BAGIAN PERTAMA
ANGGARAN DASAR
MUSLIMAT NAHDLATUL ’ULAMA
MUKADDIMAH
BAB I
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
BAB II
AQIDAH DAN ASAS
Pasal 2
Muslimat NU beraqidah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dan mengikuti salah satu dari
madzhab empat : Hanafi, Syafi’I, Hambali dan Maliki.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Muslimat NU berasas dan berpedoman pada
Pancasila dan UUD 1945
BAB III
SIFAT
Pasal 3
BAB IV
VISI DAN MISI
Pasal 4
Visi Muslimat NU :
Terwujudnya masyarakat sejahtera yang dijiwai ajaran Islam Ahlusunnah wal jamaah dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkemakmuran dan berkeadilan yang diridloi Allah
SWT.
Pasal 5
Misi Muslimat NU adalah :
1. Mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya perempuan, yang sadar beragama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya perempuan, yang berkualitas, mandiri
dan bertaqwa kepada Allah SWT.
3. Mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya perempuan, yang sadar akan
kewajiban dan haknya menurut ajaran Islam baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat.
4. Melaksanakan tujuan Jam’iyyah NU sehingga terwujudnya masyarakat adil dan
makmur yang merata dan diridhoi Allah SWT.
BAB V
STRATEGI
Pasal 6
Untuk mencapai visi dan misi yang dimaksud dalam Pasal 4 dan 5 Muslimat NU menentukan
strategi sebagai berikut :
BAB VI
LAMBANG
Pasal 7
Lambang Muslimat NU :
Arti Lambang :
- Bola dunia terletak ditengah-tengah berarti tempat kediaman untuk mengabdi dan
beramal guna mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
- Tali yang mengikat berarti agama Islam sebagai pengikat kehidupan manusia, untuk
mengingatkan agar selalu tolong menolong terhadap sesama dan meningkatkan taqwa kepada
Allah SWT.
- Lima buah bintang terletak diatas, yang terbesar dipuncak berarti : Sunnah
Rasulullah SAW yang diikuti dengan setia oleh empat sahabat besar : Abu Bakar, Umar,
Utsman dan Ali Radhiyallah’anhum.
Arti seluruh bintang yang berjumlah sembilan buah yaitu : Walisongo atau Wali Sembilan
yang berarti dalam berdakwah meneladani tata cara Wali Songo, yakni dengan cara damai dan
bijaksana tanpa kekerasan.
Arti Warna:
- Putih melambangkan ketulusan dan keihlasan.
- Hijau melambangkan kesejukan dan kedamaian.
- Tulisan Nahdlatul Ulama berarti : Muslimat NU bagian yang senantiasa meneruskan
dan mencerminkan perjuangan ulama.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 8
BAB VIII
TINGKATAN PIMPINAN
Pasal 9
Muslimat NU memiliki jenjang tingkatan Kepemimpinan sebagai berikut :
1. Pimpinan Pusat (PP) untuk Tingkat Pusat
2. Pimpinan Wilayah (PW) untuk Tingkat Propinsi
3. Pimpinan Koordinator Daerah (PKORDA) untuk Tingkat eks Karesidenan
4. Pimpinan Cabang (PC) untuk Tingkat Kabupaten / Kota
5. Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) untuk Cabang di luar negeri
6. Pimpinan Anak Cabang (PAC) untuk Tingkat Kecamatan
7. Pimpinan Ranting (PR) untuk Tingkat Kelurahan / Desa
8. Pimpinan Anak Ranting (PAR) untuk Tingkat Dusun/ RW
BAB IX
PIMPINAN
Pasal 10
Pimpinan terdiri atas :
1. Dewan Penasehat
2. Dewan Pakar
3. Pimpinan Harian
4. Bidang – Bidang
Pasal 11
BAB X
PERMUSYAWARATAN
Pasal 12
Pasal 13
KONGRES
Pasal 15
BAB XII
PERANGKAT
Pasal 16
BAB XIII
PERUBAHAN
Pasal 17
Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Kongres
BAB XIV
PEMBUBARAN dan PENYERAHAN HAK MILIK
Pasal 18
Jika Organisasi Muslimat NU dinyatakan bubar, maka hak miliknya diserahkan kepada
perangkat Muslimat yang berbadan hukum atau jam’iyyah NU setempat.
