Anda di halaman 1dari 13

IDEOPOLITOR-STRATAK

SEBAGAI PISAU ANALISIS INTELEKTUAL MUDA UNTUK


MEWUJUDKAN PEMIMPIN TRANSFORMATIF
 Diawali dari pengetahuan manusia terhadap realitas, merupakan bukti bahwa kecenderungan dalam mencari serta menemukan kebenaran media dalam
mencapai tujuan adalah fitrah manusia. Termasuk wilayah pengetahuan yang akan bersama-sama dikaji dalam Intermediate Training ini, yaitu ideologi,
politik serta strategi dan taktik (Ideopoltor-Stratak).

 Berbicara soal ideopolitor-setratak tidak lepas dari wilayah kajian politik, namun perlu difahami bahwa politik yang dimaksud adalah sebatas pengetahuan
atau ilmu politik, bukan politik praktis. Karena HMI adalah organisasi mahasiswa yang bersifat perkaderan dan perjuangan (AD HMI Bab IV Pasal 7,8,9)
bukan partai politik ataupun organisasi yang berafiliasi atau bahkan menjadi underbow partai politik yang memiliki kepentingan mutlak demi kekuasaan.
Politik adalah Sebagai media dalam mencapai tujuan, politik bukan lagi merupakan istilah yang asing atau bahkan tabu bagi kalangan mahasiswa. Namun hal
penting yang harus difahami terkait dalam perjuangan politik adalah landasan gerak (epistemology, pandangan dunia dan ideologi), manusianya (kader),
serta strategi dan taktik.

 Kajian ideopolitor stratak akan nampak dalam kehidupan diantaranya adalah bagaimana kekuatan ideologi yang dimiliki dapat diaplikasikan dan
diwujudkan secara nyata dengan menggunakan politik melalui strategi dan taktik yang elegan dan rapi, sehingga tujuan daripada yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik.

 Berangkat dari ideologi yang kuat yang telah mendarah-daging dan dilandasi dengan ketauhidan yang kokoh pula serta memiliki pisau analisis yang tajam
untuk mengamalkan dalam karya nyata maka kiranya pelu memiliki alat dan pakem yang tepat, yakni dengan menggunakan politik dan strategi yang tepat
pula, agar apa yang direncanakan dalam tercapai sesuai harapan. Namun tidak selesai pada tataran idiologi, politik, dan strategi yang matang saja, tapi
sebagai eksekutornya tetap dibutuhkan seseorang dengan mental pelopor, visioner dan memiliki kesadaran tanggung jawab individu dan sosial, yaitu
seorang yang memiliki jiwa “kepemimpinan transformatif”, dalam hal ini adalah “pemimpin muda” dan tentunya embrio pemimpin muda yang ideal berasal
dari HMI.

 Menyoal tentang pemimpin transformative, ia adalah pemimpin yang menggunakan karisma mereka untuk melakukan transformasi dan merevitalisasi
organisasinya. Dan ia lebih mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh ketimbang memberikan instruksi-instruksi yang
bersifat top-down. Pemimpin yang transformatif lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya.

 Dalam perspektif kepemimpinan transformatif, sekat yang membatasi antara peran kaum muda dan golongan tua sejatinya justru menjadi jembatan dalam
melakukan proses transformasi kepemimpinan. Persoalan sesungguhnya bukan terletak pada kutub perbedaan cara pandang antara kaum muda versus
kaum tua,antara prokemapanan versus properubahan. Persoalan sesungguhnya justru terletak pada bagaimana membangun mekanisme dan sistem
transformasi kepemimpinan. Hal itu hanya bisa berjalan jika ada visi dan konsistensi yang kuat dalam jiwa seorang pemimpin. Dan, itu bukan monopoli kaum
tua atau kaum muda saja. Tidak hanya itu, pemimpin transformatif mampu membaca peluang dan situasi yang ada, dan kemudian membuat langkah-langkah
yang strategis guna mewujudkan cita-citanya.

 Sejarah tidaklah berhenti pada satu noktah generasi. Sejarah akan terus menghadirkan tokoh dan pemimpinnya. Sejarah pula yang akan membuktikan
apakah seorang pemimpin akan tercatat dengan tinta emas atau tinta hitam penuh bercak. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang berhasil
melahirkan pemimpin yang melebihi kemampuannya.

 STRATAK hanya boleh dipelajari oleh kader HMI yang militan dan bermental pelopor, kader yang telah memiliki kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis.
Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan perjuangan “HARAM” mempelajari STRATAK.

