Anda di halaman 1dari 11

DEWAN PENGURUS PUSAT

ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA


Sekretariat: SMK N 4 Jln. Kliningan Nomor: 6, Kota Bandung Propinsi Jawa Barat, Kode Pos 40264

ANGGARAN DASAR
ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA
AD - AKSI

MUKADIMAH
Bahwa pendidikan formal mulai dari tingkat dasar hingga tingkat menengah merupakan
salah satu faktor dominan dalam mempengaruhi pembentukan sumber daya manusia yang
berkwalitas, kompeten dan jiwa pembaharu keseluruhan. Melalui pendidikan dapat dihasilkan
generasi muda yang pintar, berbudi pekerti baik, jujur, arif dan bijaksana, yang mampu
membawa masyarakat, bangsa dan negara kearah yang dicita-citakan, yakni masyarakat yang
adil makmur, sejahtera dan dinamis.
Untuk mencapai sasaran pendidikan, yaitu membentuk generasi muda yang dapat
memjamin kelangsungan hidup masyarakat, bangsa dan negara serta mampu menciptakan
kemajuan di segala bidang kehidupan sesuai dengan harapan masyarakat yang demokratis,
maka diperlukan peranan kepala sekolah yang profesional yang berorientasi pada cita-cita ideal
serta tuntutan kehidupan dan perkembangan jaman.
Dalam menjalankan fungsinya, kepala sekolah pasti akan menjumpai berbagai macam
permasalahan dan tantangan, kelebihan, dan kekurangan yang ada pada sarana dan prasarana,
sebagai input dan ouput pendidikan, serta sarana penunjang lainnya. Segala permasalahan dan
kekurangan ini harus mampu disikapi dengan paradigma ketercapaian tujuan secara optimal
dan signifikan. Agar seluruh anak didik selesai dari jenjang pendidikannya sungguh-sungguh
memiliki kompetensi yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dijalin suatu kerjasama yang harmonis,
terencana, teratur dan profesional agar seluruh potensi yang dimiliki kepala sekolah benar-
benar dapat diberdayakan secara optimal dan profesional berpihak pada kebenaran, kejujuran,
ketepatan dan kepentingan masyarakat. Sebagai wujud dari kerjasama itu, dibentuklah sebuah
asosiasi kepala sekolah yang diberi nama ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut.

BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN


Pasal 1
1. Asosiasi ini diberi nama ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA yang disingkat AKSI;
2. AKSI adalah organisasi kepala-kepala sekolah TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK,
termasuk SLB, yang terdapat diseluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dan
Sekolah Indonesia di Luar Negeri;
3. AKSI tingkat Nasional berkedudukan di Jakarta (Ibu Kota Negara), sedangkan tingkat
Propinsi dan Kota/Kabupaten berkedudukan di Propinsi dan Kota/ Kabupaten yang
bersangkutan;
4. AKSI didirikan di Bandung pada tanggal 9 Oktober 2003 untuk jangka waktu yang tidak
terbatas.

1
BAB II

AZAS
Pasal 2
AKSI didirikan berlandaskan azas Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945

BAB III

TUJUAN
Pasal 3
Tujuan didirikan AKSI adalah untuk :
1. Aktif melaksanakan dan mewujukan tujuan pendidikan Nasional
2. Mengembangkan sistem dan pelaksanaan Pendidikan Nasional
3. Menjalin solideritas antara Kepala Sekolah dari berbagai tingkatan
4. Wadah pemersatu antar kepala Sekolah.
5. Meningkatkan Profesionalisme kepala Sekolah
6. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.
7. Memberikan perlindungan (advokasi) hukum kepada Kepala Sekolah

BAB IV

ORIENTASI DAN KEDAULATAN


Pasal 4
AKSI berorientasi pada transparansi dan akuntabilitas

Pasal 5
Kedaulatan asosiasi berada ditangan anggota AKSI.

