Anda di halaman 1dari 14

Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga


Ikatan Alumni Pmii (IKA-PMII)

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengharap ridlo Allah SWT, Musyawarah Nasional (Munas) IV Ikatan Alumni
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) tahun 2008, setelah:

MENIMBANG            :    1.   Bahwa Musyawarah Nasional (Munas) adalah pemegang


kekuasaan tertinggi organisasi IKA-PMII. Oleh karena itu, segala ketetapannya memiliki
kekuatan hukum yang mengikat bagi seluruh anggota IKA-PMII sebagaimana pasal 19 ayat
(1) Anggaran Dasar IKA-PMII.
2.      Bahwa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKA-PMII dipandang perlu untuk
dilakukan perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan perkembangan baik di
lingkungan internal maupun eksternal organisasi IKA-PMII.
3.      Bahwa untuk itu, perlu diputuskan Ketetapan Musyawarah Nasional (Munas) IV IKA-
PMII tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKA-PMII hasil perubahan dan
penyempurnaan.

MENGINGAT             :    1.   BAB VII pasal 18 ayat (2) dan BAB X pasal 24 Anggaran Dasar (AD)
IKA-PMII.
2.   BAB V 11 ayat (1) dan pasal 12 ayat (4) Anggaran Rumah Tangga (ART) IKA-PMII.

MEMPERHATIKAN :     1. Hasil Sidang Komisi A Musyawarah Nasional (Munas) IV IKA-PMII


tanggal 24 Mei 2008 yang bertugas untuk membahas Rancangan Perubahan dan
Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKA-PMII.
2. Proses persidangan serta aspirasi, saran, usul dan pendapat dari peserta Musyawarah
Nasional (munas) IV yang disampaikan dalam Sidang Pleno III tanggal 24 Mei 2008.

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN          :    1.   Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Alumni


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) hasil perubahan dan penyempurnaan.
2.      Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKA-PMII dimaksud adalah sebagaimana
termuat dalam lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini.
3.      Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan dan kesalahan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Jakarta


Pada Tanggal : 24 Mei 2998 M

Pimpinan sidang pleno III


Musyawarah Nasional (MUNAS)IV
Ikatan Akumni PMII (IKA-PMII)

Ketua                                                                Sekretaris

Dr. H. Arief Mudatsir Mandan, M.Si                   M. Gozali Harahap, M.Si


Anggaran Dasar (AD) Ikatan Alumni
Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia
(IKA-PMII)

Bismillahirrahmanirrahim
Bahwa cita-cita bangsa pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya baik material, moral maupun spiritual yang diridloi oleh Allah SWT. Tujuan
pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera
dalam wadah Negara Kesatuan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia. Tujuan ini bisa dicapai jika seluruh potensi nasional difungsikan secara
baik dengan terciptanya situasi yang kondusif bagi setiap komponen bangsa untuk berperan
aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang sudah tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dalam berbagai bidang pengabdian berkeyakinan bahwa keterlibatannya
secara penuh dalam proses perjuangan dan pembangunan nasional merupakan suatu
keharusan. Oleh karena itu, alumni PMII merasa terpanggil untuk mengambil peran aktif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai usha menjalankan
dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar, demi terwujudnya kemasalahatan umat
serta tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan yang menjadi cita-cita
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Alumni PMII berpegang pada ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang meyakini Islam
sebagai sumber kesadaran akan makna, hakekat dan tujuan hidup manusia sekaligus
pedoman untuk membedakan yang benar dan salah, agar manusia bisa keluar dari
kegelapan dan meraih cahaya kebenaran. Alumni PMII memiliki kehendak kuat untuk
mewujudkan manusia yang memiliki kemantapan hubungan dengan Tuhannya,
keharmonisan hubungan dengan sesamanya dan keselarasan hubungan dengan alam dan
lingkungan sekitarnya. Dalam rangka mewujudkan hubungan antar bangsa yang adil,
seimbang, damai dan saling pengertian, alumni PMII senantiasa mengembangkan ukhuwah
Islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah insaniyah sekaligus mengemban amanat bagi
semakin kokohnya identitas dan jati diri bangsa.
Bahwa dalam rangka ikhtiar mewujudkan cita-cita kemerdekaan, maka alumni PMII
senantiasa mendorong keterlibatan dan pendayagunaan seluruh potensi sumberdaya
nasional secara penuh dalam proses perjuangan membangun bangsa dan negara. Oleh
karena itu, dengan didorong oleh semangat bersatu membangun bangsa, dengan
mengharap ridlo Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka pada tanggal 17 Shafar 1409 H
bertepatan dengan tanggal 29 September 1988 M didirikanlah sebuah forum alumni PMII
yang diberi nama Forum Komunikasi dan Silaturahmi Keluarga Alumni PMII (FOKSIKA PMII).
Kemudian Musyawarah Nasional (Munas) IV FOKSIKA PMII yang berlangsung di Jakarta
tanggal 22 – 25 Mei 2008 menetapkan perubahan nama dari FOKSIKA PMII
menjadi Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII), sekaligus
statusnya ditingkatkan menjadi sebuah organisasi sosial kemasyarakatan dengan Anggaran
Dasar sebagai berikut:

