v + 13 Halaman
Diterbitkan Oleh:
Sekretariat:
ii
TIM PENYUSUN
Muhammad Mualimin
Hamdan Wijaya
Arif Fadillah
Ahmad Intihazi
iii
SAMBUTAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Latihan Kader III dapat diselesaikan. Buku
panduan ini memuat petunjuk penyelenggaraan Latihan Kader III serta memberikan
gambaran secara jelas dan sistematis bagi penyelenggara serta unsur pelatihan lainnya.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini, untuk itu kritik dan
saran demi meningkatkan kualitas buku ini sangat diharapkan. Semoga melalui buku ini
kami dapat memberi maanfaat bagi Anggota HMI khususnya dan bagi semua pihak yang
membutuhkan umumnya.
Nur Cahyono
Ketua Umum
iv
KATA PENGANTAR
Jenjang Latihan Kader III ditujukan untuk menjadi standar dalam mengukur
kualitas kader. Berbeda dengan anggota biasa HMI lainnya, mereka yang sudah ikut dan
dinyatakan lulus Advance Training dianggap memiliki ‘bekal’ lebih ketimbang lainnya.
Kader HMI ditempa agar sadar keberadaan dirinya di muka bumi tak hanya sebagai
individu, tapi juga insan pemilik kualitas di atas rata-rata karena dituntut memikirkan
kemaslahatan hidup orang banyak.
Ketua Cabang hanya bertanggung jawab atas HMI di suatu kota atau lokal
tertentu. Pengurus Besar, diberi amanah untuk menjaga citra himpunan di tingkat
nasional. Implikasinya, PB HMI yang diwakili Ketua Umum sudah pasti dituntut
melindungi kepentingan dan mencapai tujuan organisasi di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila. Fungsi dan peran yang maha berat itu
tidak bisa dipikul kader biasa, dia harus diseleksi, diuji, dan disertifikasi secara ketat
usai menjalani pelatihan yang padat gagasan sekaligus implementasi gerakan.
PB HMI tidak hanya menjamin kelangsungan organisasi di tingkat nasional,
dengan bekal wawasan dunia mereka adalah calon negarawan yang siap memimpin
rakyat sekaligus tetap aktif merespon perkembangan terbaru di tingkat internasional.
Disadari atau tidak, negara Indonesia dan umat Islam di Nusantara adalah bagian dari
warga dunia yang sudah pasti terpengaruh kondisi di negara lain. Kesadaran
mengglobal inilah yang menjadi kesadaran kader HMI di tingkat Pengurus Besar agar
menempatkan dirinya sebagai khalifah fil ardh.
Menjadi bodoh adalah dosa besar di HMI. Latihan Kader III diharap mampu
mencetak insan cita yang baik, cerdas, dan juga tangkas dalam melaksanakan gagasan
demi terwujudnya tujuan organisasi, serta bermanfaat bagi masyarakat. Pelatihan
tingkat tiga menuntut dimilikinya tiga kualitas unggul kader, yaitu tahu perannya
sebagai Muslim dan kader bangsa, memiliki intelektualitas tinggi, mampu membaca
situasi dan mengamalkan segala ilmu untuk kepentingan umat. Ketiganya adalah modal
utama HMI untuk mewujudkan tujuannya.
Semakin tinggi jenjang pelatihan, makin ketat dan berat muatan materi yang
dicerna kader. Proses tak menghianati hasil. Tempaan yang keras namun bukan
kekerasan, akan membentuk individu yang memiliki banyak kemampuan yang
tercermin dalam satu sosok anak manusia. Seribu orang yang hanya bisa ikut dan
berkata ‘setuju’, tidak ada harganya. Tapi satu kader yang berani berkata ‘tidak’ pada
penindasan dan siap menjungkalkan tirani, merupakan aset berharga suatu bangsa.
Di LK-III, kemampuan membaca Al Qur’an dan pemahaman AD ART seorang
kader dianggap tuntas. Tapi apakah seorang mampu menerjemahkan gerakan dan
mengabdi secara nyata? Di forum Advance Training inilah anggota dipecut untuk tidak
hanya jago bicara, tapi juga becus mengamalkan segala ilmu dan pengetahuan untuk
mengabdi pada kemanusiaan.