ANGGOTA
Pasal 6
Anggota AKSI adalah kepala sekolah di tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK,
dan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdapat di seluruh Indonesia dan sekolah Indonesia di luar
Negeri yang dengan sukarela mengajukan permohonan menjadi anggota serta memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA


Pasal 7

Setiap anggota AKSI berkewajiban:


1. Memenuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Menjaga nama baik dan kehormatan Organisasi.
3. Mengembangkan dan memelihara persatuan dan kesatuan, kebersamaan berdasarkan azas
kekeluargaan.
4. Memberikan waktu, pikiran dan tenaga untuk kemajuan AKSI.
5. Membayar iuran sesuai yang ditetapkan AKSI

2
Pasal 8
Setiap anggota AKSI mempunyai hak:
1. Memberikan saran dan pendapat untuk kemajuan dan perkembangan AKSI;
2. Mengikuti dan menghadiri kegiatan organisasi AKSI sesuai dengan fungsi dan peranan yang
ditetapkan oleh organisasi;
3. Memilih dan dipilih;
4. Meminta pertanggungjawaban sesuai dengan aturan yang berlaku.

BAB VI

KEPENGURUSAN
Pasal 9
Pengurus AKSI terdiri dari pengurus pusat, pengurus Propinsi dan pengurus Kota/Kabupaten.
Pasal 10
Pengurus AKSI meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia dan sekolah Indonesia di luar Negeri.
Pengurus propinsi meliputi wilayah provinsi, pengurus kota/kabupaten meliputi seluruh wilayah kota/
kabupaten yang bersangkutan.

Pasal 11
Pengurus AKSI meliputi Dewan Pengurus dan Dewan Penasehat

Pasal 12
1. Syarat menjadi anggota Dewan Pengurus dan Dewan Penasehat ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
2. Dewan Pengurus dan Dewan Penasehat diangkat melalui Kongres

Pasal 13
Dewan Pengurus terdiri:
1. Seorang Ketua Umum;
2. Beberapa Orang Ketua;
3. Seorang Sekretaris Jenderal dengan beberapa Sekretaris;
4. Seorang Bendahara dengan Wakil Bendahara;
5. Beberapa Departemen, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi;

Pasal 14
Tugas Dewan Pengurus adalah:
1. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kongres Nasional
2. Menyusun dan melaksanakan program kerja asosiasi dan menetapkan kebijakan strategis
untuk mewujudkan tujuan asosasi;
3. Mengadakan hubungan, kerjasama, dan konsultasi dengan Kementerian, Instansi atau
badan lain yang dipandang perlu dalam pencapaian tujuan asosiasi;
4. Menyuarakan aspirasi kepala-kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
nasional dan kualitas sumber daya manusia sebagai produk pendidikan;
5. Memberikan advokasi kepada anggota.

Pasal 15
Dewan Penasihat terdiri dari seorang ketua dan beberapa orang anggota sesuai keperluan;

3
Pasal 16
Dewan Penasihat adalah pengurus yang tugasnya baik diminta maupun tidak memberi saran,
pendapat, nasehat, dan pertimbangan kepada Dewan Pengurus dalam menjalankan roda organisasi
serta dalam penetapan kebijakan strategis dan pencapaian tujuan asosiasi.

BAB VII

FORUM ORGANISASI
Pasal 17
Forum Organisasi meliputi:
1. Kongres;
2. Rapat Kerja, dan
3. Rapat Pimpinan.

Pasal 18
1. Kongres adalah forum rapat yang bertugas untuk memilih, menetapkan, dan melantik
kepengurusan serta menetapkan kebijakan strategis asosiasi;
2. Kongres yang dilaksanakan di tingkat pusat disebut kongres Nasional, yang dilaksanakan di
tingkat Propinsi disebut Kongres Propinsi, dan yang dilaksanakan di kota/kabupaten disebut
kongres kota/kabupaten;
3. Kongres Nasional, Kongres Propinsi, dan Kongres Kota/Kabupaten dilaksanakan satu kali
dalam 4 (empat) tahun;
4. Apabila dalam menjalankan roda organisasi terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, atau terjadi perstiwa-peristiwa yang tidak
dikehendaki, maka bila dipandang perlu dilaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB).
Pengaturan Kongres Luar Biasa ditetapkan dalam rapat pimpinan.

Pasal 19
1. Rapat kerja organisasi adalah forum rapat yang bertugas untuk menyusun dan menetapkan
program kerja organisasi untuk jangka waktu 4 (empat) Tahun;
2. Rapat kerja dilaksanakan di tingkat Pusat, Propinsi dan Kota/Kabupaten.
3. Peserta rapat kerja adalah anggota kepengurusan pada masa jabatan yang bersangkutan
dan/ atau yang ditetapkan lain oleh rapat Pimpinan;
4. Rapat kerja dilaksanakan sedikitnya sekali dalam 4 (empat) tahun.