BAB XV
PENUTUP
Pasal 19
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
2. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak disahkan.
Ditetapkan di : Batam
Pada tanggal : 31 Maret 2006
BAB I
ANGGOTA
Pasal 1
Anggota Muslimat NU terdiri dari :
1. Anggota Biasa
2. Anggota Kehormatan ialah tokoh Perempuan yang bersimpati kepada Muslimat NU
3. Anggota Istimewa ialah: Perintis dan Mantan Pengurus yang berjasa kepada Muslimat
NU.
Pasal 2
SYARAT dan TATA CARA MENJADI ANGGOTA
1. Setiap Perempuan Indonesia yang beragama Islam berusia 27 tahun ke atas atau yang
sudah menikah dan menyetujui Aqidah dan Asas serta Visi dan Misi Muslimat NU dapat
diterima menjadi anggota.
2. Bagi yang berminat menjadi anggota hendaknya mengajukan permohonan kepada
Pengurus Ranting setempat dengan surat atau tulisan dan memberikan uang pangkal Rp.
1.000,- (seribu rupiah).
3. Jika di daerah tersebut belum didirikan Ranting, maka permohonannya diajukan
kepada Pengurus Cabang.
4. Jika permohonannya dikabulkan maka ia akan menerima Kartu Tanda Anggota dan
jika ditolak, uang pangkal akan dikembalikan. Penolakan tersebut dengan alasan yang kuat,
yaitu alasan Syar’i atau organisasi. Pengurus diwajibkan menerangkan alasan penolakannya
secara tertulis.
5. Anggota kehormatan, anggota istimewa dapat diterima apabila diajukan oleh Pimpinan
Cabang atau Pimpinan Wilayah, dan disahkan oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 3
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 4
HAK ANGGOTA
1. Turut serta dalam usaha dan kegiatan yang diselenggarakan Muslimat NU.
2. Mengajukan usul, mengeluarkan pendapat dan memberikan suara dalam rapat
anggota.
3. Mendapatkan informasi, pelayanan, perlindungan dan pembelaan.
Pasal 5
BERHENTINYA ANGGOTA
Pasal 7
PIMPINAN PUSAT
1. Pimpinan lengkap terdiri atas :
Dewan Penasehat
Dewan Pakar
Pimpinan Harian
Bidang-Bidang
2. Pimpinan Harian terdiri atas:
Ketua Umum
Ketua I
Ketua II
Ketua III
Ketua IV
Ketua V
Ketua VI
Sekretaris Umum
Sekretaris I
Sekretaris II
Sekretaris III
Sekretaris IV
Sekretaris V
Bendahara Umum
Bendahara I
Bendahara II
3. Bidang-bidang terdiri atas :
1. Organisasi, dan Keanggotaan
2. Pendidikan dan Kaderisasi
3. Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup
4. Kesehatan
5. Dakwah
6. Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis
7. Tenaga Kerja
8. Hukum dan Advokasi
9. Penelitian dan Pengembangan, Komunikasi dan Informasi
10. Hubungan Luar Negeri dan Pengembangan Jaringan
Pasal 8
PIMPINAN WILAYAH
1. Pimpinan lengkap terdiri atas :
Dewan Penasehat
Dewan Pakar
Pimpinan Harian
Bidang-Bidang
2. Pimpinan Harian terdiri atas :
Ketua
Ketua I
Ketua II
Ketua III
Ketua dapat ditambah satu orang lagi apabila diperlukan
Sekretaris
Sekretaris I
Sekretaris II
Sekretaris III
Bendahara
Bendahara I
Bendahara II
Pasal 10
PIMPINAN CABANG
Pimpinan Cabang terdiri atas :
1. Pimpinan lengkap terdiri atas :
Dewan Penasehat
Dewan Pakar
Pimpinan Harian
Bidang-Bidang
Pasal 11
PIMPINAN ANAK CABANG
2. Pimpinan Harian :
Ketua I
Ketua II
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II
7. Tenaga Kerja
(Pembentukan struktur untuk bidang bidang disesuaikan dengan kebutuhan Anak Cabang
masing-masing)
Pasal 12
PIMPINAN RANTING
Pasal 14
DEWAN PENASEHAT
Pasal 15
DEWAN PAKAR
1. Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang bagi Pimpinan Pusat.
2. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang bagi Pimpinan Wilayah.
3. Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang bagi Pimpinan Cabang.
BAB III
FUNGSI PERANGKAT ORGANISASI
PERANGKAT ORGANISASI DENGAN MUSLIMAT NU
Pasal 16
Pasal 17
HUBUNGAN YAYASAN / LEMBAGA DENGAN MUSLIMAT NU
BAB IV
HAK dan KEWAJIBAN PIMPINAN
Pasal 18
PIMPINAN PUSAT
Pasal 19
PIMPINAN WILAYAH
Pasal 21
PIMPINAN CABANG
Pasal 22
PIMPINAN ANAK CABANG
6. Dalam keadaan belum terbentuk Ranting, maka Anak Cabang dapat memilih
Cabang.
7. Memilih Pimpinan Cabang dalam Konferensi Cabang.
Pasal 23
PIMPINAN RANTING
1. Setia dan taat kepada Pimpinan atasannya.
2. Melaksanakan program organisasi Muslimat NU di daerahnya.
3. Menyampaikan laporan kegiatan dan perkembangan organisasi kepada Pimpinan
Cabang dan Anak Cabang sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
4. Membentuk Anak Ranting.
5. Meminta pertanggungjawaban atas kebijakan Pimpinan Cabang dalam Konferensi
Cabang.
6. Memilih Pimpinan Cabang dalam Konferensi Cabang dan memilih Pimpinan Anak
Cabang dalam Konferensi Anak Cabang.
Pasal 24
PIMPINAN ANAK RANTING
BAB V
MASA KEPEMIMPINAN
Pasal 25
PIMIPNAN PUSAT
1. Pimpinan Pusat dipilih untuk masa lima tahun dalam Kongres, dan dapat dipilih
kembali.
2. Seseorang dapat menjadi Ketua Umum setelah menjadi Pimpinan Pusat atau
Pimpinan Wilayah minimal satu periode kepengurusan dan aktif.
3. Ketua Umum dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
Pasal 26
PIMPINAN WILAYAH
1. Pimpinan Wilayah dipilih untuk masa lima tahun oleh Konferensi Wilayah.
2. Pimpinan Wilayah disahkan oleh Pimpinan Pusat Muslimat NU.
3. Seseorang dapat menjadi Ketua Wilayah setelah menjadi anggota pengurus wilayah
atau pengurus Cabang.
4. Ketua Wilayah dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
Pasal 27
KOORDINATOR DAERAH
1. Koordinator Daerah dipilih oleh Konferensi Koordinator Daerah untuk masa lima
tahun.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Koordinator Daerah apabila pernah
menjadi Ketua salah satu Cabang di daerahnya.
3. Ketua Koordinator Daerah dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
Pasal 28
PIMPINAN CABANG
1. Pimpinan Cabang dipilih untuk masa lima tahun oleh Konferensi Cabang dan
disahkan oleh Pimpinan Pusat, atas rekomendasi Pimpinan wilayah.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Cabang sesudah menjadi anggota
Muslimat NU sekurang-kurangnya dua tahun.
3. Ketua Cabang dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
4. Ketentuan ayat 2 diatas tidak berlaku bagi Pimpinan Cabang Istimewa .
Pasal 29
PIMPINAN ANAK CABANG
1. Pimpinan Anak Cabang dipilih untuk masa lima tahun dalam Konferensi Anak
Cabang dan disahkan oleh Cabang.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Anak Cabang sesudah menjadi anggota
Muslimat NU sekurang-kurangnya dua tahun.
