerah diwakili Ketua DPD.
b. Peninjau :
1) Pengurus Harian, Ketua dan Anggota Departemen DPP.
2) Undangan yang ditentukan oleh DPP.
3. Hak Suara dan hak bicara :
a. Peserta Utusan memiliki hak suara dan hak bicara.
b. Peserta Peninjau memiliki hak bicara dan tidak memiliki hak suara.
4. Acara Pokok Kongres :
a. Laporan dan pengesahan pertanggungjawaban DPP tentang kebijakan, pelaksanaan
program dan keuangan organisasi.
b. Menetapkan Nilai Dasar Perjuangan dan AD/ART
c. Menetapkan Garis Besar Haluan Organisasi dan Pedoman Perkaderan.
d. Menetapkan rekomendasi organisasi.
e. Pemilihan dan penetapan Ketua Formatur/Ketua Umum.
f. Memilih dan menetapkan 12 orang anggota formatur.
5. Dewan Pimpinan Pusat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Kongres.
6. Acara dan materi Kongres serta keputusan tentang pelaksanaan Kongres, ditetapkan
oleh Dewan Pimpinan Pusat.
11 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
7. Pengurus DPP terpilih menyampaikan hasil Kongres kepada seluruh DPW, dan
selanjutnya DPW menyampaikan kepada DPD, DPC dan DPRt.

Pasal 11
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi Dewan Pimpinan Wilayah
yang diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Wilayah yang dilaksanakan sekali
dalam 5 (lima) tahun yang dihadiri oleh peserta Musyawarah Wilayah.
2. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari :
a. Utusan :
1) Dewan Pimpinan Pusat diwakili 1(satu) orang pengurus harian DPP.
2) Ketua Majelis Pertimbangan Barisan DPW.
3) Dewan Pimpinan Wilayah diwakili Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPW.
4) Dewan Pimpinan Daerah diwakili Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPD.
b. Peninjau :
1) Pengurus Harian, Ketua dan Anggota Departemen DPW.
2) Dewan Pimpinan Cabang diwakili 1 (satu) orang Ketua DPC.
3) Undangan yang ditentukan oleh DPW.
3. Hak suara dan hak bicara.
a. Peserta Utusan memiliki hak suara dan hak bicara.
b. Peserta Peninjau memiliki hak bicara dan tidak memiliki hak suara.
4. Acara Pokok Musyawarah Wilayah:
a. Laporan dan pengesahan pertanggungjawaban DPW tentang pelaksanaan program
dan keuangan organisasi
b. Menetapkan Program Kerja.
c. Menetapkan Rekomendasi.
d. Pemilihan dan penetapan Ketua Formatur/Ketua DPW.
e. Memilih dan menetapkan 6 (enam) orang Anggota Formatur.
5. Dewan Pimpinan Wilayah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Musyawarah
Wilayah.
6. Acara dan materi Musyawarah Wilayah serta keputusan tentang pelaksanaan
Musyawarah Wilayah, ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
7. Pengurus DPW terpilih menyampaikan hasil Musyawarah Wilayah kepada DPP dan
Seluruh DPD dan selanjutnya DPD menyampaikan kepada DPC dan DPRt.
8. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah dan memenuhi kuorum apabila dihadiri oleh 50
(lima puluh) persen tambah 1 (satu) dari peserta utusan musyawarah wilayah.
9. Keputusan Musyawarah Wilayah mulai diberlakukan untuk masa periode kepengurusan
selanjutnya.

