Anda di halaman 1dari 24

ANGGARAN DASAR

PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

Muqaddimah

(Tulisan Arab) Asyhadu an laa ilaaha illa 'Allah. Wa asyhadu an-Naa Muhammadan
Rasulullah. "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa nabi
Muhammad adalah utusan-Nya"

(Tulisan Arab) Rodhiitu bi'llaahi Rabba, Wa bi'l-Islaamidina, Wabi Muhammadin


Nabiyya wa Rasula. “Aku Ridha Allah Tuhanku, Islam Agamaku, dan Muhammad
Nabi dan Rasulku”

‫اه هوهماَ أههناَ همهن اللقملشهرهكيِهن‬


‫صيِهرةة أههناَ هوهمهن اتابههعهنيِ هوقسلبهحاَهن ا‬ ‫ققلل هههذهه هسهبيِهليِ أهلدقعوُ إههلىَ ا‬
‫اه هعهلىَ به ه‬
Katakanlah: "Inilah jalan (Dien)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik " (Al-Qur'an, Surat Yusuf ayat 108).

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”
(Al-Qur’an, surat Ali Imran ayat 103).

Bahwa sesungguhnya Islam adalah satu-satunya Ad-Dien yang diridhoi Allah


SWT, yang bercirikan tawasuth (jalan tengah), tasyamul (menyeluruh), tawazun
(berkeseimbangan), dan barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat termasuk orang
yang rugi.
Tegaknya nilai-nilai ajaran Islam di muka bumi merupakan jalan untuk
menciptakan kehidupan yang sejahtera lahir-batin bagi seluruh ummat manusia. Setiap
muslim berkewajiban menegakkan nilai-nilai ajaran Islam dengan segenap
kemampuan, jiwa dan raga dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat
sehingga tercipta kehidupan ummat yang beraqidah Islamiah dan berakhlaqul karimah
demi terwujudnya cita-cita (tulisan Arab) Izzul Islam wal Muslimin.
Sesungguhnya umat Islam adalah umat yang satu, yang mempunyai ikatan yang
kokoh. Setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh pada tali agama Allah oleh
karena itu sembahlah hanya kepada Illah (‫ )ﺍﻠﻪ‬yang Maha Esa dan menghindari segala
bentuk perpecahan dan permusuhan, meningkatkan silaturrahim dalam persaudaraan
dan menyebarkan perdamaian di antara umat manusia.
Insyaf dan sadar akan tanggung jawab pelajar Islam terhadap Agama, nusa dan
bangsa. Yakin akan kebenaran Islam untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera,
adil, makmur dan damai dalam limpahan maghfirah dan mardhatillah. Dengan hasrat
melatih diri dalam usaha mencapai cita-cita Islam tersebut di atas dengan cara yang
tertib, teratur dan benar, maka kami susun suatu organisasi dengan anggaran dasar
sebagai berikut:

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
1. Organisasi ini bernama Pelajar Islam Indonesia disingkat PII.
2. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947 M yang bertepatan
dengan tanggal 12 Jumadil Akhir 1366 H untuk waktu yang tidak terbatas.
3. Organisasi ini berpusat di Ibukota Negara RI.

BAB II
ASAS, BENTUK, DAN SIFAT

Pasal 2
Organisasi ini berasaskan Islam.

Pasal 3
Organisasi ini berbentuk kesatuan, bukan organisasi politik dan tidak menjadi bagian
dari golongan atau aliran organisasi politik manapun.

Pasal 4
1. Organisasi ini bersifat independen.
2. Organisasi ini merupakan gerakan dakwah di bidang pendidikan dan
kebudayaan.

BAB III
TUJUAN

Pasal 5
Tujuan organisasi ini adalah kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai
dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan ummat manusia.

BAB IV
TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 6
Organisasi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan kaderisasi serta melakukan pembelaan
dan pelayanan terhadap masyarakat pelajar guna menumbuhkan kader ummat dan kader
bangsa yang memiliki kepribadian muslim, cendikia, dan berjiwa pemimpin untuk menjadi
pelopor, penggerak, dan penjaga misi perjuangan Islam.

Pasal 7
Organisasi ini berfungsi sebagai wadah pembinaan kepribadian muslim, penghantar sukses
studi, sarana berlatih, dan alat perjuangan bagi pelajar Islam.

BAB V
USAHA

Pasal 8
Untuk mencapai tujuannya organisasi ini berusaha:
1. Mendidik anggotanya untuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk memahami, mengkaji,
mengapresiasi, dan melaksanakan ajaran serta tuntunan Islam dalam kehidupan pribadi,
keluarga, dan masyarakat.
3. Mencetak kader-kader pemimpin yang memiliki pandangan hidup Islami, keluasan
pandangan dunia global, dan berkepribadian muslim dalam segala bidang kehidupan.
4. Mendidik anggotanya untuk memiliki dan memelihara jiwa independen yang tangguh.
5. Membina mental dan menumbuhkan apresiasi keilmuwan serta kebudayaan yang
sesuai dengan Islam.
6. Menumbuh-kembangkan semangat dan kemampuan anggota untuk mengikuti,
menguasai, dan memanfaatkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi
kesejahteraan ummat manusia.
7. Mengembangkan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, minat, dan bakat anggotanya.
8. Membantu dalam pemenuhan dan pengembangan minat, bakat, dan potensi
masyarakat pelajar.
9. Membela hak-hak dan mengatasi problematika pelajar.
10. Menyelenggarakan kegiatan sosial untuk kepentingan Islam dan umat Islam serta
umat manusia pada umumnya.

BAB VI
SISTEM KADERISASI

Pasal 9
1. Kaderisasi PII menggunakan sistem Ta’dib
2. Pengelolaan, monitoring dan evaluasi sistem Ta’dib dilakukan oleh Dewan Ta’dib
3. Dewan Ta’dib berkedudukan di tingkat pusat, wilayah dan daerah.
4. Setiap eselon dewan ta'dib berhak mengembangkan sistem Ta'dib diteritorial masing-
masing

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 10
1. Anggota PII adalah pelajar Islam yang berusia antara 4 hingga 30 tahun.
2. Anggota PII terdiri dari Anggota Tunas, Anggota Muda, Anggota Biasa, Anggota Luar
Biasa, dan Anggota Kehormatan.