TIM PENYUSUN
v
A. Ruang Lingkup
Latihan Kader (LK) III merupakan jenjang training formal tertinggi dan terakhir
bagi kader HMI 1. Output dari LK III adalah insan paripurna. Untuk itu sebagai kader
paripurna dan kader pemimpin, maka lulusannya diharapkan punya kapasitas,
kemampuan, serta keahlian dalam menganalisa, merancang, memformulasi, dan
mentransformasi perubahan sosial yang ada dengan mengimplementasikan nilai-
nilai ke-Illahi-an demi terwujudnya peradaban ideal sesuai dengan harapan dan
cita-cita. Advance Training atau LK III lebih menitikberatkan Aspek Psikomotor,
sehingga penilaian dalam proses pelatihan akan menuntut peserta untuk
menerjemahkan konsep-konsep serta gagasan dalam bentuk jawaban atau solusi
yang inovatif atas permasalahan-permasalahan terkini.
B. Tujuan
C. Target
1. Peserta memiliki kemampuan mereproduksi intelektual.
2. Peserta memiliki kemampuan dalam membangun konsepsi implementatif.
3. Peserta dapat menjalankan peran-peran strategis sebagai Muslim
intelegensia.
D. Unsur Pelatihan
Seluruh unsur yang terlibat dalam LK III adalah fasilitator, kecuali peserta. Karena
peserta adalah satu-satunya unsur yang bertindak sebagai subjek pelatihan, yang
menentukan perkembangan kualitasnya selama pelatihan berlangsung. Sehingga
seluruh pihak –selain peserta, harus bertindak secara egaliter dengan kesadaran
untuk bersama-sama berproses meningkatkan kapasitas masing-masing. Karena
pelaksanaan LK III harus membentuk peserta menjadi kader paripurna, dengan
memacu peningkatan aspek motorik, serta menstimulus pemikiran dan praktek
peserta untuk mewujudkan perubahan sosial.
1. Penyelenggara
Latihan Kader III diselenggarakan oleh Pengurus HMI BADKO atau PB HMI.
Penyelenggara merupakan penanggung jawab atas pelaksanaan dan
kesuksesan pelatihan.
1 HMI, “Pedoman Perkaderan tentang Training Formal” dalam Hasil-hasil Kongres XXX HMI 2018 (Jakarta: PB
HMI), h. 374.
2 HMI, “Pedoman Perkaderan tentang Tujuan dan Target LK III” dalam Hasil-hasil Kongres XXX HMI 2018
3. Steering Committee
Panitia pengarah (SC) bertugas dan bertanggung jawab atas pengarahan dan
pelaksanaan pelatihan. Personalia SC LK III terdiri kader HMI yang
memenuhi kualifikasi pengelola latihan serta terlibat aktif dalam perkaderan,
dan pernah menjadi OC LK III, diutamakan pengurus BPL HMI BADKO atau
PB HMI. Tugas SC secara garis besar adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan konsep serta perangkat lunak pelatihan (berkoordinasi
dengan pengurus dan anggota BPL PB HMI).
b) Memberi arahan secara aktif kepada OC untuk penyelenggaraan latihan.
c) Mengajukan permohonan personalia tim Master of Training kepada BPL
PB HMI.
d) Menentukan dan mengusahakan kesediaan serta kehadiran
narasumber/pemateri sesuai kapasitas materi yang akan disampaikan.
4. Master of Training
Pengelola latihan (MoT) bertugas sebagai pemimpin pelatihan, bertanggung
jawab atas pengawasan dan pengarahan peserta, narasumber/pemateri, SC,
dan OC LK III. Tugas MoT dimulai sejak pelatihan resmi dibuka sampai
ditutup. Personalia MoT LK III terdiri dari instruktur HMI yang telah
mengikuti Senior Course dan LK III, terlibat aktif dalam perkaderan, pernah
menjadi MoT LK II, MoT Senior Course, menguasai dan memahami materi LK
III. Koordinator MoT merupakan Pengurus BPL PB HMI, dan akan lebih baik
jika seluruh MoT adalah Pengurus BPL PB HMI. Tugas MoT secara garis besar
adalah sebagai berikut:
a) Menyusun Modul LK III untuk disampaikan dan dievaluasi oleh BPL PB
HMI sebagai gambaran LK III yang akan diselenggarakan, selain juga
sebagai credit point bagi pemandu/MoT.