Pasal 20
1. Rapat pimpinan adalah forum rapat tingkat pimpinan dengan pengurus;
2. Anggota Rapat Pimpinan adalah ketua Umum, Ketua-ketua, Sekretaris Jenderal dan
beberapa Sekretaris, Bendahara, dan Wakil bandahara, serta Ketua-ketua Departemen.
Anggota rapat Pimpinan propinsi dan kota/Kabupaten berpedomankan pada Rapat
Pimpinan Tingkat Pusat;
3. Rapat pimpinan dapat dilaksanakan secara berkala dan dapat juga dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan Organisasi.

4
BAB VIII

HARTA KEKAYAAN
Pasal 21
1. Harta kekayaan AKSI adalah semua kekayaan berbentuk uang, surat berharga, dan barang
bergerak maupun tidak bergerak di segenap kepengurusan;
2. Pengawasan terhadap penggunaan harta kekayaan dilakukan oleh seluruh anggota AKSI dari
setiap Kota/Kabupaten, Propinsi, dan Pusat.
3. Pelaporan penggunaan harta kekayaan asosiasi terlebih dahulu diperiksa oleh Akuntan publik.

BAB IX

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


Pasal 22
1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga adalah wewenang Kongres Nasional;
2. Kongres Nasional pada ayat (1) Pasal ini, sah apabila dihadiri lebih dari 50% dari jumlah yang
hadir.
3. Perubahan AD/ART harus disetujui oleh sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah yang hadir.

PENUTUP
Pasal 23
1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga dan Peraturan Organisasi.
2. Untuk pertama kali anggaran Dasar ini berlaku melalui Kongres I tahun 2006 AKSI;
3. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Bandung, 10 NOVEMBER 2017

DEWAN PENGURUS PUSAT


ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA
Ketua Umum, Sekertaris Jenderal,

Dr. Drs. Asep Tapip Yani, M.Pd. Dr. Drs. Zulkarnain, M.M.Pd.

5
DEWAN PENGURUS PUSAT
ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA
Sekretariat: SMK N 4 Jln. Kliningan Nomor: 6, Kota Bandung Propinsi Jawa Barat, Kode Pos 40264

ANGGARAN RUMAH TANGGA


ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA
(ART AKSI)

BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Anggaran Rumah Tangga (ART) ini bersumber pada Anggaran Dasar ASOSIASI KEPALA
SEKOALAH INDONESIA (AKSI) yang berlaku

Pasal 2
1. AKSI merupakan asosiasi kepala sekolah mulai dari tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/Mts, hingga
SMA/MA/SMK, sekolah luar biasa di seluruh Indonesia, dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri..
2. AKSI pusat berkedudukan di Jakarta (Ibu Kota Negara).

BAB II

KEANGGOTAAN
Pasal 3
1. Anggota AKSI terdiri dari anggota biasa dan anggota kehormatan
2. Anggota Biasa adalah kepala sekolah dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTs hingga SMA/MA/SMK,
Sekolah Luar Biasa, dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri.
3. Anggota kehormatan adalah mereka yang menaruh perhatian dan yang telah berjasa secara
luar biasa kepada AKSI tetapi bukan Kepala Sekolah.

Pasal 4
1. Pendaftaran anggota biasa dan anggota kehormatan dilakukan secara tertulis dengan mengisi
formulir pendaftaran yang disediakan oleh AKSI.
2. Setiap anggota yang mendaftarkan diri akan mendapatkan kartu anggota yang dikeluarkan oleh
AKSI.

Pasal 5
Berhentinya keanggotaan seorang anggota dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Meninggal dunia.
2. Atas permintaan sendiri secara tertulis;
3. Diberhentikan dari keanggotaan berdasarkan keputusan pengurus AKSI;
4. Yang bersangkutan tidak lagi menjabat kepala sekolah.

Pasal 6
1. Keputusan Pengurus AKSI untuk memberhentikan anggota didasarkan pada pertimbangan
sebagai berikut:
a. Anggota melakukan tindakan yang merugikan Negara dan Bangsa
b. Anggota melakukan tindakan yang merugikan pendidikan Nasional Indonesia;
c. Anggota tidak melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan AKSI.