BAB VIII
INSTITUSI KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN

Pasal 11
1. Institusi kekuasaan tertinggi tingkat nasional secara hirarkis dipegang oleh
Muktamar Nasional (Muknas), Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Sidang
Dewan Pleno Nasional (SDPN).
2. Institusi kekuasaan tingkat wilayah secara hirarkis dipegang oleh
Konferensi Wilayah (Konwil), Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) dan Sidang
Dewan Pleno Wilayah (SDPW) .
3. Institusi kekuasaan tingkat daerah secara hirarkis dipegang oleh
Konferensi Daerah (Konda) dan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda).
4. Institusi kekuasaan tingkat komisariat dipegang oleh Musyawarah Komisariat
(Muskom).

Pasal 12
1. Institusi kepemimpinan organisasi terdiri dari Pengurus Besar (PB), Pengurus
Wilayah (PW), Pengurus Daerah (PD), dan Pengurus Komisariat (PK).
2. Untuk mendukung pelaksanaan program kerja dan mengembangkan misi dan
eksistensi PII di luar negeri dapat dibentuk Pengurus Perwakilan (PWK) Luar Negeri.

BAB IX
BADAN OTONOM, BADAN KHUSUS, LEMBAGA KHUSUS

Pasal 13
1. Untuk melaksanakan program kerja dan usaha membina, mengembangkan dan
meningkatkan ketahanan organisasi yang sehat, dinamis serta dalam rangka mengemban
misi dan eksistensi organisasi di tengah umat dibentuk Badan Otonom Brigade.
2. Untuk melaksanakan program kerja dan usaha membina, mengembangkan, dan
meningkatkan potensi, citra dan peranan pelajar puteri untuk membentuk kader-kader
muslimah pemimpin serta pembinaan kader tunas, maka dibentuk Badan Otonom Korps
PII Wati.
3. Badan Otonom Brigade dan Korps PII Wati dibentuk di tingkat Pengurus Besar,
Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah.

Pasal 14
1. Untuk melaksanakan tugas-tugas khusus dapat dibentuk badan khusus.
2. Badan khusus dapat dibentuk di tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan
Pengurus Daerah.

Pasal 15
1. Untuk melaksanakan usaha-usaha khusus dapat dibentuk lembaga khusus.
2. Lembaga khusus dapat dibentuk di tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan
Pengurus Daerah.

BAB X
PERBENDAHARAAN

Pasal 16
Keuangan dan harta benda organisasi diperoleh dari:
a. Uang pangkal, iuran anggota dan sumbangan sukarela anggota.
b. Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Hibah dari ummat Islam serta pihak-pihak lain
sepanjang sah, halal, dan tidak mengikat.
c. Usaha-usaha produktif dan usaha-usaha lain yang sah, halal, dan tidak mengikat.

BAB XI
LAGU, LAMBANG, DAN ATRIBUT PII

Pasal 17
Lagu-lagu wajib PII terdiri dari Mars PII, Hymne PII, Mars Brigade dan Mars PII Wati.

Pasal 18
Lambang PII berbentuk segitiga terdiri dari teratak tangga, tingkat bangunan, kubah
mesjid, bintang dan bulan sabit, kelopak bunga, kitab (Al-Quran), buku dan pena, yang
tersusun di atas pita bertuliskan PII.

Pasal 19
Ketentuan tentang penggunaan lagu, lambang dan atribut PII ditetapkan oleh pengurus besar
dan diatur dalam ketentuan tersendiri.

BAB XII
HIRARKI SUMBER HUKUM
Pasal 20
Setiap insitusi kekuasaan dan institusi kepemimpinan dapat membuat produk hukum
sepanjang tidak bertentangan dengan sumber hukum di atasnya.

Pasal 21
Hirarki sumber hukum organisasi terdiri dari:
a. Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi.
b. Al Hadist
c. Falsafah Gerakan PII.
d. Khittah Perjuangan PII.
e. Anggaran Dasar PII.
f. Anggaran Rumah Tangga PII.
g. Garis Besar Haluan Organisasi.
h. Ketetapan-ketetapan Muktamar Nasional.
i. Ketetapan-ketetapan Sidang Dewan Pleno Nasional
j. Ketetapan-ketetapan Rapat Pimpinan Nasional
k. Surat Keputusan Pengurus Besar.
l. Ketetapan-ketetapan institusi kekuasaan dan surat keputusan tingkat wilayah.
m. Ketetapan-ketetapan institusi kekuasaan dan surat keputusan tingkat daerah.
n. Ketetapan-ketetapan institusi kekuasaan dan surat keputusan tingkat komisariat.

BAB XIII
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 22
1. Pembubaran organisasi PII hanya dapat dilakukan dalam forum Muktamar Nasional
(Muknas).
2. Ketetapan pembubaran organisasi harus disetujui oleh seluruh peserta utusan.
3. Setelah pembubaran organisasi, segala harta kekayaannya diwakafkan kepada
lembaga sosial Islam.

BAB XIV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 23
1. Anggaran Dasar hanya dapat dirubah pada forum Muktamar Nasional.
2. Ketetapan perubahan Anggaran Dasar harus disetujui sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah peserta utusan.

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24
Hal-hal yang ditentukan dalam Anggaran Dasar ini akan dijabarkan dalam Anggaran
Rumah Tangga serta peraturan/ketentuan-ketentuan tersendiri sepanjang tidak
bertentangan dengan anggaran dasar.

BAB XVI
PENGESAHAN

Pasal 25
Anggaran Dasar ini disahkan pertama kalinya pada Kongres I PII tahun 1947 di
Yogyakarta dengan perubahan-perubahan untuk penyempurnaannya terakhir pada
Muktamar Nasional XXVII PII tahun 2012 di Palu, Sulawesi Tengah.

Billaahitaufiq wal hidayah.

Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal : 23 Sya’ban 1433 H
13 Juli 2012 M

Pimpinan Sidang Komisi


Muktamar Nasional Ke-28
Pelajar Islam Indonesia (PII)

Dto. Dto.

A. Yanis Rahman
Ketua Sekretari
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
1.Anggota Tunas adalah pelajar Islam berusia antara 4 hingga 12 tahun yang pernah atau
sedang studi di tingkat sekolah dasar/sederajat dan aktif mengikuti kegiatan yang dibina
oleh PII.
2. Anggota Muda adalah pelajar Islam yang telah berusia 13 tahun yang pernah atau
sedang studi di tingkat sekolah menengah atau sederajat dan aktif mengikuti kegiatan
yang dibina oleh PII.
3. Anggota Biasa adalah anggota muda yang telah mengikuti Basic Training PII.
4. Anggota Luar Biasa adalah pelajar Islam berkewarganegaraan asing berusia 4 hingga
30 tahun yang pernah atau sedang studi di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah atau
perguruan tinggi atau sederajat dan telah mengikuti pengkaderan PII.
5. Anggota Kehormatan adalah pelajar Islam berprestasi atau orang yang berjasa kepada
PII yang ditetapkan keanggotaannya oleh Pengurus Besar atau Pengurus Wilayah.