3. Ketua Anak Cabang hanya dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
Pasal 30
PIMPINAN RANTING
1. Pimpinan Ranting dipilih untuk masa tiga tahun oleh Konferensi Ranting dan
disahkan oleh Cabang.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Ranting sesudah menjadi anggota
Muslimat NU sekurang-kurangnya satu tahun.
3. Ketua Ranting dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
Pasal 31
PIMPINAN ANAK RANTING
1. Pimpinan Anak Ranting dipilih untuk masa tiga tahun oleh rapat anggota dan
disahkan oleh Anak Cabang.
2. Seseorang dapat dipilih menjadi Pimpinan Anak Ranting sesudah menjadi anggota
Muslimat NU.
3. Ketua Anak Ranting dapat dipilih untuk masa dua periode berturut-turut.
Pasal 32
RANGKAP JABATAN
1. Ketua Umum dan Ketua-Ketua sesuai tingkatannya tidak diperkenankan
merangkap jabatan dengan Pimpinan Harian partai politik.
2. Seluruh Pimpinan Harian tidak diperkenankan merangkap jabatan pada Pimpinan
Harian dilingkungan Muslimat NU yang berbeda tingkatan maupun badan otonom NU lainnya.
3. Seluruh Pimpinan Harian tidak diperkenankan merangkap jabatan pada Pimpinan
Harian ormas yang sejenis.
4. Ketentuan lebih lanjut tentang rangkap jabatan akan diatur dalam pedoman
pelaksanaan.
BAB VI
DAERAH TERITORIAL
Pasal 33
PIMPINAN PUSAT
1. Pimpinan Pusat adalah Pimpinan Muslimat NU tingkat Nasional yang
berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia.
2. Pimpinan Pusat mempunyai ruang lingkup meliputi seluruh Wilayah Republik
Indonesia.
Pasal 34
PIMPINAN WILAYAH
Pasal 35
KOORDINATOR DAERAH
1. Di tiap Wilayah eks karesidenan dibentuk Koordinator Daerah yang membantu
Pimpinan Wilayah.
2. Untuk daerah luar Jawa dapat dibentuk Koordinator daerah sesuai kebutuhan.
Pasal 36
PIMPINAN CABANG
Pasal 37
PIMPINAN ANAK CABANG
Pasal 38
PIMPINAN CABANG ISTIMEWA
Pasal 39
PIMPINAN RANTING
1. Pimpinan Ranting adalah Pimpinan Muslimat NU ditingkat Kelurahan/ Desa.
2. Dalam satu Desa/Kelurahan dapat didirikan satu Ranting.
Pasal 40
PIMPINAN ANAK RANTING
Untuk efekfitas dan pengembangan organisasi, jika dianggap perlu dapat dibentuk Anak
Ranting di dusun atau RW.
BAB VII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 41
KONGRES
B. Rapat Kerja Nasional tidak merubah AD/ ART dan tidak memilih Pimpinan Pusat.
C. Rapat Kerja Nasional Sah apabila dihadiri separuh lebih satu dari jumlah Wilayah
seluruh Indonesia.
D. Rapat kerja Nasional dihadiri oleh Pimpinan Pusat, dan Pimpinan Wilayah seluruh
Indonesia.
Pasal 43
KONFERENSI WILAYAH
1. Konferensi Cabang adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh Anak Cabang dan
Ranting diselenggarakan oleh Cabang sekurang-kurangnya lima tahun sekali atas undangan
Pimpinan Cabang atau atas permintaan sekurang-kurangnya separuh lebih satu jumlah
Ranting di daerahnya.
2. Konferensi Cabang membicarakan :
a. Pertanggung jawaban Pimpinan Cabang.
b. Masalah keorganisasian.
c. Masalah keagamaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.
d. Program lima tahun mendatang.
e. Rekomendasi atau usulan.