6
2. Anggota yang diberhentikan diberi kesempatan membela diri di dalam Forum Kongres AKSI
atau Forum yang sengaja dibentuk untuk maksud tersebut.
3. Anggota yang sudah diberhentikan dapat direhabilitasikan kembali.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA


Pasal 7
Hak Anggota
1. Anggota biasa berhak untuk :
a. Memberikan saran dan pendapat untuk kemajuan dan perkembangan AKSI;
b. Mengikuti dan menghadiri kegiatan organisasi AKSI sesuai dengan fungsi dan
peranannya masing-masing, atau yang ditetapkan oleh organisasi;
c. Memilih dan dipilih;
d. Meminta pertanggungjawaban organisasi sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. Anggota kehormatan mempunyai hak menyampaikan pendapat, tetapi tidak memiliki hak
memilih dan dipilih.

Pasal 8
Kewajiban Anggota
Anggota biasa dan anggota kehormatan wajib:
1. Menjunjung tinggi nama baik AKSI.
2. Mematuhi dan melaksanakan segala keputusan AKSI
3. Memajukan dan mengembangkan AKSI;
4. Membayar uang iuran awal dan iuran anggota. Anggota kehormatan dibebaskan dari
kewajiban membayar uang iuran awal dan iuran anggota.

BAB IV

PENGURUS
Pasal 9
1. Pengurus AKSI Pusat dibentuk melalui Kongres Nasional, sedangkan pengurus AKSI
PROPINSI dibentuk melalui Kongres Propinsi, dan Pengurus AKSI KOTA/ KABUPATEN
dibentuk oleh Kongres kota/kabupaten.
2. Pengurus AKSI adalah mereka yang memiliki dedikasi dan reputasi terhadap pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan masyarakat.
3. Ketua Umum AKSI dipilih untuk masa jabatan 4 (empat) tahun, dan dapat dipilih kembali untuk
2 (dua) kali masa jabatan.

Pasal 10
1. Pengurus AKSI terdiri dari pengurus pusat, pengurus Propinsi, dan pengurus kota/kabupaten;
2. Pengurus Pusat AKSI meliputi Dewan penasehat pusat dan dewan pengurus Pusat, pengurus
propinsi meliputi dewan penasehat provinsi dan dewan pengurus provinsi, pengurus
kota/kabupaten meliputi dewan penasehat kabupaten/kota dan dewan pengurus
kota/kabupaten.

7
Pasal 11
1. Dewan Penasehat terdiri dari seorang ketua dan beberapa orang anggota sesuai keperluan.
Masa jabatan Dewan Penasehat adalah 4 (empat) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali;
2. Ketua dan anggota Dewan Penasehat Pusat dipilih dalam Kongres Nasional, Ketua dan
anggota Dewan Penasehat propinsi dipilih dalam Kongres Propinsi, dan ketua dan anggota
Dewan Penasihat kota/Kabupaten dipilih dalam Kongres Kota/Kabupaten;

Pasal 12
Dewan Penasehat bertugas memberikan petunjuk, saran dan pendapat yang dianggap perlu dalam
memajukan dan mengembangkan organisasi atau melaksanakan program dan kegiatan untuk
pencapaian tujuan yang direncanakan, baik diminta maupun tidak .

Pasal 13
1. Rapat Dewan Penasehat dilaksanakan berdasarkan kebutuhan Dewan Penasehat;
2. Rapat Dewan Penasehat dipimpin oleh ketua Dewan Penasehat atau salah seorang anggota
apabila ketua berhalangan hadir;
3. Keputusan rapat dianggap sah apabila rapat di hadiri oleh setengah lebih satu dari jumlah
anggota dan keputusan itu disetujui oleh setengah lebih satu dari jumlah yang hadir.

Pasal 14
Dewan Pengurus Terdiri dari:
1. Seorang Ketua Umum
2. Beberapa orang ketua;
3. Seorang sekretaris Jenderal dengan beberapa wakil sekretaris;
4. Seorang bendahara dengan beberapa wakil bendahara;
5. Ketua-ketua Departemen dengan beberapa anggota-anggota Departemen.

Pasal 15
Tugas-tugas pokok Dewan Pengurus Pusat AKSI adalah:
1. melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kongres Nasional;
2. Menyusun program kerja AKSI dalam masa jabatan kepengurusannya serta melaksanakannya.
3. Memberikan laporan secara berkala kepada anggota;
4. Mengadakan hubungan, kerjasama, dan konsultasi dengan departemen dan atau dinas
pendidikan nasional, instansi atau badan lain yang di pandang perlu dalam pelaksanaan
program kerja dan pencapaian tujuan AKSI;
5. Menyuarakan aspirasi kepala-kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
nasional dan kualitas sumber daya manusia sebagai produk pendidikan.