 STRATAK adalah modal untuk bergerak dengan “elegan” dan penuh perhitungan yang matang, tidak sembrono, anarkis dan nyelonong “offside” serta tidak bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan nekad
I. IDEOPOLITOR STRATAK

A. Pengertian Ideopolitor - Stratak

1. Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan
merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios Bagaimana pemahaman kader maupun manusia
yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang secara umum tentang Tauhid menjadi dasar dari
berarti ilmu. epistemologinya. Sehingga dengan pengetahuan
yang bersumber dari Tauhid tersebut akan dapat
menghasilkan pandangan dunia yang objektif.
Pengertian ideologi secara umum adalah
sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Selanjutnya pandangan dunia atau cara
Dalam arti luas, ideology adalah pedoman memahami realitas tersebut yang nantinya sebagai
normatif yang dipakai oleh seluruh kelompok perangkat ideologi.
sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan
yang dijunjung tinggi. Jika lebih disederhanakan lagi, ideologi sangatlah
penting dalam perjuangan politik, sebab ideologi
Pada wilayah ideologi, tauhid jelas sebagai landasan setiap gerak yang akan
haruslah menjadi dasar utamanya (sumber) diaktualisasikan.
2. Politik

Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu media untuk mencapai
maksud atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan terapan, di mana dengan
pengetahuan politik maksud serta tujuan yang akan dicapai dapat diperjuangkan
melalui perjuangan politik dengan menggunakan ilmu pengetahuan politik. Tentu saja
di dalam politik tersebut masih membutuhkan banyak pengetahuan terapan yang lain,
yaitu strategi dan taktik.

“Ilmu tanpa amal adalah dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.” Pernyataan tersebut
adalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, jika kita kaitkan dengan
perjuangan politik, maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai
dengan ilmu maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi dan taktik
adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar ideologi dan juga pengetahuan
mengenai ilmu politik itu sendiri.
3. Strategi dan taktik

Mengambil istilah “sebuah peperangan”, strategi adalah


memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan.
Sedangkan taktik adalah penggunaan kekuatan untuk
memenangkan suatu pertempuran. Dalam pandangan HMI,
seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwiharjo sebagai
tokoh pendidik politik di HMI bahwa strategi adalah
Bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam
jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan,
sedangkan taktik adalah bagaiman menentukan sikap atau
menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik
tertentu pada saat tertentu.
B. Hubungan Taktik dengan Strategi
Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam hal ini, taktik
harus tunduk kepada strategi yang ada.

Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.

Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.

Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bias berhasil
dengan syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat
strategis.

Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik


strategis yang lain gagal, maka stratgi gagal.

Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu


kejadian politik, namun kejadian itu menentukan
bagi seluruh rencana strategis, dengan kata lain
taktik ini adalah taktik utama/ prioritas.
C. Dasar-dasar Menyusun Strategi
Dalam menyusun suatu strategi untuk mencapai tujuan tertentu ada
beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan, diantaranya:

Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka waktu
tertentu. Sasaran disesuaikan dengan kemampuan oranisasi.

Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu sekarang (jangka pendek) dan
jangka waktu beberapa tahun ke depan (jangka panjang

. Harus terdapat rencana atau strategi alternatif.

Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat posisi

Harus mampu membentuk opini publik (subyektifitas menjadi objektifitas )


D. Dasar-dasar Membentuk Taktik
Taktik merupakan bagian dari strategi, berikut adalah beberapa dasar dalam
membentuk sebuah taktik

Yaitu sikap dan langkah yang dapat berubah sesuai dengan


1 FLEKSIBILITAS kondisi yang terjadi

Perjuangan politik tidak mampu melihat hasil atau keberhasilan yang dicapai nanti,
ORIENTATIF,EVALUATIF sebab hal tersebut belum terjadi. Namun dengan menentukan langkah, mengira-
2 DAN ESTIMATIF ngira (mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan yang akan
terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal maka kita akan dapat
melihat bayangan aka nada dan tidaknya kesempatan untuk berhasil

Strategi harus dirahasiakan, biarlah lawan meraba apa langkah


3 KERAHASIAAN perjuangan yang akan kita lalui

4 GERAK TIPU/MENGELABUI Pengalihan Perhatian

Sasaran,Sarana,Sandaran
5 LIMA “S” Sistem,Saat

Kondisi subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu


PERPADUAN KONDISI OBJEKTIF -
6 SUBJEKTIF
juga sebaliknya.
Antara kedua kondisi ini memiliki hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi
E. Hukum – Hukum Stratak
Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak yang berjumlah kecil tidak boleh
menyerang musuh yang berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang pihak yang
1 KUANTITAS berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah besar tidak dapat dihancurkan
sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan secara terus menerus.

Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam kualitas. Kurang
2 PERPADUAN
KUANTITAS - KWALITAS dalam kualitas harus diimbangi dengan kelebihan kuantitas.

Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak baik
3 POSISI memerlukan dua kali kekuatan.

Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan kalah akan dapat maju
kembali. Jika musuh sedang kalah dan mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh
4 CADANGAN
sebelum musuh maju dan bangkit kembali dengan cadangannya.

Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara strategis sekutu harus selalu diperbanyak dan pihak-
pihak lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan terbesar yang ideologinya membahayakan
KAWAN
5 SEKUTU,LAWAN
kehidupan ideologi sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan sekutu nomor satu adalah
musuh. Antara sekutu dan musuh terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu.
Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat lain menjadi sekutu dan pada satu ketika
dapat pula sekaligus menjadi sekutu dan musuh.