Pasal 12
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah adalah permusyawaratan tertinggi Dewan Pimpinan Daerah yang
diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Daerah yang dilaksanakan sekali dalam 5
(lima) tahun yang dihadiri oleh peserta Musyawarah Daerah.
2. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari :
a. Utusan :
1) Dewan Pimpinan Wilayah diwakili 1 (satu) orang pengurus harian DPW.
2) Ketua Majelis Pertimbangan Barisan DPD.
3) Dewan Pimpinan Daerah diwakili Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPD.
4) Dewan Pimpinan Cabang diwakili Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPC.
b. Peninjau :
1) Pengurus Harian, Ketua dan Anggota Departemen DPD.
12 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
2) Dewan Pimpinan Ranting diwakili 1 (satu) orang Ketua DPRt
3) Undangan yang ditentukan oleh DPD.
3. Hak suara dan hak bicara :
a. Peserta Utusan memiliki hak suara dan hak bicara.
b. Peserta Peninjau memiliki hak bicara dan tidak memiliki hak suara.
4. Acara Pokok Musyawarah Daerah :
a. Laporan dan pengesahan pertanggungjawaban DPD tentang pelaksanaan program
dan keuangan organisasi
b. Menetapkan Program Kerja.
c. Menetapkan Rekomendasi.
d. Pemilihan dan penetapan Ketua Formatur/Ketua DPD.
e. Memilih dan menetapkan 6 (enam) orang Anggota Formatur
5. Dewan Pimpinan Daerah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Musyawarah
Daerah.
6. Acara dan materi Musyawarah Daerah serta keputusan tentang pelaksanaan
Musyawarah Daerah, ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
7. Pengurus DPD terpilih menyampaikan hasil Musyawarah Daerah kepada DPW dan
Seluruh DPC dan selanjutnya DPC menyampaikan kepada DPRt.
8. Musyawarah Daerah dinyatakan sah dan memenuhi kuorum apabila dihadiri oleh 50
(lima puluh) persen tambah 1 (satu) dari peserta utusan Musyawarah Daerah.
9. Keputusan Musyawarah Daerah mulai diberlakukan untuk masa periode kepengurusan
selanjutnya.

Pasal 13
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan tertinggi Dewan Pimpinan Cabang yang
diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Cabang yang dilaksanakan sekali dalam 5
(lima) tahun yang dihadiri oleh peserta Musyawarah Cabang.
2. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari :
a. Utusan :
1) Dewan Pimpinan Daerah diwakili 1 (satu) orang pengurus harian DPD.
2) Ketua Majelis Pertimbangan Barisan DPC.
3) Dewan Pimpinan Cabang diwakili Ketua, Sekretaris, dan Bendahara DPC.
4) Dewan Pimpinan Ranting diwakili Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPRt.
b. Peninjau :
1) Pengurus Harian, Ketua dan Anggota Departemen DPC.
2) Undangan yang ditentukan oleh DPC.
3. Hak suara dan hak bicara :
a. Peserta Utusan memiliki hak suara dan hak bicara.
b. Peserta Peninjau memiliki hak bicara dan tidak memiliki hak suara.
4. Acara Pokok Musyawarah Cabang :
a. Laporan dan pengesahan pertanggungjawaban DPC tentang pelaksanaan program
dan keuangan organisasi
b. Menetapkan Program Kerja.
c. Menetapkan Rekomendasi.
d. Pemilihan dan penetapan Ketua Formatur/Ketua DPC.
e. Memilih dan menetapkan 6 (enam) orang Anggota Formatur.
5. Dewan Pimpinan Cabang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Musyawarah
Cabang.
6. Acara dan materi Musyawarah Cabang serta keputusan tentang pelaksanaan
Musyawarah Cabang, ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang.
7. Pengurus DPC terpilih menyampaikan hasil Musyawarah Daerah kepada DPD dan
13 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
Seluruh DPRt.
8. Musyawarah Cabang dinyatakan sah dan memenuhi kuorum apabila dihadiri oleh 50
(lima puluh) persen tambah 1 (satu) dari peserta utusan Musyawarah Cabang.
9. Keputusan Musyawarah Cabang mulai diberlakukan untuk masa periode kepengurusan
selanjutnya.
Pasal 14
Musyawarah Ranting
1. Musyawarah Ranting adalah permusyawaratan tertinggi Dewan Pimpinan Ranting yang
diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Ranting yang dilaksanakan sekali dalam 5
(lima) tahun yang dihadiri oleh peserta Musyawarah Ranting.
2. Peserta Musyawarah Ranting terdiri dari :
a. Utusan :
1) Dewan Pimpinan Daerah diwakili 1 (satu) orang pengurus harian DPD.
2) Dewan Pimpinan Cabang diwakili 1 (satu) orang pengurus harisan DPC.
3) Anggota DPRt.
b. Peninjau :
Undangan yang ditentukan oleh DPRt.
3. Hak suara dan hak bicara :
a. Peserta Utusan memiliki hak suara dan hak bicara.
b. Peserta Peninjau memiliki hak bicara dan tidak memiliki hak suara.
4. Acara Pokok Musyawarah Ranting :
a. Laporan dan pengesahan pertanggungjawaban DPRt tentang pelaksanaan program
dan keuangan organisasi
b. Menetapkan Program Kerja.
c. Menetapkan Rekomendasi.
d. Pemilihan dan penetapan Ketua Formatur/Ketua DPRt.
e. Memilih dan menetapkan 6 (enam) orang Anggota Formatur
5. Dewan Pimpinan Ranting bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Musyawarah
Ranting.
6. Acara dan materi Musyawarah Ranting serta keputusan tentang pelaksanaan
Musyawarah Ranting, ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Ranting.
7. Pengurus DPRt terpilih menyampaikan hasil Musyawarah Ranting kepada DPD dan
DPC.
8. Musyawarah Ranting dinyatakan sah dan memenuhi kuorum apabila dihadiri oleh 50
(lima puluh) persen tambah 1 (satu) dari peserta utusan Musyawarah Cabang.
9. Keputusan Musyawarah Ranting mulai diberlakukan untuk masa periode kepengurusan
selanjutnya.