Pasal 16
1. Dewan pengurus propinsi yang disebut Dewan Pengurus Daerah (DPD) berkedudukan di
ibukota propinsi di seluruh Indonesia dan dewan pengurus kota/kabupaten yang disebut Dewan
Pengurus Cabang (DPC) berkedudukan di kota atau ibu kota kabupaten.
2. Di setiap propinsi hanya ada satu kepengurusan DPD AKSI PROPINSI dan terdapat beberapa
kepengurusan DPC AKSI kota/kabupaten sesuai dengan kebutuhan kota/kabupaten;
3. Susunan kepengurusan dan tugas pokok DPD AKSI PROPINSI dan DPC AKSI
KOTA/KABUPATEN berpedomankan kepada susunan kepengurusan dan tugas pokok AKSI
PUSAT.

8
BAB V

KONGRES NASIONAL
DAN KONGRES NASIONAL LUAR BIASA
Pasal 17
1. Kongres Nasional diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali dan diikuti oleh anggota pengurus
AKSI pusat, propinsi dan kota/kabupaten
2. Jumlah peserta Kongres Nasional dari kota/kabupaten, propinsi dan pusat ditentukan dalam
Forum yang di tetapkan untuk itu;
3. Pengurus AKSI PUSAT akan menentukan waktu, tempat dan agenda Kongres Nasional.
4. Pengurus-pengurus Propinsi dan kota/kabupaten diundang secara resmi untuk menghadiri
Kongres Nasional dan undangan disampaikan sebelum kongres Nasional dilaksanakan.
5. Setahun sebelum pelaksanaan Kongres Nasional, Ketua Umum telah membentuk Panitia
pelaksana Kongres Nasional yang bertugas merancang dan mengatur penyelenggaraan
kongres.

Pasal 18
1. Setiap keputusan dalam kongres ditempuh dengan cara mufakat, dan apabila mufakat tidak
tercapai, maka dilakukan pemungutan suara. Dalam pemungutan suara, keputusan dinyatakan
sah apabila disetujui setengah (50%)lebih satu dari jumlah peserta kongres yang hadir.
2. Keputusan Kongres Nasional dalam memilih ketua Umum dilakukan berdasarkan suara
terbanyak dari seluruh anggota yang hadir.

Pasal 19
1. Kongres Nasional berhak menetapkan Anggran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Program
kerja serta ketentuan-ketentuan lain yang menyangkut organisasi, serta meninjau dan merubah
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan-ketentuan lain Organisasi.
2. Kongres Nasional merupakan tempat pertanggungjawaban Pengurus AKSI PUSAT.
3. Kongres Nasional bertugas memilih Ketua Umum dan menetapkan kebijaksanaan pengurus
AKSI PUSAT.

Pasal 20
1. Apabila dalam masa jabatannya Ketua Umum meninggal dunia atau Ketua Umum dalam
melaksanakan tugasnya menyimpang dari AD/ART, atau dijatuhkan hukuman pidana oleh
Badan Peradilan Negara, maka untuk hal ini dapat dilaksanakan Kongres Nasional Luar Biasa.
2. Kongres Nasional Luar Biasa dapat dilakukan berdasarkan usulan Dewan Penasehat dan/atau
usulan dari anggota yang didukung sekurang-kurangnya setengah lebih satu dari seluruh jumlah
kepengurusan cabang yang ada.

BAB VI

RAPAT KERJA
Pasal 21
1. Rapat Kerja diselenggarakan sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun sekali. Rapat Kerja Nasional
diselenggarakan setelah kepengurusan pusat terbentuk melalui kongres Nasional, rapat kerja
Propinsi diselenggarakan selambat-lambatnya sebulan sebelum kongres nasional, dan rapat
kerja Kota/kabupaten diselengarakan selambat-lambatnya sebulan sebelum Rapat Kerja
Propinsi diselengarakan;

9
2. Rapat kerja diikuti oleh seluruh anggota Pengurus AKSI untuk Periode yang bersangkutan.
3. Rapat kerja AKSI tingkat pusat disebutkan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS), Rapat kerja
tingkat provinsi disebut Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) provinsi, dan Rapat kerja tingkat
kota/kabupaten disebut Rapat Kerja Cabang (RAKERCAB) kabupaten/kota;

Pasal 22
1. Rapat Kerja Nasional selain diikuti oleh seluruh anggota pengurus Pusat, juga menyertakan
kepengurus Propinsi dan kota/kabupaten
2. Jumlah utusan Propinsi dan kota/kabupaten ditentukan dalam rapat pimpinan.
3. Rapat kerja daerah (RAKERDA) propinsi dibuka oleh pengurus pusat, rapat kerja cabang
(RAKERCAB) kota/kabupaten dibuka oleh pengurus Propinsi.

Pasal 23
1. Rapat Kerja Nasional bertugas untuk menetapkan Program kerja AKSI dan kebijakan strategis
untuk periode kepengurusan yang bersangkutan;
2. Rapat kerja Propinsi dan kota/kabupaten bertugas selain menetapkan Program kerja dan
kebijakan Strategis, Juga berwenang menetapkan utusan wilayahnya untuk menghadiri Kongres
Nasional dan Rapat Kerja Nasional.

BAB VII
RAPAT PIMPINAN
Pasal 24
1. Rapat Pimpinan adalah rapat tingkat pimpinan yang pesertanya adalah ketua Umum, Ketua-
ketua, skretaris, bandahara, dan Ketua-ketua departemen/Bidang.
2. Rapat Pimpinan bertugas untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang insidental, kebijakan
yang membutuhkan penanggulangan sesegera mungkin, dan menjatuhkan sanksi kepada
anggota atau anggota pengurus yang melanggar AD/ART dan yang dijatuhi hukuman pidana
tetap oleh Badan Peradilan yang berwenang;
3. Rapat Pimpinan juga dapat merehabilitas keanggotaan yang telah dijatuhkan sanksi Organisasi

BAB VIII
KEKAYAAN
Pasal 25
1. Setiap anggota AKSI Kecuali anggota kehormatan, wajib membayar iuran awal yang dibayar
satu kali saja iuran tahunan anggota yang besarnya ditetapkan melalui Kongres Nasional
2. Iuran awal dan iuran tahunan anggota dikelola oleh dewan pengurus AKSI untuk kepentingan
organisasi.
3. Besarnya iuran anggota dan alokasinya untuk AKSI PROPINSI dan KOTA/KABUPATEN
ditetapkan dalam Kongres Nasional.

Pasal 26
1. Pengurus dengan segala kemampuan organisasi diberikan wewenang untuk meningkatkan
kekayaan organisasi sejauh tidak menyimpang dari etika moral dan kebijakan organisasi.
2. Penggunaan dan tata cara pencatatan keuangan diatur dan ditentukan oleh Dewan Pengurus
AKSI dan dilaporkan serta dipertanggungjawabkan oleh Dewan Pengurus AKSI kepada anggota
dalam Kongres Nasional.
3. Laporan keuangan pengurus AKSI akan diperiksa oleh Akuntan Publik secara berkala setiap
Tahun.

10
Pasal 27
1. Harta bergerak dan harta tidak bergerak yang merupakan kekayaan AKSI PUSAT, PROPINSI,
atau KOTA/KABUPATEN dikelolah oleh pengurus yang bersangkutan.
2. Dengan alasan apa pun, Pengurus tidak berwenang memindahkan kekayaan Organisasi.

BAB IX

ATURAN PERALIHAN
Pasal 28
1. Sebelum Kongres Nasional diselenggarakan, rapat kerja diberi wewenang untuk menetapkan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kebijaksaan Umum Organisasi, dan
Penyempurnaan Kepengurusan AKSI PUSAT.
2. Kepengurusan AKSI PUSAT yang dibentuk pertama kali dalam rapat kerja mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan kepengurusan yang dibentuk melalui Kongres Nasinal.

BAB X

PENUTUP
Pasal 29
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggran Rumah Tangga ini akan diatur kemudian oleh Dewan
Pengurus AKSI PUSAT dengan mempertimbangkan saran dan pendapat Dewan Penasehat.
2. Anggaran Rumah Tangga ini dimulai berlaku sejak ditetapkan.

Bandung, 10 NOVEMBER 2017

DEWAN PENGURUS PUSAT


ASOSIASI KEPALA SEKOLAH INDONESIA
Ketua Umum, Sekertaris Jenderal,

Dr. Drs. Asep Tapip Yani, M.Pd. Dr. Drs. Zulkarnain, M.M.Pd.

11

Anda mungkin juga menyukai