IDEOPOLITORSTRATAK
Jumat, 02 Mei 2014
STRATAK hanya boleh dipelajari oleh kader HMI yang militan dan bermental pelopor, kader yang telah
memiliki kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis.
Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan kepentingan pribadi dari pada
kepentingan perjuangan “HARAM” mempelajari STRATAK.
STRATAK adalah modal untuk bergerak dengan “elegan” dan penuh perhitungan yang matang, tidak
sembrono, anarkis dan nyelonong “offside” serta tidak bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan nekad.
Pokok Pembahasan
* Ideopolitor-Stratak
* Pemimpin Transformatif
I. IDEOLPOLITOR STRATAK
A. Pengertian ideopolitor-stratak
1. Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios
yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi secara
umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah pedoman normatif yang dipakai oleh seluruh
kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. Pada
wilayah ideologi, tauhid jelas haruslah menjadi dasar utamanya (sumber). Bagaimana
pemahaman kader maupun manusia secara umum tentang Tauhid menjadi dasar dari
epistemologinya. Sehingga dengan pengetahuan yang bersumber dari Tauhid tersebut akan
dapat menghasilkan pandangan dunia yang objektif. Selanjutnya pandangan dunia atau cara
memahami realitas tersebut yang nantinya sebagai perangkat ideologi. Jika lebih
disederhanakan lagi, ideologi sangatlah penting dalam perjuangan politik, sebab ideologi sebagai
landasan setiap gerak yang akan diaktualisasikan.
2. Politik
Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu media untuk mencapai maksud
atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan terapan, di mana dengan pengetahuan politik
maksud serta tujuan yang akan dicapai dapat diperjuangkan melalui perjuangan politik
dengan menggunakan ilmu pengetahuan politik. Tentu saja di dalam politik tersebut masih
membutuhkan banyak pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.
“Ilmu tanpa amal adalah dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.” Pernyataan tersebut
adalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, jika kita kaitkan dengan perjuangan
politik, maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai dengan ilmu maka
akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi dan taktik adalah ilmunya, selain
landasan tauhid sebagai dasar ideologi dan juga pengetahuan mengenai ilmu politik itu
sendiri.
E. Hukum-hukum Stratak
1. Kuantitas.
Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak yang berjumlah
kecil tidak boleh menyerang musuh yang berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah
besar menyerang pihak yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah
besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan secara terus
menerus.
2. Perpaduan antara kualitas dan kuantitas.
Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam kualitas.
Kurang dalam kualitas harus diimbangi dengan kelebihan kuantitas.
3. Posisi.
Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak baik
m e m e r l u k a n d u a k a l i kekuatan.
4. Cadangan.
Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan kalah
akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang kalah dan mundur,
k e j a r l a h . H a n c u r k a n c a d a n g a n m u s u h sebelum musuh maju dan bangkit kembali
dengan cadangannya.
5. Kawan, Sekutu dan Lawan.
Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara strategis sekutu
h a r u s s e l a l u diperbanyak dan pihak-pihak lawan harus dikurangi. Musuh
nomor satu adalah golongan terbesar yang ideologinya membahayakan
kehidupan ideologi sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan
dan sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan musuh terdapat golongan-
golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu. Golongan ini pada suatu saat dapat
menjadi musuh, pada saat lain menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula
sekaligus menjadi sekutu dan musuh.
6. “Divide et impera”. Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
7. Menyerang
M e n y e r a n g a d a l a h P e r t a h a n a n y a n g T e r b a i k . Yang menang ialah yang selalu
memegang inisiatif. Biarkan lawan bergerak menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita
pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isu-isu yang kita lontarkan. Tujuan
membenarkan setiap cara sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan ideology serta
tidak membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.
7 komentar:
1.
Rahman Surbakti29 Januari 2018 02.25
2.
RIZKI ALGIFARI30 Maret 2018 10.44
3.
Unknown2 November 2018 13.38
Yakusa
Balas
4.
Putra Lansek Manih25 Januari 2019 12.00
5.
Unknown1 Februari 2019 01.27
6.
Unknown1 Februari 2019 01.28
7.
Unknown27 April 2019 11.38
Mantap,,,,
Balas
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
amruloh saja
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2014 (1)
o ▼ Mei (1)
IDEOPOLITOR-STRATAKSEBAGAI PISAU ANALISIS INTELEK...
Tema Sederhana. Gambar tema oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.