Anda di halaman 1dari 32

AD ART MUSLIMAT

BAGIAN PERTAMA

ANGGARAN DASAR
MUSLIMAT NAHDLATUL ’ULAMA

MUKADDIMAH

Dengan Rahmat Allah SWT.

Bahwa sesungguhnya perjuangan rakyat Indonesia dalam menegakkan dan mengisi


kemerdekaan RI berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menuju
terwujudnya masyarakat yang aman dan sejahtera, adil makmur dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia yang diridloi Allah SWT, Perempuan Muslim (Muslimat)
Indonesia bertekad untuk selalu meningkatkan martabat dan kedudukan sebagai
pribadi, Istri, Ibu dan anggota masyarakat.
Bahwa Perempuan Muslim bekerjasama dengan seluruh kekuatan bangsa dan
seluruh lapisan masyarakat Indonesia berusaha menegakkan asas Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam permusyawaratan / Perwakilan,
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bahwa cita-cita perjuangan bangsa Indonesia tersebut membutuhkan peran aktif
perempuan Muslim yang berfaham dan berperilaku Ahlussunah Wal Jama’ah
mengikuti salah satu dari madzhab empat : Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hambali.
Bahwa pada tanggal 26 Raobiul Akhir 1365 H bertepatan dengan tanggal 29 Maret
1946 Muslimat NU menyatakan : “DENGAN WADAH PERJUANGAN MUSLIMAT NU,
PEREMPUAN ISLAM AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH MENGABDI PADA AGAMA,
BANGSA dan NEGARA”, berpegang pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang disusun sebagai berikut :
BAB I
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 1

1. Organisasi ini bernama “MUSLIMAT NAHDLATUL ‘ULAMA” disingkat “MUSLIMAT


NU” merupakan Badan Otonom dari Jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama, didirikan pada
tanggal 26 Robi’ul Akhir 1365 H bertepatan dengan 29 Maret 1946 M di
Purwokerto untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
2. Pimpinan Pusat Muslimat NU berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia.

BAB II
AQIDAH DAN ASAS
Pasal 2

Muslimat NU beraqidah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dan mengikuti salah satu
dari madzhab empat : Hanafi, Syafi’I, Hambali dan Maliki.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Muslimat NU berasas dan
berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945

BAB III
SIFAT
Pasal 3

Muslimat NU adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial keagamaan.

BAB IV
VISI DAN MISI
Pasal 4

Visi Muslimat NU :
Terwujudnya masyarakat sejahtera yang dijiwai ajaran Islam Ahlusunnah wal jamaah
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkemakmuran dan berkeadilan
yang diridloi Allah SWT.

Pasal 5

Misi Muslimat NU adalah :


1. Mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya perempuan, yang sadar
beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya perempuan, yang berkualitas,
mandiri dan bertaqwa kepada Allah SWT.
3. Mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya perempuan, yang sadar akan
kewajiban dan haknya menurut ajaran Islam baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota masyarakat.
4. Melaksanakan tujuan Jam’iyyah NU sehingga terwujudnya masyarakat adil dan
makmur yang merata dan diridhoi Allah SWT.

BAB V
STRATEGI
Pasal 6

Untuk mencapai visi dan misi yang dimaksud dalam Pasal 4 dan 5 Muslimat NU
menentukan strategi sebagai berikut :

1. Mempersatukan gerak kaum Perempuan Indonesia, khususnya Perempuan Islam


Ahlussunah Wal Jamaah.
2. Meningkatkan kualitas Perempuan Indonesia yang cerdas, terampil, dan
kompetitif, sebagai bentuk tanggungjawab terhadap Agama, Bangsa, Negara dan
membentuk generasi penerus bangsa yang taat beragama.
3. Bergerak aktif dalam kegiatan pelayanan masyarakat di bidang:
a) Peribadatan, dakwah, dan penerangan
b) Sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan hidup.
c) Pendidikan
d) Hukum dan Advokasi
e) Usaha Kemasyarakatan lainnya yang tidak bertentangan dengan tujuan
organisasi.
4. Meningkatkan jejaring dan kerjasama dengan badan-badan Lembaga/organisasi
lain yang tidak bertentangan dengan visi dan misi organisasi.

BAB VI
LAMBANG
Pasal 7

Lambang Muslimat NU
Arti Lambang :
 Bola dunia terletak ditengah-tengah berarti tempat kediaman untuk mengabdi
dan beramal guna mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
 Tali yang mengikat berarti agama Islam sebagai pengikat kehidupan manusia,
untuk mengingatkan agar selalu tolong menolong terhadap sesama dan
meningkatkan taqwa kepada Allah SWT.
 Lima buah bintang terletak diatas, yang terbesar dipuncak berarti : Sunnah
Rasulullah SAW yang diikuti dengan setia oleh empat sahabat besar : Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali Radhiyallah’anhum.

Arti seluruh bintang yang berjumlah sembilan buah yaitu : Walisongo atau Wali
Sembilan yang berarti dalam berdakwah meneladani tata cara Wali Songo, yakni
dengan cara damai dan bijaksana tanpa kekerasan.