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
pasal I
Organisasi ini bemama Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, selanjutnya
disingkat IKA-PMII, sebagai kelanjutan dari Forum Komunikasi dan Silaturahmi Keluarga
Alumni (FOKSIKA) PMII yang didirikan berdasarkan hasil Musyawarah Nasional Alumni PMII
di Jakarta pada tanggal 17 Shafar 1409 H bertepatan dengan tanggal 29 September 1988 M,
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 2
IKA-PMII berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia yang merupakan tempat
kedudukan Pengurus Besarnya.

BAB II
AQIDAH, ASAS DAN SIFAT ORGANISASI

pasal 3

(1)    IKA-PMII beraqidah Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah.


(2)    Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, IKA-PMII berasaskan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pasal 4
IKA-PMII bersifat kekeluargaan, kebersamaan, keprofesian, keilmuan, kemasyarakatan dan
kebangsaan.

BAB III
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 5

IKA-PMII bertujuan untuk mengembangkan dan mendayagunakan seluruh potensi alumni


PMII di berbagai bidang pengabdian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara demi terwujudnya masyarakat dan bangsa Indonesia yang sejahtera, maju dan
mandiri, demokrastis dan berkeadilan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD yang dirildoi oleh Allah SWT.

Pasal 6
Untuk mcncapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, IKA-PMII melakukan usaha-
usaha:
(1)    Membina, mengembangkan dan meningkatkan  hubungan  silaturahmi  dan
kekeluargaan di antara anggota.
(2)    Membina dan mendayagunakan seluruh potensi sumberdaya alumni PMII dalam
upaya  pengembangan karir dan profesinya di berbagai bidang pengabdian.
(3)    Melaksanakan berbagai kegiatan kajian dan penelitian dalam rangka pengembangan
pemikiran strategis yang berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan  negara.
(4)    Melaksanakan usaha-usaha dakwah dan pengembangan masyarakat baik di bidang
agama, pendidikan, sosial kemasyarakatan, kebudayaan, ekonomi, politik, hukum, serta
pertahanan dan keamanan.
(5)    Mengupayakan berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal
Jama’ah di Indonesia, demi terwujudnya tatanan masyarakat yang religius, bermoral,
moderat, toleran dan berkeseimbangan.
(6)    Membantu dalam melakukan pembinaan dan bimbingan kepada
Pergerakan  Mahasiswa  Islam Indonesia.
(7)    Melaksanakan usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan asas dan tujuan
oranisasi.
BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 7
Anggota IKA-PMII terdiri dari:
(1)    Anggota Biasa
(2)    Anggota Kehormatan

Pasal 8
Setiap alumni PMII dan warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat dan
menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan tujuan organisasi, dapat diterima
menjadi anggota IKA-PMII.
Pasal 9

Setiap anggota berhak:


(1)    Menghadiri rapat, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul atau saran yang
berkaitan dengan kemajuan organisasi.
(2)    Memilih dan dipilih menjadi pengurus organisasi.
(3)    Memperoleh bimbingan, pengarahan dan pembelaan.