b) Memimpin pelatihan, di dalam dan di luar forum.
c) Menggantikan narasumber/pemateri jika berhalangan.
d) Memberikan stimulasi keahlian, membangun interaksi dengan metode
variatif, simulatif, tanpa pengulangan metode kecuali ice breaking.
e) Menggunakan sarana prasarana secara optimal untuk memotifasi
kreatifitas peserta.
f) Mengevaluasi peserta, narasumber/pemateri, serta SC dan OC.
g) Merekam dan melaporkan seluruh aspek pengelolaan dan pelaksanaan.
h) Mengusahakan dan menentukan kelulusan peserta pelatihan.
i) Mengkoordinir seluruh unsur pelatihan.
j) Menjadi teladan dan pendamping bagi peserta, di dalam maupun di luar
forum (termasuk salat berjemaah).
5. Narasumber
Narasumber/pemateri bertugas mengkritisi karya, ide, gagasan, serta
implementasi konsep dari peserta sesuai ranah materi yang diajukan dan
dipercayakan kepadanya. Narasumber/pemateri LK III merupakan instruktur
HMI yang terlibat aktif dalam perkaderan, pernah menjadi MoT LK III,
menguasai dan memahami materi yang dipercayakan kepadanya,
diutamakan yang pernah menjadi pengurus PB HMI.
6. Peserta
Peserta LK III merupakan calon peserta yang telah dinyatakan lolos seleksi
administrasi dan kognisi, serta dinyatakan sebagai peserta oleh SC LK III,
tidak menjalani skorsing organisasi, telah lulus Latihan Kader II (dibuktikan
dengan surat keterangan dari HMI Cabang yang bersangkutan serta
diperkuat dengan salinan sertifikat LK II jika ada), membuat proposal riset
tentang permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya, berniat dan
bersedia mengikuti seluruh kegiatan training serta lulus seleksi (Screening).
E. Mekanisme Pelatihan
Rangkaian Latihan Kader III terdiri dari 3 (tiga) fase: persiapan, pelaksanaan, dan
penyelesaian pelatihan. Ketiganya merupakan tahapan yang harus dilalui untuk
tercapainya tujuan pelatihan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fase-fase
tersebut adalah:
1. Persiapan
a) H-60: Pengurus HMI BADKO atau PB HMI membentuk OC dan SC dengan
mengeluarkan surat keputusan HMI BADKO atau PB HMI. Kemudian SC
membuat konsep pelatihan (dituangkan dalam Term of Reference untuk
narasumber/fasilitator, pengumuman materi screening untuk calon
peserta, serta syarat dan prasyarat kepesertaan lain yang dibutuhkan)
lalu bersama OC menyusun proposal kegiatan.
b) H-40: Pengurus HMI BADKO atau PB HMI mengeluarkan surat
pemberitahuan bahwa akan diselenggarakan LK III kepada BPL PB HMI.
MoT menyusun modul LK III untuk disampaikan kepada BPL PB HMI.
Proses persiapan dilanjutkan jika modul LK III diterima dan
disetujui oleh BPL PB HMI.
c) H-35: Rapat koordinasi SC dan MoT untuk menentukan instruktur yang
akan terlibat dalam screening dan proses seleksi lain (jika ada). Kemudian
SC menerbitkan surat permohonan kepada screener.
d) H-30: OC mengirimkan surat permohonan kepada screener dan
narasumber/pemateri yang diminta SC (berikut lampiran Term of
Reference sesuai materi yang akan disampaikan), kemudian mulai
mempersiapkan perizinan lokasi, berikut hal-hal yang berkenaan dengan
akomodasi penyelenggaraan Latihan Kader III.
e) H-20: SC menghubungi instruktur yang akan terlibat dalam rangkaian
Latihan Kader III (tim screener dan MoT), lalu merumuskan Term of
Reference screening dengan sistem credit point untuk penilaian objektif
yang terarah dan terukur bagi calon peserta. OC mempersiapkan
kebutuhan administratif pendaftaran (formulir pendaftaran, kuitansi
pembayaran, dan lain-lain).