BAB IV
MUSYAWARAH LUAR BIASA

Pasal 15
1. Musyawarah Luar Biasa terdiri atas Kongres Luar Biasa, Musyawarah Wilayah Luar
Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa, Musyawarah Cabang Luar Biasa dan
Musyawarah Ranting Luar Biasa.
2. Musyawarah Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan dalam hal
Ketua Umum dan atau Ketua:
a. berhalangan tetap.
b. meninggal dunia.
c. mengundurkan diri.
d. diberhentikan dari jabatan berdasarkan putusan organisasi.
3. Usulan pemberhentian Ketua Umum sebagaimana ayat 2 poin (d) hanya dapat
14 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
dilakukan dalam Rapimnas atas usulan 2/3 DPW.
4. Usulan pemberhentian Ketua DPW, DPD, DPC, dan DPRt sebagaimana ayat 2 poin (d)
hanya dapat dilakukan dalam Rapimwil, Rapimda, Rapimcab, dan Musyawarah Ranting
atas usulan 2/3 Pimpinan sesuai tingkatan.
5. Dalam hal Ketua DPW, DPD, DPC, dan DPRt diberhentikan sebagaimana ayat 2 poin
(d) maka dapat ditunjuk Pelaksana Tugas (Plt) Ketua oleh struktur satu tingkat
diatasnya.
6. Dalam keadaan tertentu dapat ditunjuk Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPW, DPD, DPC,
dan DPRt oleh struktur satu tingkat diatasnya.

BAB V
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 16
Kuorum
1. Forum pengambilan keputusan tertinggi pada setiap jenjang kepemimpinan dinyatakan
sah dan memenuhi kuorum jika dihadiri oleh 50 (lima puluh) persen tambah 1 (satu)
dari jumlah peserta utusan.
2. Permusyawaratan selain Kongres dan Kongres Luar Biasa dinyatakan sah dan dapat
berlangsung dengan tidak memandang jumlah yang hadir, apabila peserta
permusyawaratan telah diundang.

Pasal 17
Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan diutamakan dengan musyawarah mufakat
2. Jika musyawarah mufakat sebagaimana ayat 1 (satu) tidak tercapai, maka dilakukan
pemungutan suara.

BAB VI
RAPAT ORGANISASI

Pasal 18
Rapat Kerja
1. Rapat Kerja adalah forum yang kedudukannya satu tingkat di bawah permusyawaratan.
2. Rapat Kerja dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali
3. Rapat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Rapat Kerja Nasional
(Rakernas), Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil), Rapat Kerja Daerah (Rakerda), Rapat
Kerja Cabang (Rakercab) dan Rapat Kerja Ranting (Rakeran).
4. Utusan Rapat Kerja adalah unsur Dewan Pimpinan di tingkatan tersebut termasuk
Ketua Majelis Pertimbangan Barisan, dan Ketua serta Sekretaris Dewan Pimpinan satu
tingkat di bawahnya.
5. Peninjau Rapat Kerja adalah Sekretaris dan anggota Majelis Pertimbangan Barisan di
tingkatan tersebut beserta Sekretaris dan anggota Majelis Pertimbangan Barisan dan
Ketua Dewan Pimpinan dua tingkat di bawahnya
6. Kewenangan Rapat Kerja adalah:
a. Menjabarkan hasil permusyawaratan dalam bentuk program kerja;
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam setahun sebagai bagian dari
penjabaran hasil permusyawaratan dan kebijakan yang tak terlaksana dalam periode
sebelumnya;
c. Mengevaluasi kinerja kepengurusan selama masa waktu periode Rapat Kerja
sebelumnya;
d. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan program pemenangan pemilu;
15 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
e. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan materi-materi permusyawaratan
termasuk materi usulan perubahan Anggaran Dasar dan usulan Anggaran Rumah
Tangga;
f. Menetapkan pedoman kerja yang diamanatkan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga;
g. Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan
berdasarkan agenda rapat.