Pasal 10
Setiap anggota berkewajiban:
(1)    Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKA-PMII.
(2)    Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik IKA-PMII, negara dan agama.

BAB V
SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 11
Susunan Organisasi IKA-PMII terdiri atas:
(1)    Pengurus Besar disingkat PB berkedudukan di Ibukota Negara
(2)    Pengurus Wilayah disingkat PW berkedudukan di Ibukota Propinsi
(3)    Pengurus Cabang disingkat PC berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota

Pasal 12
(1)    Di setiap kabupaten/kota di mana terdapat sekurang-kurangnya 25 orang anggota
dapat dibentuk Pengurus Cabang.
(2)    Di setiap propinsi di mana terdapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) Cabang IKA-PMII dapat
dibentuk Pengurus Wilayah.

BAB VI
KEPENGURUSAN

Struktur Kepengurusan

Pasal 13
(1)   Struktur Kepengurusan IKA-PMII di semua tingkatan terdiri dari:
a.       Majelis Pertimbangan
b.      Pimpinan Harian
c.       Departemen-Departemen
(2)   Majelis Pertimbangan berfungsi memberikan nasehat, pertimbangan dan pengarahan
kepada pengurus dalam menjalankan organisasi agar senantiasa berpijak pada prinsip-
prinsip kebenaran, kejujuran dan keadilan sesuai tujuan, sifat dan asas organisasi.
(3)   Majelis Pertimbangan terdiri dari seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang
sekretaris, seorang wakil sekretaris dan beberapa orang angota.
(4)   Pimpinan Harian adalah Badan Eksekutif organisasi yang berwenang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan dan program organisasi sesuai dengan tingkatannya.
(5)   Pengurus Departemen adalah alat kelengkapan dan aparat operasional Pimpinan Harian
dalam menjalankan kibijakan dan program-program organisasi.
(6)   Pengurus Departemen dibentuk dan ditetapkan melalui rapat pleno Pimpinan Harian
yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
(7)   Masa bakti Kepengurusan IKA-PMII adalah 5 (lima) tahun.

Pengurus Besar (PB)

Pasal 14
(1)   Pengurus Besar adalah Badan Pelaksana tertinggi organisasi di tingkat nasional.
(2)   Pimpinan Harian dan Majelis Pertimbangan di tingkat nasional ditetapkan melalui
Musyawarah Nasional (Munas).
(3)   Pimpinan Harian terdiri dari seorang Ketua Umum, beberapa orang Ketua, seorang
Sekretaris Jenderal, beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum
dan beberapa orang Bendahara.
(4)   Jumlah Departemen di tingkat Pengurus Besar (PB) dibentuk dan ditetapkan oleh
Pimpinan Harian sesuai dengan kebutuhan yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
a.      Departemen Penataan Organisasi dan Penguatan Jaringan Internal
b.      Departemen Pengembangan dan Pendayagunaan Potensi Kader
c.       Departemen Kajian dan Pengembangan pemikiran
d.      Departemen Pemerintahan dan Otonomi Daerah
e.       Departemen Ekonomi dan Pengembangan Usaha
f.        Departemen Informasi dan Komunikasi
g.      Departemen Pendidikan dan Pengembangan Pondok Pesantren
h.      Departemen Pelayanan Sosial dan Pengembangan Masyarakat
i.        Departemen Seni, Budaya, Olah Raga dan Pariwisata
j.         Departemen hubungan Luar negeri
(5)   Pengurus Besar mempunyai wewenang:
a.      Menetapkan dan melaksanakan kebijakan dan program organisasi di tingkat nasional
sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketetapan-ketetapan
organisasi lainnya.
b.      Menetapkan susunan dan personalia Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.
c.       Melaksanakan kewenangan lainnya yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.