Arti Warna:
 Putih melambangkan ketulusan dan keihlasan.
 Hijau melambangkan kesejukan dan kedamaian.
 Tulisan Nahdlatul Ulama berarti : Muslimat NU bagian yang senantiasa
meneruskan dan mencerminkan perjuangan ulama.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 8

1. Setiap Perempuan berwarga Negara Indonesia yang beragama Islam dan


berwawasan Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
2. Syarat dan tata cara penerimaan anggota, diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB VIII
TINGKATAN PIMPINAN
Pasal 9
Muslimat NU memiliki jenjang tingkatan Kepemimpinan sebagai berikut :
1. Pimpinan Pusat (PP) untuk Tingkat Pusat
2. Pimpinan Wilayah (PW) untuk Tingkat Propinsi
3. Pimpinan Koordinator Daerah (PKORDA) untuk Tingkat eks Karesidenan
4. Pimpinan Cabang (PC) untuk Tingkat Kabupaten / Kota
5. Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) untuk Cabang di luar negeri
6. Pimpinan Anak Cabang (PAC) untuk Tingkat Kecamatan
7. Pimpinan Ranting (PR) untuk Tingkat Kelurahan / Desa
8. Pimpinan Anak Ranting (PAR) untuk Tingkat Dusun/ RW

BAB IX
PIMPINAN
Pasal 10
Pimpinan terdiri atas :
1. Dewan Penasehat
2. Dewan Pakar
3. Pimpinan Harian
4. Bidang – Bidang
Pasal 11

Muslimat NU mempunyai bidang-bidang sebagai berikut :


1. Organisasi, dan Keanggotaan
2. Pendidikan dan Kaderisasi
3. Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup
4. Kesehatan
5. Dakwah
6. Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis
7. Tenaga Kerja
8. Hukum dan Advokasi
9. Penelitian dan Pengembangan, Komunikasi dan Informasi
10. Hubungan Luar Negeri dan Pengembangan Jejaring

BAB X
PERMUSYAWARATAN
Pasal 12

Muslimat NU Mengadakan permusyawaratan sebagai berikut :


1. Kongres
2. Rapat Kerja disesuaikan tingkatannya
3. Konferensi Wilayah
4. Konferensi Koordinator Daerah
5. Konferensi Cabang
6. Konferensi Anak Cabang
7. Konferensi Ranting
8. Rapat Anggota

Pasal 13
KONGRES

1. Kongres adalah Lembaga Permusyawaratan tertinggi di dalam Muslimat NU.


2. Kongres diadakan lima tahun sekali atas undangan dan dipimpin oleh Pimpinan
Pusat.
3. Kongres dihadiri oleh :
a) Pimpinan Pusat
b) Pimpinan Wilayah
c) Pimpinan Cabang
d) Peninjau
e) Undangan

Pasal 14
RAPAT KERJA

1. Rapat Kerja Nasional (Rakernas)


2. Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
3. Rapat Kerja Cabang (Rakercab)

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 15

Keuangan dan Kekayaan Muslimat NU diperoleh dari :


1. Uang Pangkal
2. Uang Iuran
3. Bantuan yang tidak mengikat
4. Usaha lain yang halal

BAB XII
PERANGKAT
Pasal 16

Muslimat NU mempunyai Perangkat :


1. Berbadan hukum, yaitu :
a) Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU disingkat YKM NU
b) Yayasan Pendidikan Muslimat NU Bina Bakti Wanita disingkat YPM NU
c) Yayasan Haji Muslimat NU disingkat YHM NU
d) Koperasi An-Nisa’

2. Tidak berbadan hukum, yaitu :


a) Himpunan Da’iyah dan Majlis Ta’lim Muslimat NU (HIDMAT NU)
b) Ikatan Haji Muslimat NU (IHM NU)
c) Ikatan Guru TK Muslimat NU (IGTK)
d) Ikatan Guru RA Muslimat NU (IGRA)
e) Ikatan Pengelola TK Muslimat NU
f) Ikatan Pengelola RA Muslimat NU
g) Ikatan Guru Taman Pendidikan Al Qur’an Muslimat NU
h) Ikatan Pengelola Taman Pendidikan Al Qur’an Muslimat NU

3. Ketentuan lebih lanjut tentang perangkat akan diatur dalam Pedoman


Pelaksanaan

BAB XIII
PERUBAHAN
Pasal 17
Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Kongres

BAB XIV
PEMBUBARAN dan PENYERAHAN HAK MILIK
Pasal 18
Jika Organisasi Muslimat NU dinyatakan bubar, maka hak miliknya diserahkan
kepada perangkat Muslimat yang berbadan hukum atau jam’iyyah NU setempat.

BAB XV
PENUTUP
Pasal 19
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
2. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak disahkan.