Pasal 19
Rapat Pimpinan
1. Rapat Pimpinan adalah forum konsolidasi organisasi yang bersifat koordinatif dan atau
konsultatif, yang dilakukan berdasarkan kebutuhan.
2. Rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Rapat Pimpinan
Nasional (Rapimnas), Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil), Rapat Pimpinan Daerah
(Rapimda), Rapat Pimpinan Cabang (Rapimcab), Rapat Pimpinan Ranting (Rapimran)
3. Peserta Rapat Pimpinan adalah semua unsur pimpinan, Ketua Majelis Pertimbangan
Barisan dan Ketua dewan pimpinan satu tingkat di bawahnya
4. Dewan pimpinan dalam kondisi tertentu dapat mengundang peninjau Rapat Pimpinan
yan ditentukan berdasarkan keputusan organisasi
5. Kewenangan Rapat Pimpinan adalah:
a. membahas persoalan strategis yang harus disikapi;
b. merumuskan rekomendasi kebijakan organisasi atas persoalan strategis yang harus
diputuskan segera melalui mekanisme pengambilan keputusan organisasi dalam
hirarki pengambilan keputusan yang lebih tinggi;
c. merumuskan, membahas, dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan
berdasarkan agenda rapat.

Pasal 20
Rapat Pleno
1. Rapat Pleno adalah forum organisasi yang kedudukannya satu tingkat di bawah Rapat
Pimpinan, yang dilaksanakan minimal tiga bulan sekali
2. Rapat Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Rapat Pleno Dewan
Pimpinan Pusat, Rapat Pleno Dewan Pimpinan Wilayah, Rapat Pleno Dewan Pimpinan
Daerah, Rapat Pleno Pimpinan Dewan Pimpinan Cabang, Rapat Pleno Dewan Pimpinan
Ranting
3. Peserta Rapat Pleno adalah semua unsur Dewan Pimpinan, Ketua Majelis Pertimbangan
Barisan, Ketua Departemen dan Anggota Departemen sesuai tingkatannya
4. Dewan Pimpinan dalam kondisi tertentu dapat mengundang peninjau Rapat Pleno yang
ditentukan berdasarkan keputusan organisasi
5. Kewenangan Rapat Pleno adalah:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan organisasi sebagai bagian dari penjabaran
hasil Rapat Kerja dan atau Rapat Pimpinan
b. membahas dan menetapkan berbagai peraturan organisasi
c. mengesahkan hasil Rapat Harian Dewan Pimpinan dan membahas permasalahan
yang harus diputuskan segera melalui mekanisme pengambilan keputusan
organisasi tentang kebijakan yang tidak bisa diputusan dalam Rapat Harian Dewan
Pimpinan
d. mengambil keputusan strategis tentang kebijakan organisasi yang tidak bisa
diputuskan dalam Rapat Harian Dewan Pimpinan.
e. membuat rekomendasi dalam pergantian pengurus

16 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
Pasal 21
Rapat Harian
1. Rapat Harian adalah forum organisasi yang kedudukannya satu tingkat di bawah Rapat
Pleno yang dilaksanakan minimal satu bulan sekali
2. Rapat Harian sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas Rapat Harian Dewan
Pimpinan Pusat, Rapat Harian Dewan Pimpinan Wilayah, Rapat Harian Dewan
Pimpinan Daerah, Rapat Harian Dewan Pimpinan Cabang, Rapat Harian Dewan
Pimpinan Ranting
3. Peserta Rapat Harian adalah semua unsur pengurus harian Dewan Pimpinan sesuai
dengan tingkatannya
4. Dewan pimpinan dalam kondisi tertentu dapat mengundang peninjau Rapat Harian yang
ditentukan berdasarkan keputusan organisasi
5. Kewenangan Rapat Harian adalah:
a. membahas dan menetapkan kegiatan dan program yang akan, sedang dan telah
dilaksanakan sesuai tingkatan perkembangannya beserta tantangan dan
permasalahan yang dihadapi
b. membahas permasalahan yang harus diputuskan segera melalui mekanisme
pengambilan keputusan organisasi dalam Rapat Harian tentang kebijakan organisasi
yang strategis dan mendesak
c. merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan
berdasarkan agenda rapat