Pengurus Wilayah  (PW)

Pasal 15
(1)  Pengurus Wilayah (PW) adalah Badan Pelaksana organisasi di tingkat propinsi.
(2)  Pimpinan Harian dan Majelis Pertimbangan di tingkat wilayah ditetapkan melalui
Musyawarah Wilayah (Muswil).
(3)  Pimpinan Harian Wilayah terdiri dari seorang Ketua Umum, beberapa orang Ketua,
seorang Sekretaris Umum, beberapa orang Sekretaris, seorang Bendahara Umum dan
beberapa orang Bendahara.
(4)  Jumlah Departemen di tingkat Pengurus Wilayah (PW) dibentuk dan ditetapkan oleh
Pimpinan Harian sesuai dengan kebutuhan.
(5)  Pengurus Wilayah mempunyai wewenang:
a.       Menentukan dan melaksanakan kebijakan dan program organisasi di tingkat propinsi
sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketetapan-ketetapan
organisasi lainnya.
b.      Melaksanakan kewenangan lainnya yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.

Pengurus Cabang (PC)


Pasal 16
(1)   Pengurus Cabang (PC) adalah Badan Pelaksana organisasi di tingkat Kabupaten/Kota.
(2)   Pimpinan Harian dan Majelis Pertimbangan di tingkat cabang ditetapkan melalui
Musyawarah Cabang (Muscab).
(3)   Pimpinan Harian Cabang terdiri dari seorang Ketua Umum, beberapa orang Ketua,
seorang Sekretaris Umum, beberapa orang Sekretaris, seorang Bendahara dan seorang
Wakil Bendahara.
(4)   Jumlah Departemen di tingkat Pengurus Cabang (PC) dibentuk dan ditetapkan oleh
Pimpinan Harian sesuai dengan kebutuhan.
(5)   Pengurus Cabang  mempunyai wewenang:
a.       Menentukan dan melaksanakan kebijakan dan program organisasi di tingkat
Kabupaten/kota sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketetapan-
ketetapan organisasi lainnya.
b.      Melaksanakan kewenangan lainnya yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
PERMUSYAWARATAN

Pasal 17
Permusyawaratan organisasi IKA-PMII terdiri atas:
(1)   Musyawarah Nasional (Munas)
(2)   Musyawarah Wilayah (Muswil)
(3)   Musyawarah Cabang (Muscab)
(4)   Permusyawaratan lain yang diperlukan untuk menjalankan kebijakan dan program-
program organisasi

Pasal 18
(1)    Musyawarah Nasional adalah permusyawaratan tingkat nasional yang merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi organisasi IKA-PMII, yang diadakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)    Musyawarah Nasional berwenang:
a.       Menetapkan dan/atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran   Rumah Tangga
b.      Menilai dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar
c.       Menetapkan Garis-Garis Besar Program Organisasi
d.      Memilih dan menetapkan Ketua Umum PB IKA-PMII dan Formatur
e.       Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu
(3)   Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah Nasional dapat dipercepat atau ditunda oleh
Pengurus Besar atas persetujuan sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah PW
dan PC IKA-PMII.

Pasal 19
(1)    Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan yang merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi organisasi IKA-PMII di tingkat wilayah, yang diadakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)    Musyawarah Wilayah berwenang:
a.       Menilai dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah.
b.      Menetapkan Garis-Garis Besar program organisasi.
c.       Memilih dan menetapkan Ketua Wilayah IKA-PMII dan Formatur
d.      Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.
(3)    Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah Wilayah dapat dipercepat atau ditunda oleh
Pengurus Wilayah atas persetujuan sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah PC
IKA-PMII di wilayah yang bersangkutan.

Pasal 20
(1)    Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan yang merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi organisasi IKA-PMII di tingkat cabang, yang diadakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)    Musyawarah Cabang berwenang:
a.       Menilai dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang.
b.      Menetapkan Garis-Garis Besar program organisasi.
c.       Memilih dan menetapkan Ketua Cabang IKA-PMII dan Formatur
d.      Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu
(3)    Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah Cabang dapat dipercepat atau ditunda oleh
Pengurus Cabang atas persetujuan sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
anggota IKA-PMII yang ada di daerah yang bersangkutan.