Pasal 2
1.Setiap pelajar Islam berusia antara 4 hingga 12 tahun yang ada di bawah pembinaan PII
dapat ditetapkan sebagai anggota tunas oleh Pengurus Daerah.
2. Setiap pelajar Islam yang ingin menjadi anggota muda, setelah mengikuti pra batra
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan PII, anggota muda ditetapkan dan disyahkan
oleh Pengurus Daerah.
3.Setiap anggota muda yang ingin menjadi anggota biasa menyatakan kesediaannya untuk
menjalankan konstitusi dan peraturan organisasi PII serta mengikuti Basic Training PII,
anggota biasa ditetapkan dan disyahkan oleh Pengurus Wilayah.
4. Setiap pelajar Islam berkewarganegaraan asing yang ingin menjadi anggota luar biasa
harus mengajukan permohonan secara tertulis dan menyatakan kesediaannya untuk
menjalankan konstitusi dan peraturan organisasi PII, anggota luar biasa ditetapkan dan
disyahkan oleh Pengurus Besar atau Pengurus Wilayah.
5. Pelajar Islam berprestasi atau orang yang berjasa kepada PII dan menyatakan
kebersediaanya dapat ditetapkan menjadi anggota kehormatan oleh Pengurus Besar atau
Pengurus Wilayah.

Pasal 3
1.Masa keanggotaan anggota muda ditandai dengan kartu tanda anggota muda yang
dikeluarkan oleh PD berlaku untuk 1 (satu) tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang
kembali.
2.Masa keanggotaan anggota biasa ditandai kartu tanda anggota biasa yang dikeluarkan
oleh PW yang berlaku untuk 2 (dua) tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang kembali.
3.Khusus untuk Pengurus Besar, masa keanggotaan anggota biasa ditandai dengan
dikeluarkannya kartu tanda anggota biasa oleh Pengurus Besar.
4.Masa keanggotaan PII dapat diperbaharui selama anggota yang bersangkutan masih
aktif dalam kegiatan PII dan belum berusia lebih dari 30 tahun.

Pasal 4
Tata cara pembuatan, pengeluaran, pemberian, dan perpanjangan kartu tanda anggota diatur
dalam ketentuan tersendiri oleh PB.

Pasal 5
1. Anggota Tunas berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan pertanyaan kepada
pengurus, mengikuti kegiatan pembinaan kader, dan kegiatan-kegiatan PII lainnya.
2. Anggota Muda memiliki hak mengeluarkan pendapat, mengajukan pertanyaan kepada
pengurus, mengikuti kegiatan pembinaan kader, mengikuti latihan-latihan organisasi dan
kegiatan-kegiatan PII lainnya, serta memiliki hak memilih.
3. Anggota Biasa memiliki hak yang sama dengan anggota muda ditambah hak dipilih.
4. Anggota Luar Biasa mempunyai hak yang sama dengan Anggota Muda.
5. Anggota Kehormatan mempunyai hak mengajukan saran, usul, dan pertanyaan kepada
pengurus secara lisan dan atau tulisan.

Pasal 6
1. Anggota tunas memiliki kewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan PII.
2. Anggota muda memiliki kewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan PII,
membayar uang pangkal dan iuran anggota, menjaga nama baik organisasi, memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3. Anggota biasa memiliki kewajiban yang sama dengan anggota muda ditambah
kewajiban untuk memahami konstitusi dan peraturan organisasi PII serta mengikuti
proses kaderisasasi PII dan aktif dalam upaya pembelaan dan pelayanan masyarakat
pelajar.
4. Anggota Luar Biasa memiliki kewajiban yang sama dengan anggota muda.
5. Anggota Kehormatan memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam kegiatan PII dan
menjaga nama baik organisasi.

Pasal 7
Seorang anggota dapat kehilangan keanggotaannya karena :
a. Telah mencapai usia lebih dari 30 tahun.
b. Berhenti atas permintaan sendiri.
c. Diberhentikan atau dipecat.
d. Meninggal dunia.

Pasal 8
1. Anggota PII dapat dijatuhi hukuman apabila :
a. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik Islam dan ummat Islam.
b. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik PII, melanggar
ketetapan, keputusan dan peraturan-peraturan organisasi yang telah ditetapkan
oleh PII.
2. Hukuman kepada anggota berupa peringatan, skorsing, dan pemecatan.
3. Anggota yang diskors atau dipecat dapat melakukan pembelaan dalam institusi
kekuasaan PII.
4. Ketentuan mengenai tata cara pemberian peringatan, skorsing, pemecatan dan
prosedur pembelaan diatur dalam ketentuan atau peraturan tersendiri.

Pasal 9
1.Setiap anggota PII tidak diperbolehkan merangkap menjadi anggota partai
politik dan atau organisasi afiliasinya.
2.Setiap anggota PII dapat merangkap menjadi anggota pada organisasi massa lain.
3.Anggota PII yang merangkap menjadi anggota pada organisasi massa lain harus
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan konstitusi dan peraturan PII yang
berlaku.

Pasal 10
1. Setiap pengurus PII tidak diperbolehkankan rangkap jabatan pada organisasi massa
lain.
2. Pengurus PII yang rangkap jabatan pada organisasi lain yang bukan organisasi massa
dan partai politik, harus menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan konstitusi dan
peraturan PII lainnya yang berlaku.

BAB II
STRUKTUR KEKUASAAN

Pasal 11
1. Muktamar Nasional adalah institusi kekuasaan tertinggi organisasi.
2.Muktamar Nasional merupakan forum musyawarah utusan-utusan Wilayah, Daerah, dan
Komisariat yang dihadiri oleh Pengurus Besar.
3. Muktamar Nasional diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun sekali oleh Pengurus Besar.