Ditetapkan di : Batam
Pada tanggal : 31 Maret 2006
ANGGARAN RUMAH TANGGA
MUSLIMAT NAHDLATUL ’ULAMA

BAB I
ANGGOTA
Pasal 1
Anggota Muslimat NU terdiri dari :
1. Anggota Biasa
2. Anggota Kehormatan ialah tokoh Perempuan yang bersimpati kepada Muslimat
NU
3. Anggota Istimewa ialah: Perintis dan Mantan Pengurus yang berjasa kepada
Muslimat NU.

Pasal 2
SYARAT dan TATA CARA MENJADI ANGGOTA
1. Setiap Perempuan Indonesia yang beragama Islam berusia 27 tahun ke atas atau
yang sudah menikah dan menyetujui Aqidah dan Asas serta Visi dan Misi
Muslimat NU dapat diterima menjadi anggota.
2. Bagi yang berminat menjadi anggota hendaknya mengajukan permohonan
kepada Pengurus Ranting setempat dengan surat atau tulisan dan memberikan
uang pangkal Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
3. Jika di daerah tersebut belum didirikan Ranting, maka permohonannya diajukan
kepada Pengurus Cabang.
4. Jika permohonannya dikabulkan maka ia akan menerima Kartu Tanda Anggota
dan jika ditolak, uang pangkal akan dikembalikan. Penolakan tersebut dengan
alasan yang kuat, yaitu alasan Syar’i atau organisasi. Pengurus diwajibkan
menerangkan alasan penolakannya secara tertulis.
5. Anggota kehormatan, anggota istimewa dapat diterima apabila diajukan oleh
Pimpinan Cabang atau Pimpinan Wilayah, dan disahkan oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 3
KEWAJIBAN ANGGOTA
Setiap anggota Muslimat NU wajib :
1. Setia dan taat kepada Aqidah dan Asas serta Visi dan Misi Muslimat NU dan
mendukung usaha yang diadakan oleh organisasi.
2. Membayar iuran anggota sebesar Rp.500,- (lima ratus rupiah) setiap bulan.
3. Menghadiri rapat dan permusyawaratan yang diselenggarakan Muslimat NU.
4. Memupuk dan memelihara Ukhuwah Islamiyah.
5. Memberi sumbangan kepada organisasi bila diperlukan

Pasal 4
HAK ANGGOTA
1. Turut serta dalam usaha dan kegiatan yang diselenggarakan Muslimat NU.
2. Mengajukan usul, mengeluarkan pendapat dan memberikan suara dalam rapat
anggota.
3. Mendapatkan informasi, pelayanan, perlindungan dan pembelaan.

Pasal 5
BERHENTINYA ANGGOTA
Anggota Muslimat NU berhenti dari keanggotaannya karena:
a. Meninggal dunia
b. Atas permintaan sendiri
c. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Aqidah dan Asas, serta
merusak nama baik organisasi.

Pasal 6
TATA CARA PEMBERHENTIAN

1. Pimpinan Cabang berkewajiban terlebih dahulu memanggil anggota yang


bersangkutan untuk memberi penjelasan (tabayun).
2. memperingatkan anggota yang bersangkutan secara lisan dan tertulis sebagai
peringatan pertama supaya memperbaiki kesalahannya dalam waktu paling lama
tiga puluh hari.
3. Jika yang bersangkutan masih melakukan pelanggaran, maka akan diberi
peringatan yang kedua kalinya untuk memperbaiki kesalahannya dalam waktu
paling lama tiga puluh hari.
4. Jika pada peringatan kedua masih melakukan pelanggaran, maka dilaporkan
kepada Pimpinan Wilayah untuk diambil keputusan
5. Keputusan dapat dijatuhkan berupa skorsing, pemberhentian sementara selama
tiga bulan sambil menunggu perubahan perilaku anggota yang bersangkutan.
6. Jika dalam waktu yang ditentukan belum menunjukkan itikad baiknya maka
Pimpinan Wilayah dapat mengeluarkan surat keputusan pemberhentian sebagai
anggota Muslimat NU.

BAB II
SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI

Pasal 7
PIMPINAN PUSAT
1. Pimpinan lengkap terdiri atas :
Dewan Penasehat
Dewan Pakar
Pimpinan Harian
Bidang-Bidang

2. Pimpinan Harian terdiri atas:


Ketua Umum
Ketua I
Ketua II
Ketua III
Ketua IV
Ketua V
Ketua VI

Sekretaris Umum
Sekretaris I
Sekretaris II
Sekretaris III
Sekretaris IV
Sekretaris V

Bendahara Umum
Bendahara I
Bendahara II

3. Bidang-bidang terdiri atas :


a. Organisasi, dan Keanggotaan
b. Pendidikan dan Kaderisasi
c. Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup
d. Kesehatan
e. Dakwah
f. Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis
g. Tenaga Kerja
h. Hukum dan Advokasi
i. Penelitian dan Pengembangan, Komunikasi dan Informasi
j. Hubungan Luar Negeri dan Pengembangan Jaringan

Pasal 8

PIMPINAN WILAYAH
1. Pimpinan lengkap terdiri atas :
Dewan Penasehat
Dewan Pakar
Pimpinan Harian
Bidang-Bidang
2. Pimpinan Harian terdiri atas :
Ketua
Ketua I
Ketua II
Ketua III
Ketua dapat ditambah satu orang lagi apabila diperlukan