f) H-10: SC menerbitkan surat keputusan dengan melampirkan daftar
nama peserta, memastikan kesiapan instruktur yang akan terlibat; OC
mempersiapkan kebutuhan administratif screening (format penilaian,
kartu screening, daftar nama calon peserta, dan lain-lain) sesuai arahan
SC. MoT mempersiapkan kebutuhan pengelolaan Latihan Kader III (bahan
presentasi orientasi pelatihan, format curriculum vitae narasumber,
format presensi dan penilaian peserta, rancangan topik diskusi dan
evaluasi peserta, dan lain-lain).
g) H-07: Rapat koordinasi gabungan untuk memastikan kesiapan
penyelenggaraan Latihan Kader III.
h) H-05: SC membuka dan memulai screening, dibantu oleh instruktur yang
ditunjuk untuk menjadi tim screener dan OC yang bertugas. Soal screening
yang diajukan oleh screener mengacu kepada Term of Reference screening
peserta.
i) H-01: SC menerbitkan surat keputusan calon peserta yang lolos
screening dengan pertimbangan dan masukan dari tim screener yang
bertugas. OC memastikan kesiapan petugas, lokasi, dan akomodasi
pembukaan Latihan Kader III.
2. Pelaksanaan
a) Prosesi pembukaan dengan susunan acara sebagai berikut:
i. Pembuka
ii. Pembacaan Ayat Suci Alquran
iii. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Himne HMI
iv. Laporan Ketua Panitia
v. Sambutan-sambutan (Pimpinan Tingkat Daerah, Ketua Umum HMI
BADKO atau PB HMI)
vi. Pembacaan Surat Keputusan oleh Steering Committee 1
vii. Pembacaan Berita Acara oleh Steering Committee 2
viii. Serah Terima Berkas Peserta dari Steering Committee 1 kepada
Koordinator Master of Training
ix. Doa
x. Penutup
b) Pengondisian peserta dengan pembacaan presensi, penataan ruang
forum, dan dilanjutkan perkenalan oleh SC dan OC.
c) Pembukaan forum (oleh koordinator MoT) dan perkenalan dengan MoT
(dipimpin sekretaris MoT), orientasi pelatihan Latihan Kader III.
d) Acara selanjutnya disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan.
e) Evaluasi peserta diadakan sesuai kebutuhan berupa refleksi peserta,
narasumber/pemateri, serta MoT, juga evaluasi berupa tes formatif dan
tes sumatif,
f) Prosesi penutupan dengan susunan acara sebagai berikut:
i. Pembuka
ii. Pembacaan Ayat Suci Alquran
iii. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Himne HMI,
iv. Laporan Ketua Panitia
v. Sambutan-sambutan (Pimpinan Tingkat Daerah, Ketua Umum HMI
BADKO atau PB HMI)
vi. Pembacaan Surat Keputusan oleh Koordinator Master of Training
vii. Pembacaan Berita Acara oleh Sekretaris Master of Training
viii. Sambutan-sambutan (Pimpinan Tingkat Daerah, Ketua Umum HMI
BADKO atau PB HMI)
ix. Serah Terima Berkas Peserta dari Koordinator Master of Training
kepada Bidang Pembinaan Anggota HMI BADKO atau PB HMI
x. Doa
xi. Penutup
3. Penyelesaian
a) OC bertanggung jawab atas kebersihan lokasi, menyelesaikan seluruh
urusan administrasi, mengembalikan seluruh aset yang dipinjam, dan
memastikan untuk tidak mencederai nama baik HMI.
b) SC menyusun evaluasi kegiatan untuk disampaikan kepada OC.
c) OC menyusun laporan pertanggungjawaban kepada pengurus HMI
BADKO atau PB HMI.
d) MoT menyusun kembali rekaman pengelolaan dan pelatihan untuk
dilaporkan kepada BPL PB HMI.
F. Manajemen Pelatihan
1. Kurikulum
Kurikulum Latihan Kader III tidak lain adalah pengejawantahan dari
Pedoman Perkaderan HMI, yang memiliki pola pengenalan, pembentukan
dan pengembangan, serta pengabdian kader. Kualitas kader dibentuk dengan
pola perkaderan yang terintegrasi dalam berbagai pelatihan, sehingga
Latihan Kader III disusun untuk memenuhi kebutuhan dan membentuk
kemampuan paripurna kader. Maka pelaksanaannya menekankan pada
aspek motorik, sehingga penerapan kurikulum dan materi harus mampu
menstimulus pemikiran dan praktek dalam melakukan perubahan sosial.