Pasal 12
Muktamar Nasional mempunyai fungsi dan wewenang untuk :
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban PB PII.
b. Menetapkan Falsafah Gerakan dan Khittah Perjuangan.
c. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga selama 1 periode, sedangkan Garis Besar
Haluan Organisasi untuk 4 (empat) periode kepengurusan.
d. Menetapkan Kebijakan dan Program Kerja Organisasi serta memilih Pengurus Besar
dengan cara memilih Ketua Umum/Ketua Dewan Formatur dan 4 (empat) orang Anggota
Formatur untuk 1 (satu) periode kepengurusan.
e. Menetapkan dan mengesahkan hasil-hasil Musyawarah Nasional Badan Otonom PII.
f. Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Muktamar Nasional berikutnya.

Pasal 13
1. Peserta Muktamar Nasional adalah Pengurus Besar dan Koordinator Pusat Badan
Otonom, Pengurus Perwakilan Luar Negeri, Pengurus Wilayah dan Koordinator Wilayah
Badan Otonom, Pengurus Daerah dan Koordinator Daerah Badan Otonom, Pengurus
Komisariat, dan Undangan Pengurus Besar.
2. Peserta Muktamar Nasional terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.
3. Ketentuan peserta Muknas ditentukan oleh Pengurus Besar dengan persetujuan
Pengurus Wilayah, Pengurus Perwakilan Luar Negeri, dan Pengurus Daerah melalui forum
Sidang Dewan Pleno Nasional.

Pasal 14
1. Muktamar Nasional dinyatakan quorum apabila dihadiri sekurang-kurangnya separuh
lebih satu dari jumlah Pengurus Wilayah yang berhak hadir.
2. Apabila ketentuan ayat 1 (satu) tidak terpenuhi, maka Muktamar Nasional di tunda
selama 1 x 24 jam kemudian dinyatakan sah.
3. Peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih, kecuali utusan
Pengurus Besar tidak mempunyai hak memilih.
4. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif atas permintaan presidieum sidang.

Pasal 15
1. Selambat-lambatnya dalam waktu 30 x 24 Jam Ketua Umum/Ketua Formatur dan
Dewan formatur terpilih telah selesai menyusun struktur dan personalia Pengurus Besar
ditandai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Dewan Formatur.
2. Selambat-lambatnya dalam waktu 15 x 24 jam setelah personalia PB PII terbentuk,
panitia Muktamar Nasional harus menyelenggarakan acara pelantikan dan serah terima
jabatan.

Pasal 16
1. Konferensi Wilayah adalah institusi kekuasaan organisasi tingkat ke-dua.
2. Konferensi Wilayah merupakan forum musyawarah utusan-utusan Pengurus Daerah
dan Pengurus Komisariat yang dihadiri oleh Pengurus Wilayah.
3. Konferensi Wilayah di selenggarakan 2 (dua) tahun sekali oleh Pengurus Wilayah.

Pasal 17
Konferensi Wilayah mempunyai fungsi dan wewenang :
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan pertanggung jawaban Pengurus Wilayah PII.
b. Menetapkan kebijakan dan program kerja Pengurus Wilayah.
c. Memilih Pengurus Wilayah dengan cara memilih Ketua Umum/formatur dan 4
(empat) anggota formatur.
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil-hasil Musyawarah Wilayah Badan Otonom.
e. Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Konferensi Wilayah berikutnya.

Pasal 18
1.Peserta Konferensi Wilayah adalah Pengurus Wilayah dan Koordinator Wilayah
Badan Otonom, Pengurus Daerah dan Koordinator Daerah Badan Otonom,
Pengurus Komisariat, dan Undangan Pengurus Wilayah.
2.Peserta Konferensi Wilayah terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.
3.Ketentuan peserta Konferensi Wilayah ditentukan oleh Pengurus Wilayah dengan
persetujuan Pengurus Daerah dan Pengurus Komisariat melalui forum Sidang
Dewan Pleno Wilayah.

Pasal 19
1.Konferensi Wilayah dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya separuh lebih satu dari jumlah Pengurus Daerah dan Pengurus
Komisariat yang berhak hadir.
2.Peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih kecuali
utusan Pengurus Wilayah tidak mempunyai hak memilih.
3. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif, atas permintaan presidium
sidang

Pasal 20
1. Selambat-lambatnya dalam waktu 15 x 24 Jam Ketua Umum/Ketua Formatur dan
Dewan formatur terpilih telah selesai menyusun struktur dan personalia PW PII ditandai
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Dewan Formatur.
2. Selambat-lambatnya 15 x 24 jam setelah struktur dan personalia PW PII terbentuk,
panitia Konferensi Wilayah harus menyelenggarakan acara pelantikan dan serah terima
jabatan.

Pasal 21
1. Konferensi Daerah adalah institusi kekuasaan organisasi tingkat ke-tiga.
2. Konferensi Daerah merupakan forum musyawarah utusan-utusan Komisariat yang
dihadiri oleh Pengurus Komisariat.
3. Konferensi Daerah diselenggarakan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Pengurus Daerah.

Pasal 22
Konferensi Daerah mempunyai fungsi dan wewenang:
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Daerah PII.
b. Menetapkan kebijakan dan program kerja Pengurus Daerah
c. Memilih Pengurus Daerah dengan cara memilih Ketua Umum/formatur dan 4
(empat) orang Anggota Formatur
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil-hasil Musyawarah Daerah Badan Otonom
e. Menetapkan calon-calon penyelenggaraan konferensi daerah berikutnya.

Pasal 23
1. Peserta Konferensi Daerah adalah Pengurus Daerah dan Badan Otonom
Daerah, Pengurus Komisariat, dan Undangan Pengurus Daerah
2. Peserta Konferensi Daerah terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.
3. Ketentuan peserta Konferensi Daerah ditentukan oleh Pengurus Daerah dengan
persetujuan Pengurus Komisariat melalui forum Rapat Pimpinan Daerah.

Pasal 24
1. Konferensi Derah dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
separuh lebih satu dari jumlah pengurus komisariat yang berhak hadir.
2. Seluruh peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih, kecuali
peserta utusan dari Pengurus Daerah yang tidak mempunyai hak memilih.
3. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif atas permintaan presidium siding

Pasal 25
1. Selambat-lambatnya 15 x 24 jam Ketua Umum/Ketua Formatur dan Dewan
Formatur terpilih harus telah selesai menyusun struktur dan personalia PD PII
ditandai dengan keluarnya Surat Keputusan Dewan Formatur
2. Selambat-lambatnya 15 x 24 jam setelah struktur dan personalia PD PII
terbentuk, panitia Konferensi Daerah harus menyelenggarakan acara pelantikan
dan serah terima jabatan.