BAB VII
STRUKTUR KEPENGURUSAN

Pasal 22
Dewan Penasehat
3. Dewan Penasehat dibentuk di setiap jenjang struktur kepengurusan
4. Dewan Penasehat berfungsi memberikan nasehat di setiap jenjang struktur
kepengurusan
5. Dewan Penasehat terdiri dari:
a. Ketua Umum Partai Amanat Nasional di tingkat DPP BM PAN
b. Ketua (DPW, DPD, DPC, dan DPRt) di setiap jenjang struktur pengurus Partai
Amanat Nasional

Pasal 23
Majelis Pertimbangan Barisan
1. Majelis Pertimbangan Barisan dibentuk di setiap jenjang struktur kepengurusan.
2. Majelis Pertimbangan Barisan berfungsi memberikan pertimbangan di setiap jenjang
kepengurusan.
3. Majelis Pertimbangan Barisan terdiri dari :
a. Mantan Ketua Umum/Ketua pada periode sebelumnya secara otomatis ditetapkan
menjadi Ketua MPB pada kepengurusan disetiap tingkatan atau jika yang
bersangkutan tidak bersedia maka bisa digantikan oleh yang lain.
b. Kader-kader yang pernah duduk dalam kepengurusan BM PAN.
c. Pimpinan Partai.
d. Tokoh-tokoh yang memiliki komitmen dengan perjuangan BM PAN.
4. Majelis Pertimbangan Barisan terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota-anggota.
5. Masa Bakti Majelis Pertimbangan Barisan sama dengan masa bakti Dewan Pimpinan
disetiap tingkatan.

17 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
Pasal 24
Struktur Kepengurusan DPP
1. Struktur Kepengurusan DPP terdiri dari :
a. Ketua Umum.
b. Wakil Ketua Umum.
c. Sekretaris Jenderal.
d. Bendahara Umum.
e. Ketua Badan
f. Wakil Sekretaris Jenderal
g. Wakil Bendahara Umum
h. Departemen
2. Untuk memaksimalkan kerja-kerja wilayah maka DPP dapat membentuk Badan
Penggalangan Pemilih Pemula (BAPILA).
3. Komposisi Badan dan jumlah Departemen dibentuk sesuai kebutuhan

Pasal 25
Stuktur Kepengurusan DPW
1. Jumlah dan komposisi Struktur di tingkat DPW disesuaikan dengan kebutuhan dengan
mengacu kepada DPP.
2. Struktur Kepengurusan DPW terdiri dari :
a. Ketua.
b. Sekretaris.
c. Bendahara.
d. Wakil Ketua.
e. Wakil Sekretaris.
f. Wakil Bendahara.
g. Departemen
3. Untuk memaksimalkan kerja-kerja daerah maka DPW dapat membentuk Badan
Penggalangan Pemilih Pemula (BAPILA).
4. Komposisi dan jumlah Departemen dibentuk sesuai dengan Badan-Badan yang ada di
DPW.

Pasal 26
Struktur Kepengususan DPD
1. Jumlah dan komposisi Struktur di tingkat DPD disesuaikan dengan kebutuhan dengan
mengacu kepada DPP dan DPW
2. Struktur Kepengurusan DPD terdiri dari :
a. Ketua.
b. Sekretaris.
c. Bendahara.
d. Wakil Ketua.
e. Wakil Sekretaris.
f. Wakil Bendahara.
g. Departemen
3. Komposisi dan jumlah Departemen yang dibentuk dapat disesuaikan dengan Badan-
Badan yang ada di DPD.

18 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
Pasal 27
Struktur Kepengurusan DPC
1. Jumlah dan komposisi Struktur di tingkat DPC disesuaikan dengan kebutuhan dengan
mengacu kepada DPP, DPW dan DPD.
2. Struktur Kepengurusan DPC terdiri dari :
a. Ketua.
b. Sekretaris.
c. Bendahara.
d. Wakil Ketua.
e. Wakil Sekretaris.
f. Wakil Bendahara.
g. Departemen
3. Komposisi dan jumlah Departemen yang dibentuk dapat disesuaikan dengan Badan-
Badan yang ada di DPC.

Pasal 28
Struktur Kepengurusan DPRt
1. Jumlah dan komposisi Struktur di tingkat DPRt disesuaikan dengan kebutuhan dengan
mengacu kepada DPP, DPW, DPD, dan DPC .
2. Struktur Kepengurusan DPRt terdiri dari :
a. Ketua.
b. Sekretaris.
c. Bendahara.
d. Unit-unit kerja.
3. Komposisi dan jumlah unit-unit kerja dibentuk sesuai dengan Badan-Badan yang ada di
DPRt.