BAB VIII
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 21
Permusyawaratan IKA-PMII sah apabila memenuhi kuorum sebagai berikut:
(1)    Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah PW dan PC IKA-PMII  yang ada.
(2)    Musyawarah Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah PC IKA-PMII yang ada di wilayah yang bersangkutan.
(3)    Musyawarah Cabang sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah anggota IKA-PMII di cabang yang bersangkutan.

Pasal 22
(1)    Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2)    Apabila pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dicapai, maka pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak melalui pemungutan
suara.

BAB IX
KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 23
(1)   Kekayaan organisasi IKA-PMII diperoleh dari:
a.       Iuran dan sumbangan dari anggota
b.      Hasil usaha organisasi
c.       Zakat, Infaq dan Shadaqah
d.      Sumber-sumber lainnya yang sah, halal dan tidak mengikat
(2)   Segala aset dan kekayaan IKA-PMII hanya dapat digunakan untuk kepentingan
organisasi IKA-PMII dan atau perangkat organisasinya.
(3)   Pengelolaan keuangan organisasi IKA-PMII dilakukan secara transparan, akuntabel dan
menjadi tanggungjawab Pengurus.
(4)   Apabila karena suatu hal IKA-PMII dibubarkan, maka semua aset dan kekayaan
organisasi ini diserahkan kepada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 24
(1)     Anggaran Dasar ini hanya dapat dirubah oleh Musyawarah Nasional IKA-PMII dengan
dukungan sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari peserta yang hadir.
(2)     Dengan disahkannya Anggaran Dasar ini oleh Musyawarah Nasional (Munas) IV, maka
Anggaran Dasar hasil Keputusan Munas sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25
1.      Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga serta peraturan organisasi IKA-PMII lainnya.
2.      Anggaran dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)


IKATAN ALUMNI PMII (IKA-PMII)

BAB I
LAMBANG ORGANISASI

Pasal 1
(1)  Lambang organisasi IKA-PMII meliputi logo dan bendera.
(2)  Logo dan bendera IKA-PMII adalah sama dengan logo dan bendera yang dimiliki oleh
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan penambahan tulisan “Ikatan Alumni
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” dan kata “IKA-PMII”  yang mengelilingi logo
tersebut.
(3)  Lambang sebagaimana ayat (2) di atas dipergunakan dalam kop surat dan stempel
organisasi.

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
(1)   Anggota Biasa IKA-PMII adalah:
a.       Setiap anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang sekurang-
kurangnya telah 3 (tiga) tahun menyelesaikan masa studinya baik di tingkat sarjana maupun
diploma.
b.      Setiap anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang tidak
menyelesaikan atau berhenti dari studinya yang telah mencapai usia sekurang-kurangnya 33
tahun.
(2)   Anggota Kehormatan IKA-PMII adalah anggota yang mempunyai tujuan dan visi sama
serta dianggap berjasa kepada IKA-PMII yang ditetapkan oleh PB IKA-PMII berdasarkan
kreteria-kreteria yang diatur kemudian.
(3)   Keanggotaan IKA-PMII berakhir apabila:
a.   Mengundurkan diri
b.  Meninggal dunia
c.   Diberhentikan
(4)   Pemberhentian seorang anggota hanya bisa dilakukan oleh Pengurus Besar IKA-PMII
melalui proses penelitian dan penyelidikan secara seksama bahwa yang bersangkutan
benar-benar telah terbukti melakukan tindakan pengkhianatan terhadap IKA-PMII, negara
dan agama setelah sebelumnya diberi 3 (tiga) kali peringatan.

Pasal 3
(1)   Anggota Biasa berhak:
a.   Berbicara, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul baik secara lisan maupun
tulisan
b.  Memilih dan dipilih sebagai pengurus IKA-PMII
c.   Mengikuti kegitan-kegiatan IKA-PMII
d.  Memperoleh bimbingan, pengarahan dan pembelaan
e.   Memperoleh penghargaan, dukungan serta promosi karir dan profesinya
(2)   Anggota  Kehormatan  berhak  mengeluarkan  pendapat, mengajukan usul dan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan maupun tulisan.