Pasal 26
1. Musyawarah Komisariat adalah institusi kekuasaan organisasi tingkat ke-empat.
2. Musyawarah Komisariat merupakan forum musyawarah anggota-anggota Komisariat.
3. Musyawarah Komisariat diselenggarakan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Pengurus
Komisariat.

Pasal 27
Musyawarah Komisariat mempunyai fungsi dan wewenang:
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan Pengurus Komisariat PII.
b. Menetapkan kebijakan dan program kerja Pengurus Komisariat.
c. Memilih dan menetapkan Ketua dan Personalia serta melakukan pelantikan Pengurus
Komisariat.

Pasal 28
1. Peserta Musyawarah Komisariat adalah Pengurus Komisariat, anggota biasa, anggota
muda dan undangan Pengurus Komisariat.
2. Peserta Musyawarah Komisariat terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.
3. Ketentuan peserta ditentukan oleh Musyawarah Komisariat.

Pasal 29
1. Seluruh peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih.
2. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif atas permintaan peserta sidang.

BAB III
SIDANG DEWAN PLENO

Pasal 30
1. Sidang Dewan Pleno merupakan institusi musyawarah para pimpinan organisasi yang
bertujuan untuk mengawasi dan meningkatkan kinerja organisasi serta mengambil
kebijakan yang bersifat khusus atau mendesak
2. Sidang Dewan Pleno diselenggarakan di tingkat Nasional dan Wilayah

Pasal 31
Sidang Dewan Pleno mempunyai fungsi dan wewenang :
a. Melaporkan hasil pelaksanaan program kerja organisasi
b. Mengevaluasi pelaksanaan dan atau rencana pelaksanaan keputusan institusi
kekuasaan PII setingkat
c. Menyempurnakan kebijakan dan strategi pelaksanaan program kerja organisasi
d. Menentukan ketentuan-ketentuan tentang peserta Muktamar Nasional
e. Memecahkan masalah-masalah organisasi

Pasal 32
1. Sidang Dewan Pleno Nasional merupakan institusi kekuasaan tertinggi setelah
Muktamar Nasional yang dihadiri oleh pimpinan PII tingkat Wilayah dan Daerah
2. Sidang Dewan Pleno Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Besar sekurang-
kurangnya satu (1) kali di tengah periode kepengurusan.

Pasal 33
SDPN dapat diselenggarakan atas permintaan setengah lebih satu dari jumlah Pengurus
Wilayah yang telah disahkan oleh PB PII.
Pasal 34
1. Sidang Dewan Pleno Wilayah (SDPW) merupakan institusi kekuasaan tertinggi di
tingkat wilayah setelah konferensi wilayah yang dihadiri oleh pimpinan-pimpinan PII
tingkat daerah dan Komisariat.
2. Sidang Dewan Pleno Wilayah diselenggarakan oleh pengurus Wilayah sekurang-
kurangnya satu (1) kali di tengah periode kepengurusan.

Pasal 35
SDPW dapat diselnggarakan atas permintaan setengah lebih satu dari jumlah Pengurus
Daerah yang telah disahkan oleh PW PII.

BAB IV
RAPAT PIMPINAN

Pasal 36
1. Rapat Pimpinan PII merupakan rapat kerja para pimpinan organisasi yang bertujuan
untuk kegiatan konsolidasi, peningkatan kinerja dan sinergitas organisasi.
2. Rapat Pimpinan diselenggarakan di tingkat Nasional yang disebut dengan Rapat
Pimpinan Nasional (Rapimnas), ditingkat Wilayah disebutkan dengan Rapat Pimpinan
Wiyalah (Rapimwil), dan ditingkat Daerah disebut dengan Rapat Pimpinan Daerah
(Rapimda)

Pasal 37

Rapat Pimpinan mempunyai fungsi dan wewenang :


a. Sosialisasi Kebijaksanaan organisasi
b. Sosialisasi program kerja dan strategi pelaksanaannya.
c. Pengawasan terhadap kinerja instansi pimpinan setingkat dibawahnya.
d. Memecahkan masalah-masalah organisasi.

Pasal 38
1. Rapat Pimpinan Nasional merupakan rapat pimpinan organisasi tingkat nasional yang
dihadiri oleh pimpinan-pimpinan PII di tingkat Wilayah
2. Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Besar sekurang-kurangnya
satu (1) kali dalam satu periode kepengurusan.
3. Apabila dipandang perlu PB PII dapat mengundang pimpinan-pimpinan PII di tingkat
Daerah dan Komisariat

Pasal 39
1. Rapat Pimpinan Wilayah merupakan rapat pimpinan organisasi tingkat Wilayah yang
dihadiri oleh pimpinan-pimpinan PII di tingkat Daerah.
2. Rapat Pimpinan Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah sekurang-kurangnya
satu (1) kali dalam satu periode kepengurusan.
3. Apabila dipandang perlu PW PII dapat mengundang pimpinan-pimpinan PII di tingkat
Komisariat

Pasal 40
1. Rapat Pimpinan Daerah merupakan rapat pimpinan organisasi tingkat Daerah yang
dihadiri oleh pimpinan-pimpinan PII tingkat Komisariat.
2. Rapat Pimpinan Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Daerah sekurang-kurangnya
satu (1) kali dalam satu periode kepengurusan.

BAB V
PI M PI NAN

Pasal 41
1. Pengurus Besar adalah institusi pimpinan tertinggi organisasi PII.
2. Masa jabatan pengurus besar adalah 3 (tiga) tahun terhitung sejak berakhirnya
penyelenggaraan Muktamar Nasional yang memilihnya.
3. Pengurus Besar berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Pasal 42
1. Pengurus Besar sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan
Bendahara Umum.
2. Badan Khusus dan Lembaga Khusus Pengurus Besar, serta Korpus Badan Otonom
termasuk anggota Pleno Pengurus Besar.