6 DEVIDE ET IMPERA
Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.

Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik.Yang menang ialah yang selalu memegang inisiatif. Biarkan lawan

7 MENYERANG bergerak menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isu-isu
yang kita lontarkan. Tujuan membenarkan setiap cara sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan ideology
serta tidak membawa akibat yang dapat merugikan sendiri .
• E. Hukum-hukum Stratak
• 1. Kuantitas.
• Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak yang berjumlah kecil tidak boleh menyerang musuh
yang berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang pihak yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir.
Musuh yang berjumlah besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan secara terus
menerus.
• 2. Perpaduan antara kualitas dan kuantitas.
• Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam kualitas. Kurang dalam kualitas harus diimbangi
dengan kelebihan kuantitas.
• 3. Posisi.
• Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak baik memerlukan dua kali kekuatan.
• 4. Cadangan.
• Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang
kalah dan mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh sebelum musuh maju dan bangkit kembali dengan
cadangannya.
• 5. Kawan, Sekutu dan Lawan.
• Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara strategis sekutu harus selalu diperbanyak dan pihak-pihak lawan
harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi
sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan
musuh terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu. Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi
musuh, pada saat lain menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus menjadi sekutu dan musuh.
• 6. “Divide et impera”. Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
• 7. Menyerang
• Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik.Yang menang ialah yang selalu memegang inisiatif. Biarkan lawan bergerak
menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isu-isu yang kita lontarkan.
Tujuan membenarkan setiap cara sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan ideology serta tidak membawa akibat
yang dapat merugikan sendiri.

• F. Peran stratak sebagai alat perjuangan organisasi
• Stratak adalah cara digunakan oranisasi untuk mencapai
sasaran perjuangan. Garis dari setiap stratak harus disesuaikan
dengan kondisi organisasi. Kesuksesan stratak akan semakin
memperkuat organisasi, begitu juga sebaliknya. Semakin
berkurang kekuatan organisasi, semakin tidak mampu
organisasi itu melaksankan stratak yang besar, semakin kecil
stratak yang dapat dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh
organisasi tersebut dari tujuan perjuangan politiknya. Stratak
tidak mampu berdiri sendiri, melainkan dia hanya alat
pelaksana bagi tujuan ideologi, yaitu untuk mempertahankan
dan menambah kekuatan serta posisi sendiri, di samping itu
juga untuk menghancurkan dan mengurangi kekuatan serta
posisi lawan.

II. PEMIMPIN TRANSFORMATIF
• A. Pengertian Pemimpin Transformatif
• Pemimpin transformatif adalah pemimpin
menggunakan karisma mereka untuk melakukan
transformasi dan merevitalisasi organisasinya. Dan
ia lebih mementingkan revitalisasi para pengikut
dan organisasinya secara menyeluruh ketimbang
memberikan instruksi-instruksi yang bersifat top-
down. Pemimpin yang transformatif lebih
memposisikan diri mereka sebagai mentor yang
bersedia menampung aspirasi para bawahannya.
• B. Ciri-ciri Pemimpin Transformatif
• Pertama, pemimpin transformatif memiliki karisma yang dapat menghadirkan sebuah visi yang kuat dan
memiliki kepekaan terhadap misi kelembagaannya.Ini berarti setiap gerak dan aktivitasnya senantiasa
disesuaikan dengan visi dan misi organisasinya. Inilah yang dijadikan sebagai acuan untuk tetap konsisten
dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.
• Kedua, senantiasa menghadirkan stimulasi intelektual. Artinya, mereka selalu membantu dan
mendorong para pengikutnya untuk mengenali ragam persoalan dan cara-cara untuk memecahkannya.
Para pengikutnya diberi kesempatan untuk berpartisipasi mengidentifikasi persoalan dan secara bersama-
sama mencari cara penyelesaian yang terbaik. Dalam karakteristik ini, pemimpin transformatif lebih banyak
mendengar ketimbang memberikan instruksi.
• Ketiga, pemimpin yang transformatif memiliki perhatian dan kepedulian terhadap setiap individu
pengikutnya. Mereka memberikan dorongan, perhatian, dukungan kepada pengikutnya untuk melakukan
hal yang terbaik bagi dirinya sendiri dan komunitasnya.
• Keempat, pemimpin transformatif senantiasa memberikan motivasi yang memberikan inspirasi bagi
pengikutnya dengan cara melakukan komunikasi secara efektif dengan menggunakan simbol-simbol, tidak
hanya menggunakan bahasa verbal.
• Kelima, berupaya meningkatkan kapasitas para pengikutnya agar bisa mandiri, tidak selamanya
tergantung pada sang pemimpin. Ini berarti pemimpin transformatif menyadari pentingnya proses
kaderisasi dalam transformasi kepemimpinan berikutnya. Ini berbeda dengan model kepemimpinan
karismatik yang memosisikan para pengikutnya tetap lemah dan tergantung pada dirinya tanpa memikirkan
peningkatan kapasitas dari para pengikutnya.
• Keenam, para pemimpin transformatif lebih banyak memberikan contoh ketimbang banyak
berbicara. Artinya, ada sisi keteladanan yang dihadirkan kepada para pengikutnya dengan lebih banyak
bekerja ketimbang banyak berpidato yang berapi-api tanpa disertai tindakan yang konkret.

Anda mungkin juga menyukai