Sekretaris
Sekretaris I
Sekretaris II
Sekretaris III

Bendahara
Bendahara I
Bendahara II

3. Bidang-bidang terdiri dari :


a. Organisasi, dan Keanggotaan
b. Pendidikan dan Kaderisasi
c. Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup
d. Kesehatan
e. Dakwah
f. Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis
g. Tenaga Kerja
h. Hukum dan Advokasi
i. Penelitian dan Pengembangan, Komunikasi dan Informasi
j. Hubungan Luar Negeri dan Pengembangan Jaringan

Pasal 9

PIMPINAN KOORDINATOR DAERAH


Pimpinan Koordinator Daerah terdiri atas :
Ketua I
Ketua II
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara
Bidang disesuaikan dengan kebutuhan

Pasal 10
PIMPINAN CABANG
Pimpinan Cabang terdiri atas :
1. Pimpinan lengkap terdiri atas :
Dewan Penasehat
Dewan Pakar
Pimpinan Harian
Bidang-Bidang

2. Pimpinan Harian terdiri atas :


Ketua
Ketua I
Ketua II

Sekretaris
Sekretaris I
Sekretaris II

Bendahara I
Bendahara II
(dapat ditambah satu orang ketua apabila diperlukan)

3. Bidang-Bidang terdiri atas :


a. Organisasi, dan Keanggotaan
b. Pendidikan dan Kaderisasi
c. Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup
d. Kesehatan
e. Dakwah
f. Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis
g. Tenaga Kerja
h. Hukum dan Advokasi
i. Penelitian, Pengembangan, Komunikasi dan Informasi
j. Hubungan Luar Negeri dan Pengembangan Jjaringan
(Pembentukan struktur untuk bidang bidang disesuaikan dengan kebutuhan Cabang
masing-masing).

Pasal 11
PIMPINAN ANAK CABANG
1. Pimpinan lengkap terdiri atas :
Penasehat
Pimpinan Harian
Bidang-Bidang

2. Pimpinan Harian :
Ketua I
Ketua II
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II

3. Bidang-Bidang terdiri atas :


a. Organisasi, dan Keanggotaan
b. Pendidikan dan Kaderisasi
c. Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup
d. Kesehatan
e. Dakwah
f. Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis
g. Tenaga Kerja
(Pembentukan struktur untuk bidang bidang disesuaikan dengan kebutuhan Anak
Cabang masing-masing)

Pasal 12
PIMPINAN RANTING
Pimpinan Ranting terdiri atas :
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Wakil Sekretaris
5. Bendahara
6. Bidang-Bidang
a. Organisasi dan Keanggotaan
b. Pendidikan dan Kaderisasi
c. Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup
d. Kesehatan
e. Dakwah
f. Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis
g. Tenaga Kerja
(Pembentukan struktur untuk bidang bidang disesuaikan dengan kebutuhan Ranting
masing-masing).

Pasal 13
PIMPINAN ANAK RANTING
Pimpinan Anak Ranting terdiri atas :
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Anggota
Pasal 14
DEWAN PENASEHAT
1. Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang bagi Pimpinan Pusat
2. Sekurang-kurangnya 4 (empat) orang bagi Pimpinan Wilayah
3. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang bagi Pimpinan Cabang
4. Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang bagi Pimpinan Anak Cabang
5. Sekurang-kurangnya 1(satu) orang bagi Pimpinan Ranting danPimpinan Anak
Ranting.

Pasal 15
DEWAN PAKAR
1. Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang bagi Pimpinan Pusat.
2. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang bagi Pimpinan Wilayah.
3. Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang bagi Pimpinan Cabang.

BAB III
FUNGSI PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 16
PERANGKAT ORGANISASI DENGAN MUSLIMAT NU
1. Sebagai Perangkat sebagai pelaksana dan pendukung program-program
Muslimat NU sesuai spesifikasinya (Bidang garapannya)
2. Seluruh kebijakan yang diambil oleh perangkat harus tetap mengacu kepada
keputusan Kongres Muslimat NU.
3. Yayasan bertindak sebagai pelindung secara hukum terhadap seluruh kekayaan
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak milik Muslimat NU, dan
memelihsara serta melindungi aset-aset yang berkaitan dengan program tersebut.

Pasal 17
HUBUNGAN YAYASAN / LEMBAGA DENGAN MUSLIMAT NU
1. Untuk menjaga hubungan organisatoris antara Muslimat NU dengan perangkat,
maka Ketua Umum PP secara ex-officio menjadi pembina dan ketua PW dan PC
secara ex-officio menjadi pengawas pada masing-masing perangkat.
2. Hubungan antara Yayasan dengan Muslimat NU adalah koordinatif konsultatif.
3. Untuk mengatur tugas antara PP Muslimat NU, Bidang-Bidang dan Perangkat baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak akan diatur dalam Pedoman Pelaksanaan
dan Pedoman Organisasi Administrasi Muslimat NU (POAM).