Pasal 43
Pengurus Besar mempunyai tugas, kewajiban dan wewenang:
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Muktamar Nasional.
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan serta segala hal penting
yang berhubungan dengan organisasi PII kepada aparat PII secara nasional.
c. Mengesahkan dan melantik Pengurus Wilayah PII.
d. Memberikan peringatan, skorsing, pemecatan dan rehabilitasi terhadap
anggota/pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Menyelenggarakan SDPN dan Rapimnas sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
periode.
f. Menyelenggarakan Muktamar Nasional pada akhir periode.
g. Menyampaikan Laporan Pertanggung jawaban kepada anggota melalui Muktamar
Nasional.
h. Melakukan monitoring terhadap seluruh institusi kepemimpinan PII
Pasal 44
1.Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai Pengurus Besar maksimal 2 (dua) periode
penuh.
2.Personalia Pengurus Besar adalah seorang anggota biasa yang pernah menjadi Pengurus
Wilayah serta telah mengikuti Advance Training dan Pendidikan Instruktur.

Pasal 45
1. Pengurus Wilayah adalah institusi pimpinan kedua organisasi.
2. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah 2 (dua) tahun terhitung sejak berakhirnya
Konferensi Wilayah yang memilihnya.
3. Pengurus Wilayah Berkedudukan di Ibu Kota Propinsi dan atau territorial tertentu hasil
pemekaran organisasi.
4. Pengurus Wilayah harus mentaati kebijakan Pengurus Besar.

Pasal 46
1. Pengurus Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum.
2. Badan Khusus dan Lembaga Khusus PW PII, serta Koordinator Wilayah Badan
Otonom termasuk anggota Pleno PW PII.
3. Susunan struktur Pengurus Wilayah disesuaikan dengan kebutuhan Pengurus Wilayah
bersangkutan dengan mempertimbangankan struktur kelembangaan di atasnya.

Pasal 47
Pengurus Wilayah mempunyai tugas, kewajiban dan wewenang :
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Konferensi Wilayah.
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan serta segala hal penting
yang berhubungan dengan organisasi PII kepada aparat PII di Wilayah yang
bersangkutan.
c. Membentuk, Mengesahkan dan melantik Pengurus Daerah.
d. Memberikan peringatan, skorsing, dan rehabilitasi terhadap anggota/pengurus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
e. Melaporkan secara berkala setiap 6 (enam) bulan perkembangan situasi dan kondisi
Wilayah secara tertulis kepada Pengurus Besar terhitung sejak Pelantikan PW PII yang
bersangkutan.
f. Menyelenggarakan SDPW dan Rapimwil sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
periode.
g. Menyelenggarakan Konferensi Wilayah pada akhir periode.
h. Menyampaikan Laporan Pertanggung jawaban kepada anggota melalui Konferensi
Wilayah.
i. Melakukan monitoring terhadap seluruh institusi kepemimpinan PII di bawahnya

Pasal 48
1. Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai Pengurus Wilayah maksimal 2 (dua)
periode penuh.
2. Personalia Pengurus Wilayah adalah anggota biasa yang pernah menjadi Pengurus
Daerah dan telah mengikuti Advance Training dan Pendidikan Instruktur.

Pasal 49

Tata cara pembentukan Pengurus Wilayah PII di Propinsi yang belum ada PW PII nya
akan diatur dalam ketentuan tersendiri oleh PB.

Pasal 50
1. Pengurus Daerah adalah institusi kepemimpinan ketiga organisasi
2. Masa jabatan Pengurus Daerah adalah 1 (satu) tahun terhitung sejak berakhirnya
Konferensi Daerah yang memilihnya
3. Pengurus Daerah berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota atau tempat-tempat lain
yang ditunjuk dengan batas-batas teritorialnya yang ditetapkan oleh PW PII

Pasal 51
1. Pengurus Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum
2. Badan Khusus dan Lembaga Kusus serta Badan Otonom Daerah termasuk anggota
Pleno PD PII
3. Susunan struktur Pengurus Daerah disesuaikan dengan kebutuhan Pengurus Daerah
bersangkutan dengan mempertimbangankan struktur kelembangaan diatasnya.

Pasal 52
Pengurus Daerah mempunyai tugas, kewajiban dan wewenang :
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Konferensi Daerah
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan serta segala hal penting
yang berhubungan dengan organisasi PII kepada aparat PII di Daerah yang bersangkutan
c. Menyelenggarakan Konferensi Daerah pada akhir periode
d. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada anggota melalui Konferensi
Daerah
e. Menyelenggarakan Rapat Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
satu periode
f. Mengesahkan dan melantik Pengurus Komisariat PII
g. Memberikan peringatan, skorsing, dan rehabilitasi terhadap anggota/pengurus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
h. Melaporkan secara berkala setiap 4 (empat) bulan perkembangan situasi dan kondisi
Daerah secara tertulis kepada Pengurus Wilayah terhitung sejak Pelantikan PD PII yang
bersangkutan.
i. Melakukan monitoring terhadap seluruh institusi kepemimpinan PII dibawahnya

Pasal 53
1. Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai Pengurus Daerah maksimal 3
(dua) periode penuh.
2. Personalia Pengurus Daerah adalah anggota biasa yang pernah menjadi Pengurus
Komisariat dan telah mengikuti intermediate Training dan Pendidikan Pemandu
Pasal 54
1. Pengurus Daerah dapat dibentuk berdasarkan :
a. Permohonan anggota
b. Pengembangan daerah dari institusi pengurus daerah yang telah ada
2. Dalam satu daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk satu atau lebih Pengurus
Daerah dengan mempertimbangkan :
a. Jarak dan luas daerah
b. Jumlah pengurus komisariat yang ada
c. Jenjang dan jenis pendidikan anggotanya
3. Tatacara pembentukan Pengurus Daerah diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 55
1. Pengurus Komisariat adalah institusi kepemimpinan keempat organisasi
2. Masa jabatan Pengurus Komisariat adalah 1 (satu) tahun terhitung sejak berakhirnya
musyawarah komisariat yang memilihnya
3. Pengurus Komisariat berkedudukan di kecamatan-kecamatan, Sekolah-sekolah, Pondok
Pesantren, Masjid-masjid, dan Basis-basis aktivitas lain yang ditunjuk dengan batas-batas
teritorialnya ditetapkan oleh Pengurus Daerah
4. Pengurus Komisariat harus mentaati kebijakan Pengurus Daerah

Pasal 56
1. Pengurus Komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum
2. Susunan struktur Pengurus Komisariat disesuaikan dengan kegiatan yang
dilaksanakan di komisariat