3. Memilih Pimpinan Cabang.
Pasal 46
KONFERENSI ANAK CABANG
1. Konferensi Anak Cabang adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh Ranting yang
diadakah oleh Anak Cabang tiap lima tahun sekali.
2. Konferensi Anak Cabang membicarakan :
a. Pertanggung jawaban Pimpinan Anak Cabang.
b. Masalah keorganisasian.
c. Masalah keagamaa dan kemasyarakatan.
d. Program lima tahun mendatang.
e. Rekomendasi atau usulan.
3. Konferensi Anak Cabang memilih Pimpinan Anak Cabang.
Pasal 47
KONFERENSI RANTING
1. Konferensi Ranting adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh Anak Ranting yang
diadakah oleh Ranting tiap tiga tahun sekali.
2. Konferensi Ranting membicarakan :
a. Pertanggung jawaban Pimpinan Ranting.
b. Masalah keorganisasian.
c. Masalah keagamaan dan kemasyarakatan.
d. Program tiga tahun mendatang.
e. Rekomendasi atau usulan.
3. Konferensi Ranting memilih Pimpinan Ranting.
Pasal 48
RAPAT ANGGOTA
1. Rapat Anggota dihadiri oleh para anggota yang diadakan oleh Pimpinan Anak
Ranting tiga tahun sekali atau atas usul dari sedikitnya separuh lebih satu jumlah anggota.
2. Rapat Anggota membahas :
a. Pertanggung jawaban Pimpinan Anak Ranting.
b. Masalah keorganisasian.
c. Masalah keagamaa dan kemasyarakatan.
d. Program tiga tahun mendatang.
e. Rekomendasi atau usulan.
3. Rapat Anggota memilih Pimpinan Anak Ranting.
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 49
1. Pengambilan keputusan dalam musyawarah dilakukan berdasarkan musyawarah
mufakat.
2. Apabila kesepakatan tidak tercapai maka keputusan diambil melalui pemungutan
suara.
Pasal 50
HAK SUARA DALAM RAPAT
1. Semua anggota rapat :
a. Rapat Pimpinan Pusat
b. Rapat Pimpinan Wilayah
c. Rapat Pimpinan Koordinator daerah.
d. Rapat Pimpinan Cabang
e. Rapat Pimpinan Anak Cabang
f. Rapat Pimpinan Ranting
g. Rapat Pimpinan Anak Ranting masing-masing mempunyai hak 1 suara
2. Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi dapat hadir serta memberikan saran,
tetapi tidak mempunyai hak suara.
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 51
1. Sumber keuangan adalah :
a. Uang Pangkal
b. I’anah Syahriyah Shaksyiaah/ Iuran Bulanan Anggota
c. Bantuan yang tidak mengikat dan halal
2. Uang Pangkal adalah uang diberikan oleh calon anggota untuk memenuhi salah
satu syarat agar diterima menjadi anggota besarnya adalah Rp. 1.000,- (seribu rupiah) dan
dibayarkan satu kali saja. Uang pangkal seluruhnya menjadi hak Pimpinan Ranting.
3. Uang iuran (I’anah Syahriyah) adalah uang yang diberikan anggota kepada
organisasi setiap bulan sebagai sumbangan bagi pembiayaan organisasi sebesar Rp. 500,-
(lima ratus rupiah). Uang iuran bulanan dibagi sebagai berikut : 45 % untuk Ranting, 15 %
untuk Anak Cabang, 15 % untuk Cabang, 10 % untuk Koordinator daerah, 10 % untuk
Wilayah, 10% untuk Pimipinan Pusat.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 52
PEMBUBARAN ORGANISASI MUSLIMAT NU
Organisasi Muslimat NU dapat dibubarkan apabila tidak ada yang sanggup mengurusi
BAB XI
LAIN – LAIN
Pasal 53
PENUTUP
1. Segala sesuatu yang tidak/ belum diatur dalam Anggaran Dasar/ Anggaran
Rumah Tangga ini akan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan : Batam
Tanggal : 31 Maret 2006