BAB IV
HAK dan KEWAJIBAN PIMPINAN
Pasal 18
PIMPINAN PUSAT
1. Pimpinan Pusat adalah pemegang kebijakan tertinggi dalam organisasi dan
penanggungjawab pelaksana keputusan Kongres.
2. Memimpin Muslimat NU diseluruh Indonesia
3. Menyampaikan pertanggung jawaban kepada Kongres.
4. Mengusahakan berdirinya Wilayah dan Cabang-Cabang Muslimat NU.
5. Membentuk Badan serta Lembaga yang diperlukan.
6. Memimpin Pemilihan Pimpinan Wilayah.
7. Mengangkat dan memberhentikan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang.
8. Meminta laporan dari Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang.
9. Mengeluarkan piagam penghargaan kepada mereka yang berjasa pada Muslimat
NU.
10. Mengeluarkan kartu tanda anggota.

Pasal 19
PIMPINAN WILAYAH
1. Setia dan taat kepada Pimpinan Pusat.
2. Memimpin dan mengkoordinasikan Cabang.
3. Menyampaikan sumbangan pikiran kepada Pimpinan Pusat dalam hal-hal yang
dipandang baik dan berguna bagi kemajuan Muslimat NU.
4. Memberikan laporan kepada Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya satu tahun
sekali dan setiap ada kejadian di daerahnya.
5. Memimpin pemilihan Pimpinan Cabang dalam Konferensi Cabang dan Pemilihan
Koordinator Daerah dalam Konferensi Koordinator Daerah.
6. Memberikan rekomendasi kepada Cabang untuk permohonan pengesahan
Pengurus kepada Pimpinan Pusat.
7. Memilih Pimpinan Pusat dalam Kongres.

Pasal 20
PIMPINAN KOORDINATOR DAERAH
1. Setia dan taat kepada Pimpinan atasannya.
2. Memimpin dan mengkoordinasikan Cabang-Cabang Muslimat NU di daerahnya
dalam melaksanakan program organisasi dan instruksi atasannya.
3. Menyampaikan laporan kepada Pimpinan Wilayah tentang koordinasi yang
dilakukannya sekurang-kurangnya satu tahun sekali dan setiap ada kegiatan penting
di daerahnya.
4. Menyampaikan laporan kepada Pimpinan Wilayah tentang koordinasi yang
dilakukannya sekurang-kurangnya satu tahun sekali dan setiap ada kejadian penting
di daerahnya.

Pasal 21
PIMPINAN CABANG
1. Setia dan taat kepada Pimpinan atasannya.
2. Membentuk dan mengesahkan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Ranting di
daerahnya.
3. Melaksanakan program organisasi.
4. Mengusahakan berdirinya Anak Cabang dan Ranting.
5. Menyampaikan laporan kepada Pimpinan Koorninator daerah, Pimpinan Wilayah
dan Pucuk Pimpinan sekurang-kurangnya satu tahun sekali dan/atau setiap ada
kejadian penting di daerahnya.
6. Memimpin pemilihan Pimpinan Anak Cabang dan pemilihan Pimpinan Ranting.
7. Memilih Pimpinan Pusat dalam Kongres, memilih Pimpinan Wilayah dalam
Konferensi Wilayah dan memililih Pimpinan Koordinator Daerah dalam Konferensi
Koordinator Daerah.

Pasal 22
PIMPINAN ANAK CABANG
1. Setia dan taat kepada Pimpinan atasannya
2. Memimpin Ranting yang ada di daerahnya.
3. Memberikan laporan dan sumbangan pikiran kepada Pimpinan Cabang.
4. Mengusahakan berdirinya Ranting dan Anak Ranting.
5. Membantu Pimpinan Anak Cabang untuk membentuk Ranting.
6. Dalam keadaan belum terbentuk Ranting, maka Anak Cabang dapat memilih
Cabang.
7. Memilih Pimpinan Cabang dalam Konferensi Cabang.

Pasal 23
PIMPINAN RANTING
1. Setia dan taat kepada Pimpinan atasannya.
2. Melaksanakan program organisasi Muslimat NU di daerahnya.
3. Menyampaikan laporan kegiatan dan perkembangan organisasi kepada Pimpinan
Cabang dan Anak Cabang sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
4. Membentuk Anak Ranting.
5. Meminta pertanggungjawaban atas kebijakan Pimpinan Cabang dalam Konferensi
Cabang.
6. Memilih Pimpinan Cabang dalam Konferensi Cabang dan memilih Pimpinan Anak
Cabang dalam Konferensi Anak Cabang.

Pasal 24
PIMPINAN ANAK RANTING

1. Setia dan taat kepada Pimpinan atasannya.


2. Melaksanakan Program Organisasi Muslimat NU di daerahnya.
3. Menyampaikan laporan kegiatan dan perkembangan organisasi kepada Pimpinan
Cabang dan Anak Cabang sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
4. Memilih Pimpinan Ranting dalam Konferensi Ranting.