Pasal 57
Pengurus komisariat mempunyai tugas, kewajiban, dan wewenang :
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Musyawarah Komisariat
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan serta segala hal penting
yang berhubungan dengan organisasi PII kepada aparat PII di dalam teritorial komisariat
yang bersangkutan
c. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan dari satuan kegiatan (sagiat) yang ada
d. Menyelenggarakan Musyawarah Komisariat pada akhir periode
e. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada anggota melalui Musyawarah
Komisariat
f. Memberikan peringatan dan skorsing serta rehabilitasi terhadap anggota/pengurus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
g. Melaporkan secara berkala setiap 4 (empat) bulan perkembangan situasi dan kondisi
Komisariat secara tertulis kepada Pengurus Daerah

Pasal 58
1. Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai Pengurus Komisariat maksimal 2 (dua)
periode penuh
2. Personalia Pengurus Komisariat adalah anggota muda dan anggota biasa

Pasal 59
1. Pengurus komisariat dapat dibentuk berdasarkan :
a. Permohonan anggota
b. Pengembangan komisariat dari institusi pengurus komisariat yang telah ada
2. Pembentukan dan pengembangan komisariat dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Jarak dan luas kecamatan
b. Jumlah anggota komisariat yang bersangkutan
c. Jenjang pendidikan angggotanya
3. Tatacara pembentukan Pengurus Komisariat diatur dalam ketentuan tersendiri

BAB VI
PERWAKILAN PII DI LUAR NEGERI

Pasal 61
1. Pengurus Perwakilan Luar Negeri adalah Institusi Kepemimpinan yang dibentuk
oleh PB PII untuk membantu menegakkan misi dan eksistensi PII di dalam komunikasi
dengan dunia internasional
2. Pengurus Perwakilan PII luar negeri bertanggung jawab kepada Pengurus Besar.
3. Peraturan lebih lanjut tentang Pengurus Perwakilan PII luar negeri diatur dalam
ketentuan tersendiri.

Pasal 62
Pengurus Perwakilan PII luar negeri mempunyai tugas, kewajiban, dan wewenang :
1. Membantu dan menegakkan misi dan eksistensi PII di luar negeri.
2. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan instansi atau pemerintah di luar negeri.
3. Memberikan laporan dan menghadiri acara nasional yang diselenggarakan di
Indonesia.
4. Menerima dan memberhentikan anggota Perwakilan PII negeri.
5. Menyelenggarakan kaderisasi dan pembinaan anggota PII.
6. Menghadiri dan mewakili PII pada acara di negara yang bersangkutan.

Pasal 63

Pembinaan dan pengawasan anggota Perwakilan PII:


1. Pembinaan dan pengawasan Perwakilan PII dilakukan oleh Pengurus Besar.
2. Penyelenggaraan kaderisasi dan pembinaan anggota Perwakilan PII diatur dalam
pedoman khusus oleh Pengurus Besar.

BAB VII
BADAN-BADAN OTONOM

Pasal 64
1. Badan Otonom PII adalah wadah untuk melaksanakan program dan usaha PII
tertentu.
2. Badan Otonom PII terdiri Badan Otonom Brigade dan Korps PII Wati.
3. Badan-Badan Otonom PII memiliki kewenangan khusus atau otonomi untuk
mengelola dan mengatur program dan administrasi secara mandiri dalam
melaksanakan ketetapan institusi kekuasaan yang setingkat
4. Badan-badan otonom PII memiliki struktur vertikal dan horizontal dengan institusi
pimpinan setingkat
5. Pengurus badan-badan otonom bertanggung jawab kepada anggotanya melalui
institusi kekuasaan pimpinan yang setingkat.
6. Pola hubungan antara Badan Induk dan Badan Otonom bersifat koordinatif dan
konsultatif.

Pasal 65
1. Badan Otonom Brigade PII berfungsi sebagai wadah pengabdian dan pelayanan
persoalan-persoalan kemananusian, pembinaan dan pengembangan keterampilan,
ketahanan fisik dan intelektualitas kader, serta mengembangkan jaringan informasi
dan intelijen guna menjaga misi dan eksistensi PII.
2. Badan Otonom Korps PII Wati berfungsi sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan potensi kader putri serta pembelaan terhadap hak-hak pelajar puteri
dan pembinaan tunas.

Pasal 66
1. Badan-badan otonom dapat menyelenggarakan musyawarah Badan Otonom.
2. Musyawarah Badan Otonom dilakukan di dalam penyelenggaraan
Muktamar/Konferensi dari institusi pimpinan PII setingkat.
3. Laporan pertanggungjawaban Pengurus Badan Otonom disampaikan kepada
anggotanya dalam Muktamar Nasional dan atau Konferensi Wilayah dan atau
Konferensi Daerah dari institusi pimpinan yang setingkat.

Pasal 67

Musyawarah Badan Otonom mempunyai fungsi :


a. Menyusun dan menetapkan kebijakan dan program-program kerja Badan Otonom
b. Memilih dan menetapkan Pengurus Badan Otonom dengan cara memilih dewan
formatur
c. Untuk institusi tertinggi menetapkan Peraturan Dasar dan Peraturan lainnya di
Badan Otonom.

Pasal 68

Badan Otonom berkewajiban :


a. Menyesuaikan arah kebijakan Badan Induk setingkat.
b. Menghadiri dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan Badan Induk setingkat sesuai
dengan tugas masing-masing.
c. Menghadiri forum-forum koordinasi Badan Induk setingkat, seperti Training Centre,
Rapat Kerja, Rapat Badan Pengurus Harian (khusus Ketua BO), Rapat Pleno dan lain-
lain.

Pasal 69
1. Struktur kepengurusan Badan Otonom disesuaikan dengan Perencanaan Strategis
Program Badan Otonom.
2. Struktur dan personalia Badan Otonom disahkan oleh institusi Badan Otonom di
atasnya
3. Masa jabatan pengurus Badan Otonom disesuaikan dengan institusi pimpinan
setingkat
4. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan Badan Otonom diatur dalam
Peraturan Dasar dan Peraturan lainnya.

Pasal 70
1. Pembentukan Badan Otonom dilakukan ditingkat Pusat, wilayah dan Daerah.
2. Badan Otonom dapat dibentuk bila ada minimal 3 (tiga) orang anggota Badan
Otonom.

BAB VIII
BADAN-BADAN DAN LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS

Pasal 71
Badan-badan khusus adalah badan pembantu pimpinan yang dibentuk oleh dan merupakan
bagian dari institusi pimpinan PII dengan tugas-tugas khusus sesuai dengan kebutuhan

Pasal 72
Badan-badan khusus mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh institusi pimpinan PII sesuai
dengan fungsi dan bidang kerja masing-masing
b. Meningkatkan keahlian anggota PII melalui pendidikan dan penelitian untuk
mendorong profesionalisasi anggota PII sesuai dengan bidang kerjanya.