BAB III
PEMBENTUKAN WILAYAH DAN CABANG

Pasal 4
(1)  Pembentukan Pengurus Wilayah IKA-PMII dapat dilakukan di setiap Ibu Kota Propinsi di
seluruh wilayah Indonesia.
(2)  Pembentukan Pengurus Wilayah IKA-PMII dapat dilaksanakan jika sekurang-kurangnya
terdapat 3 (tiga) Cabang IKA-PMII di wilayah tersebut.
(3)  Proses pembentukan Pengurus Wilayah IKA-PMII sepenuhnya diserahkan kepada para
pemrakarsa wilayah dan/atau Cabang-Cabang yang ada di wilayah itu, dan hasilnya
dilaporkan kepada Pengurus Besar IKA-PMII untuk ditetapkan.
(4)  Kepengurusan Wilayah IKA-PMII dapat digugurkan statusnya apabila tidak dapat
menjalankan roda organisasi secara baik dan efektif selama masa kepengurusannya.
(5)  Standar minimum yang menjadi kualifikasi sebagaimana ketentuan pada ayat 4 (empat)
adalah amanat untuk melaksanakan Musyawarah Wilayah yang diselenggarakan setiap 5
(lima) tahun sekali.
(6)  Pengurus Wilayah IKA-PMII dianggap sah apabila merupakan hasil Musyawarah Wilayah
yang telah dilaporkan dan ditetapkan oleh Pengurus Besar IKA-PMII.
(7)  Pengurus Wilayah IKA-PMII harus menjalankan ketentuan AD/ART, Keputusan-
Keputusan Musyawarah Nasional, peraruran dan ketentuan-ketentuan organisasi, serta
keputusan-keputusan Musyawarah Wilayah.

Pasal 5
(1)  Pembentukan Pengurus Cabang IKA-PMII dapat dilakukan di setiap ibukota
Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(2)  Pembentukan Pengurus Cabang IKA-PMII dapat dilaksanakan jika sekurang-kurangnya
terdapat 25 orang anggota.
(3)  Proses pembentukan Pengurus Cabang IKA-PMII sepenuhnya diserahkan kepada para
pemrakarsa atau anggota yang ada di Cabang itu, dan hasilnya dilaporkan kepada Pengurus
Wilayah dan Pengurus Besar IKA-PMII untuk ditetapkan.
(4)  Dalam hal Pengurus Wilayah IKA-PMII sebagaimana ketentuan pada ayat 3 (tiga) belum
terbentuk, hasil proses pendirian Pengurus Cabang IKA-PMII dapat langsung dilaporkan
kepada Pengurus Besar IKA-PMII untuk ditetapkan.
(5)  Pengurus Cabang IKA-PMII dapat digugurkan statusnya apabila tidak dapat menjalankan
roda organisasi secara baik dan efektif selama masa kepengurusannya.
(6)  Standar minimum yang menjadi kualifikasi sebagaimana ketentuan pada ayat 4 (empat)
adalah amanat untuk melaksanakan Musyawarah Wilayah yang diselenggarakan setiap 5
(lima) tahun sekali.
(7)  Pembentukan Pengurus Cabang IKA-PMII dianggap sah apabila merupakan hasil
Musyawarah Cabang yang telah dilaporkan kepada Pengurus Wilayah dan ditetapkan oleh
Pengurus Besar IKA-PMII.
(8)  Dalam hal Pengurus Wilayah IKA-PMII sebagaimana ketentuan pada ayat 7 (tujuh)
belum terbentuk, hasil Musyawarah Cabang tersebut dapat langsung dilaporkan kepada
Pengurus Besar IKA-PMII untuk ditetapkan.
(9)  Pengurus Cabang IKA-PMII harus menjalankan ketentuan AD/ART, Keputusan-Keputusan
Musyawarah Nasional, peraturan dan ketentuan-ketentuan organisasi, serta keputusan-
keputusan Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Cabang.

Pasal 6
Di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dibentuk perwakilan IKA-PMII
yang mekanismenya sama dengan pembentukan Pengurus Wilayah dan/atau Pengurus
Cabang dengan beberapa pengecualian.