3 HMI, “Landasan Perkaderan tentang Landasan Konstitusi” dalam op. cit. h. 374.
Dalam pelaksanaan Latihan Kader III, mesti dibangun iklim, suasana, dan
budaya yang positif, tidak sebatas dalam forum, tetapi juga pada keseluruhan
aktivitas training. Kader yang terlibat dalam penyelenggaraan, pelaksanaan,
dan pengelolaan training memposisikan diri sebagai fasilitator, sehingga
terbangun suasana yang ilmiah, egaliter dan dinamis.
3. Peserta
Peserta Latihan Kader III sebagai representasi dari calon Pemimpin HMI akan
berproses dalam forum pelatihan ini. Sehingga kuantitas dan kualitas mereka
harus mumpuni untuk menyerap ilmu yang disampaikan tanpa mengganggu
konsentrasi peserta lain. Dengan demikian, maka jumlah peserta efektif yang
ideal 15 orang dan jumlah maksimal 25 orang.
G. Metode Penilaian
Penilaian Latihan Kader III harus menekankan pada nilai-nilai keadilan,5 maka
pendekatan yang digunakan sebisa mungkin objektif dan berdasarkan musyawarah
Master of Training.
1. Aspek Penilaian
a) Kuantitatif
Aspek penilaian kuantitatif didapatkan dari bentuk-bentuk evaluasi yang
menghasilkan angka sebagai nilai peserta. Evaluasi ini bisa berbentuk
penugasan, tes tertulis, dan lainnya. Namun penilaian ini juga bisa
diperoleh dari segala bentuk tingkah laku peserta selama pelatihan
berlagsung, diwujudkan dalam bentuk angka sebagai skor atau poin yang
nantinya diakumulasikan.
b) Kualitatif
Aspek penilaian kualitatif menghasilkan deskripsi mengenai penilaian
terhadap peserta.
4 HMI, “Landasan Perkaderan tentang Landasan Teologis” dalam op. cit. h. 356-358.
5 HMI, “Landasan Perkaderan tentang Landasan Ideologis” dalam ibid., h. 358-362.
2. Ranah dan Persentase Penilaian
a) Afektif
Ranah afektif peserta Latihan Kader III dihitung 30% dari akumulasi
penilaian. Penilaian ini didapat dari sikap peserta selama pelatihan, baik
di dalam maupun di luar forum. Sikap yang dimaksud antara lain ketaatan
dan pelanggaran terhadap aturan, penerimaan sikap orang lain
terhadapnya, respon, serta segala bentuk sikap yang mencerminkan
karakternya.
b) Kognitif
Ranah kognitif berbobot 30% dalam Latihan Kader III, mengingat
kecerdasan dan kemampuan menyerap pengetahuan terkait pengelolaan
sangat dibutuhkan untuk menghasilkan Pemimpin yang berkualitas.
Penilaian ranah kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, dan evaluasi peserta.
c) Psikomotorik
Ranah psikomotorik memiliki beban terbesar yakni 40% dari akumulasi
penilaian, maka perilaku atau tindakan peserta Latihan Kader III juga
masuk dalam penilaian. Berbeda dengan afektif, psikomotorik berupa
tindakan yang berdasar pada kemampuan peserta dalam mengikuti
tindakan orang lain, kesiapan, tindakan adaptif terhadap situasi, dan
penciptaan dari ide yang terstruktur.
3. Teknik Penilaian Kuantitatif
a) Afektif
Aspek afektif dinilai dengan memberikan skor 100 kepada masing-masing
peserta pada awal pelatihan. Skor ini hanya dapat berkurang yang terjadi
jika terjadi pelanggaran atau respon negatif dengan interval yang
ditentukan bobotnya oleh Master of Training.
b) Kognitif
Penilaian kognitif diambil dari tiap tes maupun penugasan yang diberikan
kepada peserta. Skor tertinggi tiap penilaian adalah 100.
c) Psikomotorik
Penilaian aspek psikomotorik dihasilkan dengan memberi skor 50 kepada
masing-masing peserta. Skor ini dapat bertambah dengan perilaku positif
dan sebaliknya, dapat berkurang dengan perilaku negatif. Skor tertinggi
tetap 100.
CATATAN:
*N tidak lebih dari 100, jika N adalah akumulasi setiap sesi maka diambil rata-rata.
**Peserta dianggap lulus jika NA ≥ 600.