Pasal 73
1. Struktur kepengurusan Badan Khusus sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua
dan dua orang anggota
2. Pengurus Badan Khusus ditetapkan dan disahkan oleh institusi PII setingkat
3. Masa Jabatan pengurus Badan Khusus disesuaikan dengan institusi pimpinan
setingkat
4. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan Badan Khusus diatur dalam
ketentuan tersendiri.

Pasal 74
Lembaga-Lembaga Khusus adalah lembaga pembantu pimpinan yang dibentuk oleh
pimpinan PII dengan tugas-tugas khusus PII yang berhubungan langsung dengan masyarakat
dalam bentuk permanen atau semi permanen sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 75
Lembaga khusus mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Mengelola, mengembangkan dan mendayagunakan sumber-sumber dana organisasi
sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar secara efisien dan efektif untuk
meningkatkan kualitas SDM PII dalam bidang perekonomian serta memberikan
peningkatan pemasukan dana bagi operasional organisasi PII.
b. Membina, mengembangkan dan meningkatkan peranan PII dalam mengembangkan
kualitas sumberdaya masyarakat dalam mengapresiasi dan mengikuti perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
c. Membina dan mengembangkan peranan PII dalam melakukan penegakan hak-hak
pelajar.

Pasal 76
1. Pengurus lembaga khusus disahkan oleh institusi PII setingkat baik langsung maupun
tidak langsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam lembaga tersebut
2. Masa jabatan pengurus lembaga-lembaga khusus tidak terikat periodeisasi
kepengurusan institusi pimpinan PII terkait
3. Seseorang yang dapat menjadi pengurus lembaga khusus adalah tidak terikat pada
keanggotaan PII dengan kriteria ahli di bidang kerjanya.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 77
1. Besarnya uang pangkal anggota biasa ditetapkan dan dipungut oleh Pengurus Besar dan
dibayar satu kali selama keanggotaan
2. Besarnya iuran bulanan anggota muda ditetapkan dan dipungut oleh Pengurus
Komisariat
3. Besarnya iuran bulanan anggota biasa ditetapkan dan dipungut oleh institusi pimpinan
masing-masing
4. Setiap anggota biasa berkewajiban menyerahkan zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS)
setiap setahun sekali.

Pasal 78
1. Uang pangkal dibayar pada saat anggota memenuhi persyaratan resmi menjadi
anggota biasa
2. Uang pangkal dibayarkan melalui dan dikumpulkan oleh Pengurus Komisariat atau
Pengurus Wilayah untuk diserahkan kepada Pengurus Besar
3. Iuran anggota dan ZIS dibayarkan kepada dan dikumpulkan oleh institusi pengurus
dimana anggota itu aktif

BAB X
PERUBAHAN ART

Pasal 79
1. Perubahan ART hanya dapat dilakukan dalam forum Muktamar Nasional
2. Keputusan perubahan ART harus disetujui sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah peserta
utusan Muktamar Nasional
3. Perubahan ART dilakukan dengan mengajukan rancangan perubahan pasal-pasal dalam
ART kepada peserta.
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 80
1. Apabila Ketua Umum dan atau Komandan Brigade dan atau Ketua Korps PII Wati
Pengurus Besar PII berhalangan tetap, maka dapat dipilih dan ditetapkan Penanggung
jawab (Pj) dalam forum Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN) dengan terlebih dahulu
memilih Penanggung jawab sementara (Pjs) dalam forum Pleno Pengurus Besar
2. Apabila Ketua Umum dan atau Komandan Brigade dan atau Ketua Korps PII Wati
Pengurus Wilayah PII berhalangan tetap, maka dapat dipilih dan ditetapkan Penanggung
jawab (Pj) dalam forum Sidang Dewan Pleno Wilayah (SDPW) dengan terlebih dahulu
memilih Penanggung jawab sementara (Pjs) dalam forum Pleno Pengurus Wilayah
3. Apabila Ketua Umum dan atau Komandan Brigade dan atau Ketua Korps PII Wati
Pengurus Daerah PII berhalangan tetap, maka dapat dipilih dan ditetapkan Penanggung
jawab (Pj) dalam forum Pleno Pengurus Daerah.
Pasal 81
Yang dimaksud berhalangan tetap adalah :
1. Meninggal dunia
2. Sakit yang berkepanjangan
3. Diberhentikan atau dipecat

Pasal 82
1. Semua badan atau instansi dan lembaga-lembaga yang menggunakan nama atau
atribut PII diatur dan ditetapkan oleh Muktamar Nasional
2. Setiap anggota PII dianggap telah mengetahui isi Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga ini setelah ditetapkan
3. Setiap anggota PII berkewajiban untuk mengetahui, mentaati dan melaksanakan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
4. Masa implementasi perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
organisasi berlaku masa transisi untuk penyesuaian selama 6 (enam) bulan setelah
ditetapkan.

Pasal 83
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini
akan diatur kemudian oleh Pengurus Besar PII dalam peraturan organisasi
2. Peraturan Dasar Badan Otonom merupakan Aturan Tambahan yang disahkan oleh
Muktamar Nasional
3. Peraturan Organisasi yang mengatur ketentuan lebih lanjut dari Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam institusi kekuasaan PII

Pasal 84
Penjelasan tentang asas perjuangan, bentuk, sifat, tujuan, tugas, dan fungsi PII dimuat dalam
Falsafah Gerakan PII yang ditetapkan oleh Muktamar Nasional dan merupakan nilai-nilai
landasan perjuangan PII

BAB XII
PENGESAHAN

Pasal 85
Anggaran Rumah Tangga ini pertama kalinya disahkan pada Konggres I PII tahun 1947 di
Yogyakarta dengan perubahan-perubahan penyempurnaannya terakhir pada Muktamar
Nasional XXVII PII tahun 2012 di Palu, Sulawesi Tengah.

Billaahitaufiq walhidayah.

Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal : 23 Sya’ban 1433 H
13 Juli 2012 M

Pimpinan Sidang Komisi


Muktamar Nasional Ke-28
Pelajar Islam Indonesia (PII)

Dto. Dto.

A. Yanis Rahman
Ketua Sekretaris

Anda mungkin juga menyukai