BAB IV
FUNGSI DAN TUGAS PENGURUS

Pasal 7
(1)  Dalam menjalankan fungsinya, Majelis Pertimbangan dapat melakukan pengawasan dan
mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika dalam menjalankan organisasi, Pengurus
menyimpang dari prinsip-prinsip kebenaran, kejujuran dan keadilan atau keluar dari tujuan,
sifat dan asas organisasi.
(2)  Ketua Umum Pimpinan Harian di tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan
Pengurus Cabang bertugas memimpin dan sebagai penanggungjawab umum organisasi di
tingkatannya masing-masing dengan dibantu oleh Ketua-Ketua
(3)  Sekretaris Jenderal Pengurus Besar atau Sekretaris Umum di tingkat Pengurus Wilayah
dan Pengurus Cabang bertugas sebagai administrator organisasi di tingkatannya masing-
masing, dengan dibantu oleh para Wakil Sekretaris Jenderal di tingkat Pengurus Besar atau
Sekretaris di tingkat Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.
(4)  Bendahara Umum di tingkat Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah atau Bendahara di
tingkat Pengurus Cabang di bantu oleh para bendahara di Tingkat Pengurus Besar dan
Pengurus Wilayah atau Wakil Bendahara di tingkat Pengurus Cabang, bertugas
merencanakan dan melaksanakan pengumpulan dana serta mengelola administrasi
keuangan organisasi dengan sebaik-baiknya.
(5)  Pengurus Departemen adalah alat kelengkapan dan aparat operasional Pimpinan Harian
dalam menjalankan program-program organisasi, yang dibentuk dan ditetapkan melalui
rapat pleno Pengurus Harian yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal 8
(1)  Kepengurusan IKA-PMII di semua tingkatan bekerja secara kolektif dengan pinsip-prinsip
kebersamaan, kejujuran dan demokrasi.
(2)  Setiap pengurus bekerja dengan penuh dedikasi dan bersifat fungsional sesuai dengan
kesediaan, kesanggupan dan kemampuan dengan tetap memperhatikan bidang tugas
masing-masing.

BAB V
PERMUSYAWARATAN

Pasal 9
Permusyawaratan IKA-PMII terdiri dari:
(1)   Musyawarah Nasional disingkat Munas
(2)   Musyawarah Wilayah disingkat Muswil
(3)   Musywarah Cabang disingkat Muscab
(4)   Permusyawaratan lain yang diperlukan untuk menjalankan program-program organisasi
IKA-PMII seperti:
a.   Rapat Pimpinan Harian
b.  Rapa Pleno Pengurus
c.   Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas)
d.  Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
e.   Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
f.   Rapat Kerja Cabang (Rakercab)

Musyawarah Nasional

Pasal 10
(1)  Musyawarah Nasional merupakan forum tertinggi dalam organisasi.
(2)  Musyawarah Nasional diadakan 5 (lima) tahun sekali
(3)  Pseserta Musyawarah Nasional terdiri dari:
a.      Utusan Wilayah yang mendapat mandat dan disahkan oleh Pengurus Besar
b.     Utusan Cabang yang mendapat mandat dan disahkan oleh Pengurus Besar
c.      Utusan dari Pengurus Besar
d.     Peserta peninjau yang ditentuakn oleh Pengurus Besar
e.      Peserta undangan yang ditentukan oleh Pengurus Besar
(4)  Setiap peserta Musyawarah Nasional mempunyai hak berbicara dan berpendapat baik
secara lisan maupun tulisan.
(5)  Utusan Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang masing-masing
mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 11
Musyawarah Nasional berwenang:
(1)    Menetapkan dan/atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(2)    Menilai dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar
(3)    Menetapkan Garis-Garis Besar Program Organisasi
(4)    Memilih dan menetapkan Ketua Umum PB IKA-PMII dan Formatur untuk menetapkan
Pengurus Besar IKA-PMII Periode berikutnya.
(5)    Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.