BAB VIII
PENGESAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 29
Anggaran Rumah Tangga disahkan dan dikukuhkan oleh peserta Kongres BM PAN dan
berlaku sejak ditetapkan.

BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 30
Anggaran Rumah Tangga dapat diubah dan disempurnakan dalam Kongres.

BAB X
PENUTUP

Pasal 31
Ketentuan-ketentuan lain yang belum tercakup dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan diatur lebih lanjut oleh DPP BM PAN.

19 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 21 Agustus 2016
Jam : 17:07 wib

PIMPINAN SIDANG KONGRES V


BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

Ttd

Adi Wicaksono
Ketua

Ttd Ttd

Surya Imam Wahyudi Jubir


Anggota Anggota

Ttd Ttd

Luthfi Nasution Soni Sumarsono


Anggota Anggota

20 | B a r i s a n M u d a P e n e g a k A m a n a t N a s i o n a l
SURAT KEPUTUSAN
Nomor: BMPAN/KPTS/KU-SJ/001/X/2016

Tentang:
TIM PERUMUS HASIL KONGRES V
BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

Dengan berdasarkan moral keagamaan, kemanusiaan dan kemajemukan, Dewan Pimpinan


Pusat Barisan Muda Penegak Amanat Nasional, setelah:

Menimbang : 1. Bahwa pemuda memiliki potensi kekuatan politik yang sangat besar
sehingga perlu diberikan wadah yang representative untuk
mengaktualisasikan diri dalam dunia politik;
2. Bahwa Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN) adalah
organisasi otonom yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai
Amanat Nasional harus senantiasa mengembangkan dan
memperkuatkan jaringan organisasinya;
3. Bahwa keberadaan BM PAN dipandang secara strategis untuk
mendukung dan memperjuangkan cita-cita organisasi dalam rangka
merealisasikan visi reformasi menuju Indonesia Baru yang adil dan
demokratis;
4. Bahwa keberadaan BM PAN juga dipandang perlu untuk
mensosialisasikan diri sekaligus sebagai wadah pemersatu dan
penggalang kesatuan aspirasi politik kaum muda;
5. Bahwa dalam rangka menjalankan amanah Kongres V BM PAN maka
dipandang perlu segera membentuk Tim Perumus hasil Kongres V BM
PAN di Jakarta;
6. Bahwa untuk memberikan legitimasi bagi Tim Perumus Hasil Kongres
V BM PAN maka perlu ditetapkan dalam suatu surat keputusan.

Mengingat : 1. Nilai Dasar Perjuangan BM PAN;


2. Anggaran Dasar BM PAN;
3. Anggaran Rumah Tangga BM PAN;
4. Garis-garis Besar Haluan Organisasi BM PAN.

Memperhatikan :1. Pelaksanaan Kongres V BM PAN pada tanggal 20-22 Agustus 2016
di Jakarta;
2. Hasil Kongres V BM PAN pada tanggal 20-22 Agustus 2016 di
Jakarta;
3. Hasil Rapat Pleno I DPP BM PAN pada tanggal 08 Oktober 2016 di
Jakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Tim Perumus Hasil Kongres V BM PAN dengan susunan lengkapnya


sebagaimana terlampir;
2. Memberikan amanat kepada yang bersangkutan untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, profesional,
menjunjung tinggi transparansi dan melaporkan semua hasil kerja Tim
kepada Pengurus Harian DPP BM PAN;
3. Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan
untuk diketahui dan dilaksanakan sebagai amanat;
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau
kembali apabila terdapat kesalahan dikemudian hari.

Ditetapkan : di Jakarta
Tanggal : 08 Oktober 2016

DEWAN PIMPINAN PUSAT


BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

Ahmad Yohan Surya Imam Wahyudi


Ketua Umum Sekretaris Jenderal
Lampiran SK No: BM PAN/KPTS/KU-SJ/001/X/2016

SUSUNAN
TIM PERUMUS HASIL KONGRES V
BARISAN MUDA PENEGAK AMANAT NASIONAL

Penanggung Jawab : Ahmad Yohan


(Ketua Umum BM PAN)

Tim Perumus
Ketua : Adi Wicaksono
Sekretaris : Jubir
Anggota : Surya Imam Wahyudi
Achmad Qayyimel Alofi
Setyawati Molyna
Abdul Munir Sara
M. Khairur Razikin
Eko Winarko
Hasan Basri
Thomas Warijo
Annisa Zakiah Pasaribu
Fahmi Ilman
Eko Sulistyo

Anda mungkin juga menyukai