BAB V
MASA KEPEMIMPINAN
Pasal 25
PIMIPNAN PUSAT
1. Pimpinan Pusat dipilih untuk masa lima tahun dalam Kongres, dan dapat dipilih
kembali.
2. Seseorang dapat menjadi Ketua Umum setelah menjadi Pimpinan Pusat atau
Pimpinan Wilayah minimal satu periode kepengurusan dan aktif.
3. Ketua Umum dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.

Pasal 26
PIMPINAN WILAYAH
1. Pimpinan Wilayah dipilih untuk masa lima tahun oleh Konferensi Wilayah.
2. Pimpinan Wilayah disahkan oleh Pimpinan Pusat Muslimat NU.
3. Seseorang dapat menjadi Ketua Wilayah setelah menjadi anggota pengurus
wilayah atau pengurus Cabang.
4. Ketua Wilayah dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.

Pasal 27
KOORDINATOR DAERAH
1. Koordinator Daerah dipilih oleh Konferensi Koordinator Daerah untuk masa lima
tahun.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Koordinator Daerah apabila pernah
menjadi Ketua salah satu Cabang di daerahnya.
3. Ketua Koordinator Daerah dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.

Pasal 28
PIMPINAN CABANG
1. Pimpinan Cabang dipilih untuk masa lima tahun oleh Konferensi Cabang dan
disahkan oleh Pimpinan Pusat, atas rekomendasi Pimpinan wilayah.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Cabang sesudah menjadi anggota
Muslimat NU sekurang-kurangnya dua tahun.
3. Ketua Cabang dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
4. Ketentuan ayat 2 diatas tidak berlaku bagi Pimpinan Cabang Istimewa .

Pasal 29
PIMPINAN ANAK CABANG
1. Pimpinan Anak Cabang dipilih untuk masa lima tahun dalam Konferensi Anak
Cabang dan disahkan oleh Cabang.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Anak Cabang sesudah menjadi anggota
Muslimat NU sekurang-kurangnya dua tahun.
3. Ketua Anak Cabang hanya dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.

Pasal 30
PIMPINAN RANTING
1. Pimpinan Ranting dipilih untuk masa tiga tahun oleh Konferensi Ranting dan
disahkan oleh Cabang.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Ranting sesudah menjadi anggota
Muslimat NU sekurang-kurangnya satu tahun.
3. Ketua Ranting dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.

Pasal 31
PIMPINAN ANAK RANTING
1. Pimpinan Anak Ranting dipilih untuk masa tiga tahun oleh rapat anggota dan
disahkan oleh Anak Cabang.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Anak Ranting sesudah menjadi anggota
Muslimat NU.
3. Ketua Anak Ranting dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
Pasal 32
RANGKAP JABATAN
1. Ketua Umum dan Ketua-Ketua sesuai tingkatannya tidak diperkenankan
merangkap jabatan dengan Pimpinan Harian partai politik.
2. Seluruh Pimpinan Harian tidak diperkenankan merangkap jabatan pada Pimpinan
Harian dilingkungan Muslimat NU yang berbeda tingkatan maupun badan otonom
NU lainnya.
3. Seluruh Pimpinan Harian tidak diperkenankan merangkap jabatan pada Pimpinan
Harian ormas yang sejenis.
4. Ketentuan lebih lanjut tentang rangkap jabatan akan diatur dalam pedoman
pelaksanaan.

BAB VI
DAERAH TERITORIAL

Pasal 33
PIMPINAN PUSAT
1. Pimpinan Pusat adalah Pimpinan Muslimat NU tingkat Nasional yang
berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia.
2. Pimpinan Pusat mempunyai ruang lingkup meliputi seluruh Wilayah Republik
Indonesia.

Pasal 34
PIMPINAN WILAYAH
1. Pimpinan Wilayah adalah Pimpinan Muslimat NU tingkat Propinsi yang
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
2. Dalam Propinsi hanya dapat didirikan satu Pimpinan Wilayah.
3. Pimpinan Wilayah membantu Pimpinan Pusat untuk memimpin Cabang-Cabang
di daerahnya.
4. Permintaan membentuk Pimpinan Wilayah disampaikan kepada Pimpinan Pusat
Muslimat NU untuk disahkan.
Pasal 35
KOORDINATOR DAERAH
1. Di tiap Wilayah eks karesidenan dibentuk Koordinator Daerah yang membantu
Pimpinan Wilayah.
2. Untuk daerah luar Jawa dapat dibentuk Koordinator daerah sesuai kebutuhan.

Pasal 36
PIMPINAN CABANG
1. Pimpinan Cabang adalah Pimpinan Muslimat NU ditingkat Kabupaten/ Kota, atau
daerah yang disamakan tingkatannya.
2. Dalam Kabupaten/Kota daerah yang disamakan tingkatannya dapat didirikan satu
Cabang, kecuali secara historis telah terbentuk lebih dari satu Cabang atau alasan
lain yang telah di sahkan oleh PP.
3. Di tiap Cabang NU harus didirikan Cabang Muslimat NU.

Pasal 37
PIMPINAN ANAK CABANG
1. Pimpinan Anak Cabang adalah Pimpinan Muslimat NU ditingkat Kecamatan yang
mengkoordinasikan Ranting-Ranting di daerah Kecamatannya.
2. Dalam satu kecamatan dapat didirikan satu Anak Cabang.
3. Di tiap MWC (Majelis Wakil Cabang) NU didirikan PAC Muslimat NU.

Pasal 38
PIMPINAN CABANG ISTIMEWA
1. Pimpinan Cabang Istimewa adalah Pimpinan Muslimat NU yang didirikan diluar
negeri.
2. Struktur Kepengurusan Cabang Istimewa mengikuti Struktur Kepengurusan
Cabang.
3. Permintaan pembentukan Cabang Istimewa disampaikan kepada Pimpinan Pusat
Muslimat NU untuk disahkan.

Pasal 39
PIMPINAN RANTING
1. Pimpinan Ranting adalah Pimpinan Muslimat NU ditingkat Kelurahan/ Desa.
2. Dalam satu Desa/Kelurahan dapat didirikan satu Ranting.

Pasal 40
PIMPINAN ANAK RANTING
Untuk efekfitas dan pengembangan organisasi, jika dianggap perlu dapat dibentuk
Anak Ranting di dusun atau RW.

BAB VII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 41
KONGRES
1. Kongres adalah forum permusyawaratan tertinggi.
2. Kongres membicarakan :
a. Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat.
b. Masalah keorganisasian.
c. Masalah keagamaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.
d. Program lima tahun mendatang, dan Program Jangka Panjang.
e. Rekomendasi atau usulan.
3. Kongres melaksanakan pemilihan Pimpinan Pusat.

Pasal 42
RAPAT KERJA
1. Rapat kerja nasional (Rakernas) adalah forum permusyawaratan tertinggi
setelah Kongres. Diadakan sekurang-kurangnya satu kali diantara dua Kongres, atas
undangan Pucuk Pimpinan.
A. Rapat Kerja Nasional membicarakan :
a. Evaluasi Pelaksanaan keputusan Kongres.
b. Perkembangan organisasi.
c. Masalah-masalah Keagaamaan, Kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.
d. Rekomendasi atau usulan perubahan AD/ ART.
B. Rapat Kerja Nasional tidak merubah AD/ ART dan tidak memilih Pimpinan
Pusat.
C. Rapat Kerja Nasional Sah apabila dihadiri separuh lebih satu dari jumlah
Wilayah seluruh Indonesia.
D. Rapat kerja Nasional dihadiri oleh Pimpinan Pusat, dan Pimpinan Wilayah
seluruh Indonesia.

2. Rapat kerja Wilayah (Rakerwil) adalah Permusyawaratan tertinggi setelah


Konferensi Wilayah, diadakan sekurang-kurangnya satu kali diantara dua Konferensi
Wilayah atas undangan Pimpinan Wilayah.

A. Rapat kerja wilayah membicarakan :


a. Evaluasi pelaksanaan keputusan Konferensi Wilayah.
b. Perkembangan organisasi
c. Masalah-masalah kemasyarakatan.
B. Rapat kerja wilayah dihadiri oleh Pimpinan Koordinator daerah dan
Pimpinan Cabang yang ada di propinsi yang bersangkutan.
C. Rapat kerja wilayah sah apabila dihadiri separuh lebih satu dari jumlah
Cabang yang sah.

3. Rapat kerja Cabang (Rakercab) adalah permusyawaratan tertinggi setelah


konferensi Cabang, diadakan sekurang-kurangnya satu kali diantara dua konferensi
Cabang atas undangan Pimpinan Cabang.
A. Rapat kerja Cabang membicarakan :
a. Evaluasi pelaksanaan keputusan konferensi Cabang.
b. Perkembangan Organisasi.
c. Masalah-masalah kemasyarakatan.
B. Rapat kerja cabang dihadiri oleh Pimpinan Cabang dan Pimpinan Anak
Cabang (PAC) yang ada di daerah yang bersangkutan.
C. Rapat kerja cabang sah apabila dihadiri separuh lebih satu dari Pimpinan
Anak Cabang yang ada di daerah yang Bersangkutan.
Pasal 43
KONFERENSI WILAYAH
1. Konferensi Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi untuk wilayah yang
dihadiri Pengurus Wilayah, Koordinator daerah, dan Cabang-Cabang yang ada di
daerahnya.
2. Konferensi diselenggarakan sekali dalam lima tahun oleh Pimpinan Wilayah atau
diselenggarakan atas permintaan sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
Cabang yang ada di daerahnya.
3. Konferensi Wilayah membicarakan :
a) Pertanggung jawaban Pimpinan Wilayah.
b) Masalah keorganisasian.
c) Masalah keagamaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.
d) Program lima tahun mendatang.
e) Rekomendasi atau usulan.
4. Memilih Pimpinan Wilayah.

Pasal 44
KONFERENSI KOORDINATOR DAERAH
1. Konferensi Koordinator daerah adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh
Cabang se-eks Karesidenan sekali dalam lima tahun atas undangan Pimpinan
Koordonator daerah.
2. Konferensi Koordinator daerah membicarakan:
a. Pelaksanaan Keputusan Konferensi Wilayah.
b. Mengkaji perkembangan organisasi di daerahnya.
3. Memilih Pimpinan Koordinator daerah.

Pasal 45
KONFERENSI CABANG
1. Konferensi Cabang adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh Anak Cabang dan
Ranting diselenggarakan oleh Cabang sekurang-kurangnya lima tahun sekali atas
undangan Pimpinan Cabang atau atas permintaan sekurang-kurangnya separuh lebih
satu jumlah Ranting di daerahnya.
2. Konferensi Cabang membicarakan :
a. Pertanggung jawaban Pimpinan Cabang.
b. Masalah keorganisasian.
c. Masalah keagamaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.
d. Program lima tahun mendatang.
e. Rekomendasi atau usulan.
3. Memilih Pimpinan Cabang.

Pasal 46
KONFERENSI ANAK CABANG
1. Konferensi Anak Cabang adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh Ranting
yang diadakah oleh Anak Cabang tiap lima tahun sekali.
2. Konferensi Anak Cabang membicarakan :
a) Pertanggung jawaban Pimpinan Anak Cabang.
b) Masalah keorganisasian.
c) Masalah keagamaa dan kemasyarakatan.
d) Program lima tahun mendatang.
e) Rekomendasi atau usulan.
3. Konferensi Anak Cabang memilih Pimpinan Anak Cabang.

Pasal 47
KONFERENSI RANTING
1. Konferensi Ranting adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh Anak Ranting
yang diadakah oleh Ranting tiap tiga tahun sekali.
2. Konferensi Ranting membicarakan :
a) Pertanggung jawaban Pimpinan Ranting.
b) Masalah keorganisasian.
c) Masalah keagamaan dan kemasyarakatan.
d) Program tiga tahun mendatang.
e) Rekomendasi atau usulan.
3. Konferensi Ranting memilih Pimpinan Ranting.
Pasal 48
RAPAT ANGGOTA
1. Rapat Anggota dihadiri oleh para anggota yang diadakan oleh Pimpinan Anak
Ranting tiga tahun sekali atau atas usul dari sedikitnya separuh lebih satu jumlah
anggota.
2. Rapat Anggota membahas :
a. Pertanggung jawaban Pimpinan Anak Ranting.
b. Masalah keorganisasian.
c. Masalah keagamaa dan kemasyarakatan
d. Program tiga tahun mendatang
e. Rekomendasi atau usulan.
3. Rapat Anggota memilih Pimpinan Anak Ranting.

BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 49
1. Pengambilan keputusan dalam musyawarah dilakukan berdasarkan musyawarah
mufakat
2. Apabila kesepakatan tidak tercapai maka keputusan diambil melalui pemungutan
suara.

Pasal 50
HAK SUARA DALAM RAPAT
1. Semua anggota rapat :
a) Rapat Pimpinan Pusat
b) Rapat Pimpinan Wilayah
c) Rapat Pimpinan Koordinator daerah.
d) Rapat Pimpinan Cabang
e) Rapat Pimpinan Anak Cabang
f) Rapat Pimpinan Ranting
g) Rapat Pimpinan Anak Ranting masing-masing mempunyai hak 1 suara
2. Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi dapat hadir serta memberikan saran,
tetapi tidak mempunyai hak suara.

BAB IX
KEUANGAN
Pasal 51
1. Sumber keuangan adalah :
a. Uang Pangkal
b. I’anah Syahriyah Shaksyiaah/ Iuran Bulanan Anggota
c. Bantuan yang tidak mengikat dan halal
2. Uang Pangkal adalah uang diberikan oleh calon anggota untuk memenuhi salah
satu syarat agar diterima menjadi anggota besarnya adalah Rp. 1.000,- (seribu rupiah)
dan dibayarkan satu kali saja. Uang pangkal seluruhnya menjadi hak Pimpinan
Ranting.
3. Uang iuran (I’anah Syahriyah) adalah uang yang diberikan anggota kepada
organisasi setiap bulan sebagai sumbangan bagi pembiayaan organisasi sebesar Rp.
500,- (lima ratus rupiah). Uang iuran bulanan dibagi sebagai berikut : 45 % untuk
Ranting, 15 % untuk Anak Cabang, 15 % untuk Cabang, 10 % untuk Koordinator
daerah, 10 % untuk Wilayah, 10% untuk Pimipinan Pusat.

BAB X
PEMBUBARAN

Pasal 52
PEMBUBARAN ORGANISASI MUSLIMAT NU

Organisasi Muslimat NU dapat dibubarkan apabila tidak ada yang sanggup


mengurusi

BAB XI
LAIN – LAIN
Pasal 53
PENUTUP

1. Segala sesuatu yang tidak/ belum diatur dalam Anggaran Dasar/ Anggaran
Rumah Tangga ini akan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : Batam
Tanggal : 31 Maret 2006

Anda mungkin juga menyukai