Pasal 12
(1)  Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang yang sah.
(2)  Sidang-sidang Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
separuh lebih satu dari jumlah peserta yang terdaftar.
(3)  Keputusan Musywarah Nasional sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya separuh
lebih satu dari jumlah peserta yang hadir dalam sidang.
(4)  Keputusan Musyawarah Nasional tentang perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah
peserta yang hadir dalam sidang.
(5)  Tata Tertib Musyawarah Nasional dan tata tertib pemilihan ditetapkan oleh dan dalam
sidang Musywarah Nasional.

Musyawarah Wilayah

Pasal 13
(1)   Musyawarah Wilayah merupakan forum tertinggi di tingkat Wilayah.
(2)   Musyawarah Wilayah diadakan 5 (lima) tahun sekali
(3)   Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari:
a.   Utusan Wilayah yang mendapat mandat dan disahkan oleh Pengurus Wilayah
b.  Utusan Cabang yang mendapat mandat dan disahkan oleh Pengurus Wilayah
c.   Peserta peninjau yang ditentuakn oleh Pengurus Wilayah
d.  Peserta undangan yang ditentukan oleh Pengurus Wilayah
(5)   Setiap peserta Musyawarah Wilayah mempunyai hak berbicara dan berpendapat baik
secara lisan maupun tulisan.
(6)   Utusan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang masing-masing mempunyai hak 1
(satu) suara.

Pasal 14
Musyawarah Wilayah berwenang:
e.       Menilai dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah
f.       Menetapkan Garis-Garis Besar program organisasi di tingkat wilayah
g.      Memilih dan menetapkan Ketua Wilayah IKA-PMII dan Formatur untuk menetapkan
Pengurus Wilayah IKA-PMII periode berikutnya.
h.      Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.

Pasal 15
(1)  Musyawarah Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah Pengurus Cabang yang sah.
(2)  Sidang-sidang Musyawarah Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
separuh lebih satu dari jumlah peserta yang terdaftar.
(3)  Keputusan Musywarah Wilayah sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya separuh
lebih satu dari jumlah peserta yang hadir dalam sidang.
(4)  Tata Tertib Musyawarah Wilayah dan tata tertib pemilihan ditetapkan oleh dan dalam
sidang Musyawarah Wilayah

Musyawarah Cabang

Pasal 16
(1)   Musyawarah Cabang merupakan forum tertinggi di tingkat Cabang.
(2)   Musyawarah Cabang diadakan 5 (lima) tahun sekali
(3)   Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari:
a.   Anggota IKA-PMII yang ada di Cabang yang bersangkutan sebagai utusan
b.  Peserta peninjau yang ditentuakn oleh Pengurus Cabang
c.   Peserta undangan yang ditentukan oleh Pengurus Cabang
(4)   Setiap peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak berbicara dan berpendapat baik
secara lisan maupun tulisan.
(5)   Setiap utusan Musyawarah Cabang mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 17
Musyawarah Cabang berwenang:
a.       Menilai dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang.
b.      Menetapkan Garis-Garis Besar program organisasi di tingkat cabang
c.       Memilih dan menetapkan Ketua Cabang IKA-PMII dan Formatur untuk menetapkan
Pengurus Cabang IKA-PMII periode berikutnya
d.      Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu

Pasal 18
(1)  Musyawarah Cabang sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah anggota yang ada.
(2)  Sidang-sidang Musyawarah Cabang sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
separuh lebih satu dari jumlah peserta yang terdaftar.
(3)  Keputusan Musywarah Cabang sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya separuh
lebih satu dari jumlah peserta yang hadir dalam sidang.
(4)  Tata Tertib Musyawarah Cabang dan tata tertib pemilihan ditetapkan oleh dan dalam
sidang Musywarah Cabang

BAB VI
LEMBAGA-LEMBAGA

Pasal 19
Lembaga adalah alat kelengkapan organisasi yang bertugas melaksanakan fungsi-fungsi
khusus yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pimpinan Harian di semua tingkatan sesuai
dengan kebutuhan.
BAB VII
PENUTUP

pasal 20
(1)  Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan oleh
Pengurus Besar dalam Peraturan Organisasi dan keputusan-keputusan lainnya.
(2)  Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan oleh Musyawarah Nasional dan berlaku sejak
tanggal ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai